Anda di halaman 1dari 36

SISTEM KONTROL PADA ELEKTRO MOTOR 3 PHASE

MENGGUNAKAN KONTAKTOR

PT. WANAPOTENSI GUNA

LAPORAN KERJA PRAKTIK


OLEH :

SYAMUEL IRMANSYAH M

13117029

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO, INFORMATIKA DAN


SISTEM FISIS

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

2020
LEMBAR PENGESAHAN

KERJA PRAKTIK
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program
Studi Teknik Elektro, Institut Teknologi Sumatera

SISTEM KONTROL PADA ELEKTRO MOTOR 3 PHASE

MENGGUNAKAN KONTAKTOR

PT. WANAPOTENSI GUNA

Oleh :

Syamuel Irmansyah M
(13117029)

Disetujui pada tanggal : September 2020


Dosen Pembimbing Kerja Praktik

Swadexi Istiqphara ST.MT


NIP.19890610 201903 1 018

1|
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat-Nya saya dan
rekan saya dapat menyelesaikan Kuliah Praktik (KP) dan Laporan ini dengan
selamat dan baik meskipun masih banyak kekurangan selama pelaksanaan Kuliah
Praktek dan pembuatan laporan di PT. WANAPOTENSI GUNA. Terimakasih
saya ucapkan juga kepada seluruh pihak-pihak dan instansi yang telah membantu
saya selama Kuliah Praktek berlangsung sehingga saya dapat menyelesaikan
laporan ini, terkhusus saya ucapkan trimakasih kepada :
 Bapak Swadexi Istiqphara ST.MT selaku dosen pembimbing saya
yang mensukseskan kegiatan pembelajaran Kuliah Praktik sesuai
dengan SOP Kuliah Praktik Teknik Elektro ITERA.
 Bapak Krisna Dimas Prasetyo S.T selaku Pembimbing Lapangan
selama melakukan Kuliah Praktik di PT. WANAPOTENSI
GUNA.
 Bapak Manager HRD, Pak Birhot Manurung dan kepada Bapak
Manager PKS Pak Ronald S.M. Silitonga yang telah memberi izin
untuk kami dapat melakukan Kuliah Praktik di PT.
WANAPOTENSI GUNA.
 Kedua Orang tua & saudara/i kandung saya yang telah memberikan
waktunya mengantarkan saya ke lokasi PT. WANAPOTENSI
GUNA.

Kuliah Praktik ini merupakan salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh
di prodi Teknik Elektro INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA. Laporan Kuliah
Praktik ini disusun sebagai pelengkap Kuliah Praktik yang telah dilaksanakan
selama 1 bulan tepanya 39 hari di PT. WANAPOTENSI GUNA.

Saya sangat berharap apa yang ada pada laporan saya, dapat membantu
menambah wawasan serta pengetahuan tentang Sistem Kontrol pada Elektro
Motor 3 phasa menggunakan kontaktor. Sebelumnya saya meminta maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan memohon kritik serta
saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini.

2|
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan Laporan KP .............................................................. 1

Kata Pengantar ......................................................................................... 2

Daftar Isi.................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....................................................................... 4

1.2 Tujuan .................................................................................... 5

1.3 Rumusan Masalah .................................................................. 6

1.4 Batasan Masalah ..................................................................... 6

1.5 Waktu dan Tempat Kerja Praktek ........................................... 6

BAB II DASAR TEORI

2.1 Pengertian Elektro Motor........................................................ 12

2.2 Prinsip dan Mekanisme Kerja Elektro Motor .......................... 12

2.3 Elektro Motor 3 Fasa .............................................................. 13

2.4 Jenis Rangkaian Pada Elektro Motor 3 Fasa ........................... 14

2.5 Putaran dan Daya .................................................................... 17

2.6 Pemasangan Elektro Motor 3 Fasa .......................................... 18

2.7 Perawatan Elektro Motor 3 Fasa ............................................ 21

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Merubah Arah Putaran Elektro Motor 3 Fasa .......................... 25

3.2 Overload Trip Pada Panel Hoisting Crane ............................... 25

3.3 Pengecekan dalam Perhitungan Konsumsi Beban Listrik……...30

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ............................................................................ 32

4.2 Saran ...................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA

3|
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kuliah Praktik merupakan salah satu mata kuliah di Institut Teknologi


Sumatera yang dirancang untuk mahasiswa dari semua program studi yang telah
menyelesaikan perkuliahan tahun kedua. Laporan Kuliah Praktek ini berjudul
"Sistem Kontrol Pada Elektro Motor 3 Phase Menggunakan Kontaktor".
Kuliah Praktik dilaksanakan dengan tujuan, antara lain: memberikan praktik kerja
dan penyelesaian masalah pekerjaan yang timbul di lapangan, meningkatkan
keterampilan dan wawasan baik dalam hal hardskill maupun softskill,
memberikan gambaran nyata mengenai aktivitas lingkungan kerja, serta
mengenal, mengetahui, dan mempelajari alat-alat yang terdapat di suatu tempat
Kuliah Praktek tersebut.. Dengan melaksanakan Kuliah Praktik, mahasiswa dilatih
untuk mengenal dan menghayati ruang lingkup pekerjaan lapangan, supaya dapat
mengadaptaskani diri dengan lingkungan. Melalui kegiatan Kuliah Praktik,
mahasiswa diharapkan dapat mempraktikkan pengetahuannya di lapangan,
menimba pengalaman kerja dari para pegawai perusahaan tempat Kuliah Praktik.
Metode yang digunakan Studi Pustaka/Literatur dan daring serta melaksanakan
observasi langsung saat pembimbing/karyawan mengoperasikan alat. Dalam
kegiatan Kuliah Praktik kali ini, kami melakukan Kuliah Praktek di PT.
Wanapotensi Guna, Musi Banyuasin. Perusahaan ini mempunyai cakupan yang
cukup luas tentang kelistrikan, tetapi pembahasan kali ini akan dibahas tentang
pengoperasian system alat dan penggunaan kontrol kontaktor dipanel untuk
system pengendalian pada turbin, motor listrik, boiler, pompa air, dan masih
banyak lagi yang komponen utamanya menggunakan elektro motor dalam
beroperasi.

Seperti yang kita ketahui sekarang ini Kontaktor dapat mengendalikan suatu
alat sepert halnyai mematikan dan menghidupkannya motor listrik (elektro
motor). Motor listrik sendiri merupakan suatu kebutuhan primer disuatu
perusahaan yang bergerak di bagian industry contohnya industry kelapa sawit
yang ada di PT. Wanapotensi Guna. Motor listrik digunakan sebagai penggerak
bagi alat-alat lainnya. Tentunya akan lebih efektif jika motor ini dapat bertindak
sesuai dengan keadaan yang ada. Kontaktor itu sendiri memiliki prinsip kerja
yang unik dengan memanfaatkan induksi elektromagnetik. Didalam kontaktor
terdapat bagian-bagiannya tersendiri, serta kontaktor harus sesekali dilakukan
pemeliharaan agar tetap bekerja secara optimal. Maka dari pada itu pada

4|
kesempatan ini akan dibahas lebih dalam tentang Kontaktor sebagai system
kontrol terkhusus pada motor listrik.
Motor listrik sendiri merupakan salah satu peralatan pengubah energi listrik
menjadi energi mekanis. Energi mekanis ini dalam penerapannya digunakan
sebagai mesin untuk proses produksi,seperti mesin single end,mesin rip
saw,mesin cross cut,dan masih banyak penerapannya di dunia industry.

