SKRIPSI
Disusun Oleh:
Azman Hasan
2015-12-101
THESIS
Arranged by:
Azman Hasan
2015-12-101
ABSTRAK
Kata kunci: Efisiensi Boiler, Komponen Utama Boiler, Metode Direct, Metode
Indirect
v
Effect of Overhaul on Unit 1 Boiler Efficiency
at Banten UJP PLTU Banten 3 Lontar
ABSTRACT
In a PLTU system there are components, one of which is a boiler. Boilers are
the main component of a power plant that functions to change the water phase
into a vapor phase with a certain temperature and pressure from the boiling
water process needed by a steam turbine to drive a generator to produce
electricity. In Banten 3 Lontar UJP PLTU uses coal as its fuel and uses diesel
fuel (HSD) as its start up fuel. In the boiler there is a combustion process and
heat transfer, one of the things that affects the efficiency of the boiler. Boiler
efficiency is the performance capability of a boiler which is shown from the ratio
of heat entering (heat input) into the system with the heat transferred or
absorbed by the working fluid and heat losses that occur in the boiler. In this
thesis the calculation and analysis of the efficiency of the boiler unit 1 Lontar
PLTU includes analysis of the results of calculations before and after overhaul,
of which the analysis will be elaborated using the direct method and the indirect
method. The calculation standard using the USA ASME PTC-4-1 Power Test
Code Steam Generator Units in 2013. The calculation value of boiler efficiency
before overhaul by direct method is 75.72% and after overhaul is 77.01% The
increase in the number after overhaul is 1.29%. While the calculation value of
boiler efficiency before overhaul with the indirect method is 81.34% and after
overhaul is 83.03% The increase in the number after overhaul is 1.69%.
Affected the efficiency increase because of the cleaningof the boiler tubes
made transfer of heat more efficient.
.
Keywords: Boiler Efficiency, Boiler Components, Direct Method, Indirect
Method
vi
DAFTAR ISI
vii
4.4 Hasil.............................................................................................. 54
4.4.1 Hasil Perhitungan Efisiensi Boiler Sebelum Overhaul ........... 54
4.4.2 Hasil Perhitungan Efisiensi Boiler Setelah Overhaul ............. 60
4.5 Analisa Data Hasil Perhitungan ..................................................... 67
4.5.1 Efisiensi Boiler Sebelum Dan Sesudah Overhaul Dengan
Metode Direct ....................................................................... 67
4.5.2 Unsur Kehilangan Panas ...................................................... 68
4.5.3 Efisiensi Boiler Sebelum Dan Sesudah Overhaul Dengan
Metode Indirect ..................................................................... 73
4.6 Analisa Ekonomi ........................................................................... 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 75
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 75
5.2 Saran ............................................................................................ 75
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 76
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
mengubah air menjadi uap diperoleh dari hasil pembakaran bahan bakar
sehingga pada PLTU batubara, sumber energi primernya untuk pengoperasian
sistem PLTU adalah batubara, sedangkan sumber energi sekunder pada sistem
pembangkit listrik tersebut adalah uap karena untuk memproduksi uap
dibutuhkan sumber energi panas yang diperoleh dari pembangkaran batubara.
PLTU yang pertama kali beroperasi di Indonesia yaitu pada tahun 1962
dengan kapasitas 25 MW, suhu 500oC, tekanan 65 Kg/cm2, boiler masih
menggunakan pipa biasa dan pendingin generator dilakukan dengan udara.
Kemajuan pada PLTU yang pertama adalah boiler yang sudah dilengkapi pipa
dinding dan pendingin generator dilakukan dengan hydrogen, namun
kapasitasnya masih 25MW. Boiler dayanya ditingkatkan dari 100-200 MW, maka
boilernya harus di lengkapi superheater, economizer dan tungku tekanan.
Kemudian turbinnya bisa melakukan pemanasan ulang dan arus ganda dan
pendingin generatornya masih menggunakan hydrogen. Hanya saja untuk
kapasitas 200 MW uap dihasilkan mempunyai tekanan 131,5 Kg/cm2 dan suhu
540oC dan bahan bakarnya masih menggunakan minyak bumi.
Air yang digunakan dalam siklus PLTU disebut dengan air demin, yaitu
air yang mempunyai kadar conductivity sebesar 0.2 mikro siemen. Sebagai
perbandingan air mineral yang kita minum sehari-hari air demin ini, setiap unit
PLTU biasanya dilengkapi dengan desalination plant dan demineralization plant
yang berfungsi untuk memproduksi air demin. Secara sederhana siklus PLTU
bisa dilihat ketika proses memasak air. Mula-mula air ditampung dalam tempat
memasak dan kemudia diberi panas dari sumbu api yang menyala dibawahnya.
Akibat pembakaran menimbulkan air terus mengalami kenaikan suhu sampai
pada batas titik didihnya. Karena pembakaran terus berlanjut maka air yang
dimasak yang dimasak melampaui titik didihnya sampai timbul uap panas. Uap
inilah yang digunakan untuk memutar turbin dan generator yang akan
menghasilkan energi listrik. Siklus PLTU merupakan siklus tertutup (close cycle)
yang idelanya tidak memerlukan lagi air jika memang kondisinya sudah
mencukupi. Tetapi kenyataannya masih diperlukan banyak air penambah setiap
hari. Hal ini mengindikasikan banyak sekali kebocoran di pipa-pipa saluran air
maupun di dalam sebuah PLTU. Untuk menjaga agar siklus tetap berjalan, maka
2
untuk menutupi kekurangan air dalam siklus akibat kebocoran, hotwell selalu
ditambah air sesuai kebutuhannya dari air yang berasal dari demineralized tank.
Berdasarkan hal diatas, maka dilakukan suatu penelitian yaitu analisis
energi pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) untuk mengetahui efisiensi
pemakaian bahan baku yang berupa air dan batubara.
Didalam PLTU terdapat salah satu komponen penting, yaitu boiler. Boiler
adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air sampai
terbentuk air panas atau uap. Komponen penting pada boiler adalah burner,
ruang bakar, penukar panas dan sistem kontrol. Komposisi yang tepat dalam
pencampuran antara bahan bakar dan udara di ruang bakar akan menghasilkan
pembakaran yang sempurna. Panas yang dihasilkan ditransfer ke air melalui
penukar panas. Uap panas lanjut pada tekanan tertentu kemudian digunakan
untuk proses produksi untuk memutar turbin uap yang akan menggerakan
generator untuk menghasilkan listrik. Didalam boiler terjadi proses pembakaran,
prinsip dasar terjadinya pembakaran adalah segitiga api, dimana segitiga api ini
terjadi apabila ada tiga komponen yaitu bahan bakar, udara pembakaran dan
panas. Untuk menghasilkan pembakaran yang sempurna diperlukan jumlah
bahan bakar dan udara yang proporsional ataupun sesuai dengan kebutuhan,
bila jumlah udara yang diberikan tidak cukup, maka pembakaran yang sempurna
tidak akan tercapai. Fungsi dari udara pembakaran bersama dengan bahan
bakar melakukan proses pembakaran didalam ruang bakar boiler (furnace).
Proses pembakaran berlangsung terus menerus selama boiler beroperasi,
pasokan udara pembakaran pun harus dilakukan secara kontinyu.
Efisiensi termis suatu ketel uap (boiler) merupakan salah satu isu penting
dalam PLTU, dimana semakin besar efisiensi boiler maka energi listrik yang
dihasilkan juga optimal. Efisiensi termis boiler didefinisikan sebagai prosentase
energi (panas) masuk yang digunakan secara efektif pada uap yang dihasilkan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi efisiensi boiler adalah total udara
pembakaran (pembakaran yang sempurna) dan nilai kalori bahan bakar
batubara. Batubara sulit dikontrol karena bersumber langsung dari alam,
sementara total udara pembakaran tadi dikontrol oleh fan-fan sebagai alat bantu
di boiler yang digunakan untuk mengatur kebutuhan udara. untuk memutar turbin
3
uap yang akan menggerakan generator untuk menghasilkan listrik. Didalam
boiler terjadi proses pembakaran, prinsip dasar terjadinya pembakaran adalah
segitiga api, dimana segitiga api ini terjadi apabila ada tiga komponen yaitu bahan
bakar, udara pembakaran dan panas. Untuk menghasilkan pembakaran yang
sempurna diperlukan jumlah bahan bakar dan udara yang proporsional ataupun
sesuai dengan kebutuhan, bila jumlah udara yang diberikan tidak cukup, maka
pembakaran yang sempurna tidak akan tercapai. Fungsi dari udara pembakaran
bersama dengan bahan bakar melakukan proses pembakaran didalam ruang
bakar boiler (furnace). Proses pembakaran berlangsung terus menerus selama
boiler beroperasi, pasokan udara pembakaran pun harus dilakukan secara
kontinyu. Efisiensi termis suatu ketel uap (boiler) merupakan salah satu isyu
penting dalam PLTU, dimana semakin besar efisiensi boiler maka energi listrik
yang dihasilkan juga optimal. Efisiensi termis boiler didefinisikan sebagai
prosentase energi (panas) masuk yang digunakan secara efektif pada uap yang
dihasilkan. Salah satu faktor yang mempengaruhi efisiensi boiler adalah total
udara pembakaran (pembakaran yang sempurna) dan nilai kalori bahan bakar
batubara. Batubara sulit dikontrol karena bersumber langsung dari alam,
sementara total udara pembakaran tadi dikontrol oleh fan-fan sebagai alat bantu
di boiler yang digunakan untuk mengatur kebutuhan udara.
