Disusun Oleh :
Norman Hkaliq
19320059
Puji syukur kami haturkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan “Laporan Praktikum Prestasi Mesin”
Laporan ini kami susun dalam rangka memenuhi salah satu mata kuliah
wajib serta merupakan tindak lanjutan atas praktikum yang telah dilaksanakan
pada tanggal 12 Desember 2022 di Laboratorium Prestasi Mesin di Universitas
Janabadra.
Pada kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak atas bimbingan serta arahan yang diberikan kepada
penyusun untuk menyelesaikan Laporan Praktikum Prestasi Mesin ini,
khususnya kepada Bapak Untoro Budi Surono, S.T., M.Eng selaku dosen
pembimbing sekaligus Kepala Lab Prestasi Mesin.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Praktikum
Prestasi Mesin ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penyusun
mengharap kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun agar dalam
mengerjakan tugas selanjutnya dapat menghasilkan yang lebih baik.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PRAKATA...........................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN.................................................................................1
5.1 Kesimpulan..............................................................................................25
5.2 Saran........................................................................................................25
BAGIAN KEDUA : PENGUJIAN MESIN PENGKONDISIAN
UDARA...............................................................................................................27
BAB 1. PENDAHULUAN..............................................................................27
3
1.1 Tinjauan Umum Mesin Pengkondisian Udara........................................27
1.2 Tujuan Pengujian.....................................................................................27
BAB 2. LANDASAN TEORI.........................................................................29
1.1 Kesimpulan..............................................................................................56
1.2 Saran........................................................................................................56
BAGIAN KETIGA : PENGUJIAN MESIN DIESEL............................57
BAB 1. PENDAHULUAN..............................................................................57
4
4.1 Hasil Pengukuran....................................................................................65
4.2 Perhitungan..............................................................................................65
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................76
5.1 Kesimpulan..............................................................................................76
5.2 Saran........................................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................78
LAMPIRAN.......................................................................................................80
5
BAGIAN PERTAMA : PENGUJIAN MESIN GENSET
BAB 1. PENDAHULUAN
1
Pemakaian bahan bakar juga akan mengalami perbedaan saat mesin genset
dipakai tanpa beban dengan diberi beban alat listrik. Dalam praktik ini
akan diuji perbedaan penggunaan bahan bakar bensin jenis premium dan
bensin jenis pertamax pada mesin genset mesin bensin dengan
pembebanan lampu pijar.
2
BAB 2. LANDASAN TEORI
3
Gambar 1. Siklus kerja motor bensin 4 langkah
1. Langkah Hisap
Langkah isap terjadi ketika torak bergerak dari titik mati
atas menuju titik mati bawah akan menghasilkan tekanan yang
sangat rendah di dalam ruang silinder sehingga campuran bahan
bakar udara dari karburator akan masuk mengisi silinder melalui
katup masuk yang terbuka saat langkah isap sampai torak
meninggalkan titik mati bawah, sementara katup buang dalam
keadaan tertutup.
2. Langkah Kompresi
Langkah kompresi dimulai torak meninggalkan titik mati
bawah menuju titik mati atas, mengkompresikan campuran bahan
bakar udara didalam silinder. Bunga api listrik diumpankan melalui
busi ketika torak berada beberapa derajat poros engkol sebelum
titik mati atas, membakar campuran bahan bakar udara untuk
menghasilkan temperatur dan tekanan yang tinggi.
3. Langkah Kerja (Ekspansi)
Langkah kerja dimulai ketika torak bergerak dari titik mati
atas menuju titik mati bawah. Gerakan torak ini terjadi karena gas
panas hasil pembakaran berekspansi sehingga memperbesar
volume silinder.
4. Langkah Pembuangan
Langkah terakhir adalah langkah pembuangan, terjadi
ketika torak bergerak dari titik mati bawah menuju titik mati atas
menekan gas sisa hasil pembakaran keluar melalui katup buang
yang berada dalam posisi terbuka dan katup masuk dalam keadaan
masih tertutup. Katup buang akan tertutup dan katup masuk akan
terbuka ketika torak bergerak kembali melakukan langkah isap
berikutnya
4
2.2 Bahan Bakar
Bahan bakar adalah suatu materi apapun yang bisa diubah menjadi
energi. Biasanya bahan bakar mengandung energi panas yang dapat
dilepaskan dan dimanipulasi. Kebanyakan bahan bakar digunakan
manusia melalui proses pembakaran (reaksi redoks) dimana bahan bakar
tersebut akan melepaskan panas setelah direaksikan dengan oksigen di
udara. Proses lain untuk melepaskan energi dari bahan bakar adalah
melalui reaksi eksotermal dan reaksi nuklir (seperti Fisi nuklir atau Fusi
nuklir). Hidrokarbon (termasuk di dalamnya bensin dan solar) sejauh ini
merupakan jenis bahan bakar yang paling sering digunakan manusia.
Bahan bakar lainnya yang bisa dipakai adalah logam radioaktif.
Berdasarkan bentuk dan wujudnya dapat dibedakan menjadi :
5
Jenis Bahan Bakar Minyak Bensin merupakan nama umum
untuk beberapa jenis BBM yang diperuntukkan untuk mesin
dengan pembakaran dengan pengapian. Di Indonesia terdapat
beberapa jenis bahan bakar jenis bensin yang memiliki nilai mutu
pembakaran berbeda. Nilai mutu jenis BBM bensin ini dihitung
berdasarkan nilai RON (Randon Otcane Number). Berdasarkan
RON tersebut maka BBM bensin dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
6
untuk kendaraan yang berteknologi mutakhir yang
mempersyaratkan penggunaan bahan bakar beroktan tinggi dan
ramah lingkungan. Pertamax Plus sangat direkomendasikan
untuk kendaraan yang memiliki kompresi ratio > 10,5 dan juga
yang menggunakan teknologi Electronic Fuel Injection (EFI),
Variable Valve Timing Intelligent (VVTI), (VTI),
Turbochargers dan catalytic converters.
3. Bahan bakar gas
Bahan bakar gas ada dua jenis, yakni Compressed Natural
Gas dan Liquid Petroleum Gas. CNG pada dasarnya terdiri dari
metana sedangkan LPG adalah campuran dari propana, butana dan
bahan kimia lainnya. LPG yang digunakan untuk kompor rumah
tangga, sama bahannya dengan Bahan Bakar Gas yang biasa
digunakan untuk sebagian kendaraan bermotor.
(Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Bahan_bakar)
7
2.4 Konsumsi Bahan Bakar
Konsumsi bahan bakar spesifik adalah parameter unjuk kerja mesin
yang berhubungan langsung dengan nilai ekonomis sebuah mesin, karena
dengan mengetahui hal ini dapat dihitung jumlah bahan bakar yang
dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah daya dalam selang waktu
tertentu. Bila daya rem dalam satuan KW dan laju aliran massa bahan
bakar dalam satuan gr/s, maka :
Perhitungan Konsumsi bahan bakar :
b 3600
mf = ρbb
t 1000
Dimana :
t = Waktu (detik)
mf V .I
sfc= dengan P =
P 1000
Dimana :
V = Tegangan (Volt)
I = Arus (Ampere)
8
mu = 3600.ρ.A.V
Dimana :
353,0653
ρ =
T
T = temperatur udara ( ̊ K)
A = Luas laluan udara di anemometer (m2)
56,3 20 mm
mm
9
BAB 3. METODE PENGUJIAN
3.1 Bahan dan Peralatan Pengujian
1. Genset
2. Burret
3. Stopwatch
4. Digital Anemometer
5. Tachometer
6. Thermokopel
7. Lampu-lampu sebagai beban
8. Amperemeter
9. Voltmeter
10. BBM (Pertalite, Pertamax)
10
8. Mengukur dan mencatat putaran poros dengan tachometer,
kecepatan udara yang masuk ke mesin dengan alat ukur digital
anemometer, temperatur gas buang keluar dari knalpot dengan
menggunakan thermokopel serta mencatat tegangan dan arus yang
terjadi dengan membaca hasil pengukuran voltmeter dan
amperemeter
9. Memberikan beban pada genset dengan menyalakan dua lampu
(500 Watt)
10. Mencatat waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan bahan bakar
sebanyak 10 mL menggunakan stopwatch
11. Mengukur dan mencatat putaran poros dengan tachometer,
kecepatan udara yang masuk ke mesin dengan alat ukur digital
anemometer, temperatur gas buang keluar dari knalpot dengan
menggunakan thermokopel serta mencatat tegangan dan arus yang
terjadi dengan membaca hasil pengukuran voltmeter dan
amperemeter
12. Memberikan beban pada genset dengan menylakan tiga lampu (750
Watt)
13. Mencatat waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan bahan bakar
sebanyak 10 mL menggunakan stopwatch
14. Mengukur dan mencatat putaran poros dengan tachometer,
kecepatan udara yang masuk ke mesin dengan alat ukur digital
anemometer, temperatur gas buang keluar dari knalpot dengan
menggunakan thermokopel serta mencatat tegangan dan arus yang
terjadi dengan membaca hasil pengukuran voltmeter dan
amperemeter
15. Memberikan beban pada genset dengan menylakan empat lampu
(1000 Watt)
16. Mencatat waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan bahan bakar
sebanyak 10 mL menggunakan stopwatch
11
17. Mengukur dan mencatat putaran poros dengan tachometer,
kecepatan udara yang masuk ke mesin dengan alat ukur digital
anemometer, temperatur gas buang keluar dari knalpot dengan
menggunakan thermokopel serta mencatat tegangan dan arus yang
terjadi dengan membaca hasil pengukuran voltmeter dan
amperemeter
18. Memberikan beban pada genset dengan menylakan lima lampu
(1250 Watt)
19. Mencatat waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan bahan bakar
sebanyak 10 mL menggunakan stopwatch
20. Mengukur dan mencatat putaran poros dengan tachometer,
kecepatan udara yang masuk ke mesin dengan alat ukur digital
anemometer, temperatur gas buang keluar dari knalpot dengan
menggunakan thermokopel serta mencatat tegangan dan arus yang
terjadi dengan membaca hasil pengukuran voltmeter dan
amperemeter.
12
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
13
4.2 Pembahasan
1) Beban 250 W
b 3600
𝑚𝑓 = x ρ BB
t 1000
10 3600
= x x 0,74 kg /liter
01,35 detik 1000
= 19,73 kg/jam
2) Beban 500 W
b 3600
𝑚𝑓 = x ρ BB
t 1000
10 3600
= x x 0,74 kg /liter
02,78 detik 1000
= 9,5827 kg/jam
3) Beban 750 W
b 3600
𝑚𝑓 = x ρ BB
t 1000
10 3600
= x x 0,74 kg /liter
58,53 detik 1000
= 0,4551 kg/jam
4) Beban 1000 W
b 3600
𝑚𝑓 = x ρ BB
t 1000
14
10 3600
= x x 0,74 kg /liter
52,66 detik 1000
= 0,5058 kg/jam
5) Beban 1250 W
b 3600
𝑚𝑓 = x ρ BB
t 1000
10 3600
= x x 0,74 kg/liter
48,44 detik 1000
= 0,5499 kg/jam
1) Beban 250 W
b 3600
𝑚𝑓 = x ρ BB
t 1000
10 3600
= x x 0,74 kg/liter
11,12detik 1000
= 2,3956 kg/jam
2) Beban 500 W
b 3600
𝑚𝑓 = x ρ BB
t 1000
10 3600
= x x 0,74 kg /liter
03,25 detik 1000
= 8,1969 kg/jam
3) Beban 750 W
b 3600
𝑚𝑓 = x ρ BB
t 1000
10 3600
= x x 0,74 kg /liter
59,40 detik 1000
15
= 0,448 kg/jam
4) Beban 1000 W
b 3600
𝑚𝑓 = x ρ BB
t 1000
10 3600
= x x 0,74 kg /liter
54,57 detik 1000
= 0,4881 kg/jam
5) Beban 1250 W
b 3600
𝑚𝑓 = x ρ BB
t 1000
10 3600
= x x 0,74 k g/liter
50,03 detik 1000
= 0,5324 kg/jam
a. Perhitungan Pertalite
mf V .I
sfc= P=
P 1000
mf