Salah satu motor listrik yang paling banyak digunakan sebagai penggerak
adalah motor 3 fasa atau motor induksi 3 fasa, karena konstruksinya lebih
sederhana dan perputarannya relatif lebih konstan dengan perubahan beban
dibandingkan dengan motor listrik jenis lain.
Motor induksi 3 fasa yang digunakan sebagai penggerak mesin yang dicatu
oleh sumber listrik 3 fasa dalam pemasangannya harus menempatkan beberapa
peralatan proteksi untuk mengamankan motor dan rangkaian motor dari gangguan
yang akan terjadi saat motor dioperasikan.

Gangguan-gangguan yang mungkin terjadi saat motor beroperasi terdiri


dari : gangguan arus lebih yang diakibatkan oleh arus hubung singkat atau kipas
pada mesin Forced Draft Fan terhambat karna terdapat banyak kotoran atau
serbuk halus,dan mengakibatkan pergerakan kipas menjadi berat, sehingga akan
mengakibatkan terjadinya beban lebih. Gangguan yang mungkin terjadi saat
motor beroperasi lainnya adalah bocor ketanah yang diakibatkan oleh kegagalan
isolasi pada kerangka motor dan pembebanan yang berlebihan pada mesin bisa
mengakibatkan gulungan motor listrik terbakar.

Berdasarkan gangguan-gangguan tersebut maka diperlukan perawatan yang


baik untuk mencegah arus hubung singkat, terjadinya beban lebih, dan mencegah
arus bocor ketanah.serta perawatan pada alat proteksi yang digunakan untuk
mecegah gangguan tersebut adalah Fuse (Sekring) untuk mencegah terjadi arus
hubung singkat, thermal overload relay, serta magnetic contactor.

1.2 Tujuan

Terdapat beberapa tujuan laporan dalam melakukan Kerja Praktek selama ada
di PT. Wanapotensi Guna yaitu :

1. Untuk memahami prinsip kerja sistem pengendalian rangkaian kontrol


elektro motor menggunakan kontaktor secara real di dunia kerja.
2. Untuk mengetahui apa saja komponen yang digunakan dalam pengendalian
elektro motor menggunakan kontaktor.
3. Untuk memahami prinsip kerja komponen safety rangkaian kontrol pada
elektro motor menggunakan kontaktor di dunia kerja.

5|
4. Untuk memahami masalah yang sering terjadi pada system pengendalian
elektro motor menggunakan kontaktor.
5. Untuk memahami cara mengatasi permasalahan yang sering terjadi pada
sistem pengendalian elektro motor menggunakan kontaktor.

1.3 Rumusan masalah

1. Bagaimana prinsip kerja sistem pengendalian rangkaian kontrol elektro


motor menggunakan kontaktor?
2. Apa saja komponen yang digunakan dalam pengendalian elektro motor
menggunakan kontaktor ?
3. Bagaimana prinsip kerja komponen safety rangkaian kontrol pada elektro
motor menggunakan kontaktor.
4. Apa saja masalah dengan yang sering terjadi pada sistem pengendalian
elektro motor menggunakan kontaktor?
5. Bagaimana cara mengatasi permasalahan yang sering terjadi pada sistem
pengendalian elektro motor menggunakan kontaktor?

1.4 Batasan Masalah

1. Dalam melakukan Kerja Praktik, pengambilan data yang kami lakukan di


PT. Wanapotensi Guna, Musi Banyuasin, daerah Sumsel, yakni
menggunakan metode perbandingan data yang ada dilapangan dengan
pengkanjian secara teori.
2. Untuk pengambilan data lapangan seperti halnya penggunaan arus pada
suatu elektro motor yang ada di perusahaan dengan pengontrolan
menggunakan kontaktor baik secara manual maupun otomatis.
3. Dalam pengambilan data lapangan (pengukuran), digunakan beberapa
parameter dan instrument listrik seperti : voltmeter, ampermeter,
multimeter,
4. Pembahasan terkait masalah yang kerap dihadapi pekerja listrik PT.
Wanapotensi Guna terkhusus mengenai elektro motor dan kontaktor.
5. Mengedintifikasi komponen pendukung pada elektro motor dan kontaktor
seperti jenis material yang digunakan.

1.5 Waktu dan Tempat Kerja Praktek

Kami melakukan kerja praktek dimulai dari tanggal 13 July 2020 sampai
dengan 18 Agustus 2020, yang berada di perusahaan kelapa sawit PT.
Wanapotensi Guna. Berikut informasi mengenai perusahaan :

6|
A. DATA POKOK

1. Nama badan usaha : PT. WANAPOTENSI GUNA

2. Bidang usaha : Perkebunan kelapa sawit dan industri pengolahan

3. Alamat operasional : Jln. H. Abdul Rozak No. 7-9, Kel. Bukit Sangkal,
Kalidoni, Palembang – 30114, Telp. 0711-7826323-
24, Fax.0711-7826118.

4. Alamat kantor pusat : Jl. Batu Tulis Raya No. 6, Kebon Kelapa, Gambir
Jakarta Pusat -10120, Telp. 021-3512409-10,3512419,
Fax. 021-3458856,

5. Akta Perusahaan :

a. No. 215/31-07-1991, No. 20/04-06-1992, No. 87/14-01-1993,


No. 11/28 Juni 1993, No. 59/10-12-1994;
b. No. 19/02-10-1996;
c. No. 92/10-06-1997, No. 24/08-01-1998, No. 41/09-09-1998,
No. 116/23-11-2000;
d. No. 117/23-11-2000;
e. No. 36/26-07-2007, dan
f. No. 26/14-08-2008.

6. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) : 01.562.268-074.000

B. PERIZINAN

B.1. Perkebunan Kelapa Sawit

1. Surat persetujuan PMDN Nomor : 210/I/PMDN/1997 tgl. 6-05-1997 dan


perpanjangan waktu sesuai surat Nomor : 58/III/PMDN/2009 tgl. 27-05-2009.

2. Izin Prinsip dari Dirjen Perkebunan Deptan Nomor : HK.350/ES.293/ 04.97


tangal 8 april 1997 (ekuivalen dengan Izin Usaha Perkebunan).

3. Izin prinsip dari Gubernur Kepala Dati I Sumatera Selatan Nomor :


593.3/000967/I tanggal 11 Maret 1997.