Untuk menjaga keandalan pembangkit, kondisi penyebab matinya (shut
down) pembangkit harus dikurangi seoptimal mungkin. Penyebab berhentinya
(shut down) suatu pembangkit bisa disebabkan oleh faktor kesengajaan atau
ketidak sengajaan. Faktor kesengajaan disebabkan oleh adanya program
pemeliharaan pembangkit yang merupakan suatu keharusan untuk menjaga
agar kondisi mesin tetap andal dan beroperasi secara optimal, dimana kondisi
(shut down) tidak dapat dihindari. Penyebab lainnya adalah faktor ketidak
sengajaan, berhenti beroperasinya suatu pembangkit lebih disebabkan oleh
gangguan-gangguan yang tidak terduga. Oleh karena itu, perlunya diketahui
performansi setiap peralatan yang digunakan. Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi efisiensi boiler. Kinerja boiler mengalami penurunan signifikan
disebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan udara pembakaran, perawatan tidak
4
dilaksanakan sesuai dengan standar. Guna mempertahankan kinerja boiler
sesuai desain, maka setiap pembangkit melakukan maintenance.
Overhaul adalah kegiatan pemeliharaan yang dilakukan dengan
membongkar keseluruhan mesin dan pemeriksaan secara teliti penyebab
kerusakan dan mengganti peralatan-peralatan yang rusak. Overhaul dilakukan
secara berkala, setiap setahun sekali atau yang disebut Simple Inspection dan
empat tahun sekali atau yang disebut Serious Inspection.
5
Dalam judul skripsi yang diangkat agar tidak menyimpang dan terlalu
luas maka diberikan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah overhaul dapat meningkatkan efisiensi boiler unit 1
UJP PLTU Banten 3 Lontar?
6
Bab I PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan secara ringkas mengenai latar belakang
masalah yang akan diteliti, tujuan penulisan, batasan masalah, manfaat
penulisan, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan skripsi.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
8
2.2 Teori Pendukung
PLTU merupakan salah satu jenis pembangkit tenaga thermal yang
banyak digunakan, ini dikarenakan biaya bahan bakarnya yang lebih murah dan
dapat menghasilkan daya yang besar PLTU merupakan mesin konversi energi
yang merubah energi kimia yang terdapat di dalam bahan bakar menjadi energi
listrik.
Proses konversi energi pada PLTU berlangsung melalui 3 tahapan, yaitu:
a. Pertama, energi kimia dalam bahan bakar diubah menjadi energi panas
dalam bentuk uap bertekanan dan temperature tinggi.
b. Kedua, energi panas (uap) diubah menjadi energi mekanik dalam bentuk
putaran.
c. Ketiga, energi mekanik diubah menjadi energi listrik.
9
T = Suhu ; S = Entropi
Gambar 2. 2 Siklus Rankine
(Nurmalita, 2012)
10
intermediate pressure turbine.
Proses 7’-8 : Ekspansi uap di dalam low pressure turbine tanpa
mengalami pemanasan ulang.
Proses 8-1 : Pendinginan uap menjadi air di dalam condenser.
2.2.2 Boiler
Boiler adalah sebuah bejana tertutup dimana panas pembakaran
dialirkan ke air sampai terbentuk air panas atau steam. Air panas atau steam
pada tekanan tertentu kemudian digunakan untuk mengalirkan panas ke suatu
proses. Boiler berfungsi untuk merubah energi panas dari bahan bakar menjadi
energi panas pada uap, terdiri dari tiga bagian utama yaitu economizer untuk
memanaskan air menuju titik perpindahan phasa, evaporator untuk merubah
phasa air menjadi uap dan superheater untuk memanaskan lanjut uap tersebut
sampai suhu tertentu (Ramadhan M. F., 2018).
11
Pada boiler, sumber panas didapatkan dari pembakaran bahan bakar di
dalam furnace. Energi panas ini sebagian akan terpancar secara radiasi ke
pipa-pipa evaporator sehingga memanaskan pipa-pipa tersebut. Panas yang
terserap oleh permukaan pipa akan secara konduksi berpindah ke sisi
permukaan dalam pipa.
Di dalam pipa, mengalir air yang terus-menerus menyerap panas
tersebut. Proses penyebaran panas antar molekul air di dalam aliran ini terjadi
secara konveksi. Perpindahan panas konveksi antar molekul air, seakan-akan
menciptakan aliran fluida tersendiri terlepas dengan aliran air di dalam pipa-
pipa boiler. Gas hasil pembakaran yang mengandung energi panas akan terus
mengalir mengikuti bentuk boiler hingga ke sisi keluaran. Di sepanjang
perjalanan, panas yang terkandung di dalam gas buang akan diserap oleh
permukaan tubing boiler dan diteruskan secara konduksi ke air di dalam pipa.
Secara bertahap, air akan berubah fase menjadi uap basah (saturated steam)
dan dapat berlanjut hingga menjadi uap kering (superheated steam)
(Ramadhan P. , 2017).
12
Gambar 2. 4 Boiler Pipa Api
(Ramadhan P. , 2017)
Keterbatasan dari boiler pipa api adalah tekanan uap tidak dapat dibuat
terlampau tinggi karena ketebalan drum akan sedemikian tebalnya sehingga
tidak menguntungkan. Boiler seperti ini banyak digunakan di pabrik-pabrik gula
karena tidak memerlukan tekanan uap yang tinggi.
13
Cara kerja boiler pipa air adalah diluar pipa terjadi proses pengapian,
kemudian dihasilkan panas yang digunakan untuk memanaskan pipa yang berisi
air. Melalui economizer air tersebut terlebih dahulu dikondisikan, kemudian
dihasilkan steam yang terlebih dahulu dikumpulkan dalam sebuah boiler drum.
Melalui tahap secondary superheater dan primary superheater setelah tekanan
dan temperature sesuai bary steam dilepaskan ke pipa utama distribusi. Didalam
pipa air harus ada pengkondisian air yang mengalir terhadap mineral atau
kandungan lain yang terlarut dalam air hal ini harus diperhatikan pada tipe ini
karena menjadi factor utama (Ramadhan P. , 2017).
Keuntungan dari boiler pipa air ialah kapasitas steam besar, tekanan
operasi mencapai 100 bar, dibanding dengan boiler pipa api, nilai efisiensinya
lebih tinggi. Kerugiannya ialah proses konstruksinya lebih detail, investasi diawal
realtif mahal, penanganan air yang masuk kedalam boiler dalam system ini lebih
sensitive.
14
menggunakan peralatan level gauge/level indikator yang terdapat didekat boiler
drum lokal), atau dengan cara remote (jarak jauh) di control room, juga dicatat
pada level recorder. Uap akan mengalir ke arah puncak boiler drum melewati
steam separator dan screen dryer lalu keluar dari dalam drum dalam keadaan
kering menuju separator dan akhirnya ke turbin. Butir-butir air yang terpisah dari
uap akan jatuh dan bersirkulasi kembali bersama air yang baru masuk.
15
dari mineral fiber. Sedangkan pada down comer merupakan pipa yang
berukuran besar, menghubungkan bagian bawah boiler drum dengan
lower header. Down comer (pipa turun) tidak terkena panas secara
langsung dari ruang bakar. Dan untuk menghindari kerugian panas yang
terbuang pada down comer, maka down comer diberi isolasi.
16
drum ketel temperaturnya dinaikkan pada tekanan tetap sampai temperature
yang diinginkan. Energi panas diambil dari gas-gas bekas, berlangsung secara
radiasi dan/atau konveksi. Sebagaimana halnya pada pipa – pipa air lainnya.
Temperatur uap dibuat sedemikian tinggi sehingga material ketel harus mampu
menahan suhu maupun tekanan kerjanya.
2.2.4.4 Economizer
Ekonomiser terdiri dari pipa – pipa air yang ditempatkan pada lintasan
gas asap sebelum meninggalkan ketel. Pipa – pipa ekonomiser dibuat dari bahan
baja atau besi tuang yang sanggup menahan panas dan tekanan tinggi. Korosi
yang mungkin terbentuk sebelah sisi air dapat dihindarkan dengan jalan
melunakkan air pengisi terlebih dahulu, dan korosi di sebelah luar (sisi gas asap)
diatasi dengan mempertahankan temperatur gas asap tinggi diatas titik embun
gas sulphur. Konduktivitas panas dan tahanan aliran gas yang disebabkan oleh
abu/debu yang melekat pada pipa – pipa dicegah dengan pembersihan pipa –
pipa secara berkala.Dengan menggunakan ekonomiser, efisiensi thermis ketel
naik; diperkirakan penghematan pemakaian bahan bakar dapat berkurang 1%
tiap kenaikan temperatur air pengisi 50C. Agar pemakaian ruangan kecil, maka
permukaan pipa – pipa biasanya dibuat polos (licin) dan berliku dan dipasang
horizontal serta sejajar satu sama lain dalam saluran gas buang. Di kedua ujung
pipa dibuat kotak pengumpul (header) atas dan bawah dan juga sejajar satu
sama lain. Penyerapan panas dari gas – gas kepada air akan lebih bermanfaat
bila gas asap mengalir ke bawah dan air mengalir berliku– liku keatas.