Sehingga : sfc= . 1000
V .I
1) Beban 250 W
mf
sfc= . 1000
V .I
19,73 kg / jam
sfc= . 1000
220. 0,8
16
sfc=112,10227 kg /kW h
2) Beban 500 W
mf
sfc= . 1000
V .I
9,5827 kg / jam
sfc= .1000
220 .1,7
sfc=25,6221 kg /kW h
3) Beban 750 W
mf
sfc= . 1000
V .I
0,4551 kg / jam
sfc= . 1000
220 . 2,6
sfc=0,7956 kg/kW h
4) Beban 1000 W
mf
sfc= . 1000
V .I
0,5058 kg / jam
sfc= . 1000
220 .3,5
sfc=0,65688 kg/kW h
5) Beban 1250 W
mf
sfc= . 1000
V .I
0,5499 kg / jam
sfc= . 1000
220 . 4,4
sfc=0,5680 kg/kW h
b. Perhitungan Pertamax
17
1) Beban 250 W
mf
sfc= . 1000
V .I
2,3956 kg / jam
sfc= . 1000
220 .0,8
sfc=13,6113 kg /kW h
2) Beban 500 W
mf
sfc= . 1000
V .I
8,1969 kg / jam
sfc= . 1000
220 .1,72
3) Beban 750 W
mf
sfc= . 1000
V .I
0,448 kg / jam
sfc= . 1000
220 .2,62
sfc=0,7772kg /kW h
4) Beban 1000 W
mf
sfc= . 1000
V .I
18
0,4881 kg / jam
sfc= . 1000
220. 3,5
sfc=0,6338 kg/kW h
5) Beban 1250 W
mf
sfc= . 1000
V .I
sfc=0,5487 kg/kW h
𝑚𝑢 = 3600.𝜌. 𝐴. 𝑣 (kg/jam)
Dimana :
A = Luas laluan udara pada anemometer (m²)
v = Kecepatan udara (m/s)
Densitas udara pada temperatur tertentu, dapat kita tentukan dengan
353,0653
rumus sebagai berikut : 𝜌 =
Temperatur( K )
Untuk temperatur dalam Kelvin.
Maka T = °C + 273
Dari hasil pengukuran dengan menggunakan anemometer untuk
temperature udara masuk pada genset dengan parameter bahan bakar
pertalite dan pertamax. Dengan luas laluan udara pada anemometer
adalah :
19
Gambar 4.1. Laluan udara pada Anemometer
A1 = π.r2
= 0,251479 m2
(r = 10 mm) (r = 0,01m)
A2 = π.r2
= 0,000314 m2
A1 – A2 = 0,251479 m2 – 0,000314 m2
= 0,251165 m2
𝑚𝑢 = 3600.𝜌. 𝐴. 𝑣
20
Sehingga :
353,0653
𝑚𝑢 = 3600. . 0,251165. 𝑣
Temperatur(K )
21
= 1698,647 kg/jam
3) Beban 750 Watt
353,0653 kg/m ³ 2
𝑚𝑢 =3600. x 0,251165 m x 1,7 m/ s
27,4+273
= 1806,615 kg/jam
4) Beban 1000 Watt
353,0653 kg/m ³ 2
𝑚𝑢 =3600. x 0,251165 m x 1,8 m/s
27,3+273
= 1913,523 kg/jam
5) Beban 1250 Watt
353,0653 kg/m ³ 2
𝑚𝑢 =3600. x 0,251165 m x 2,1 m/s
27,5+273
= 2230,958 kg/jam
4. Grafik Hasil Perhitungan
20
15
mf (kg/jam)
10
0
250 500 750 1000 1250
Beban (Watt)
22
Grafik konsumsi bahan bakar spesifik
Pertalite Pertamax
120
100
80
Sfc kg/kWh
60
40
20
0
250 500 750 1000 1250
Beban (Watt)
2000
1500
mu (kg/jam)
1000
500
0
250 500 750 1000 1250
Beban (Watt)
23
3100
3050
3000
2950
rpm
Pertalite
Pertamax
2900
2850
2800
250 500 750 1000 1250
Beban (Watt)
5. Pembahasan
24
Dari grafik perbandingan putaran mesin, putaran mesin dengan
bahan bakar pertamax lebih tinggi dibandingkan dengan bahan bakar
pertalite.
25
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
26
pengukuran data. Sehingga tingkat kesalahan pembacaan data atau
human error relatif tinggi, jadi kemungkinan data yang dicatat tidak
sesuai dengan yang seharusnya. Disarankan untuk membandingkan
hasil data praktikum ini dengan data lain dari laporan praktikum
yang sama.
27
BAGIAN KEDUA : PENGUJIAN MESIN PENGKONDISIAN UDARA
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Tinjauan Umum Mesin Pengkondisian Udara
Air Conditioner (AC) adalah suatu proses pendinginkan udara
sehingga dapat mencapai temperatur dan kelembaban yang sesuai dengan
yang dipersyaratkan terhadap kondisi udara dari suatu ruangan tertentu.
Kondensor berfungsi untuk membuang panas yang ada di rerfrigerant
kelingkungan dengan menggunakan media udara serta dibantu dengan daya
dorong blower, uap refrigerant yang keluar dari kompresor memasuki
kondensor uap yang bersuhu tinggi ini sebelum masuk ke evaporator terlebih
dahulu di dinginkan di kondensor. Untuk meningkatkan kemampuan kerja alat
pendingin COP (Coefficient Of Performance) maka kondensor dapat di
modifikasi dengan menggunakan pendingin media air, dan blower tidak
digunakan lagi sehingga dapat menghemat daya penggerak blower.
Komponen utama dari penyegar udara adalah kompresor, kondensor,
katup ekspansi dan evaporator. Kompresor berfungsi mengalirkan dan
menaikan tekanan gas refrigrant yang selanjutnya masuk kedalam kondensor,
kondensor ini berfungsi sebagai alat pemidahan panas yang dilepaskan dari
uap panas refrigrant kemedia pendingin sehingga uap panas refrigrant akan
mengalami pengembunan dan perubahan fase dari keadaan uap menjadi
cairan. Pada umumnya kondensor yang dipakai oleh penyegar udara pada
instalasi yang kecil digunakan kondensor dengan media pendingin udara. Dari
kondensor cairan diekspansikan melalui katup ekspansi selanjutnya
dimasukan ke evaporator untuk proses penyerapan panas dari lingkungan
sehingga suhu lingkungan menjadi lebih rendah dari sebelumnya.