4. Izin Lokasi dari Kepala BPN Kabupaten dan Bupati Muba :


a. No. 03/SK-IL/MUBA/1997 tanggal 26 Maret 1997 luas 9.500 ha,

7|
b. No. 07/SK-ILP/MUBA/1998 tanggal 14 Mei 1998 luas 9.500 ha,
c. No. 06/SK-ILP/MUBA/2000 tanggal 24 Juli 2000 luas 9.500 ha, dan
d. No. 312 Tahun 2002 tanggal 12 September 2002 luas 3.000 ha,
e. No. 958 Tahun 2011 tanggal 18 Agustus 2011 luas 2.029 ha.

5. SK HGU dari Kepala BPN RI Nomor : 43-HGU-BPN Tgl. 28 Juli 2008 seluas
7.352 ha dan Sertifikat HGU Nomor : 21/MUBA tanggal 12 Desember 2008.

6. SK Kelayakan Lingkungan berupa Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan


Lingkungan Hidup (DPPL=Amdal) dari Bupati Musi Banyuasin Nomor : 715
Tahun 2010 tanggal 22 Juni 2010.

B.2. Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PPKS)

1. Izin Usaha Perkebunan untuk Pengeolahan (IUP-P) dari Bupati Musi


Banyuasin Nomor : 0877/Kpts/IUP-P/Disbun/2010 tanggal 5 Agustus 2010.
2. Izin Mendrikan Bangunan (IMB) dari Bupati Musi Banyuasin Nomor :
644.2/128/IMB /PU.CK.PENG/XII/2008 tanggal 24 Maret 2009.
3. SK HGB dari Kepala Kanwil BPN Sumatera Selatan Nomor : 40/HGB/BPN-
16/2010 tanggal 16 Juli 2010 seluas 13,11 ha.
4. Keputusan Kelayakan Lingkungan berupa UKL-UPL PPKS sesuai surat
Kepala Badan Lingkungan Hidup dan Penelitian Pengembangan Kab, Musi
Banyuasin Nomor : 660/800/II/ BLHPP/2010 tanggal 29 Juni 2010
5. Izin Pembuangan Air Limbah dari Bupati Musi Banyuasin Nomor : 1172
Tahun 2010 Tanggal 29 Oktober 2010.

C. VISI, MISI DAN TUJUAN

Visi :
”Optimalisasi lahan rendahan dan bergambut melalui pembangunan perkebunan
kelapa sawit dan industri pengolahan yang efisien, berkualitas dan ramah
lingkungan”

Misi :

1. Pemanfaatan lahan non produktif untuk budidaya kelapa sawit yang ramah
lingkungan;
2. Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat sekitar;
3. Perwujudan dalam partisipasi dalam pembangunan nasional melalui
perkebunan dan unit pengolahan kelapa sawit;
4. Penciptaan lapangan perkerjaan dan kesempatan berusaha;

8|
5. Terwujudnya perusahaan yang besar dan handal dalam produksi Tandan Buah
Segar (TBS) dan Crude Palm Oil (CPO) yang tinggi, yang didukung
manajemen yang handal, disiplin, dan berkualitas.
Tujuan :

1. Memanfaatkan lahan rendahan, tidak produktif, dan rawan banjir menjadi


lahan yang bermanfaat melalui tanaman kelapa sawit;

2. Memproduksi TBS dan CPO yang optimal dan ramah lingkungan;

3. Menciptakan lapangan kerja dan mengurangi pengangguran;

4. Meningkatkan penerimaan/devisa negara melalui sektor non migas;

5. Membantu peningkatan pendapatan asli daerah;

6. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kebun melalui peluang kerja


dan berusaha serta kemitraan usaha.

D. RIWAYAT PERKEBUNAN

1. Pembangunan kebun inti dimulai pada tanggal 1 Juni 1997 dan penanaman
perdana kelapa sawit dilakukan pada tanggal 17 Juli 1998.

2. Proses perolehan lahan melalui berbagai cara, yaitu : pancung alas dan ganti
rugi/jual beli kepada masyarakat dan kelompok masyarakat, berdasarkan
musyawarah mufakat dan difasilitasi oleh Pemerintah setempat (desa,
kecamatan dan pemerintah kabupaten).

3. Karena sebagian areal rendahan dan bergambut, maka pada setiap blok
tanaman dibuat atau dikelilingi oleh parit. Selain mengatur fungsi agar lahan
tanaman tidak tergenang juga menjaga keseimbangan air (untuk menghindari
defisit air pada tanaman kelapa sawit).

4. Di lokasi ini mempunyai curah hujan yang tergolong tinggi dibanding areal
sekitarnya (rata-rata > 2.800 mm/tahun) sehingga sangat optimal bagi tanaman
kelapa sawit. Namun pada sisi lain menghambat proses pembangunan kebun,
karena akses jalan sering kali rusak.

5. Sejak tahun 2006 telah dilakukan pengerasan jalan dengan penimbunan pasir
dan batu (koral) sehingga saat ini jalan kebun dominan dapat dilalui sepanjang
tahun.

9|
6. Areal tanaman kelapa sawit saat ini terbagi dalam 13 divisi, dengan rata-rata
luas 550 ha. Suatu divisi dipimpin oleh seorang assisten lapangan. Saat ini
semua divisi telah dipanen dan pemeliharaan kebun untuk memperoleh
pemanenan TBS yang optimal.

7. Beberapa persoalan lahan yang terkadang muncul, telah mampu diselesaikan


dengan musyawarah mufakat, sehingga tidak menjadi berlarut-larut sehingga
operasional pemeliharaan dan pemanenan kebun dapat berlangsung dengan
optimal.

E. AREAL KERJA DAN SDM

Wilayah administrasi

Desa : Panai (d/h. Air Balui), Nganti, Jud II, Penggage, Ngulak
III, Beruge, Muara Punjung dan Sukadamai.

Kecamatan : Sangadesa, Babat Toman, dan Plakat Tinggi.

Kabupaten : Musi Banyuasin

Provinsi : Sumatera Selatan

Luas HGU : 7.352 ha.

Luas potensial : 8.500 ha

Luas tanaman KS : 8.200 ha (terbagi dalam 13 divisi)

Batas-batas areal kebun

Utara : Kebun/Ladang rakyat dan Hutan/Rimba

Timur : Kebun Rakyat dan Hutan/Rimba dan Sungai Keruh

Selatan : Kebun Rakyat dan Hutan/Rimba

Barat : Kebun Rakyat dan Hutan/Rimba.

Jumlah tenaga kerja ada 904 orang

- Bulanan : 177 orang

- Harian : 622 orang

10 |
- Borongan : 105 orang

F. UNIT PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

1. Unit pengolahan TBS menjadi CPO telah dibangun mulai tahun 2008 (akhir)
dan mulai dioperasikan pada tangal 5 Februari 2010 dengan kapasitas
terpasang 90 ton TB/jam (terpasang).