2.2.4.5 Fan
Draft sistem adalah perbedaan antara tekanan atmosfer dengan tekanan
statis di ruang bakar, saluran gas buang maupun cerobong yang menghasilkan
laju aliran tertentu.
Secara garis besar, draft sistem mempunyai peranan penting yang sama
dalam sistem pembangkit, diantaranya:
i. Untuk menyuplai udara di ruang bakar boiler agar memenuhi kebutuhan
untuk pembakaran antara udara dan bahan bakar.
17
ii. Untuk menghilangkan gas buang dari ruang bakar dan mengalirkannya
kecerobong dan atmosfer dengan sempurna.
iii. Mengurangi polusi dari fly ash (mempermudah fly ash masuk ke hopper).
Dalam draft sistem tersebut terdapat beberapa fan yang sangat penting
bagi proses pembakaran di dalam boiler agar terjadi keseimbangan dan efisiensi.
Fan tersebut adalah Primary Air Fan (PA Fan), Force Draft Fan (FD Fan), dan
Induced Draft Fan (ID Fan).
18
• Force Draft Fan (FD Fan)
FD Fan terletak pada bagian ujung saluran air intake boiler dan
digerakkan oleh motor listrik. Fan ini bekerja pada tekanan tinggi dan berfungsi
menghasilkan udara sekunder (Secondary Air) yang akan dialirkan ke dalam
boiler untuk mencampur udara dan bahan bakar dan selanjutnya digunakan
sebagai udara pembakaran pada furnace boiler. Udara yang diproduksi oleh
Force Draft Fan (FD Fan) diambil dari udara luar. Dalam perjalananya menuju
boiler, udara tersebut dinaikkan suhunya oleh secondary air heater (pemanas
udara sekunder) agar proses pembakaran bisa terjadi di boiler.
FD Fan dan PA Fan bekerja sama untuk membuat campuran antara
udara dan serbuk batubara dengan perbandingan kurang lebih 13 : 1 agar terjadi
pembakaran sempurna. Bercampurnya udara dan serbuk batubara dibantu oleh
Dumper tetap yaitu pengatur pengaduk udara sehingga menimbulkan turbulensi
yang memungkinkan terjadinya pembakaran yang efisien. Turbulensi mengacu
pada gerakan udara didalam Furnace, gerakan ini perlu karena dapat
menyempurnakan pencampuran udara dan bahan bakar.
2.2.4.6 Pulverizer
Fungsi mill (pulveriser) pada sistem bahan bakar batubara adalah
menggiling atau menghaluskan bongkahan-bongkahan batubara sehingga
19
menjadi bubuk batubara. Bubuk batubara (PulveriserFuel) mempunyai ukuran
sekitar 200 Mesh. Tujuan menggiling batubara adalah membuat luas permukaan
bubuk batubara menjadi besar, sehingga dalam proses pembakaran antara
batubara dan udara lebih homogen dan pembakaran menjadi lebih sempurna.
2.2.4.8 Sootblower
Boiler-boiler modern dilengkapi dengan pembersih abu (sootblower)
yang dapat dioperasikan dari jarak jauh (remotely operated) dan dikendalikan
secara bergantian dan berurutan. Fungsi dari sootblower adalah untuk
membersihkan abu, kotoran yang menempel pada pipa-pipa wall tube,
superheater, economizer, reheater, dan pada elemen air heater. Tujuan dari
pembersihan tersebut adalah untuk menaikkan efisiensi dari boiler dan
menghindari kerusakan pipa-pipa pada boiler / superheater.
20
2.2.5 Sirkulasi Udara Dan Gas Buang
Udara untuk proses pembakaran di dalam furnace (ruang bakar) diambil
dari udara luar menggunakan Forced Draft Fan dan dialirkan didalam saluran
udara melalui air heater dan berakhir di wind box sebelum masuk ke furnace.
Gambar sirkulasi udara untuk boiler berbahan bakar batubara dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.
21
Gambar 2. 7 Sirkulasi Gas
(Ramadhan P. , 2017)
22
2.2.6.2 Air Heater
Air heater adalah pemanas udara sehingga temperatur udara
pembakaran dapat mencapai + 300 ºC dan menghasilkan pembakaran yang
lebih sempurna. Air heater terpasang dari jenis elemen-elemen plat yang
berfungsi mengambil panas dari gas bekas dan kemudian ditransfer ke udara
pembakaran (discharge FD Fan) dengan mekanisme perpindahan panas
konveksi.
23
2.2.6.4 Wind Box
Windbox berfungsi sebagai wadah atau box penampung dari udara
pembakaran yang di suplai oleh FD Fan. Didalam windbox terdapat Secondary
Air Damper untuk mengatur jumlah aliran udara pembakaran yang dibutuhkan
pada setiap level burner.
24
2.2.7.1 Analisa Proximate
Analisis proximate menunjukan persen berat dari fixed carbon, bahan
mudah menguap, abu, dan kadar air dalam batubara. Jumlah fixed carbon dan
bahan yang mudah menguap secara langsung turut andil terhadap nilai panas
batubara. Fixed carbon bertindak sebagai pembangkit utama panas selama
pembakaran. Kandungan bahan yang mudah menguap yang tinggi menunjukan
mudahnya penyalaan bahan bakar. Kadar abu merupakan hal penting dalam
perancangan grate tungku, volum pembakaran, peralatan kendali polusi dan
sistim handling abu pada tungku. Parameter-parameter tersebut digambarkan
dibawah ini.
Fixed carbon merupakan bahan bakar padat yang tertinggal dalam
tungku setelah bahan yang mudah menguap didistilasi. Fixed carbon juga
merupakan zat yang menguap dan tersisa setelah moisture, volatile matter, dan
kadar abu dihilangkan. Kandungan utamanya adalah karbon tetapi juga
mengandung hidrogen, oksigen, sulfur dan nitrogen yang tidak terbawa gas.
Fixed carbon memberikan perkiraan kasar terhadap nilai panas batubara.
1. Bahan yang mudah menguap (volatile matter)
Bahan yang mudah menguap dalam batubara adalah metan,
hidrokarbon, hydrogen, karbon monoksida, dan gas-gas yang tidak
mudah terbakar, seperti karbon dioksida dan nitrogen. Bahan yang
mudah menguap merupakan indeks dari kandungan bahan bakar bentuk
gas didalam batubara. Kandungan bahan yang mudah menguap berkisar
antara 20 hingga 35%. Kadar volatile metter dapat ditentukan dengan
memanaskan sampel batubara dalam cawan tertutup pada 949°C dalam
waktu 7 menit.
2. Kadar Abu
Abu merupakan kotoran yang tidak akan terbakar. Kandungannya
berkisar antara 5% hingga 40%. Kadar abu dapat ditentukan dengan
menempatkan contoh batubara ke dalam cawan porselin, kemudian
secara perlahan dipanaskan dalam tanur pada suhu 704-746°C selama
setengah jam, pemanasan berikutnya, sampai tidak ada sisa carbon lagi.
25
3. Kadar Air
Kandungan air dalam batubara harus diangkut, di-handling dan disimpan
bersama-sama batubara. Kadar air akan menurunkan kandungan panas
per kg batubara, dan kandungannya berkisar antara 0,5 hingga 10%.
Kadar air ini tertambat pada struktur bagian dalam batubara, dapat
dihilangkan dengan memanaskan didalam alat pengering pada
temperatur 105-110°C dalam suasana non oksidan.
4. Kadar Sulfur
Bahan bakar yang banyak belerang (sulfur) adalah bahan bakar minyak,
sedangkan batubara kandungan sulfurnya relatif lebih kecil. Kandungan
belerang yang makin tinggi mempunyai pengaruh sebagai berikut:
• Menaikkan titik embun gas buang.
• Mempercepat pembentukan kerak sulfat pada ketel, economiser, dan
air heater.
• Mempercepat laju korosi.
• Menurunkan efisiensi, hal ini karena suhu gas buang harus lebih tinggi
dari pada titik embun untuk mencegah korosi.
2.2.8 Overhaul
Overhaul merupakan perbaikan, pemeliharaan, dan pengujian secara
berkala dan menyeluruh dari suatu alat, atau sebagian besar bagiannya sampai
suatu kondisi yang bisa diterima.
26
2.2.8.1 Jenis-jenis Overhaul
• Simple Inspection (SI) dilaksanakan bila unit telah beroperasi 8000 jam
sesudah pelaksanaan Medium Inspection atau 8000 jam sesudah
pelaksanaan serius Inspection, overhaul dilaksanakan selama 15-20
hari.