28
2. Praktikan dapat menjelaskan perbedaan laju energi pengkondensasian dan
pengevaporasian.
3. Praktikan mendapatkan pengalaman dan pengetahuan secara langsung saat
praktikum berlangsung.
4. Praktikan Mengetahui sistem dan siklus kerja mesin pengkondisian udara
(AC).
5. Praktikan Mengetahui komponen-komponen dan fungsi yang ada pada
mesin pengkondisian udara (AC).
6. Praktikan Mengetahui masalah-masalah yang sering terjadi pada mesin
pengkondisian udara (AC).
29
BAB 2. LANDASAN TEORI
2.1 Siklus kompresi uap
Siklus kompresi uap merupakan siklus yang sering digunakan dalam
system refrigerasi. Pada siklus ini proses kompresi terjadi pada titik 1 dan 2,
pengembunan pada titik 2 dan 3, ekspansi pada 3 ke 4 dan penguapan 4 ke 1
dan siklus ini berjalan terus – menerus.
30
Gambar 3. Kompresi Ideal
31
Refrigerasi yang meninggalkan katup ekspansi harus berada dalam
keadaan cair, sedangkan yang keluar dari evaporator dalam keadaan uap,
sehingga tidak merusak kompresor.
2.2 Psikometrik
Psikometrik mempelajari sifat dari hukum thermodinamika dari udara
basah. Dalam atmosfer terdapat udara kering dan campuran uap air.
Psikometrik digunakan untuk menganalisa adanya perubahan thermal dalam
system pengkondisian udara. Persamaan gas ideal dapat digambarkan sebagai
berikut:
P V = R T atau pV=mRT
dimana :
p = Tekanan gas (kPa / atm)
v = Volume spesifik (m3 / kg)
R = Konstanta gas (kJ/ kg.˚K)
T = Temperature absolute (˚K)
V = Volume gas (m3)
M = Massa gas (kg)
Berdasarkan hukum daftar untuk udara basah sebagai berikut :
Pat = Pa + Pw
Dimana : Pat = tekanan atmosfer dari udara bebas (kPa)
Pa = tekanan udara kering (kPa)
Pw = tekanan uap air (kPa)
32
xa Pa
Q = = x sa
x sa
nw
xw = (n ¿ a+n ) ¿
¿ w
nsw
x sw =
(n ¿ ¿ a+n sw )¿
xa + xw = 1
33
Perbedaan antara temperature bola basah dan temperature bola kering
disebut penurunan bola basah. Bila terjadi perpindahan panas konduksi
sepanjang rangkai thermometer diabaikan panas sensible dari udara lingkungan
pada permukaan kapas yang terbasahi sama dengan panas laten yang
diperlukan untuk penguapan.
Diagram psikometrik adalah gambaran dari sifat thermodinamika udara
basah.
34
ilmu perpindahan panas dapat membantu untuk menyatakan suhu material
sebagai fungsi waktu.
2.3 Refrigeran
35
refrigerant, sebagai cairan disimpan dalam receiver, sebagian cairan
refrigerant menerus saluran cairan tekanan tinggi menuju refrigerant control
setelah melewati drier strainer (saringan). Tidak semua mesin pendingin
dilengkapi.
2. Kondensor
Kondensor berfungsi untuk membuang kalor dan merubah wujud
refrigerant berupa uap menjadi cair. Uap refrigerant yang memiliki
temperature dan tekanan uap yang tinggi dialirkan ke kondensor untuk
dicairkan. Refrigerant dalam wujud cair menyerahkan panas ke media
pendingin.
Dengan berputarnya kompresor maka refrigerant dalam wujud gas
akan naik suhu maupun tekanannya. Hal ini disebabkan molekul-molekul
refrigerant bergerak dengan cepat dan saling bertabrakan akibat dari
kompresi. Temperature dari refrigerant akan merambat pada pipa-pipa
kondensor dan media pendinginan. Pada bagian kondensor terjadi proses
kondensasi (uap panas refrigerant berubah menjadi cairan/mengembun).
Penempatan kondensor harus pada tempat yang cukup luas, agar aliran
udara tidak terhalang. Untuk lebih memperlancar sirkulasi udara dipasang
kipas angin pada kondensornya.
36
pipa kapiler atau keran ekspansi akan mengakibatkan saluran buntu. Bila
terjadi kebuntuan maka tidak akan terjadi proses pendinginan.
4. Pengontrol cairan refrigerant
Pengontrol cairan dapat berupa katup ekspansi dan pipa kapiler.
Diameter pipa kapiler tergantung dari kapasitas mesin pendinginnya.
Penggunaan pipa kapiler pada mesin pendingin akan mempermudah waktu
start karena dengan menggunakan pipa kapiler pada system tidak bekerja
tekanan pada kondensor dan evaporator cenderung sama, hal ini
meringankan tugas kompresor. Selain pipa kapiler, banyak pula dijumpai
mesin pendingin yang menggunakan katup ekspansi (expantion valve).
Fungsinya sama yaitu menurunkan tekanan cairan refrigerant dan
mengatur jumlah cairan refrigerant yang mengalir.
5. Evaporator
Merupakan alat penukar kalor yang berfungsi untuk menyerap
kalor ruangan dengan dan diterima oleh refrigerant. Pada kebanyakan
evaporator, refrigerant mendidih di dalam pipa-pipa dan mendinginkan
fluida yang lewat di luar pipa tersebut. Pipa-pipa pada pendingin cairan
mempunyai sirip-sirip di dalamnya untuk menaikkan hantaran pada sistem
refrigerant.
6. Control otomatis
37
Pengontrolan system penyegaran udara ditunjukan untuk mengatur
kerja mesin supaya dapat melayani perubahan kerja kalor, sehingga dapat
mempertahankan kondisi ruangan sesuai dengan yang diinginkan.
Pengaturan system control dapat berupa temperature ruangan dan
kelembaban udara. Bila temperature dan kelembaban telah tercapai maka
secara otomatis dapat mematikan mesin penyegar. Selain mematikan dan
menghidupkan kembali kerja mesin juga dapat mengatasi keadaan darurat.
