Anda di halaman 1dari 8

ANALISA KUALITAS BATUBARA TERHADAP EFISIENSI

PEMBAKARAN PADA BOILER UNIT 1 PLTU SURALAYA, MERAK,


BANTEN

Marieta Riana
Teknik Pertambangan, Universitas Trisakti, Jakarta

Abstrak
PLTU Suralaya merupakan Unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang terletak di desa Suralaya, Kecamatan Pulo Merak,
Kota Cilegon, Banten, Indonesia. Dalam melakukan proses pembakaran pada boiler menggunakan batu bara sebagai bahan
bakar untuk menghasilkan uap panas yang akan di konversikan menjadi energi kinetik untuk menghasilkan output berupa
energi listrik yang akan dimanfaatkan untuk mendukung segala kebutuhan aktivitas manusia. Pada proses pembakaran
batubara diperlukan proses pembakaran yang sempurna agar energi kalor yang ada pada batubara dapat dimanfaatkan
secara maksimal, Oleh karena itu, dalam mencapai pembakaran yang sempurna bahan bakar yang digunakan sebagai bahan
bakar harus sesuai dengan kebutuhan boiler agar tercapai pembakaran yang sempurna, serta dapat mencapai nilai efisiensi
yang optimal. Berdasarkan hasil pengujian kualitas batubara dalam basis As Received (Ar) yang dilakukan pada tanggal 27
Maret – 4 April 2019 menunjukkan bahwa batubara yang digunakan sebagai bahan bakar memiliki kandungan Total
Moisture sebesar 29.99% ,Kadar abu sebesar 5.37%, Volatile matter sebesar 33.10%, Fixed Carbon sebesar 31.61%,
Calorific value 4615.86Kcal/kg, Total Sulfur 0.39%, Carbon 48.21%, Hydrogen 5.10%, Nitrogen 0.84%, dan Oksigen
10.09%.Dari hasil pengujian tersebut membuktikan bahwa batubara yang digunakan sebagai bahan bakar belum sesuai
dengan kebutuhan pembakaran pada boiler karena nilai kalor batubara yang digunakan belum mencapai kebutuhan, nilai
kandungan sulfur dan hidrogen nya juga melampaui batas yang dipersyaratkan.

Kata-kata kunci: Batubara, Analisis Proksimat, Total Sulfur, Nilai Kalor, Analisis Ultimat, Efisiensi Boiler

Abstract
Steam Power Plant Unit Suralayalocated in PuloMerak District, Cilegon City, Banten, Indonesia. In carrying out the
combustion process on the boiler using coal as fuel to produce hot steam which will be converted into kinetic energy to
produce output in the form of electrical energy that will be utilized to support all the needs of human activity. In the
process of combustion of coal is needed a perfect combustion process so that the heat energy available in coal can be
utilized to the maximum, therefore, in achieving perfect combustion the fuel used as fuel must be in accordance with the
needs of the boiler in order to achieve perfect combustion, and can achieve optimal efficiency values. Based on the results
of coal quality testing on an As Received (Ar) basis conducted on March 27 - April 4, 2019 showed that coal used as fuel
has a Total Moisture content of 29.99%, Ash content of 5.37%, Volatile matter of 33.10%, Fixed Carbon by 31.61%,
Calorific value 4615.86 Kcal / kg, Total Sulfur 0.39%, Carbon 48.21%, Hydrogen 5.10%, Nitrogen 0.84%, and Oxygen
10.09%. From the results of these tests prove that the coal used as fuel is not in accordance with the needs of combustion
in the boiler because the calorific value of the coal used has not reached the requirement, the value of the sulfur and
hydrogen content also exceeds the required limits.

Keywords: Coal, Proximate Analysis, Total Sulfur, Calorific Value, Ultimate Analysis, Boiler Efficiency.

