Anda di halaman 1dari 6

The effect of lagging and leading power

factor or cosphi on generator loading


Seperti yang rekan-rekan pembangkit ketahui, generator merupakan mesin sinkron yang
beroperasi pada kondisi power factor lagging, dimana kondisi ini menjelaskan bahwa arus akan
tertinggal dari tegangan atau tegangan mendahului arus. Hal ini dapat terjadi karena dalam
generator, terdapat peristiwa induksi elektromagnetik ( penguatan medan magnet dan induksi
elektromagnetik pada main stator generator) yang berefek terhadap arus yang tertahan sehingga
tegangan mendahului. Kondisi ini berefek pada arus dan tegangan menjadi tidak sefasa, artinya
tegangan dan fasa mempunyai perbedaan besaran sudut, yang digambarkan dengan istilah
lagging dan leading . pada tulisan ini saya mencoba menjelaskan apakah yang menyebabkan
kondisi power factor lagging dan leading pada generator, dan membuktikan apakah relevan
terhadap jenis beban yang diterima generator. Sedikit banyak saya juga akan menyinggung jenis
beban pada gelombang AC yang tentunya akan berkaitan langsung terhadap kondisi pembebanan
generator kita. Semoga bermanfaaat.

 Lagging dan leading adalah istilah yang menggambarkan arus listrik, sudut fasa antara arus dan
tegangan tergambar dari penjelasan umum, yaitu leading merupakan peristiwa arus yang
mendahului tegangan dan lagging merupakan peristiwa arus yang tertinggal dari tegangan.
Kondisi lagging dan leading generator sangat berkaitan erat dengan jenis beban yang diterima
generator. Beberapa literatur dibahas bahwa beban reaktansi induktiflah yang membuat arus
tertinggal, sedangkan beban reaktansi kapasitif pulalah yang menyebabkan arus mendahului
tegangan. Dua beban inilah yang menyebabkan power factor atau cosphi generator kita tidak
ideal (bernilai <1). Sesuai dengan kurva capability generator bahwa Batasan operasi aman
generator adalah 0.88 lagging dan 0.95 leading. Apabila batas toleransi minimum tadi dilewati,
maka generator menghasilkan rugi-rugi yang apabila tidak ditangani serius dapat menyebabkan
trip diakibatkan proteksi generator yang aktif. Berikut kurva V yang menggambarkan hubungan
arus yang dihasilkan pada kondisi generator lagging dan leading
Dilihat dari gambar diatas, terdapat pola pembebanan yang bertingkat diantara P1, P2 dan P3
(P:daya aktif), dimana semakin tinggi beban pada generator, maka akan semakin tinggi pula arus
yang dihasilkan. Jika dibandingkan dengan 3 variasi beban, besaran nilai P2 > P1 , berikut juga
dengan nilai P3>P2. Pada sisi kiri bidang V diatas merupakan daerah under exciter dimana
kondisi ini akan menyebabkan power factor bernilai <1 leading, dan sebaliknya sisi sebelah
kanan dari kurva V merupakan daerah Over exciter dimana kondisi ini juga menyebabkan power
factor generator <1 lagging. pada kurva diatas menjelaskan bahwa titik tengah ( diantara
daerah under dan over exciter) merupakan P murni dengan tahanan resistif murni sehingga
kondisi ini akan membuat power factor bernilai 1, artinya beban generator 100% adalah daya
aktif MW

Dengan kurva diatas pula, kita dapat menyimpulkan bahwa under exciter dan over exciter pada
penguat medan magnet field winding rotor generator akan menghasilkan kenaikan arus, yang
artinya losses yang terjadi akan meningkat. Beberapa kerugian yang diakibatkan naiknya nilai
arus pada generator adalah :

 meningkatnya rugi-rugi tembaga, P= I².R


  berpotensi dikenakannya denda dari penyedia daya jika power factor atau cosphi < 0.88
 membatasi P(daya aktif) yang dihasilkan generator ( lihat kurva capability generator )
 menurunkan nilai tegangan (voltage drop)

seperti yang sudah disinggung diatas, beberapa faktor penyebab munculnya power factor atau
cosphi lagging dan leading adalah beban yang diterima generator karena:

 Lagging, merupakan dampak dari pembebanan reaktansi induktif pada generator,


sedangkan
  Leading, merupakan dampak dari pembebanan reaktansi kapasitif

Reaktansi induktif dan kapasitif merupakan tahanan yang terdapat pada arus AC, hal ini biasa
kita kenal dengan istilah impedansi dengan symbol Z. berikut teori pembenaran hubungan antara
power factor, beban, dan sudut fasa.