Untuk mengatur kerja system penyegaran udara diperlukan beberapa
komponen utama, yaitu :
a. Bagian deteksi (sensor) : berfungsi menyatakan temperature dan
kelembaban udara yang dikontrol
b. Bagian control : berfungsi menerima sinyal sensor membandingkan
dengan tingkat keadaan yang diinginkan dan mengirim sinyal
pengoreksi ke bagian operasi yang bersangkutan.
c. Bagian operasi : berfungsi menerima sinyal pengoreksi dari bagian
control dan selanjutnya menjalankan mesin yang bersangkutan.
Dalam system control temperature udara dideteksi, kemudian
mengirimkan sinyal pengoreksi ke bagian operasi.
38
Ruangan yang dikondisikan akibat proses metabolism dari
penghuni tersebut. Besarnya kalor yang dilepas dari penghuni
dipengaruhi dari aktifitas penghuni. Maka semakin besar kalor yang
akan diterima.
b. Panas dari penerangan
Beban pendinginan internal merupakan factor utama bangunan.
Jumlah kalor dalam ruangan yang dikondisikan yang berasal dari
penerangan tergantung dari daya lampu, jenis lampu dan letak
pemasangannya. Energi yang berasal dari ballast pada lampu
flourecent merupakan bagian internal yang terbesar. Pemancaran kalor
dari lampu penerangan merupakan bentuk energi radiasi.
Q = (daya lampu) x (Fu) x (Fb) x (elf)
Dimana : Fu = factor penggunaan
Fb = factor ballast untuk lampu flourecent = 1,2
elf = factor beban pendingin
c. Peralatan Elektronik
Peralatan elektronik seperti computer, televisi, OHP, radio dapat
meradiasikan energi nilai elf dapat dianggap 1.
39
40
BAB 3. METODE PENGUJIAN
1.1 Bahan dan Peralatan Pengujian
1. Stand Air Conditioner
2. Stopwatch
3. Digital Anemometer
4. Thermokopel
5. Amperemeter
6. Voltmeter
7. Manometer tekanan tinggi dan rendah
41
m. Tekanan tinggi refrigeran, diukur dengan manifold merah
n. Tekanan rendah refrigeran, dikur dengan manifold biru
o. Tegangan listrik diukur dengan voltmeter
p. Arus listrik diukur dengan amperemeter
42
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan dan Perhitungan
Rumus- rumus yang digunakan dalam perhitungan
1. Perhitungan laju energi yang dilepas refrigerant di kondensor
Q kondensor = h1 – h2
2. Perhitungan laju energi yang diserap refrigerant di evaporator
Q evaporator = h4 –h3
3. Perhitungan kerja kompresor
Q kompressor = h1 – h4
4. Perhitungan Coefficient of Performance ( COP )
COP = Q evaporator / Q kompressor
5. Perhitungan laju energi yang dilepas udara di evaporator
Q udara-evaporator = h7 – h8
6. Perhitunga laju energi yang diserap udara di kompresor
Q udara-kondensor = h6 – h5
Keterangan :
h1 = entalpi refrigerant masuk ke kondensor (didapat dari diagram mollier)
43
Tabel 4.1. Hasil Pengamatan.
1 16 220 2,14 87,8 35,7 324 7,1 25,6 83 29,6 85,2 34,8 73 28 72,6 19 81,3
45
Tabel 4.2 Konversi satuan tekanan dari psig ke psia
T ruangan 16 °C T ruangan 26 °C
P tinggi = 324 +14,7 = 338,7 psi P tinggi = 323 +14,7 = 337,7 psi
P rendah = 83 + 14,7 = 97,7 psi P rendah = 83 + 14,7 = 97,7 psi
Tabel 4.3 Konversi satuan tekanan dari psia ke bar
T ruangan 16 °C T ruangan 26 °C
338,7 psis 337,7 psis
P tinggi = 21,845 bar P tinggi = 21,781 bar
15,504 15,504
97,7 psis 97,7 psis
P rendah = 6,30 bar Prendah = 6,30 bar
15,504 15,504
46
1. Pengambilan data enthalpy dari diagram moiller dan diagram psikometrik
Dari data T ruangan 16°C, P tinggi = 21,845 bar, P rendah = 6,30 bar, T1 =
87,8 °C, T2 = 35,7 °C, T3 = 7,1 °C, T4 = 25,6 °C
47
Dari data T ruangan 26°C, P tinggi = 21,781 bar, P rendah =
6,30 bar, T1 = 88 °C, T2 = 37 °C, T3 = 11 °C, T4 = 29 °C
48
Dari data T ruangan 16 °C, T5 = 31 °C, RH A = 85,6 %, T6 = 36 °C, RH B =
56,4 %, T7 = 28 °C, RH C = 69,5 %, T8 = 19 °C, RH D = 74,9 %
49
Dari data T ruangan 26 °C, T5 = 30,5 °C, RH A = 77,7 %, T6 = 36,7 °C, RH
B = 58,2 %, T7 = 30 °C, RH C = 71,4%, T8 = 25 °C, RH D = 78,5 %
50
Tabel 4.2. Data Enthalpy dari diagram moiller dan psikometrik
Temperatur Rendah Temperatur Tinggi
Enthalpy
(16ºC) (kJ/kg) (26ºC) (kJ/kg)
H1 590 602
H2 270 260
H3 270 260
H4 550 550
H5 84,9 93
H6 98,5 89
H7 73,3 70
H8 47 45
Q. evap = H4 – H3
Q. Kond = H1 – H2
51
Dari diagram mollier entalpy dapat di peroleh : Q. Kond
= (590 - 270) kJ/kg
= 320 kJ/kg
W. Komp = H1 – H4
= (590 - 550) kJ/kg
= 40 kJ/kg
= Q. evap / W. komp
Q ud-evap = H7 – H8
H7 = Entalpy udara masuk ke evaporator (dilihat dari diagram
psikrometrik)
H8 = Entalpy udara keluar dari evaporator (dilihat dari
diagram psikrometrik)
Dari diagram psikrometrik diperoleh
Q ud-evap = (73,3 - 47) kJ/Kg
= 26,3 kJ/Kg
52
Q. evap = H4 – H3
H3 = entalpy refrigeran masuk ke evaporator (didapat dari
Q. Kond = H1 – H2
W. Komp = H1 – H4
= 52 kJ/kg
= Q evap / W komp
= (290 / 52) kJ/kg
= 5,57 kJ/kg
Q. ud-evap = H7 – H8
53
H7 = Entalpy udara masuk ke evaporator (dilihat dari diagram
psikrometrik)
H8 = Entalpy udara keluar dari evaporator (dilihat dari
diagram psikrometrik)
Dari diagram psikrometrik diperoleh :
= 25 kJ/Kg
Q ud-kond = H6 – H5
= (89 - 93) kJ/Kg
= -4 kJ/Kg
(kJ/kg) (kJ/kg)
Q. evap 280 290
Q. Kond 320 342
W. Komp 40 52
COP 7 5,57
Q. ud-evap 26,3 25
Q. ud-kond 13,6 -4
3. Pembahasan
Dari data hasil perhitungan, laju energi yang dilepas oleh kondensor lebih
banyak pada saat kipas berputar cepat. Sedangkan laju energi yang diserap oleh
evaporator lebih banyak pada saat kipas berputar cepat. Untuk kerja kompressor
terlihat bahwa saat kipas berputar lambat kerja yang dilakukan lebih besar
54
dibandingkan saat kipas berputar cepat. Untuk Coefficient of Performance saat
kipas berputar cepat lebih besar dibandingkan saat kipas berputar lambat. Laju
energi yang dilepaskan udara di kondensor lebih banyak pada saat kipas berputar
lambat dibandingkan saat kipas berputar cepat. Sedangkan laju energi yang
dilepaskan udara di evaporator lebih banyak pada saat kipas berputar lambat
dibandingkan saat kipas berputar cepat.