*Penulisuntukkorespondensi (corresponding author) :


Email :marietariana@yahoo.com
Tel: +628 1382146085

I. PENDAHULUAN sub-bituminus). Sehingga desain boiler nya dibuat


PLTU Suralaya merupakan salah satu unit berdasarkan spesifikasi kualitas batubara dari
Pembangkit Listrik terbesar di Indonesia yang Bukit Asam.
dimiliki oleh P.T Indonesia Power, PLTU ini Namun sekitar tahun 2007 keperluan bahan bakar
memiliki 8 unit mesin Pembangkit Listrik dengan tidak dapat terpenuhi oleh PT Bukit Asam karena
total kapasitasnya 4.025 MW per hari. Menjadi beberapa kendala teknis maupun non teknis yang
PLTU dengan kapasitas terbesar menjadikan saat ini hanya mampu memenuhi kebutuhan PLTU
batubara sebagai sumber energi dan bahan bakar Suralaya sekitar 50%, sehingga untuk mencukupi
utama pada pembangkit listrik ini. kebutuhan bahan bakarnya PLTU Suralaya mulai
Awalnya PT. Bukit Asam merupakan pemasok memasok batubara dari perusahaan tambang
tunggal bahan bakar batubara untuk kebutuhan seperti Berau Coal, Kaltim Prima Coal (KPC),
PLTU Suralaya Unit 1-4 (4 x 400 MW) yang Adaro, dan perusahaan tambang batubara lainnya.
dibangun pada tahun 1980an dengan nilai kalori Oleh karena itu batubara yang dibakar tidak lagi
4.800-5200 kcal/kg (Ar), kadar total Moisture 20- homogen karena telah dilakukan pencampuran /
30%, kadar sulfur maksimal 0.8%, dan kadar ash blending dari berbagai jenis dan kualitas batubara
tidak lebih dari 8% (batubara yang tergolong jenis dengan tujuan untuk mencapai kualitas yang
sesuai atau mendekati dengan kebutuhan unit.

27
Dalam proses pembakaran salah satu karakteristik 1. Klasifikasi secara umum
sebuah pembangkit listrik ditentukan oleh kualitas
dan jenis batubara yang digunakan., sehingga
batubara yang tidak homogen dapat menimbulkan
dampak berupa tidak sempurnanya proses
pembakaran batubara di boiler.
Oleh karena itu dalam menggunakan batubara
sebagai bahan bakar, perlu dilakukan analisa
kualitas yang tepat agar dapat meminimalisir
kerugian yang dihasilkan pada proses pembakaran Gambar 2. 1Klasifikasi Batubara SecaraUmum
batubara tersebut. (Researchgate.net)

1.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan urutannya, berikut ini tingkatan


Adapun Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai batubara dari tingkat terendah hingga tingkat
berikut : tertinggi :
1. Untuk mengetahui apakah kualitas bahan bakar 1) Gambut (Peat)
batubara unit 1 sudah sesuai dengan spesifikasi Golongan ini sebenarnya belum termasuk jenis
kebutuhan boiler. batubara, tetapi merupakan bahan bakar, hal ini
2. Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh disebabkan masih merupakan fase awal proses
kualitas batubara terhadap nilai efisiensi pembentukan batubara. Batubara ini yang paling
pembakaran boiler. rendah tingkatannya karena memiliki nilai kalor
yang paling rendah yaitu dibawah 3500 kcal/kg
II. TINJAUAN UMUM dengan nilai kadar air paling tinggi yaitu diatas 75%
2.1 Lokasi Penelitian dari beratnya.
Lokasi PLTU Suralaya terletak di desa Suralaya,
Kecamatan Pulo Merak, Kota Cilegon, Banten, 2) Lignit (Batubara coklat, “Brown coal”)
Indonesia atau terletak pada koordinat N 5̊ 53̍ 39.80̎ Golongan ini sudah memperlihatkan proses
S dan N 106̊ 01̍ 57.66̎ E. Terletak 7 Km kearah utara selanjutnya berupa struktur kekar dan gejala
dari pelabuhan Penyebrangan Merak atau dengan pelapisan. Lignit merupakan batubara yang sangat
waktu tempuh 15 menit. Dan +/- 100 Km kearah lunak dengan nilai kalor yang rendah yaitu sebesar
barat dari Jakarta menuju Pelabuhan Penyebrangan 3500 kcal/gr – 4611 kcal/kg dengan kandungan
Merak dengan waktu tempuh selama 2 jam. kadar air nya sebesar 35-75% dari beratnya.