• Mean Inspection (ME) dilaksanakan bila unit telah beroperasi 16.000 jam
sesudah pelaksanaan serious Inspection, overhaul dilaksanakan selama
30-35 hari.
• Serious Inspection (SE) dilaksanakan setelah unit beroperasi 8000 jam
dari start awal dan selanjutnya setelah unit beroperasi 32.000 jam,
overhaul dilaksanakan selama 45-50 hari.
27
Gambar 2. 10 Perbandingan Metode Langsung Dan Tidak Langsung
(Ramadhan P. , 2017)
28
Gambar 2. 11 Skema Efisiensi Boiler Metode Direct
(Iswandi, 2012)
Keterangan:
Gms = Laju aliran main steam
hg = Enthalpi saturasi main steam
hf = Enthalpi saturasi feed water
Gfuel = Laju aliran bahan bakar
GCV = Nilai kalori batubara
29
2.2.9.2 Indirect Method atau Heat Loss Method
Perhitungan dengan Indirect Method atau disebut dengan metode
kerugian panas, memiliki hasil yang lebih teliti tetapi memerlukan data yang tepat
dari variabel kerugian. Parameter dari variabel yang diperlukan kadang sulit
diperoleh karena tidak terpasang secara permanen sehingga perlu tambahan
pemasangan instrumen ukur untuk variabel tersebut. Metode ini dapat
mengidentifikasikan penyebab terjadinya kerugian bila terjadi perubahan
efisiensi. Perhitungan efisiensi boiler dengan metode indirect method / heat loss
method dapat dilihat pada persamaan berikut:
30
Gambar 2. 12 Skema Efisiensi Boiler Metode Indirect
(Iswandi, 2012)
31
1. Menghitung udara kebutuhan teoritis
(O2)t = (11,6C)+(34,8(H2-O2))+(4,35S) ..................................................... (2.2)
Dimana:
C = %karbon/kg bahan bakar
H2 = %hidrogen/kg bahan bakar
O2 = %oksigen/kg bahan bakar
S = %sulfur/kg bahan bakar
Dimana:
𝑤𝑡 𝑜𝑓 𝐶 𝑖𝑛 𝑓𝑢𝑒𝑙
mol C = 𝑚𝑜𝑙 𝑤𝑡 𝑜𝑓 𝐶
𝑤𝑡 𝑜𝑓 𝑁2𝑖𝑛 𝑡ℎ𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑐𝑎𝑙 𝑎𝑖𝑟 𝑤𝑡 𝑜𝑓 𝑁2 𝑖𝑛 𝑓𝑢𝑒𝑙
mol N2 = 𝑚𝑜𝑙 𝑤𝑡 𝑜𝑓 𝑁2
+ 𝑚𝑜𝑙 𝑤𝑡 𝑜𝑓 𝑁2
32
5. Menghitung massa gas buang kering
m = m CO2 + m N2 fuel + m N2 udara pembakaran + m O2 gas buang ..... (2.7)
Dimana:
44
massa CO2 = (%C) x 12
𝐴𝐴𝑆 𝑋 77
massa N2 udara pembakaran = 100
(𝐴𝐴𝑆−(𝑂2)𝑡) 𝑥 23
massa O2 gas buang = 100
Dimana:
H2 = Massa hydrogen dalam 1 kg batubara
Cp = Panas spesifik superheated steam (kcal/kgoC)
GCV = Gross calorific value (kcal/kg)
Tf = Temperatur flue gas (oC)
Ta = Temperatur ambient (oC)
9 = Konstanta
584 = Konstanta
33
c. Menghitung kerugian panas karena moisture di batubara (L 3)
𝑚 ×(584+𝐶𝑝(𝑇𝑓−𝑇𝑎)
L3 = × 100 ................................................................. (2.10)
𝐺𝐶𝑉 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎
Dimana:
m = Massa moisture dalam 1 kg batubara
Cp = Panas spesifik superheated steam (kcal/kgoC)
GCV = Gross calorific value (kcal/kg)
Tf = Temperatur flue gas (oC)
Ta = Temperatur ambient (oC)
584 = Konstanta
Dimana:
AAS = Massa udara actual yang disuplai dalam 1 kg batubara
Humidity (Rasio kelembaban) = massa air yang terkandung dalam stiap kg
udara kering
Cp = Panas spesifik superheated steam (kcal/kgoC)
GCV = Gross calorific value (kcal/kg)
Tf = Temperatur flue gas (oC)
Ta = Temperatur ambient (oC)
Dimana:
CO = Volume CO di flue gas
CO2 = Volume CO2 aktual di flue gas
C = Kandungan carbon (kg/kg batubara)
GCV = Gross calorific value (kcal/kg)
584 = Konstanta
34
f. Menghitung kerugian panas karena radiasi dan konveksi (L 6)
𝐴𝐵𝑀𝐴 ×(𝐺𝐶𝑉 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎 + 𝛽)
100
L6 = × 100 ............................................................ (2.13)
𝐺𝐶𝑉 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎
Dimana:
ABMA = Total rad and convection from American Boiler Manufactures
Association Chart
Β = Heat credit specificaation (0%)
2.3 Hipotesis
Penulis menguraikan hipotesis pengolahan data yang didapat dengan
literatur dan referensi yang ada, serta dugaan dari rumusan masalah. Dimana
penulis menduga efisiensi boiler meningkat setelah dilakukannya overhaul.
35
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
36
Gambar 3. 1 Peta Lokasi PLTU Banten 3 Lontar
(Sumber: Google Maps)
37
3.3 Kerangka Pemecahan Masalah
Untuk mempermudah pemahaman yang dilakukan dalam penelitian,
maka digunakan flow chart sebagai berikut:
Mulai
Pengumpulan data :
1. Data spesifikasi boiler unit 1 UJP PLTU Banten 3
Lontar.
2. Data scope pekerjaan overhaul unit 1 UJP PLTU
Banten 3 Lontar.
3. Data performance test efisiensi boiler sebelum
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑜𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑡𝑎 ∶
1. Menghitung efisiensi boiler dengan metode Direct
(input-output).
2. Menghitung Efisiensi boiler dengan metode
Indirect (heat loss).
SALAH
ηBefore < ηAfter
BENAR
Analisa
Selesai
38
1. Mulai
2. Pengumpulan data
Data yg dibutuhkan antara lain:
1) Data spesifikasi boiler
Data spesifikasi boiler didapatkan dari bagian efisiensi di UJP PLTU
Banten 3 Lontar
2) Data scope pekerjaan overhaul unit 1 UJP PLTU Banten 3 Lontar
Data scope pekerjaan overhaul didapatkan dari bagian pemeliharaan
mekanik boiler di UJP PLTU Banten 3 Lontar.
3) Data performance test efisiensi boiler sebelum overhaul dan sesudah
overhaul unit 1
Data performance test efisiensi bioiler didapatkan dari bagian efisiensi
UJP PLTU Banten 3 Lontar.
3. Pengolahan Data
Pada pengolahan data akan dilakukan perhitungan yang dibutuhkan untuk
menghitung efisiensi boiler dengan menggunakan data-data yang telah
dikumpulkan.
1) Menghitung efisiensi boiler dengan metode direct (input-output)
Perhitungan efisiensi boiler menggunakan persamaan rumus (2.1)
2) Perhitungan kebutuhan udara teoritis, jumlah excess air, AAS, dan masa
gas buang kering.
a. Menghitung kebutuhan udara teoritis menggunakan persamaan rumus
(2.3)
b. Menghitung karbon dioksida (CO2) teoritis menggunakan persamaan
rumus (2.4)
c. Menghitung jumlah excess air menggunakan persamaan rumus (2.5)
d. Menghitung AAS (actual mass of air supplied) dengan menggunakan
persamaan rumus (2.6)
e. Menghitung masa gas buang kering dengan menggunakan persamaan
rumus (2.7)
39
3) Perhitungan kerugian panas.
a. Menghitung L1 (kerugian panas karena gas buang kering) dengan
menggunakan rumus (2.8)
b. menghitung L2 (kerugian panas karena moisture akibat pembakaran
hydrogen) dengan menggunakan persamaan rumus (2.9)
c. menghitung L3 (kerugian panas karena kandungan moisture pada
batubara) dengan menggunakan persamaan rumus (2.10)
d. menghitung L4 (kerugian panas karena moisture di udara) dengan
persamaan rumus (2.11)
e. menghitung L5 (kerugian panas karena pembakaran tidak sempurna)
dengan menggunakan persamaan rumus (2.12)
f. menghitung L6 (kerugian panas karena radiasi, konveksi) dengan
menggunakan persamaan rumus (2.13)
g. menghitung L7 (kerugian panas karena karbon tidak terbakar pada
bahan bakar) dengan menggunakan persamaan rumus (2.14) dan (2.15)
4) Perhitungan efisiensi boiler metode indirect (heat loss)
Perhitungan efisiensi boiler menggunakan persamaan rumus (2.2)
4. Efisiensi boiler before lebih kecil dari pada efisiensi boiler after
Pada tahap ini diharapkan efisiensi boiler sebelum overhaul dan sesudah
overhaul lebih meningkat.