55
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa laju energi
mesin pengkondisian udara saat kipas berputar besar lebih besar baik saat
kondensasi maupun saat evaporasi. Sedangkan laju energi udara yang masuk ke
mesin pengkondisian udara saat kondensasi dan evaporasi lebih besar saat kipas
berputar lambat. Untuk kerja kompressor lebih besar saat kipas berputar cepat dan
Coefficient of Performance lebih baik saat kipas berputar lambat. Dari grafik
mollier dan psikrometrik juga dapat di simpulkan bahwa kerja dari mesin peraga
alat pengkondisian udara masih belum maksimal karena grafik refrigeran siklus
kompresi uap aktual dan siklus standar tidak terbentuk.
1.2 Saran
Dalam pengambilan data praktikum, akurasi kebenaran data kemungkinan
tidak sepenuhnya akurat karena pengukuran waktu yang tidak sesuai. Sehingga
kemungkinan dalam perhitungan dalam laporan bisa terjadi. Sehingga persiapan
kemampuan memakai alat diperlukan untuk mengatasi hal tersebut.
Kesalahan pembacaan diagram sering terjadi, sehingga hasil perhitungan
menjadi kurang tepat. Dalam membaca diagram, tingkat akurasi menentukan
ketepatan hasil yang didapat. Sehingga hasil perhitungan lebih akurat.
56
BAGIAN KETIGA : PENGUJIAN MESIN DIESEL
BAB 1. PENDAHULUAN
tekanan kompresi yang tinggi (30 – 45 kg/cm2) agar temperatur udara yang
dikompresikan mencapai 500°C atau lebih. motor diesel mempunyai efisiensi
thermal lebih tinggi, selain itu bahan bakar motor diesel lebih murah dan daya
yang dihasilkan lebih bervariasi.
57
mesin diesel.
2. Praktikan dapat Mengetahui unjuk kerja motor bakar diesel, dilakukan
variasi putaran dan beban unjuk kerja motor bakar diesel.
3. Praktikan dapat Mengetahui pengaruhnya terhadap performansi motor diesel.
4. Praktikan dapat Mengukur beban diterima dan menghitung konsumsi bahan
bakar dari motor diesel terhadap perbedaan RPM
5. Praktikan dapat Menghitung torsi pada Diesel
6. Praktikan dapat Menghitung daya pada Diesel
7. Praktikan dapat Menghitung Konsumsi bahan bakar spesifik (sfc)
8. Praktikan dapat Mengukur suhu dan mengitung panas yang diserap air
pendingin
9. Praktikan dapat Menguji unjuk kerja dari mesin diesel.
58
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Prinsip Kerja Mesin Diesel
Prinsip kerja dari mesin diesel adalah pertama udara masuk ke dalam ruang
bakar pada saat langkah hisap, kemudian udara tersebut dikompresi sehingga
akan mencapai tekanan dan temperatur tertentu yang nilainya akan
mengakibatkan bahan bakar meledak dan terbakar dengan sendirinya sesaat
setelah bahan bakar diinjeksikan ke dalam ruang pembakaran.
1. Langkah Hisap
Langkah hisap yaitu torak bergerak dari titik mati atas (TMA) ke titik
mati bawah (TMB). Udara (ingat yang diisap pada mesin diesel adalah
UDARA saja) dihisap melalui katup atau saluran hisap. Sehingga katup
hisap dalam kondisi membuka dan katup buang dalam kondisi tertutup.
2. Langkah Kompresi
Cara kerja mesin diesel pada langkah kompresi, ketika torak atau piston
bergerak dari TMB menuju TMA, udara murni tersebut dipampatkan atau
dikompresikan seiring dengan bergeraknya katup ke TMA. Posisi katup
hisap dan katup buang tertutup. Dengan kompresi ini maka suhu udara
dan tekanan udara meningkat atau naik drastis.
3. Langkah Usaha
59
Cara kerja mesin diesel pada langkah buang, ketika piston akan sampai
atau menjelang sampai di TMB, katup buang mulai terbuka sehingga gas
sisa hasil pembakaran terbuang dan kemudian piston bergerak lagi dari
TMB ke TMB mendorong gas sisa pembakaran keluar sehingga bersih
dari gas sisa pembakaran.
Mesin uji yang digunakan untuk mendapatkan unjuk kerja motor bakar
diesel adalah Mesin Diesel 4-langkah dengan 4-silinder pada laboratorium
Motor Bakar Departemen Teknik Mesin Universitas Janabadra.