2.2 Landasan Teori 3) Sub-bituminus (Bitumen menengah)


2.2.1Batubara Golongan ini memeperlihatkan ciri-ciri tertentu
Batubara merupakan sedimen organik yang mudah yaitu warna yang kehitam-hitaman. Batubara jenis
terbakar atau dengan kata lain batubara merupakan ini terletak diantara batubara lignit dan bituminus.
bahan bakar fosil yang berasal dari tumbuh- Batubara ini dapat digunakan untuk pemanfaatan
tumbuhan yang mengalami proses perubahan kimia pembakaran yang cukup dengan temperatur rendah.
akibat tekanan dan suhu yang tinggi dalam kurun Batubara ini memiliki nilai kalor sebesar 4611
waktu yang lama (puluhan hingga ratusan juta kcal/kg – 5833 kcal/kg dan kadar air sebesar 15-
tahun) pada suatu cekungan sedimen. Sisa-sisa 30% dari beratnya.
tumbuhan dapat berasal dari jejatuhan daun yang
sudah layu, lumut, ganggang, kayu, dan sumber
senyawa organik yang lainnya. 4) Bituminus
Selain terbentuk daris enyawa organic, batubara juga Golongan ini dicirikan dengan sifat-sifat yang padat,
terbentuk dari senyawa anorganik yang berasal dari hitam, rapuh dengan membentuk bongkah-bongkah
lempung, pasir kuarsa, batukapur, dan sebagainya. prismatik. Pada batubara bituminus ini mengandung
Akibat dari pengaruh tekanan mikroba yang 8-10% kadar air, 68-86% nilai karbon, dengan nilai
dipengaruhi oleh peristiwa kimia dan fisik ataupun kalor sebesar 5833 - 7777 kcal/kg dengan nilai
keadaan geologi. Sisa-sisa tumbuhan ini akan hancur kandungan abu dan sulfur yang sedikit. Batubara ini
dan terurai atau mengalami dekomposisi, lalu dapat digunakan untuk kepentingan transportasi dan
mengumpal, bersatu dengan yang lainnya, kemudian jenis kegiatan industri kecil lainnya.
akan membentuk lapisan batubara.
5) Antrachite
2.2.2 Klasifikasi Batubara Golongan ini merupakan kelas batubara tertinggi,
Banyak klasifikasi batubara yang telah diusulkan, memiliki bentuk yang padat, batu-keras dengan
dan masing-masing pengolongan tidak lepas dari warna hitam pekat dan berkilauan metalik. Memiliki
kepentingannya. Berikut ini beberapa klasifikasi nilai kadar karbon tertinggi yaitu sebesar 86-98%,
batubara yang telah dikenal oleh masyarakat: kadar air yang sangat sedikit yaitu kurang dari 8%,
dan nilai kalor diatas 7777 kcal/kg. Batubara ini e. Oksigen (O)
memiliki sifat terbakar yang lambat. Dengan batasan
nyala api biru dengan sedikit sekali asap.

