DAFTAR ISI
i
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kubikel merupakan suatu perangkat atau peralatan listrik yang memiliki
fungsi sebagai pengendali, penghubung, pemutus, pelindung dan membagi sistem
tenaga listrik dari sumber tenaga listrik serta berfungsi untuk mengurangi bunga api
yang terjadi saat melakukan penyambungan (Hariansyah and Awaluddin, 2014).
Menurut (Pasra, Makkulau and Abriyanto, 2018), salah satu permasalahan yang
terjadi pada kubikel tegangan menengah adalah terjadinya corona. Corona adalah
suatu fenomena yang terjadi pada saat udara di sekitar konduktor atau penghantar
terionisasi. Dari proses tersebut terjadilah pelepasan muatan yang dapat
mengakibatkan kegagalan isolasi pada udara. Menurut data penelitian (Pasra,
Makkulau and Abriyanto, 2018), didapatkan kubikel T-241 posko Menteng
mengalami rugi-rugi daya sebesar 3,88 kW. Sedangkan pada kubikel K-245 posko
Menteng mengalami rugi-rugi daya sebesar 3,45 kW. Namun, corona dapat
diminimalisir dengan pengoptimalan suhu dan kelembapan pada kubikel.
Berdasarkan penelitian (Rahman and Broto, 2020) salah satu cara untuk
mengoptimalkan nilai suhu dan kelembapan pada kubikel adalah dengan
menggunakan fan dan heater. Pengontrolan fan dan heater dilakukan berdasarkan
nilai suhu dan kelembapan pada panel yang terbaca pada sensor. Saat nilai suhu
pada kubikel tinggi, maka fan akan beroperasi untuk melakukan sirkulasi udara
pada ruang kubikel. Sehingga suhu pada kubikel dapat menurun. Lalu, saat nilai
kelembapan pada kubikel tinggi, maka heater akan beroperasi menurunkan nilai
kelembapan. Namun, kelemahan dari penelitian tersebut belum adanya metode
pengontrolan fan, sehingga suhu pada kubikel tidak dapat optimal.
Permasalahan selanjutnya adalah menurut survei lapangan yang dilakukan
oleh peneliti, dapat diketahui bahwa jarak antara satu High Voltage Substation
dengan yang lainnya minimal adalah ±500meter dan maksimal adalah
±2kilometer. Saat ini kegiatan maintenance dan monitoring data pada kubikel tiap
Medium Voltage Substation di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya hanya dilakukan
selama 1 bulan sekali untuk pengambilan data pemakaian energi listrik (kWh)
selama 1 bulan terakhir atau saat terjadi gangguan pada kubikel. Padahal jika
dilakukan monitoring rutin dapat meminimalisir adanya gangguan yang terjadi pada
kubikel. Oleh karena itu, perlu adanya sistem monitoring secara real time terhadap
beberapa parameter padakubikel untuk mempermudah monitoring kubikel.
Dari permasalahan yang ada, maka dari itu peneliti ingin membuat rancang
bangun alat optimalisasi suhu dan kelembapan kubikel tegangan menegah untuk
meminimalisir terjadinya corona disease dengan metode fuzzy berbasis PLC.
Sistem tersebut dapat melakukan pengontrolan suhu dan kelembapan, sehingga
suhu dan kelembapan pada kubikel dapat optimal. Pengoptimalan suhu dan
kelembapan tersebut akan meminimalisir terjadi corona. Sehingga kerugian yang
ditimbulkan corona seperti rugi-rugi daya, percikan bunga api dapat diminimalisir
dan kinerja kubikel tegangan menengah dapat stabil.
2
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada PKM-KC ini adalah:
1. Merancang penstabil kinerja kubikel tegangan menengah berbasis PLC
M221 Schneider.
2. Mengetahui pengaruh kontrol suhu dan kelembapan pada penstabil kinerja
kubikel tegangan menengah berbasis PLC M221 Schneider.
3. Mengetahui pengaruh metode fuzzy terhadap alat penstabil kinerja kubikel
tegangan menengah berbasis PLC M221 Schneider.
1.4 Manfaat
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :
1. Penelitian ini dapat diterapkan pada kubikel tegangan menengah untuk
menjaga kinerja kubikel dan umur kubikel.
2. Penelitian ini dapat meminimalisir terjadinya efek corona pada kubikel
tegangan menengah yang menyebabkan beberapa kerugian seperti rugi- rugi
daya dan percikan bunga api.
3. Penelitian ini mampu memberikan kemudahan kepada operator untuk
melakukan monitoring berbagai parameter pada kubikel tegangan menengah
secara cepat dan tepat.
komponen maka selanjutnya adalah pembuatan rancang bangun alat. Setelah itu,
dilakukan tahap sinkronisasi yang merupakan tahap menyelaraskan kerja
keseluruhan komponen dan memastikan bahwa komunikasi antar satu komponen
dengan komponen lain dapat dilakukan dan berjalan dengan lancar.
Berdasarkan data pada Tabel 4.2, saat kelembapan ruang panel telah bernilai
> 95%RH, maka relay heater akan ON sehingga relay heater juga akan ON. Saat
heater beroperasi, kadar kelembapan akan berkurang seiring dengan berjalannya
waktu. Hal tersebut dibuktikan dengan pada Tabel 4.2 dimana kelembapan panel
yang semula bernilai 95,14%RH menjadi 49,99%RH dalam waktu 250 detik. Dan
data pada Tabel 4.2 dapat diilustrasikan pada grafik Gambar 4.3.
8
80
60
40
20
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260
Data pada Tabel 4.3 diatas dapat diilustrasikan dalam grafik sesuai Gambar
4.4. Ilustrasi dalam bentuk grafik ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui tingkat
keefektifan metode kontrol fan dalam menstabilkan suhu ruang panel kubikel.
9
DAFTAR PUSTAKA