6. Selesai
1) Teknik Pengumpulan Data
Agar tujuan seperti yang telah diuraikan sebelumnya dapat tercapai
dengan baik, maka diperlukan data yang akurat sebagi dasar penelitian.
Data untuk dasar penelitian ini didapat dengan cara sebagai berikut:
2) Pengamatan Tidak Langsung
40
Terlebih dahulu saya mencari jurnal atau artikel yang berkaitan dengan
tugas akhir saya. Setelah saya menemukan saya membaca dan mulai
melihat data data apa saja yang diperlukan untuk melakukan pengolahan
data pada tugas akhir saya.
3) Pengamatan Langsung
Setelah 1 bulan lamanya mencari tahu data dan belajar mengenai PLTU
Banten 3 lontar. Saya meminta data performance test boiler sebelum dan
sesudah overhoul, begitu pula data spesifikasi boiler.
4) Wawancara
Saya melakukan metode wawancara kepada bagian efisiensi (Bang
Zulchan) mengenai data terkait, belajar mengenai proses perhitungan dan
analisis terhadap data data.
5) Studi Literatur
Setelah data yang saya kumpulkan telah ada semua, saya mencari
referensi untuk pengolahan data yang terkait yaitu dari buku ASME PTC 4.1
dan jurnal efisiensi lainnya untuk melanjutkan ke pengeolahan data.
41
Data yang diolah sebanyak 2 sempel dari unit 1 UJP PLTU Banten 3 Lontar,
yaitu 1 sampel sebelum overhaul dan 1 sampel setelah overhaul. Dari 2 sempel
hasil perhitungan efisiensi boiler penulis akan menganalisa pengaruh overhaul
terhadap efisiensi boiler pada unit 1 di UJP PLTU Banten 3 Lontar.
42
13. Menghitung kerugian panas karena radiasi dan hal lain yang tidak terhitung
dengan mengunakan persamaan rumus (2.13).
14. Menghitung kerugian panas karena karbon yang tidak terbakar, yaitu:
menghitung fly ash yang tidak terbakar dengan rumus (2.14) dan bottom
ash yang tidak terbakar dengan rumus (2.15)
15. Menghitung efisiensi boiler dengan metode indirect menggunakan
persmaan rumus (2.2)
43
Gambar 3. 3 Diagram Alir Perhitungan Data
44
3.6 Teknik Analisis Data
Dalam teknik analisis data, penulis menjelaskan tentang analisis hasil
perhitungan pengaruh overhaul terhadap efisiensi boiler, yaitu meliputi:
1. Analisis efisiensi boiler sebelum dan sesudah overhaul dengan metode direct.
2. Analisis persen kehilangan panas sebelum dan sesudah overhaul
a. kehilangan panas karena gas buang kering.
b. kehilangan panas karena moisture dari pembakaran hydrogen.
c. kehilangan panas karena moisture di bahan bakar (batubara).
d. kehilangan panas karena moisture di udara.
e. kehilangan panas karena karbon yang tidak terbakar dan tertinggal dalam
fly ash dan bottom ash.
3. Analisis efisiensi boiler sebelum dan sesudah overhaul dengan metode
indirect.
45
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
46
bergerak maupun yang diam. Pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan pada saat
overhaul pada boiler unit 1 PLTU Banten 3 Lontar ialah sebagai berikut.
47
LINGKUP PEKERJAAN DETAIL PEKERJAAN
• Tagging Released & Laporkan Pekerjaan
Selesai
• Buat Laporan Pekerjaan (Isi Feedback Wo
Pada Tab Actual Dan Log)
• Tagging System & Persiapan (Tools Dan
Material)
• Pembersihan/Pemeriksaan Burner
• Pembersihan/Pemeriksaan Burner Nozzle
• Penggantian Nozzle Burner
• Penggantian Coal Box Burner (Incl. Ceramic)
• Adjusment Mechanical Linkage Burner
• Penggantian Seal Kit Actuator Tilting Burner
INSPEKSI UJP UNIT 1 (8 Bh)
• Pemeriksaan Dan Seting Air Adjusment
COAL BURNER DEVICE
Damper
• Periksa Sudut Tilting Sway Burner
Menggunakan Digital Protractor ; +30 Deg
(Up) = 0 % (Toleransi ± 5 Deg) ; -30 Deg
(Down) = 100 %
• Inspeksi Coal Gate Valve (Visual)
• Penggantian Gland Packing Coal Gate Valve
• Pemeriksaan Ceramic
• Pemeriksaan Plat Dinding Coal Burner
• Tagging System & Persiapan (Tools Dan
Material)
• Pembersihan Body Fan
• Penggantian Bearing
• Penggantian Seal Labyrint
• Pemeriksaan Labyrint
INSPEKSI UJP UNIT 1 • Pembersihan Fan Blade
• Ndt Fan Blade (Pt)
PRIMARY AIR FAN A & B
• Pemeriksaan Shaft (Ndt & Run Check)
• Pemeriksaan Fixed Coupling
• Pembersihan Silencer
• Pemeriksaan Cooling System
• Penggantian Pelumas Bearing Nde Dan De
• Pemeriksaan Dan Re- Alignment
• Pengecatan
48
LINGKUP PEKERJAAN DETAIL PEKERJAAN
• Tagging Released & Laporkan Pekerjaan
Selesai
• Buat Laporan Pekerjaan (Isi Feedback Wo
Pada Tab Actual Dan Log)
• Tagging System & Persiapan (Tools Dan
Material)
• Pembersihan Body Fan
• Penggantian Bearing
• Pembersihan Fan Blade
• Ndt Fan Blade (Pt)
• Pemeriksaan Shaft (Ndt & Run Check)
• Pemeriksaan Ovality Fixed Coupling
• Regreasing Bearing Nde, De, Guide Damper
INSPEKSI UJP UNIT 1 • Pemeriksaan Rotary Damper
INDUCED DRAFT FAN A & B • Penggantian Bearing Rotary Damper
• Penggantian Flexible Hose Bearing
• Pemeriksaan Dan Re- Alignment
• Pemeriksaan Kondisi Pondasi (Visual &
Leveling)
• Painting Body
• Tagging Released & Laporkan Pekerjaan
Selesai
• Buat Laporan Pekerjaan (Isi Feedback Wo
Pada Tab Actual Dan Log)
• Tagging System & Persiapan (Tools Dan
Material)
• Pembersihan Body Fan
INSPEKSI UJP UNIT 1 • Penggantian Bearing
• Pembersihan Fan Blade
FORCED DRAFT FAN A & B
• Ndt Fan Blade (Pt)
• Run Out Shaft
• Penggantian Hydraulic Oil
• Penggantian Filter
49
LINGKUP PEKERJAAN DETAIL PEKERJAAN
• Pemeriksaan Fixed Coupling
• Penggantian Seal Moving Blade
• Penggantian Ring Balance Arm
• Pembersihan Silencer
• Pembersihan He Cooling
• Regreasing Bearing Nde & De
• Pemeriksaan Dan Re- Alignment
• Pengecatan
• Tagging Released & Laporkan Pekerjaan
Selesai
• Buat Laporan Pekerjaan (Isi Feedback Wo
Pada Tab Actual Dan Log)
• Tagging System & Persiapan (Tools Dan
Material)
• Pembersihan Element Aph (Water Jet)
• Adjust Sealing System (Top-Bottom Radial
Seal, Axial Seal, Bypass Seal)
• Penggantian Sealing System (Top-Bottom
Radial Seal, Axial Seal, Bypass Seal)
INSPEKSI UJP UNIT 1
• Adjust Seal Gap
AIR PREHEATER A & B • Run Out Rotor
• Penggantian Guide & Thrust Bearing
• Pengantian Lube Oil Guide & Thrust Bearing
• Penggantian Gland Packing Top Dan Bottom
Sealing
• Tagging Released & Laporkan Pekerjaan
Selesai
• Buat Laporan Pekerjaan (Isi Feedback Wo
Pada Tab Actual Dan Log)
Sumber: Pemeliharaan Mekanik Boiler UJP PLTU Banten 3 Lontar
50
Tabel 4. 3 Data Performance Test Boiler Sebelum Dan Sesudah Overhaul
Sebelum Sesudah
Boiler Performance Data Satuan
Overhaul Overhaul
Coal Flow T/h 154.64 141.55
Main Steam Pressure Mpa 16.06 16.29
Main Steam Temperature °C 536 514
Feed Water Pressure Mpa 1.7510929 1.709033203
Feed Water Temperature °C 283 268
Main Steam Flow T/h 986.5686 1003.7183
%CO2 in Flue Gas % 17.2 18.22
%O2 in Flue Gas % 1.855 1.905
%CO in Flue Gas % 0 0
Average Flue Gas
°C 182.09 165.86
Temperature
Humadity In Ambient Air Kg/Kg Dry Air 0.02496 0.02482
Ambient Temperature °C 33.7 33.6
Fuel Analysis (in %)
Ash Content in Fuel %wt 5.63 6.49
Moisture in Coal %wt 28.76 28.73
Carbon Content %wt 48.52 50.05
Hydrogen Content %wt 5.00 5.33
Oxygen Content %wt 10.33 9.17
Nitrogen Content %wt 1.37 0.8
Sulfur Content %wt 0.4 0.37
ABMA ABMA 0.18 0.18
GCV Of Coal kcal/kg 4325 4753
GCV Of Fly Ash kcal/kg 157 457.47
GCV Of Bottom Ash kcal/kg 30.7 28.75
Fly Ash Split % 0.9 0.9
Bottom Ash Split % 0.1 0.1
51
Co, China. Berdasarkan tujuan dan konstruksi boiler di PLTU Banten 3 Lontar,
ialah termasuk kategori industrial boiler karena memiliki spesifikasi antara lain
boiler digunakan untuk menggerakan turbin, menggunakan bahan bakar minyak
solar atau HSD (High Speed Diesel) untuk start up atau penyalaan awal
sementara bahan bakar primernya menggunakan batubara, memiliki kapasitas
uap 1025 Ton uap/jam maka boilernya termasuk boiler kapasitas sangat tinggi
ditinjau dari kapasitas kerjanya, bertekanan desain outlet superheater 17.4 MPa
termasuk kedalam boiler dengan tekanan kerja sangat tinggi, suhu uap keluar
superheater 541 ºC, dengan perakitannya dilakukan di PLTU Lontar dimana
boiler tersebut akan dioperasikan.