 Reaktansi induktif, Merupakan tahanan AC yang memiliki nilai resistor dan inductor.
Secara teori setiap mesin atau equipment yang memiliki proses induksi elektromagnetik
didalamnya merupakan mesin yang bersifat induktif dimana arus akan tertinggal dari
tegangan pada sudut fasor tertentu. Tahanan ini mempunyai sifat bilangan imajiner
adalah R+Jxl atau sudut polaritas positif

 Reaktansi capasitif, Merupakan tahanan AC yang memiliki resistor dan kapasitor.


Tahanan ini merupakan tahanan yang bersifat kapasitif, dimana arus akan mendahului
tegangan pada sudut tertentu. Tahanan ini mempunyai sifat imajiner adalah R-Jxc atau
sudut polaritas negatif

Bila hubungan resistif (tahanan murni), induktif dan capasitif digambarkan dengan
diagram sudut fasor akan terlihat :
Jika dilihat gambar disamping, maka pada tahanan resistif murni memiliki sudut fasa sebesar 0°
dan reaktansi induktif memiliki sudut 0-90°, sedangkan reaktansi kapasitif memiliki sudut 0 s/d -
90°. Tentunya besaran sudut positif (0 s/d 90°) akan menghasilkan daya reaktif (Q), dan
sebaliknya jika sudut negative (<0,s/d-90°) akan menyerap daya reaktif (Q) pada jaringan. Bila
kita komparasi dengan kurva capabilitas generator maka sifat tahanan reaktansi induktif
akan menciptakan power factor atau cosphi lagging, sedangkan bila beban generator bersifat
capasitif maka generator mempunyai sudut fasa negative (-) atau cosphi leading. Untuk
memperkuat teori ini, mari kita buktikan dengan contoh soal dengan sudut polaritas tegangan dan
impedansi pada masing-masing case

Contoh soal:

Apabila nilai tegangan dengan sudut poralitas adalah 100 < 0° dan diketahui nilai impendasi
sudut fasor adalah 25 < 60° (sudut positif=induktif), maka :

Nilai arus :

I = V/Z

I = 100/25 (<0°-60°)

I = 4 A <-60°                     

Sehingga didapat diagram hubung arus dan tegangan :


Dari diagram ini membuktikan bahwa arus tertinggal -60° terhadap tegangan alias lagging. Hal
ini terbukti bahwa beban atau tahanan bersifat reaktansi induktif akan mengakibatkan arus
tertahan sehingga tegangan mendahuluinya. Semakin besar induksi medan penguat generator
atau semakin besar tegangan eksitasi penguat DC maka akan semakin tinggi nilai VAR dan
semakin tertinggal arus terhadap tegangan

Berikut contoh bila generator berbeban kapasitif dengan range sudut fasor 0 s/d -90°, dengan
nilai tegangan yang sama dengan contoh sebelumnya agar mudah dipahami

 V = 100 < 0°

Z = 25 < -60°

Maka nilai I adalah:

I = V/Z

I = 100/25 (<0°- (- 60°))

I = 4 A < 60°
Dari diagram ini membuktikan bahwa arus mendahului sebesar 60° terhadap tegangan alias
leading. Hal ini terbukti bahwa beban atau tahanan bersifat reaktansi kapasitif akan
mengakibatkan arus mendahului sehingga tegangan tertinggal. Semakin besar nilai kapasitif
beban atau semakin besar kapasitor akan semakin rendah nilai VAR dan semakin tertinggal
tegangan terhadap arus yang dibangkitkan generator. Bila generator bersifat kapasitif maka
generator akan menyerap tegangan jaringan (grid), kondisi ini dimungkinkan jika beban
yang menyerap VAR grid mengalami penurunan konsumsinya, sehingga pemasok
mengurangi atau justru menyerap tegangan untuk penormalan nilai tegangan dan arus pada
grid

Kesimpulan dari kedua Kondisi diatas bahwa beban induktif dan kapasitif akan sangat
mempengaruhi nilai cosphi atau power factor dari generator, juga akan berdampak pada
VAR yang dibangkitkan. Hal ini tidak berlaku jika beban merupakan resistif murni, karena
beban resistif murni mempunyai sudut fasor bernilai 0°sehingga daya aktif MW yang
dibangkitkan bernilai sama dengan VA yang dihasilkan generator. Demikian pembahasan
lanjutan tentang hubungan power factor, jenis beban dan MVAR pada generator sinkron,
apabila ada koreksi dari rekan-rekan sekalian dapat di sampaikan lewat kolom komentar .
Terimakasih

04 SEPTEMBER 2021

Anda mungkin juga menyukai