2. Klasifikasi batubara berdasarkan atas nilai


kalor, dibagi menjadi : Kandungan karbon, hydrogen, dan oksigen penting
a) Batubara tigkat tinggi (high rank), meliputi untuk menilai karakteristik yang dapat mengganggu
meta antrachite, antrachite, semi antrachite. proses pembakaran ataupun kualitas batubara.
b) Batubara tingkat menengah (moderate rank), Sedangkan nitrogen dan sulfur merupakan faktor
meliputi low volatile bituminous coal, high penting yang memiliki potensi pencemaran yang
volatile coal. ditimbulkan dari pemanfaatan batubara.
c) Batubara tingkat rendah (low rank), meliputi
su-bituminus coal, dan lignite. 4. Analisa Nilai Kalor (CV)
Nilai kalor (Calorific Value) adalah jumlah kalori
3. Klasifikasi berdasarkan ASTM yang dihasilkan oleh batubara tiap satuan berat
American Society for Testing Material (ASTM) (dalam kilogram), dinyatakan dalam kal/gr atau
membuat klasifikasi batubara (yang umum kkal/kg. pengujian ini disebut juga gross calorific
digunakan dalam industri batubara). Sistem value (GCV) pada volume konstan karena dilakukan
klasifikasi ini menggunakan nilai volatile matter dalam sebuah wadah tertutup dengan volume tetap.
(dmmf), fixed carbon (dmmf) dan calorific value
(dmmf) sebagai patokan. 2.2.4 Dasar Hasil Pelaporan Batubara
Dalam data hasil Analisa sampel batubara dapat
2.2.3 Batubara Sebagai Bahan Bakar PLTU disajikan dalam beberapa basis. Pada umumnya
Sebagai bahan bakar, batubara dapat dimanfaatkan basis yang sering digunakan adalah sebagai berikut
untuk mengubah air menjadi uap di dalam suatu (Yakub, 2005) :
ketel uap atau boiler PLTU. Pada proses a. As-received (ar)
pembakaran batubara dalam sebuah pembangkit As received/as sampled basis (ar) merupakan nilai
listrik tenaga uap pemakaian batubara sebagai bahan parameter atau kualitas batubara pada saat batubara
bakar dipengaruhi oleh (Reid, 1991) ; tersebut diterima / disampling dengan memasukkan
a) Kualitas atau karakteristik batubara kadar lengas total dari sampel.
b) Batasan yang ditentukan oleh desain boiler, b. Air dried basis (adb)
posisi burner, konfigurasi fisik dan luas Air dry basis (adb) merupakan nilai kualitas pada
perpindahan panas dalam ketel uap (boiler) kondisi batubara setelah di air dried.
c) Kondisi operasional c. Dry basis (db) Dry basis (db)
merupakan nilai kualitas pada kondisi batubara
2.2.4 Analisa Kualitas Batubara Pada PLTU kering atau tidak memiliki nilai moisture (moisture
Berikutini parameter pengujiankualitasbatubara free).
yang digunakanoleh PLTU Suralaya: d. Dry ash free basis (daf)
1. Analisa Kandungan air (total moisture) Dry ash free basis (daf) merupakan nilai kualitas
batubara pada kondisi batubara tersebut kering dan
bebas dari ash.
e. Dry mineral matter free basis (dmmf)
2. Analisa Proksimat Dry mineral matter free basis (dmmf),
Analisa proksimat merupakan analisa umum yang menginterpretasikan nilai kualitas pada kondisi
dilakukan pada batubara terhadap senyawa yang batubara tidak mengandung air dan mineral matter.
terkandung di dalamnya, meliputi : f. Moist, mineral matter free basis (mmmf)
a. Inherent Moisture (IM) Moist mineral matter free basis (mmmf),
b. Kadar abu (ash content) (A) menginterpretasikan nilai kualitas batubara pada
c. Kandungan zat terbang (volatile matter) (VM) kondisi batubara tersebut masih didalam tanah (in-
d. Kandungan karbon tertambat (fixed carbon) situ coal) dan tidak mengandung mineral matter.
(FC)
III. METODE PENELTIAN
3. Analisa Ultimate 3.1 Metode Penelitian
Analisa ini merupakan analisa terhadap unsur-unsur Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
yang terkandung didalam batubara, meliputi kadar: dengan pendekatan kuantitatif metode penelitian
a. Karbon (C) korelasi. Metode penelitian korelasi adalah suatu
b. Hydrogen (H) penelitian yang muelibatkan tindakan pengumpulan