2. Air limbah saat ini telah dikelola dengan sistem kolam (pond) dan setelah
memenuhi BMLC dibuang ke Sungai Punjung, untuk pengembangan dalam
pengelolaan air limbah direncanakan akan dilakukan dengan aplikasi pada
lahan pertanaman kelapa sawit menghasilkan (Land Apllication), guna
memperoleh manfaat tambahan : sebagai pengganti pupuk anorganik,
meningkatkan produksi TBS dilokasi yang diaplikasi, dan air limbah tidak
membebani air sungai/air permukaan penerima air limbah.

11 |
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengertian Elektro Motor

Elektro motor merupakan sebuah perangkat elektromagnetis yang mengubah


energi listrik menjadi menjadi energi mekanik. Energi mekanik ini biasanya
digunakan untuk memutar impeller pompa, fan atau blower, menggerakan
compressor, menggerakan conveyor, mengangkat bahan menggunakan crane, dll.
Elektro Motor kadangkala disebut “ kuda kerja” nya industri sebab diperkirakan
bahwa motor-motor menggunakan sekitar 70% beban listrik disuatu industry,
(wisnuwihar, p. 2016).

Gambar. 2.1 Contoh Pemakaian Elektro Motor Pada Induct Fan Boiler

2.2 Prinsip dan Mekanisme Kerja Elektro Motor

Masing-masing Elektro motor mempunyai bagian yang diam dan bagian yang
bergerak. Bagian yang bergerak dan diam terdiri dari inti besi yang dipisahkan
oleh celah udara dan membentuk rangkaian magnetic dimana fluksi dihasilkan
oleh aliran arus melalui kumparan atau belitan yang terletak didalam kedua bagian
tersebut, (wisnuwihar, p. 2016).

Bagian yang diam pada motor listrik disebut dengan stator. Sedangkan bagian
yang bergerak disebut dengan rotor. Stator yaitu suatu kumparan pada motor yang
berfungsi sebagai penerima tegangan. Tegangan yang diberikan pada stator akan
menghasilkan arus. Arus yang dihasilkan akan menimbulkan medan magnet yang
berputar. Medan magnet tersebut akan menginduksi pada rotor dan rotor berputar,
(wisnuwihar, p. 2016).

12 |
Gambar 2.2 Komponen Stator dan Rotor pada elektro motor

Mekanisme kerja untuk seluruh jenis motor secara umum sama yaitu :
a. Arus listrik dalam medan magnet akan memberikan gaya
b. Jika kawat yang membawa arus dibengkokan menjadi sebuah lingkaran
atau loop, kedua sisi loop pada sudut kanan medan magnet akan
mendapatkan gaya pada arah yang berlawanan.
c. Pasangan gaya menghasilkan tenaga putar atau torsi untuk memutar
kumparan.

2.3 Elektro Motor 3 Fasa

Elektro motor 3 fasa atau biasa disebut dengan motor induksi 3 fasa adalah
motor yang mempunyai slip antara medan putar dengan putaran rotornya. Di
dalam motor induksi juga terdapat komponen utama yaitu rotor dan stator. Rotor
pada motor induksi terbagi menjadi dua jenis rotor yaitu :
a. Rotor kandang tupai terdiri dari batang penghantar tebal yang dilekatkan
dalam petak-petak slots parallel. Batang-batang tersebut diberi hubungan
pendek pada kedua ujungnya dengan alat cincin hubungan pendek.
b. Lingkaran rotor yang memiliki gulungan tiga fase, lapisan ganda dan
terdistribusi. Rotor tersebut dibuat melingkar sebanyak kutub stator. Tiga
fase digulungi kawat pada bagian dalamnya dan ujung yang lainnya
dihubungkan ke cicin kecil yang dipasang pada batang as dengan sikat
yang menempel.

Untuk stator yang ada di motor induksi ini dibuat dari sejumlah stampings
dengan slots untuk membawa gulungan tiga fase. Gulungan ini dilingkarkan untuk
sejumlah kutub yang tertentu. Gulungan diberi spasi geometri sebesar 120 derajat,
(wisnuwihar, p. 2016).

Motor induksi diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama yaitu motor


induksi satu fasa dan motor induksi tiga fasa. Untuk motor induksi satu fasa

13 |
penggunaan di industri sangatlah kurang dan kebanyakan di industri-industri besar
itu menggunakan motor induksi tiga fasa, (wisnuwihar, p. 2016).
Motor induksi tiga fasa adalah motor listrik yang mempunyai kapasitas-
kapasitas daya yang besar. Dari alasan inilah banyak perusahaan atau industri-
industri besar memilih motor induksi tiga fasa ini sebagai mesin-mesin yang
membantu dalam proses produksi setiap harinya, (wisnuwihar, p. 2016).

Gambar 2.3 Motor induksi tiga fasa

Motor induksi 3 fasa adalah motor listrik yang mempunyai kapasitas -


kapasitas daya yang besar. Dari alasan inilah banyak perusahaan atau industri-
industri besar memilih motor induksi tiga fasa ini sebagai mesin-mesin yang
membantu dalam proses produksi setiap harinya, (wisnuwihar, p. 2016).

Jenis-jenis motor induksi terbagi menjadi dua yaitu ada motor induksi tiga
fasa rotor sangkar dan motor induksi tiga fasa rotor lilit. Di industri motor induksi
tiga fasa yang sering kali di temui adalah motor induksi rotor sangkar,
(wisnuwihar, p. 2016).

2.4 Jenis Rangkaian Pada Elektro Motor 3 Fasa Menggunakan Kontaktor

2.4.1 Direct On Line (DOL)

Direct On Line starter merupakan rangkaian starting langsung. Penggunaan


metoda ini sering dilakukan untuk motor-motor AC 3 fasa yang mempunyai
kapasitas daya yang kecil. Pengertian penyambungan langsung disini, motor yang
akan dijalankan langsung di swich on ke sumber tegangan jala-jala sesuai dengan
besar tegangan nominal motor. Artinya tidak perlu mengatur atau menurunkan
tegangan pada saat starting, (Azly, 2017).

14 |
Gambar. 2.5 Wiring Diagram Direct On Line (DOL)

Besar arus startnya dapat mencapai 5 sampai dengan 7 dari arus beban
penuhnya (bila tidak diketahui biasanya dipakai 6x arus beban penuhnya). Hal ini
terjadi karena motor pada saat diam memiliki momen inersia (motor dalam
keadaan diam), sehingga untuk mengalahkan momen inersia ini dibutuhkan arus
yang besar. Starter ini terdiri dari breaker sebagai proteksi hubung singkat,
kontaktor, over current relay dan komponen control seperti push button. Kontrol
start dan stop dilakukan dengan push button yang mengontrol tegangan pada coil
kontaktor. Sementara itu output OCR terangkai secara serrie sehingga jika OCR
trip, maka output OCR akan melepas tegangan ke coil kontaktor, (Azly, 2017).