Jika ditinjau dari konstruksinya dan berdasarkan daerah yang mengalami
pemanasan boiler di PLTU Lontar termasuk tipe Water Tube Boiler. Terlihat
bahwa air sirkulasi pada boiler masuk melalui pipa-pipa dan panas hasil
pembakaran dilewatkan melalui permukaan luar pipa tersebut. Berdasarkan
bentuk dan letak pipa-pipa evaporatornya merupakan tipe boiler pipa lurus,
kemudian berdasarkan sirkulasi airnya boiler PLTU Lontar merupakan boiler
dengan sirkulasi paksa karna air yang digunakan dipompa menuju boiler
menggunakan BFPT (Boiler Feed Pump Turbine), yaitu pompa yang berfungsi
untuk mengalirkan air pengisi menuju tube-tube didalam boiler.
Sistem pembakaran pada boiler PLTU Lontar yaitu berjenis Pulverized
Fuel Boiler dengan pembakaran tangensial, karena pada alat bantu utama boiler
terdapat pulverizer atau mill sebagai penghalus batubara yang akan digunakan
sebagai bahan bakar utamanya. Disebut pembakaran tangensial karena
batubara halus tersebut dihembuskan dengan sebagian udara pembakaran
masuk menuju furnace boiler melalui serangkaian nosel burner yaitu berjumlah
empat buah burner dari keempat sudut menciptakan bola api pada pusat tungku.
Untuk tekanan diruang bakar boiler PLTU Lontar menggunakan sistem
balanced draft, Hal ini berarti tekanan statik adalah sama dengan tekanan
atmosfir pada titik tertentu didalam boiler. Untuk boiler PLTU Lontar, balanced
draft kenyataannya dibawah tekanan atmosfir. Draft dijaga sedikit dibawah
tekanan atmosfir agar tidak ada bahan bakar dan panas yang bocor keluar boiler.
Sistem balanced draft menggunakan forced draft fan dan induced draft fan untuk
52
mempertahankan tekanan ruang bakar yang sesuai. Berikut adalah Diagram
Control system ruang bakar atau furnace di PLTU Lontar.
Sedangkan spesifikasi batubara yang dipakai sebagai bahan bakar
utama untuk pembakaran diboiler PLTU Lontar ialah untuk nilai kalor (LHV) harus
direntan antara 3900-4500 kcal/kg, Indeks ketergilingan atau grandibilty index
berada direntan antara 45-65 HGI, untuk kandungan karbon, hydrogen, oksigen,
nitrogen, sulpur, ash dan lain lainnya tidak begitu dipentingkan tp berpengaruh
juga terhadap efisiensi boiler, yg utama ialah nilai kalor dan indeks ketergilingan
karena berpengaruh terhadap pembakaran diboiler dan efisiensinya.
Untuk mengetahui efisiensi boiler harus dilakukan beberapa perhitungan
yaitu menghitung:
1. Efisiensi boiler (Metode Direct)
2. Kebutuhan udara teoritis untuk proses pembakaran.
3. Karbon dioksida (CO2) teoritis
4. Kelebihan udara atau excees air yang dipasok.
5. Massa udara yang sebenernya yang dipasok.
6. Gas buang kering.
7. Kerugian – kerugian panas (Heat Loss)
8. Efisiensi boiler (Metode Indirect)
53
4.4 Hasil
4.4.1 Hasil Perhitungan Efisiensi Boiler Sebelum Overhaul
Dari data-data yang telah dikumpulkan maka dapat dilakukan
perhitungan efisiensi boiler dengan metode direct dan metode indirect, yaitu:
4.4.1.1 Menghitung efisiensi boiler (metode direct)
ℎ𝑒𝑎𝑡 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡
Boiler Efisiensi (η) = × 100%
ℎ𝑒𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡
𝐺𝑚𝑠 ×(hg−hf)
Boiler efisiensi (η) = × 100%
𝐺𝑓𝑢𝑒𝑙 × GCV
986.5686 ×(812.68−299.56)
Boiler efisiensi (η) = × 100% = 75.72%
154.64 × 4325
Dimana:
Gms = Laju aliran main steam
hf = Enthalpi saturasi feed water
hg = Enthalpi saturasi main steam
Gfuel = Laju aliran bahan bakar
GCV = Nilai kalori batubara
54
2) Menghitung CO2 teoritis
𝑚𝑜𝑙 𝐶
%CO2 = 𝑚𝑜𝑙 𝑁2+𝑚𝑜𝑙 𝐶
0,04043
%CO2 = = 0,1745 × 100 = 17,45%
0,1913 + 0,04043
Dimana:
𝑤𝑡 𝑜𝑓 𝐶 𝑖𝑛 𝑓𝑢𝑒𝑙
mol C = 𝑚𝑜𝑙 𝑤𝑡 𝑜𝑓 𝐶
0,4852
mol C = = 0,04043
12
𝑤𝑡 𝑜𝑓 𝑁2𝑖𝑛 𝑡ℎ𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑐𝑎𝑙 𝑎𝑖𝑟 𝑤𝑡 𝑜𝑓 𝑁2 𝑖𝑛 𝑓𝑢𝑒𝑙
mol N2 = +
𝑚𝑜𝑙 𝑤𝑡 𝑜𝑓 𝑁2 𝑚𝑜𝑙 𝑤𝑡 𝑜𝑓 𝑁2
77
6,9363 × 13,7 × 10−3
100
mol N2 = + = 0,1913
28 28
Dimana:
44
massa CO2 = (%C) x 12
44 𝑘𝑔
massa CO2 = 0,4852 x 12 = 1.7791 ⁄𝑘𝑔𝑏𝑏
𝐴𝐴𝑆 𝑋 77
massa N2 udara pembakaran = 100
7,60837 𝑥 77 𝑘𝑔
massa N2 udara pembakaran = = 5,8584 ⁄𝑘𝑔𝑏𝑏
100
55
(𝐴𝐴𝑆−(𝑂2)𝑡) 𝑥 23
massa O2 gas buang = 100
(7,60837−6,9363) 𝑥 23 𝑘𝑔
massa O2 gas buang = = 0,1546 ⁄𝑘𝑔𝑏𝑏
100
𝑘𝑗
44.91𝐾 1.014 𝐾−𝐶𝑝
𝑘𝑔
= 𝑘𝑗
50𝐾 0.036 𝐾
𝑘𝑔
Cp = 0.236 kcal/kgK
56
6.b) Menghitung kerugian panas karena moisture dari pembakaran H2
(hydrogen) (L2)
9×𝐻2×(584+𝐶𝑝(𝑇𝑓−𝑇𝑎)
L2 = × 100
𝐺𝐶𝑉 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎
9 × 0,05 × (584 + 0,671 (182.09 − 33,7))
L2 = × 100
4325
= 6.3204%
Dimana:
H2 = Massa hydrogen dalam 1 kg batubara
Cp = Panas spesifik superheated steam (kcal/kgoC)
GCV = Gross calorific value (kcal/kg)
Tf = Temperatur flue gas (oC)
Ta = Temperatur ambient (oC)
9 = Konstanta
584 = Konstanta
• Nilai Cp superheated steam didapat dari software steam property
pada Lampiran.