Unjuk kerja mesin diesel yang dihitung adalah :
1. Perhitungan Torsi
Pada pengujian unjuk kerja mesin diesel, dilakukan variasi putaran dan beban
yang meliputi :
a. Variasi putaran : 2000 rpm,1700 rpm, 1500 rpm dan 1300 rpm.
b. Bahan bakar tiap pengujian : 10 ml.
a. Torsi (T)
Rumus Torsi
60
T = L x F x 9,81 =............N.m
T = torsi (Nm)
c. Konsumsi Bahan Bakar (mbb) ialah laju aliran bahan bakar per satuan waktu.
Pemakaian ini sangat bergantung dari massa jenis bahan bakar. Semakin kecil
konsumsi bahan bakar per satuan waktu maka pemakaian bahan bakar semakin
hemat.
Konsumsi bahan bakar spesifik (sfc) :
mf
sfc=
P
Dimana :
sfc = Konsumsi bahan bakar spesifik (g/kW.h)
P = Daya yang dikeluarkan genset (KWatt)
𝑚̇f = laju aliran bahan bakar ( Kg/Kwh.)
d. Energi bahan bakar merupakan energi panas yang berasal dari pembakaran
bahan bakar. Perhitungan panas yang diserap air pendingin
61
Q = Mcair (T 2−T 1) (Kcal /jam)
V
Pair
t
62
BAB 3 METODE PENGUJIAN
1.3 Bahan dan Peralatan Pengujian
63
rpm.
19. Mengulangi pengambilan data seperti diatas satu kali lagi.
64
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengukuran
Tabel 4.1. Daya dan Momen pada putaran bervariasi dengan pembebanan
konstan dan konsumsi bahan Bakar, temperature pendingin dari gas buang pada putaran
bervariasi dengan pembebanan konstan.
n F Tc V T1 T2 Vol air
4.2 Perhitungan
1. Perhitungan Torsi
T = L x F x 9,81 (Nm)
Dimana :
T = torsi (Nm)
65
L = panjang lengan (0,0638m)
T = 0,0638 x 4 x 9,81
= 2,50 N.m
b. Torsi pada rpm 1800
T = 0,0638 x 4 x 9,81
= 2,50 N.m
c. Torsi pada rpm 1600
T = 0,0638 x 3 x 9,81
= 1,87 N.m
d. Torsi pada rpm 1400
T = 0,0638 x 2 x 9,81
= 1,25 N.m
e. Torsi pada rpm 1400
T = 0,0638 x 2 x 9,81
= 1,25 N.m
f. Torsi pada rpm 1600
T = 0,0638 x 3 x 9,81
= 1,87 N.m
g. Torsi pada rpm 1800
T = 0,0638 x 4 x 9,81
= 2,50 N.m
h. Torsi pada rpm 2000
T = 0,0638 x 4 x 9,81
= 2,50 N.m
66
2. Perhitungan Daya
6,28 x n x T
P=
60000
Dengan notasi
n = Putaran ( rpm )
T = Torsi ( N.m )
= 0,523 Kw
6,28 x 1 8 00 x 2,50
P=
60000
= 0,471 Kw
6,28 x 16 00 x 1,87
P=
60000
= 0,313 Kw
6,28 x 1 4 00 x 1 , 25
P=
60000
= 0,183 Kw
6,28 x 14 00 x 1 , 25
P=
60000
= 0,183 Kw
67
f. Daya pada rpm 1600
6,28 x 16 00 x 1,87
P=
60000
= 0,313 Kw
6,28 x 1 8 00 x 2 ,50
P=
60000
= 0,471 Kw
6,28 x 2000 x 2 ,5 0
P=
60000
= 0,523 Kw
b 3600
mf = x x pBB
t 1000
Dengan notasi ;
b = Volume ( ml )
t = Waktu ( detik )
10 ml 3600
mf = x x 0,837 kg/l
105,6 det 1000
= 0,2853 kg / jam
68
10 ml 3600
mf = x x 0,837 kg/l
120 det 1000
= 0,2511 kg / jam
10 ml 3600
mf = x x 0,837 kg/l
1 42, 3 det 1000
= 0,2117 kg / jam
10 ml 3600
mf = x x 0,837 kg/l
168 , 6 det 1000
= 0,1787 kg / jam
10 ml 3600
mf = x x 0,837 kg/l
168 , 4 det 1000
= 0,1789 kg / jam
10 ml 3600
mf = x x 0,837 kg/l
1 47 , 9 det 1000
= 0,2037 kg / jam
10 ml 3600
mf = x x 0,837 kg/l
123 , 8 det 1000
= 0,2433 kg / jam
10 ml 3600
mf = x x 0,837 kg/l
110 ,7 det 1000
= 0,2721 kg / jam
69
4. Perhitungan konsumsi bahan bakar spesifik (sfc)
sfc = mf / P
0 ,285
sfc = = 0,5449 kg/kWh
0 ,523
0,2511
sfc = = 0,5331 kg/kWh
0,4 71
0,2117
sfc = = 0,6763 kg/kWh
0 ,313
0,1787
sfc = = 0,9765 kg/kWh
0 ,183
0,1789
sfc = = 0,9775 kg/kWh
0 ,183
0,2 037
sfc = = 0,6507 kg/kWh
0 , 313
0,24 33
sfc = = 0,5165 kg/kWh
0,4 71
0 ,2721
sfc = = 0,5202 kg/kWh
0 ,523
70
5. Perhitungan yang diserap air pendingin
K . cal
Q = m x C.air ( T2 – T1 ) ( )
jam
Dengan :
m = ρ air . debit
v
m = ρ air . .3600 (K.cal/jam)
t
sehingga :
v
Q = ρ air . .3600. C air ( T2-T1 )
t
v
Q=1. .3600. 1 ( T2-T1 )
t
v
Q=1. .3600. 1 ( 28-29 )
t
5 liter
Q=1. .3600. 1 ( -1 )
33 , 4 9 detik
Q = -537,47 kCal/jam
v
Q=1. .3600. 1 ( 30,2-31,5 )
t
5 liter
Q=1. .3600. 1 ( -1,3 )
38,20 detik
Q = -612,56 kCal/jam
71
v
Q=1. .3600. 1 ( 31-32 )
t
5 liter
Q=1. .3600. 1 ( -1 )
4 2 , 3 0 detik
Q = -425,53 kCal/jam
v
Q=1. .3600. 1 ( 33-31,8 )
t
5 liter
Q=1. .3600. 1 ( -1,2 )
51, 23 detik
Q = -421,62 kCal/jam
v
Q=1. .3600. 1 ( 32,2-33,5 )
t
5 liter
Q=1. .3600. 1 ( -1,3 )