Komponen penyusun starter ini harus mempunyai ampacity yang cukup


besar. Perlu diperhitungkan juga arus saat start motor, demikian juga ukuran range
overloadnya.

2.4.2 Star Delta (Y/D)

Starter pada rangkaian ini dapat mengurangi lonjakan arus dan torsi pada saat
start. Tersusun atas 3 buah kontaktor yaitu main kontaktor, star kontaktor dan
delta kontaktor, timer untuk pengalihan dari star ke delta serta sebuah overload
relay. Pada saat start, starter terhubung secara star. Gulungan stator hanya
menerima tegangan sekitar 0,578 (seper akar tiga) dari tegangan line. Jadi arus
dan torsi yang dihasilkan akan lebih kecil dari pada DOL Starter. Setelah
mendekati speed normal starter akan berpindah menjadi terkoneksi secara Delta.

15 |
Starter ini akan bekerja dengan baik jika saat start motor tidak terbebani dengan
berat, (Azly, 2017).

Gambar. 2.6 Wiring Diagram Star Delta Elektro Motor

2.4.3 Autotransformer

Starting dengan rangkaian cara ini adalah dengan menghubungkan motor


pada tap tegangan sekunder autotransformer terendah. Setelah beberapa saat
motor dipercepat tap autotransformer diputuskan dari rangkaian dan motor
terhubung langsung pada tegangan penuh, (Azly, 2017).

Gambar. 2.7 Rangkaian autotransformer pada elektro motor

16 |
2.4.4 Soft Starter

Prinsip dasar rangkaian Soft Starter adalah mirip dengan rangkaian Auto Star-
Delta, yaitu mengurangi tegangan awal yang tinggi. Pada rangkaian soft starter,
elektro motor yang di kendalikan memiliki kemampuan/daya sedang hingga
tinggi. Penggunaan motor listrik ini pada elektro motor 3 phase dengan daya 5,5
kW hingga diatas 22 kW, (Administrator2, 2017).

Gambar. 2.8 Rangkaian Soft Starter

2.5 Putaran dan Daya

2.5.1 Putaran motor listrik

Pada umumnya putaran elektro motor induksi adalah tetap/constant untuk


kondisi beban dan tegangan yang normal, tetapi sangat tergantung pada jumlah
kutub (pole) motor tersebut dan frekuensi (f) sumber tegangan (AC) yang di
gunakan, (Siswoyo, 2020).

Jumlah putaran elektro motor 3 fasa ketika kondisi beban kosong (tanpa
beban) berbeda dengan putaran beban penuh, hal ini di karenakan “slip”.

Perhitungan dasar putaran elektro motor :


1. Jumlah putaran/rpm ( Ns ) = 120 x frekwensi (2.1)
Jumlah kutub/pole

17 |
2. Slip (%) = (rpm beban kosong – rpm beban penuh ) (2.2)

rpm beban kosong

2.5.2 Penyesuaian Daya Elektro Motor 3 Fasa dengan Beban :

1. Beban gerak lurus

Keterangan : N = PXV (2.3)

75 X Л
N = Daya motor ( HP/KW)
P = Berat beban yang bergerak ( Kg ) N = PXV (2.4)
V = Kecepatan gerak beban ( M/det )
Л = Rendemen total mesin 102 X Л

2. Beban gerak putar

Keterangan : N = MXn (2.5)

N = Daya motor ( HP/KW) 716 X Л


M = Momen putar beban ( Kgm )
n = Putaran beban ( rpm ) N = MXn (2.6)
Л = Rendemen total mesin
975 X Л

3. Beban pemompaan zat cair

Keterangan :
N = 1000 x V x j x h (2.4)
V = Debit zat cair( m³/det) 75 X Л
j = Berat jenis zat cair
N = 1000 x V x j x h (2.5)
h = Actual head + fiction head
= Tinggi aktual zat cair yg di pompa + 102 X Л
Tinggi semu
Л = Rendemen total mesin

2.6 Pemasangan Elektro Motor 3 Fasa

Beberapa hal yang harus di perhatikan dalam pemasangan elektro motor :

1. Mengetahui spesifikasi elektro motor

 Pemilihan elektro motor dan perlengkapannya

18 |
 Ketahanan terhadap lingkungan

2. Pengaturan instalasi

 Perlindungan mekanis
 Pertukaran udara

3. Pengukuhan

2.6.1 Mengetahui Spesifikasi Elektro Motor

 Setiap motor listrik terdapat plat nama yang berguna sebagai data
perhitungan kita sebelum pemasangan unit mesin.

 Plat nama tersebut biasanya berisikan :

 Nama pembuat
 Tegangan kerja nominal
 Arus beban penuh nominal
 Frekwensi nominal dan jumlah fase
 Kecepatan beban penuh nominal
 Suhu nominal dan kelas isolasinya
 Waktu kerja nominal
 Jenis lilitan
 Jenis kontruksi

Gambar. 2.9 Pemasangan Motoran dengan spesifikasi 22 kW, 1500 rpm, 4 poles

19 |
 Pemilihan motor listrik dan perlengkapannya

Setiap motor listrik dan perlengkapannya yang akan dipasang harus dalam
keadaan baik, serta di rancang dengan tepat untuk maksud dan keadaan di mana
elektro motor dan perlengkapannya akan di pasang.

 Ketahanan terhadap lingkungan

Elektro motor yang akan di pasang harus di sesuaikan dengan pengaruh


kondisi lingkungan dimana akan di pasang. Contoh : Tahan hujan, kedap air,
tahan panas dll.

2.6.2 Pengaturan Instalasi

Gambar. 2.10 Pemeriksaan elektro motor sebelum pasang dan dijalankan

 Elektro motor harus di pasang sedemikian rupa, sehingga pertukaran udara


untuk pendinginan cukup terjamin.

 Elektro motor yang di pasang harus mudah untuk di jalankan, diperiksa,


dan dipelihara dengan mudah dan aman.

 Peralatan pengatur dan peralatan pengontrol harus dapat di capai dengan


mudah dan aman, sekalipun motor sedang jalan.

 Pemasangan elektro motor di usahakan agar plat nama mudah untuk


dibaca.

20 |
 Perlindungan mekanis
 Elektro motor yang di pasang harus di lindungi dengan tepat di tempat-
tempat di mana besar kemungkinannya akan terjadi kerusakan mekanis.

 Pertukaran udara
 Elektro motor harus di pasang sedemikian rupa, sehingga pertukaran udara
untuk pendinginan cukup terjamin.

2.6.3 Pengukuhan

 Elektro motor yang di pasang harus benar pada tempatnya, pondasi, baut-
baut dan perlengkapan lainnya benar-benar kuat.