Diketahui: main steam temperature = 536 oC
steam pressure = 16,06 Mpa
Maka didapat nilai Cp = 0.671 kcal/kgK
57
6.d) Menghitung kerugian panas karena moisture di udara (L4)
= 0.4372%
Dimana:
AAS = Massa udara actual yang disuplai dalam 1 kg batubara
Humidity (Rasio kelembaban) = massa air yang terkandung dalam
stiap kg udara kering
Cp = Panas spesifik superheated steam (kcal/kgoC)
GCV = Gross calorific value (kcal/kg)
Tf = Temperatur flue gas (oC)
Ta = Temperatur ambient (oC)
0 × 0,4852 584
× × 100 = 0%
0 +17,2 4325
Dimana:
CO = Volume CO di flue gas
CO2 = Volume CO2 aktual di flue gas
C = Kandungan carbon (kg/kg batubara)
GCV = Gross calorific value (kcal/kg)
584 = Konstanta
58
6.f) Menghitung kerugian panas karena radiasi dan konveksi (L6)
L6 = ABMA
L6 = 0.18%
Dimana:
ABMA = Total rad and convection from American Boiler
Manufactures Association Chart
= 0.183%
Dimana:
% ash content in fuel = 0.0563
Ratio bottom ash to fly ash = 90 : 10
GCV fly ash = 157 kcal/kg
Jumlah fly ash per kg batubara = 0.9 × 0.0563 = 0.05067
2) Bottom ash yang tidak terbakar (L8)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑏𝑢 𝑝𝑒𝑟 𝑘𝑔 𝑏𝑏 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟 ×𝐺𝐶𝑉 𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 𝑎𝑠ℎ
L8 = × 100
𝐺𝐶𝑉 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎
0.05067 ×30.7
= × 100
4325
= 0.00399%
Dimana :
% ash content in fuel = 0.0563
Ratio bottom ash to fly ash = 90 : 10
GCV bottom ash = 30.7 kcal/kg
Jumlah bottom ash per kg batubara = 0.1 × 0.0563 = 0.00563
59
Menghitung efisiensi boiler (metode indirect)
Efisiensi Boiler (η)
= 100 – (6.3204 + 7.1123 + 4.5455 + 0.4372 + 0 + 0.18 + 0.183 + 0.00399)
= 81.22%
Dimana:
Gms = Laju aliran main steam
hf = Enthalpi saturasi feed water
hg = Enthalpi saturasi main steam
Gfuel = Laju aliran bahan bakar
GCV = Nilai kalori batubara
60
2) Menghitung CO2 teoritis
𝑚𝑜𝑙 𝐶
%CO2 = 𝑚𝑜𝑙 𝑁2+𝑚𝑜𝑙 𝐶
0,0417
%CO2 = = 0,1893 × 100 = 16,96%
0,2041 + 0,0417
Dimana:
𝑤𝑡 𝑜𝑓 𝐶 𝑖𝑛 𝑓𝑢𝑒𝑙
mol C = 𝑚𝑜𝑙 𝑤𝑡 𝑜𝑓 𝐶
0,5005
mol C = = 0,0417
12
𝑤𝑡 𝑜𝑓 𝑁2𝑖𝑛 𝑡ℎ𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑐𝑎𝑙 𝑎𝑖𝑟 𝑤𝑡 𝑜𝑓 𝑁2 𝑖𝑛 𝑓𝑢𝑒𝑙
mol N2 = +
𝑚𝑜𝑙 𝑤𝑡 𝑜𝑓 𝑁2 𝑚𝑜𝑙 𝑤𝑡 𝑜𝑓 𝑁2
77
7,4108 × 8 × 10−3
100
mol N2 = + = 0,2041
28 28
Dimana:
44
massa CO2 = (%C) x
12
44 𝑘𝑔
massa CO2 = 0,5005 x 12 = 1.8351 ⁄𝑘𝑔𝑏𝑏
𝐴𝐴𝑆 𝑋 77
massa N2 udara pembakaran =
100
8,1501 𝑥 77 𝑘𝑔
massa N2 udara pembakaran = = 6,2756 ⁄𝑘𝑔𝑏𝑏
100
(𝐴𝐴𝑆−(𝑂2)𝑡) 𝑥 23
massa O2 gas buang = 100
61
(8,1501−7,4108) 𝑥 23 𝑘𝑔
massa O2 gas buang = = 0,17 ⁄𝑘𝑔𝑏𝑏
100
𝑘𝑗
11.14𝐾 0.978 𝐾−𝐶𝑝
𝑘𝑔
= 𝑘𝑗
50𝐾 0.039 𝐾
𝑘𝑔
Cp = 0.233 kcal/kgK
62
6.b) Menghitung kerugian panas karena moisture dari pembakaran H2
(hydrogen) (L2)
9×𝐻2×(584+𝐶𝑝(𝑇𝑓−𝑇𝑎)
L2 = × 100
𝐺𝐶𝑉 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎
Dimana:
H2 = Massa hydrogen dalam 1 kg batubara
Cp = Panas spesifik superheated steam (kcal/kgoC)
GCV = Gross calorific value (kcal/kg)
Tf = Temperatur flue gas (oC)
Ta = Temperatur ambient (oC)
9 = Konstanta
584 = Konstanta
• Nilai Cp superheated steam didapat dari software steam
property pada Lampiran
Diketahui: main steam temperature = 514 oC
steam pressure = 16.29 Mpa
Maka didapat nilai Cp = 0.696 kcal/kgK
= 0.04102 × 100
= 4.102%
Dimana:
m = Massa moisture dalam 1 kg batubara
Cp = Panas spesifik superheated steam (kcal/kgoC)
GCV = Gross calorific value (kcal/kg)
Tf = Temperatur flue gas (oC)
Ta = Temperatur ambient (oC)
584 = Konstanta
63
6.d) Menghitung kerugian panas karena moisture di udara (L4)
𝐴𝐴𝑆 × 𝐻𝑢𝑚𝑖𝑑𝑖𝑡𝑦 ×𝐶𝑝(𝑇𝑓−𝑇𝑎)
L4 = × 100
𝐺𝐶𝑉 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎
8.1501 × 0,02482 ×(0.696 (165.86 − 33.6))
L4 = × 100 = 0.3918%
4753
Dimana:
AAS = Massa udara actual yang disuplai dalam 1 kg batubara
Humidity (Rasio kelembaban) = massa air yang terkandung dalam
stiap kg udara kering
Cp = Panas spesifik superheated steam (kcal/kgoC)
GCV = Gross calorific value (kcal/kg)
Tf = Temperatur flue gas (oC)
Ta = Temperatur ambient (oC)
Dimana:
CO = Volume CO di flue gas
CO2 = Volume CO2 aktual di flue gas
C = Kandungan carbon (kg/kg batubara)
GCV = Gross calorific value (kcal/kg)
584 = Konstanta
64
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑏𝑢 𝑝𝑒𝑟 𝑘𝑔 𝑏𝑏 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟 × 𝐺𝐶𝑉 𝑓𝑙𝑦 𝑎𝑠ℎ
L7 = × 100
𝐺𝐶𝑉 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎
0.00649 × 457.47
= × 100
4753
= 0.5621 %
Dimana:
% ash content in fuel = 0.0649
Ratio bottom ash to fly ash = 90 : 10
GCV fly ash = 457.47 kcal/kg
Jumlah fly ash per kg batubara = 0.9 × 0.0649 = 0.05841
• Bottom ash yang tidak terbakar (L8)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑏𝑢 𝑝𝑒𝑟 𝑘𝑔 𝑏𝑏 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟 × 𝐺𝐶𝑉 𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 𝑎𝑠ℎ
L8 = × 100
𝐺𝐶𝑉 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑏𝑎𝑟𝑎
0.05841 × 28.75
= × 100
4753
= 0.00392 %
Dimana :
% ash content in fuel = 0.0649
Ratio bottom ash to fly ash = 90 : 10
GCV bottom ash = 28.75 kcal/kg
Jumlah bottom ash per kg batubara = 0.1 × 0.0649 = 0.00649
65
Tabel 4. 4 Hasil Hitung Efisiensi Boiler Metode Direct
Sebelum Sesudah
Parameter Metode Direct Satuan
Overhaul Overhaul
Laju aliran main steam T/h 986.5686 1003.7183
Entalpi main steam kcal/kg 812.68 797
Entalpi feedwater kcal/kg 299.34 280.82
Laju aliran bahan bakar T/h 154.64 141.55
Nilai kalori batubara kcal/kg 4325 4753
Efisiensi Boiler % 75.72 77.01
66
4.5 Analisa Data Hasil Perhitungan
Efisiensi (%)
84 82,56
81,22
82
80
77,01
78 75,72 Efisiensi
76
74
72
Sebelum OH Sesudah OH Sebelum OH Sesudah OH
Direct Direct Indirect Indirect
67
4.5.2 Unsur Kehilangan Panas
Sebelum Sesudah
No Item Selisih
Overhaul Overhaul
Kehilangan panas karena: % % %
1 Gas Buang Kering L1 6.3204 5.371 -0.933
Moisture Dari Pembakaran
2 7.1123 6.8231 -0.2892
Hydrogen L2
3 Moisture di Batubara L3 4.5455 4.102 -0.4435
4 Moisture di Udara L4 0.4372 0.3918 -0.0409
Pembakaran yang tidak
5 0 0 0
sempurna L5
6 Radiasi dan konveksi L6 0.18 0.18 0
Karbon yang tidak terbakar
7 0.183 0.5621 0.3791
dalam fly ash L7
Karbon yang tidak terbakar
8 0.00399 0.00392 -0.00007
dalam bottom ash L8
Total 18.78239 17.43692 -1.32757
68
Berikut ini adalah grafik perbandingan kehilangan panas sebelum dan
sesudah overhaul:
6,324
8 6,054 6,228
7,1123 6,8231 6,48
7 6,3204
5,371 4,193
6 4,296
5 4,102
4,5455
4
3
2 1,076
0,286
0,983
1 0,276 0,18
0,3918 0,035
0 0,18 0,062
0,4372 0 0,037
0,18 0,066
L1 0 0,18 0,0624
L2 0,0353
L3 0,0204
L4 0,0359
L5
L6
L7
L8
Perhitungan Sebelum OH
Perhitungan Sesudah OH
Performance Test Sebelum OH
Performance Test Sesudah OH
69
Gambar 4. 3 Diagram Sankey Sebelum Overhaul
70
Gambar 4. 5 Diagram Sankey Performance Test Sebelum Overhaul
71
Jika dilihat dari penurunan efisiensi boiler pada sebelum dan sesudah
overhaul disebabkan karena beberapa factor, berikut adalah penjelasannya.