48,84 detik
Q = -479,11 kCal/jam
v
Q=1. .3600. 1 ( 33-34 )
t
5 liter
Q=1. .3600. 1 ( -1 )
4 1,86 detik
Q = -430,04 kCal/jam
v
Q=1. .3600. 1 ( 33-35)
t
5 liter
Q=1. .3600. 1 ( -2 )
37,18 detik
72
Q = -968,26 kCal/jam
v
Q=1. .3600. 1 ( 33,8-35,2 )
t
5 liter
Q=1. .3600. 1 ( -1,4 )
33,38 detik
Q = -754,94 kCal/jam
73
Tabel. 4.2. Hasil Perhitungan
P T Mf Sfc Q
N (rpm)
(Kw) (N.m) (kg / jam) (kg/kWh) (K.cal / jam)
2000 0,523 2,50 0,2853 0,5445 -537,47
1800 0,471 2,50 0,2511 0,5331 -612,56
1600 0,313 1,87 0,2117 0,6763 -425,53
1400 0,183 1,25 0,1787 0,9765 -421,62
1400 0,183 1,25 0,1989 0,9775 -479,11
1600 0,313 1,87 0,2037 0,6507 -430,04
1800 0,471 2,50 0,2433 0,5165 -968,26
2000 0,523 2,50 0,2721 0,5202 -754,94
Torsi (T)
74
Grafik Daya terhadap rpm
0.6
0.523 0.523
0.5 0.471 0.471
0.4
0.313 0.313
0.3
kW
0.183 0.183
0.2
0.1
0
2000 1800 1600 1400 1400 1600 1800 2000
rpm
Daya (P)
0.15
0.1
0.05
0
2000 1800 1600 1400 1400 1600 1800 2000
rpm
mf
75
Grafik konsumsi bahan bakar spesifik
1.2
0.9765 0.9775
1
0.8 0.6763
sfc (kg/kWh)
0.6507
0.6 0.5445 0.5331 0.5165
0.4165
0.4
0.2
0
2000 1800 1600 1400 1400 1600 1800 2000
rpm
sfc
-537.47
-612.56
-600
-754.94
-800
-968.26
-1000
-1200
rpm
76
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum prestasi mesin tentang mesin disel
yaitu, sistim kerja dari mesin diesel tidak jauh berbeda dari mesin genset. Sehingga
mahasiswa mampu mengetahui berapa momen dan daya yang
dihasilkan mesin diesel pada laboratorium. Dan mahasiswa dapat menghitung
berapakah efisiensi yang dihasilkan dari mesin diesel tersebut.
Tabel. 4.3. Hasil Perhitungan
P T Mf Sfc Q
N (rpm)
(Kw) (N.m) (kg / jam) (kg/kWh) (K.cal / jam)
2000 0,523 2,50 0,2853 0,5445 -537,47
1800 0,471 2,50 0,2511 0,5331 -612,56
1600 0,313 1,87 0,2117 0,6763 -425,53
1400 0,183 1,25 0,1787 0,9765 -421,62
1400 0,183 1,25 0,1789 0,9775 -479,11
1600 0,313 1,87 0,2037 0,6507 -430,04
1800 1,471 2,50 0,2433 0,5165 -968,26
2000 0,523 2,50 0,2721 0,5202 -754,96
1. Pada perhitungan torsi dapat diketahui jika rpm semakin rendah maka torsi akan
semakin kecil begitu juga kebalikanya jika rpm tinggi maka torsi akan besar.
2. Pada perhitungan daya dapat diketahui jika rpm semakin rendah maka daya akan
semakin kecil begitu juga kebalikanya jika rpm tinggi maka daya akan besar.
3. Perhitungan kosumsi Spesifik Bahan Bakar (SFC) membuktikan jika kebalikan
dari daya dan torsi yaitu semakin rendah rpm maka SFC semakin tinggi dan pada
rpm tinggi SFC semakin rendah
4. Pada perhitungan panas yang diserap pada air pendingin tinggi mengikuti rpm
mesin yang tinggi, dan pada rpm rendah penyerapan panas juga akan ikut rendah
5. Perhitungan mesin diesel mengunakan rata-rata dari 2 hasil data percobaan.
77
5.2 Saran
1. Mungkin kedepannya benda uji yang akan digunakan leih baik lagi, agar
mahasiswa dapat menghitung dan mengetahui kinerja mesin diesel tersebut
dengan efisien dan presisi.
2. Pada saat pengambilan data diharapkan dilaksanakan dengan baik.
78
DAFTAR PUSTAKA
http://download.portalgaruda.org/article.php
http://egsean.com/fungsi-masing-masing-komponen-pada-ac-split/
http://ptwhm.blogspot.co.id/2013/05/komponen-komponen-mesin-pendingin.html
http://www.agussuwasono.com/artikel/teknologi/mechanical/539-unjuk-
kerja-motor-bakar-bensin-dengan-turbojet-accelerator.html
http://www.chiller.co.id/sistem-kompresi-uap/
http://www.electronicglobal.com/2011/05/jenis-dan-fungsi-refrigeran-pada-
mesin.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Pertalite
https://id.wikipedia.org/wiki/Pertamax
https://iptech.wordpress.com/seklumit-mengenal-refrigeran-freoan/
https://gregoriusagung.wordpress.com/2010/12/11/mesin-pendingin-siklus-
kompresi-uap/
http://lib.unnes.ac.id/1174/1/2074.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/154/jtptunimus-gdl-achmadrifa-7696-3-
babiit-a.pdf
https://www.google.co.id/search?
q=alat+mesin+ac&biw=1517&bih=734&source=lnms&tbm=isch&sa=
X&ved=0ahUKEwiT1oyn0ezJAhUjiKYKHRBqAD4Q_AUIBigB&dpr
=0.9
79
LAMPIRAN
80