2.7 Perawatan Elektro Motor 3 Fasa

 Perawatan Harian
 Perawatan harian dapat di lakukan pemeriksaan secara rutin pada terminal
motor listrik, arus/amper beban operasi, pembersihan body, tutup dan fan
motor, rangkaian penggerak, kopel motor serta baut-baut dan getaran
motor.

 Perawatan Mingguan
 Perawatan mingguan dapat di lakukan pada rangkaian control serta
komponennya, pelumasan bearing, carbon brush serta komponennya, baut
terminal motor, belting, pelumas gearbox, rubber coupling, ( automatic
control, limit switch, solenoid valve)
 Pastikan semua hubungan/terminal listrik dalam keadaan bersih

 Perawatan Bulanan
 Bersihkan terminal hubungan beban/contact point serta kumparan
magnetic contactor, terminal thermal, fuse/mcb, gulungan motor serta
bersihkan bearing dan ganti pelumas bearing

 Perawatan 6 Bulanan
 Periksa, bersihkan dan sherlack kembali kumparan motor listrik, periksa
bearing, carbon brush, tutup motor, kopel/hubungan motor serta minyak
pelumas gearbox.

 Perawatan Tahunan
 Periksa terminal hubung beban/contact point magnetic contactor, tahanan
isolasi jaringan suply tegangan dan kumparan motor, sistem couple beban

21 |
motor ( belting, sprocket, dan coupling ), periksa getaran dan lakukan
pendataan yang baik untuk kegiatan perawatan dan perbaikan yang telah
dilakukan.

Gambar. 2.11. Perawatan Kontaktor Motor 3 Phase

(Siswoyo, 2020)

22 |
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Merubah Arah Putaran Elektro Motor 3 Fasa

3.1.1 Identifikasi Masalah & Metode Penyelesaian

Ada suatu masalah yang kami temukan distasiun sortasi buah, yakni adanya
penyumbatan di conveyor loading ramp, sehingga memperlambat kecepatan
transfer buah ke stasiun selanjutnya, sehingga mengalami trip beberapa kali
dikarenakan beban yang terlalu besar.

Gambar. 3.1 Loading Ramp Conveyor

Berikut metode pengidentifikasian dan solusi yang kami lakukan :

1. Hal yang pertama sekali kami lakukan adalah mencoba mengoperasikan


ulang conveyor, untuk mengidentifikasi kestabilan kerja alat.

2. Setelah diidentifikasi didapatilah penyebab conveyor bekerja lambat


dikarenakan adanya jangkos (janjangan kosong) yang menyumbat disela-
sela conveyor.

3. Setelah mengetahui akar masalahnya, kami pun berasumsi bahwasanya


daerah conveyor yang tersumbat harus segera dibersihkan.

4. Solusi dari kami diterima baik oleh pembimbing lapangan, dengan


beberapa kesepakatan bahwasanya sebelum dilakukan pembersihan,
dilakukan terlebih dahulu, yakni memutar balik arah putaran elektro motor
clockwise (searah putaran jarum jam atau biasa disebut dengan forward)
diubah ke counter clockwise (berlawanan putaran arah jam atau biasa

23 |
disebut dengan reverse), dan tentu sebelum melakukan hal tersebut, mesin
di off kan terlebih dahulu dengan menekan off breaker MCB pada panel
yang bersangkutan.

3.1.2 Pembahasan Penyelesaian Data

Pada prinsipnya merubah arah putaran motor 3 phase hanya dengan menukar
salah satu fasa RST- UVW ke RTS – UVW atau SRT – UVW. Pada kondisi
elektro motor forward – reverse kali ini, kami tidak dapat mengubah arah putaran
motor secara langsung dikarenakan coil kontaktor ter-interlock dengan kontaktor
bantu NC 21-22 putaran lawannya (reverse), hal tersebut sebagai pengaman
(safety) proses forward untuk menjadi reverse1 ketika akan ada pertukaran salah
satu fasa supply sehingga jika kondisi forward menuju reverse bisa dilakukan
langsung tanpa interlock, maka otomatis akan ada short circuit antara fasa yang
ditukar tersebut. Oleh sebab itu adanya pengaman berupa kontaktor bantu NC 21-
22 yang dipasang serial pada masing-masing coil kontaktor putaran lawannya
yang berfungsi sebagai interlock jika salah satu putaran motor beroperasi. Jadi
saat motor kami operasikan forward, kontaktor reverse tidak akan bisa
dioperasikan.

Gambar. 3.3 Diagram control motor forward - reverse

Dari gambar diagram diatas dapat kita ketahui SF dan SR sebagai push button
start supaya motor beroperasi forward atau reverse. Saat push button SF atau SR
ditekan maka kontaktor bantu NO 13-14 dari masing-masing kontaktor yang
beroperasi yang terpasang parallel dengan push button tersebut akan segera
mengunci sehingga fungsi push button dalam hal ini adalah sebagai pemberi

24 |
tegangan sesaat sehingga jika kontak bantu NO 13-14 yang terpasang parallel
tersebut mengunci maka kondisi push button dari close menjadi open tidak
berpengaruh lagi.

Perpindahan operasi dari forward menuju reverse atau sebaliknya, hanya bisa
dilakukan dengan menekan push button stop S0 terlebih dahulu. Jadi ketika motor
berputar forward, push button SR otomatis tidak bisa difungsikan, yakni harus
ditekan push button S0 terlebih dahulu, maka push button SR bisa berfungsi,
begitu sebaliknya.

H1 dan H2 sebagai indikator lampu untuk mengetahui apakah motor sedang


beroperasi forward atau reverse. Jika motor trip karena Overload Relay bekerja,
maka aliran listrik kesemua coil kontaktor motor akan terputus dan lampu H3
sebagai indikator overload.

Setelah dilakukan beberapa tahapan perbaikan, dan pengembalian putaran


reverse-forward dengan dasar pemahaman yang telah dipaparkan diatas, conveyor
pada loading ramp pun dapat berjalan kembali dengan baik seperti sediakala.

3.2 Relay Overload Short (Trip) Pada Panel Hoisting Crane

3.2.1 Identifikasi Masalah & Metode Penyelesaian

Pada masalah kali ini, seorang pekerja dibagian pengolahan control manual
hoisting crane, menemukan suatu masalah, dimana crane tersebut tidak mampu
mengangkat beban seberat massa 4 ton troli buah sawit seperti pada umumnya.

Gambar. 3.4. Penggantian Overload pada Panel Hoisting Crane

25 |
Berikut tahapan yang kami lakukan dalam pengidentifikasian masalah dan
solusinya :

1. Setelah kami operasikan crane tersebut menggunakan manual control,


awalnya kami berasumsi dimana faktor utama yang menyebabkan
kerusakan alat adalah kondisi motor yang sudah cukup usang, atau
dikarenakan rate (rentang) arus overload relay yang tidak sesuai.

2. Kemudian kami melakukan pengecekan rangkaian pada panel, sebelum


pengecekan tetap kami harus memastian terlebih dahulu bahwa alat telah
off sepenuhnya, dan didapati masalah bahwasanya overload mengalami
kondisi short.