a. Kehilangan Panas Karena Gas Buang Kering
Melihat dari hasil perhitungan pada gambar 4.3 dan gambar 4.4
didapatkan jumlah kerugian panas akibat massa gas buang kering
mengalami penurunan sebanyak 0.933% dimana nilai sebelum overhaul
6.3204% dan sesudah overhaul 5.371%. Hal ini disebabkan oleh adanya
kotoran yang menempel pada tube boiler sehingga dapat mengurangi
perpindahan panas yang terjadi, sehingga mrngakibatkan panas hasil
pembakaran tersebut terbuang melalui stack.
b. Kehilangan Panas Karena Moisture dari Pembakaran Hidrogen
Melihat dari hasil perhitungan pada gambar 4.3 dan gambar 4.4
didapatkan jumlah kehilangan panas karena moisture dari pembakaran
hydrogen mengalami penurunan sebesar 0.2892% dimana nilai sebelum
overhaul 7.1123% dan sesudah overhaul 6.8231%. Hal ini disebabkan
karena nilai kandungan oksigen content setelah overhaul lebih sedikit
sehingga kadar hydrogen yang mengikat kadar oksigen lebih sedikit dan
menghasilkan H2O lebih sedikit.
c. Kehilangan Panas Karena Moisture di Bahan Bakar (Batubara)
Melihat dari hasil perhitungan pada gambar 4.3 dan gambar 4.4 untuk
analisis kehilangan panas karena moisture pada batubara mengalami
penurunan sebesar 0.4435% dimana nilai sebelum overhaul 4.5455% dan
sesudah overhaul 4.102%. Hal ini disebabkan karena pada saat kegiatan
overhaul pembersihan di elemen airpreheater yang merupakan elemen
pemanas pada saluran sistem udara primer menyebabkan pengeringan
batubara yang terjadi di mill menjadi lebih optimal sehingga dapat
menurunkan kadar moisture pada batubara.
d. Kehilangan Panas Karena Moisture di Udara
Melihat dari hasil perhitungan pada gambar 4.3 dan gambar 4.4 untuk
analisis kehilangan panas karena moisture di udara mengalami penurunan
sebesar 0.0409% dimana nilai sebelum overhaul 0.4372% dan sesudah
overhaul 0.3918%. Hal ini disebabkan karena faktor humidity atau uap air
72
dan temperature ambient yang terkandung di udara atmosfer sekitar yang
disuplai oleh forced draft fan untuk memenuhi kebutuhan udara pada proses
pembakaran di ruang bakar boiler.
e. Kehilangan Panas Karena Karbon Yang Tidak Terbakar Dan Tertinggal
Dalam Fly Ash Dan Bottom Ash
Faktor yang terakhir ialah kehilangan panas karena karbon yang tidak
terbakar dan tertinggal dalam abu atas atau fly ash maupun abu bawah atau
bottom ash.
• Unborn Carbon Fly Ash (L7)
Melihat dari hasil perhitungan pada gambar 4.3 dan gambar 4.4
untuk analisis kehilangan panas karena karbon tidak terbakar dalam fly
ash mengalami kenaikan sebesar 0.3791% dimana nilai unborn carbon
fly ash sebelum overhaul 0.183% dan sesudah overhaul 0.5621%. Hal
ini disebabkan karena pada saat setelah overhaul nilai dari HHV fly ash
mengalami kenaikan dimana nilai HHV fly ash sebelum overhaul
sebesar 157 kcal/kg dan setelah overhaul 457.47 kcal/kg.
• Unborn Carbon Bottom Ash (L8)
Melihat dari hasil perhitungan pada gambar 4.3 dan gambar 4.4
untuk analisis kehilangan panas karena karbon tidak terbakar dalam
bottom ash mengalami penurunan sebesar 0.00007% dimana nilai
sebelum overhaul 0.00399% dan sesudah overhaul 0.00392%. Hal ini
disebabkan karena pada saat setelah overhaul nilai dari HHV bottom
ash mengalami penurunan dimana nilai HHV bottom ash sebelum
overhaul sebesar 30.7 kcal/kg dan setelah overhaul 28.75 kcal/kg.
73
terjadi pada saat sebelum overhaul. Sementara hasil efisiensi dari performance
test sebelum overhaul 81.46% dan sesudah overhaul 81.56%.
74
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan data yang telah dilakukan untuk mengetahui
pengaruh overhaul terhadap efisiensi boiler sebelum dan sesudah overhaul unit
1 UJP PLTU Banten 3 Lontar dengan metode direct dan indirect didapatkan:
1. Untuk metode direct didapatkan hasil efisiensi boiler sebelum overhaul
sebesar 75.72% dan sesudah overhaul sebesar 77.01% sehingga
mengalami kenaikan sebesar 1.29%.
2. Untuk metode indirect didapatkan hasil efisiensi boiler sebelum overhaul
sebesar 81.22% dan sesudah overhaul sebesar 82.56% sehingga
mengalami kenaikan efisiensi sebesar 1.34%.
3. Selisih penggunaan bahan bakar sebelum dan sesudah overhaul
sebesar 13.09 T/h dan pengurangan biaya yang dikeluarkan untuk
batubara sekitar Rp 263.580.240 per hari.
5.2 Saran
1. Dari laporan skripsi ini penulis menyarankan untuk kegitan overhaul
harus selalu rutin dilakukan karena overhaul memberikan hasil yang
positif terhadap kenaikan efisiensi boiler.
2. Tambahkan analisa secara finansial untuk penelitian selanjutnya.
75
DAFTAR PUSTAKA
E, N. (2013). Optimalisasi Kinerja Soot Blower Pada Boiler PLTU Tanjung Jati B.
Iswandi, C. T. (2012). Analisis Kinerja Boiler Pada PLTU Unit 1 PT. Semen
Tonasa.
Nurmalita. (2012). Analisis Efiesiensi Energi Pada Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU) PT. Energi Alam Raya Semesta Di Kabupaten Nagan Raya
Naggroe Aceh Darussalam.
Ramadhan, M. F. (2018). Analisis Nilai Excess Air Terhadap Efisiensi Boiler Pada
PLTU Batubara Unit Pembangkitan Peabuhan Ratu 3 x 350 MW.
Ramadhan, P. (2017). Analisa Efisiensi Boiler Dengan Metode Heat Loss
Sebelum dan Sesudah Overhaul PT. Indonesia Power UJP PLTU Lontar
Unit 3. Jurnal Power Plant.
Simanjuntak, O. T., & Amien, S. (2015). Studi Keandalan (Reliability) Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU) Labuhan Angin Sibolga.
Siswanto, E. (2015). Analisa Efisiensi Exergi Boiler Wanson III Pada Unit KIlang
Di Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Minyak Dan Gas Bumi (PUSDIKLAT
MIGAS) Cepu.
76
LAMPIRAN
78
Lampiran 1 Lembar Bimbingan Skripsi
79
80
Lampiran 2 Enthalpy Feedwater Dengan Steam Property
81
Mencari Enthalpy Feedwater Dengan Steam Property
(Metode Direct) Setelah Overhaul
82
Lampiran 3 Enthalpy Superheat Dengan Steam Property
Mencari Enthalpy Superheat Dengan Steam Property
(Metode Direct) Sebelum Overhaul
83
Mencari Enthalpy Superheat Dengan Steam Property
(Metode Direct) Setelah Overhaul
84
Lampiran 4 CP Superheat Dengan Steam Property
Mencari CP Superheat Dengan Steam Property
(Metode Indirect) Sebelum Overhaul
85
Mencari CP Superheat Dengan Steam Property
(Metode Indirect) Setelah Overhaul
86
Lampiran 5 Tabel Kalor Spesifik Gas Ideal (Udara Flue Gas)
87
Lampiran 6 Surat Pengambilan Data
88
Lampiran 7 Lembar Revisi
89
90
91
92