3. Setelah mendapati masalah utamanya, kami segera mengganti overload


dengan yang baru dengan memperhatikan rate (rentang) arus yang
mengalir ke elektro motor mesin hoisting crane.

4. Dan setelah dioperasikan kembali, hoisting crane dapat kembali beroperasi


seperti semula

3.2.2. Pembahasan Analisis Data

Sebelumnya diperoleh hasil pengukuran temperature lilitan pada pegujian


gangguan stator motor induksi fasa 3 sebagai berikut :

GRAFIK TEMPERATUR PENGUJIAN STATOR

NORMAL TANPA BEBAN

50
TEMPERATUR (⁰C)

40

30

1 3 5 7 9 11131517192123252729

TIME (S)

Temperature Fasa R

Tempperature fasa T

26 |
GRAFIK TEMPERATUR PENGUJIAN STATOR SHORT TURN
20% TANPA BEBAN

80.0

60.0

TEMPERATUR (⁰C)
40.0

20.0

0.0

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31

TIME (S)

Temperature Fasa R

Tempperature fasa T

GRAFIK TEMPERATUR PENGUJIAN STATOR


SHORT TURN 25% TANPA BEBAN

100
TEMPERATUR (⁰C)

50

1 3 5 7 9 111315171921232527293133

TIME (S)

Temperature Fasa R

Tempperature fasa T

Dari data diatas dapat kita pahami bahwasanya setiap waktu (s) diperoleh
data temperature R dan T setiap pemberian beban dan tanpa beban. Skala yang
dimaksud pemberian beban 20% - 25 %, adalah skala ketika alat beroperasi
mengolah beban tambahan 4 – 10 ton bahkan dua kali nya.

27 |
Berikut analisis data pengambilan data dan data perhitungan yang diperoleh :

Tabel 1. Spesifikasi Motor 4 kW AC 3 Fasa Y-D pada Crane

Elektro Motor 3 Pole Power Arus RPM


Fasa (Hp/kW) (A) (r/min)
Motor 1 4 5,5/4 8,5 1450
Motor 2 4 5,5/4 8,5 1450

Tabel 2. Data Pengukuran Motor 4 kW AC 3 Fasa Y-D pada Crane

Daya Cos Toleransi Arus Tegangan


(kW) (A) (V)
4 kW 0,82 10% 6,98 380
4 kW 0,82 10% 7,01 380
Berikut perhitungan secara matematisnya :

In = (3.1)

In = ( )( )(
(3.2)
)

In = 7,24 A. (3.3)

Dapat kita pahami arus nominal sebenarnya mendekati nilai arus nominal
actual pada name plate elektro motor.

Berikut setting perhitungan proteksi overload yang biasa di gunakan untuk


hoisting crane, dengan beberapa data yang diperoleh dari pengukuran dengan
motor beroperas di ambil sampel T = 15 menit :

leq lb T Es P RPM V
7,32 A 7,29 A 15 menit 115% 4 kW 1450 rpm 380 V

( )
(3.4) Keterangan :
( )
 t = Time Trip (menit)
( )  T = Time Constant
(3.5)
( )  ln = Natural Logarithm
 leq = Current Equivalent
t = 2,68 menit (3.6)
 lb = Current Set Motor
 Es = Heat Rise Time Constant

28 |
jadi, apabila motor menyerap arus 7,29 A, waktu operasinya adalah 2,68 menit,
cukup lama responnya, oleh karena itu dapat di pahami overload relay harus
diganti dikarenakan hal lama dalam respon trip otomatis, jika tidak dapat terjadi
kebakaran atau rusak dibagian elektro motor atau pada gearbox.

Lalu tahap yang selanjutnya yakni penentuan setting overload relay nya
sesuai spesifikasi yang telah kita proleh dari name plate motor dan pengukuran
arus nominal, dan berikut perhitungan matematisnya :

Settingan trip overload = In x 120% (3.7)

= 7,24 x 120% (3.8)

= 8,67 A (3.9)

Jadi 8,67 A adalah arus settingan trip overload relay.

Setelah sudah diperoleh data yang cukup, hal berikutnya adalah mengganti
overload sesuai data spesifikasi diatas dengan tetap memperhatikan spesifikasi
yang ada pada name plate elektro motor tersebut. Overload yang baru
dipasangkan ke kontaktor motor hoisting crane pada panel, lalu kami setting trip
menggunakan obeng/testpen sesuai hitungan dan data pengukuran menggunakan
instrument. Selanjutnya ketika dilakukan pengoperasian, hoisting crane pun sudah
dapat kembali bekerja dengan baik, baik tanpa beban maupun dengan tambahan
beban senilai 4 ton dan dapat diperkirakan hositing crane dapat mengangkut lebih
dari sekedar 4 ton.

Gambar 3.5 Melakukan pengecekkan wiring elektro motor hoisting crane.

29 |
3.3 Pengecekan dalam Perhitungan Konsumsi Beban Listrik Elektro Motor
Pada Kapstan Lori TBS

3.3.1 Kapasatitas Benda Uji

 Elektro motor yang di uji

Daya = 5,5 kW
Pole = 2 poles
Tegangan = 380 V
Putaran = 2850 rpm
Cos φ = 0,85
Freq = 50 Hz

 Lori sebagai beban

Kapasitas = 4 ton/unit lori kosong

3.3.2 Prosedur Pengujian

Agar dalam pengujian tidak terjadi kesalahan dalam pengukuran maupun


pengamatan, maka harus mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

1. Memastikan rangkaian yang terhubung dengan sumber pada panel


2. Memastikan pengaturan pembebanan elektro motor sebesar 5,5 kW yang
terhubung dengan 1 lori 4 ton kosong,
3. Menyalakan elektro motor dengan menggunakan saklar pada panel
4. Mengamati, spesifikasi elektro motor pada plate name elektro motor
5. Mencatat hasil pengukuran atau pengujian pada tabel percobaan
6. Mengelolah hasil pengujian
7. Analisis pengambilan data hasil pengujian

3.3.3 Analisis Data

a. Perhitungan Konsumsi Beban Listrik

Beban utama listrik pada pabrik kelapa sawit merupakan jenis arus listrik 3 phase,
untuk menghitung beban listrik yang dikonsumsi digunakan perhitungan berikut :

a) Capstan

P=√ (3.10)

Ket : P = Daya (kW)


V = Tegangan (V)
I = Kuat Arus (A)

30 |
Cosφ = 0,85

I= (3.11)

I= (3.12)

I = 10,458 A (3.13)

Konsumsi pemakaian solar dibatasi untuk genset sebesar 500 kVA, 425 kW
adalah 28 liter/jam dengan waktu operasional genset selama 4,5 jam. Maka
dibutuhkan konsumsi solar sebanyak :

kWh genset = 425 kW x 4,5 jam (3.14)

= 1912,5 kWh (3.15)

Kebutuhan Solar = 28 liter x 4,5 jam (3.16)

= 126 liter

Untuk dapat membangkitkan 1 kW daya dibutuhkan :

(3.17)

kWh elektro motor capstan = 5,5 kW x 4,5 jam (3.18)


= 24,75 kWh (3.19)
Kebutuhan solar = 24,75 kWh x 0,066 liter (3.20)
Harga Solar Rp.5.150 = 1,6335 liter (3.21)

Biaya = 1,6335 x 5.150 = Rp.8.412, -perhari (3.22)

31 |
BAB IV

KESIMPULAN & SARAN


4.1 Kesimpulan

Berdasarkan penganalisisan data yang telah dilakukan selama kerja praktik


tentang sistem kontrol elektro motor menggunakan kontaktor, dapat diambil
kesimpulan :

- Prinsip kerja sistem kontrol pada elektro motor 3 phase menggunakan


kontaktor untuk mengoperasikan mesin pengolahan di tempat kerja praktik
secara manual, yakni dengan menggunakan rangkaian kontrol starter DOL,
Y/Δ, autotransformer, dan soft starter, tergantung seberapa besar
spesifikasi daya elektro motor dalam melakukan pengolahan.

- Komponen yang digunakan untuk melakukan pengendalian motor


menggunakan kontaktor dikelompokkan menjadi dua yakni komponen
kontrol (sakelar ON, sakelar OFF, timer, relay overload dan relai) dan
komponen daya (kontaktor , kabel daya, sekring atau circuit breaker
seperti MCB, ACB, dan MCCB).

- Komponen atau instrument yang digunakan untuk mengkontrol proses


penggunaan listrik selama pengontrolan elektro motor menggunakan
kontaktor atau biasa disebut dengan instrument safety, yakni relay
overload sebagai peralatan switching yang peka terhadap suhu dan akan
membuka atau menutup kontaktor pada saat suhu yang terjadi melebihi
batas yang ditentukan atau peralatan kontrol listrik yang berfungsi untuk
memutuskan jaringan listrik jika terjadi beban lebih, kemudian pada
MCCB dan MCB sebagai komponen yang berfungsi sebagai pengaman
dan pemutus arus ketika terjadi arus pendek (korsleting) atau kelebihan
beban (overload) yang dapat menyebabkan kerusakan pada elektro motor
dan kebakaran karena percikan bunga api pada panel.

- Dapat dipahami bahwa elektro motor dan kontaktor menggunakan konsep


gulungan (lilitan) yang menciptakan fluks untuk menghasilkan energi
listrik pada motor di boiler, menghasilkan energy mekanik pada beberapa
alat yang menggunakan motor seperti motor pada hoisting crane, dan
terakir, menghasilkan energy mekanik untuk kepentingan otomatis starting
wiring motor star ke delta pada kontaktor.

32 |
- Pada proses pengendalian sistem kontrol elektro motor menggunakan
kontaktor sering ditemukan masalah kerusakan alat atau komponen
pendukung selama proses pengendalian,salah satu masalah yang sering
ditemukan adalah Mechanical Failure (kerusakan mekanis) dikarenakan
kurangnya pelumasan, vibrasi yang tidak seimbang, kemudian kerusakan
dikarenakan Over Current (penggunaan listrik berlebih) dimana pada
kondisi ini terjadi ketika sedang beroperasi yang mengakibatkan motor
menggunakan arus yang lebih besar dari pada Rated Capacitynya
(kemampuannya). Lalu ada kerusakan dikarenakan Low Insulation
Resistance yakni tahanan isolasi dari lilitan motor mengalami penurunan
peforma seperti Degradasi seiring berjalannya waktu, kemudia terjadinya
kerusakan seperti yang telah dijelaskan di pembahasan, yakni trip pada
relay overload yang sudah rusak..

- Ketika terjadi kerusakan seperti Mechanical Failure maka dilakukan


penggantian alat dengan jumlah cost yang besar, sehingga untuk mencegah
terjadinya hal itu, dilakukan preventive maintenance regular secara
intensif. Kemudian pencegahan Over Current dapat dilakukan seperti
memfasilitasi piranti yang mampu membatasi over curren, contoh
pirantinya adalah relay overload, UVR (Under Voltage Relay),phase
failure relay, fuse, dll. Lalu untuk Low Insulation Resistance dapat
dicegah dengan cara menggunakan jenis elektro motor yang berkualitas
seperti yang berkelas heavy duty.

4.2 Saran

Setelah ± 30 hari menjalani kuliah praktik di pabrik kelapa sawit PT. Wanapotensi
Guna, kami memiliki beberapa saran untuk pabrik kelapa sawit ini supaya lebih
baik kedepannya, berikut saran yang kami dapat paparkan :

- Menurut saya ada beberapa kontrol system kendali yang seharusnya sudah
dapat menggunakan system kendali otomatis, seperti pada boiler dan
penangkal petir yang masih belum menggunakan system PLC, yang
sebagian besar industry pabrik kelapa sawit telah pakai, untuk mengurangi
pembiayaan (cost) seperti pada karyawan, karena dengan system otomatis
diperlukan hanya sedikit karyawan saja untuk mengoperasikan mesin
tersebut. Jadi, saran saya, ada beberapa system pada mesin yang harus di
modifikasi ke otomatis kedepannya ketika perusahaan sudah mampu baik
dalam segi SDM maupun penanaman modal (keuangan).

- Saran menyarankan harus adanya jadwal yang jelas untuk maintenance


pada beberapa alat yang digunakan untuk pengolahan di pabrik tersebut

33 |
secara berkala, baik secara harian, mingguan, bulanan, dan tahunan. Cara
ini bisa dilakukan seperti servis alat, kontrol alat apakah masih layak atau
tidak, kebersihan alat untuk mengurangi tingkat toleransi dan
meningkatkan akurasi pengukuran menggunakan instrument, dll.

- Saran saya sebaiknya kepentingan SDM untuk mengoperasikan dan


mementenance alat harus di benahi, seperti alat-alat kerja supaya lebih
efesien dalam bekerja dan mengurangi waktu jam lembur karyawan,
kemudian safety yang harus diperlengkapi supaya persentase kecelakaan
dapat dikurangi.

34 |
Daftar Pustaka
[1] Boldea, I., & Nasar, Sayed N., 2010, The Induction Machine Design
Handbook,Second Edition, Tailor and Francis Group, London.

[2] Chapman, Stephen J., 2005 Electric Machinery Fundamental, Mc Graw


Hill Companies, New York.

[3] Guru, Bhag S., 2001, Electric Machinery and Transformers, Third
Edition, Oxford University Press, Inc, New York.

[4] Gonen, T., 2012 Electrical Machines with Matlab, Second Edition, Tailor
and Francis Group, London

[5] Zuhal, 2000, Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya, Penerbit
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

35 |

Anda mungkin juga menyukai