c. Nitrogen (N) data guna menentukan, apakah ada hubungan dan
d. Sulfur (S) tingkat hubungan antara dua variable atau lebih.
Dengan adanya hubungan dan tingkat variable,
maka dapat diketahui tingkat hubungan yang ada, Tabel 4. 1 ParameretdanKualitas
Batubara
peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai Berdasarkan Rata-rata
dengan tujuan penelitian (Sukardi, 2003:166)
HasilPengujianSampelAkademisBerdsarka
3.2 Sumber Data n basis As received
Data yang digunakan dalam penelitian ini Persyar Rata-Rata
Parameter Satua
merupakan data primer dan data sekunder. Adapun atan Pengujian Sample
(AR) n
data yang dimaksud adalah sebagai berikut : PLTU Akademis
a. Data Primer Inherent
%Wt - -
1) Data analisa total moisture Moisture
2) Data analisa proksimat sampel batubara Total
%Wt 24-30 29,99
(Inherent Moisture, Ash, Volatile Matter, Moisture
Fixed Carbon) Ash
%Wt <8 5,37
3) Data analisa ultimate batubara (Total Content
Sulfur, Carbon, Hydrogen, Nitrogen, Volatile
%Wt 30-45 33,10
Oksigen) Matter
4) Data analisa nilai kalor sampel batubara Fixed
%Wt +/- 42 31,61
5) Data analisa kadar CHN pada fly ash Carbon
Calorific Kcal/ 4800-
4615,86
b. Data Sekunder Value Kg 5200
1) Data spesifikasi kualitas batubara PLTU Total Sulfur %Wt 0,01 0,39
Suralaya unit 1 Karbon %Wt - 48,21
2) Efisiensi aktual pembakaran boiler
Hidrogen %Wt < 3.5 5,10
3.3 Prosedur Kegiatan Penelitian Nitrogen %Wt < 1.1 0,84
Adapun prosedur kegiatan penelitian ini yaitu : Oksigen %Wt +/- 20 10,09
1. Pengambilan sampel (Sampling) Batubara.
2. Persiapan (Preparasi) Sampel Batubara. Berdasarkan rata-rata hasil pengujian sampel
3. Pengujian Sample Batubara di Laboratorium. batubara yang dilakukan dari Tanggal 27 Maret
4. Pengambilan sampel (Sampling) Abu Fly Ash. 2019 sampai dengan tanggal 4 April
5. Penentuan nilai aktual efisiensi pembakaran 2019menunjukan bahwa batubara yang digunakan
boiler. sebagai bahan bakar berdasarkan basis As received
6. Analisa kualitas batubara terhadap nilai efisiensi (Ar) memiliki kandungan Total Moisture sebesar
aktual pembakaran boiler. 29.99% , Kadar abu sebesar 5.37%, Volatile matter
sebesar 33.10%, Fixed Carbon sebesar 31.61%,
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN Calorific value 4615.86Kcal/kg, Total Sulfur 0.39%,
4.1 Analisa Kualitas Batubara Unit 1 PLTU Carbon 48.21%, Hydrogen 5.10%, Nitrogen 0.84%,
Suralaya dan Oksigen 10.09%.
Batubara merupakan materi heterogen yang terdiri Dari hasil pengujian kualitas sampel batubara
dari sisi kimiawi dan beberapa komponen seperti tersebut dapat diketahui bahwa batubara yang
moisture, inorganic matter, dan organic matter. digunakan oleh Boiler unit 1 pada tanggal 27 Maret
Ketiga komponen tersebut saling berkaitan dalam 2019 - 4 April 2019belum memenuhi spesifikasi
ikatan yang berbeda sehingga membentuk kualitas kualitas batubara yang dibutuhkan oleh unit karena
tertentu pada batubara. Pada pengujian kualitas nilai kalor batubara yang digunakan belum
batubara di PLTU Suralaya menggunakan batubara mencapai nilai yang dibutuhkan oleh boiler. Selain
dengan golongan sub-bituminus dengan ciri-ciri itu nilai kandungan sulfur dan hidrogennya juga
batubara memiliki nilai kalor sebesar 4611 kcal/kg – melampaui batas yang dipersyaratkan.
5833 kcal/kg dan kadar air sebesar 15-30%.
Batubara dengan nilai kalori tersebut mampu 4.2 Analisa Kualitas Batubara terhadap Efisiensi
digunakan sebagai bahan bakar PLTU dalam Aktual Pembakaran
menghasilkan listrik sebesar 400MW sesuai dengan Penentuan pengaruh kualitas batubara pemakaian
design boiler yang di tetapkan oleh PLTU Suralaya unit terhadap efisiensi pembakaran boiler adalah
(Lihat pada Lampiran A) dengan tipe pembakaran dengan membandingkan hasil pengujian kualitas
nya yaitu Pulverized Coal (PVC)Boiler. Pada batubara sampel akademis yang telah di rata – rata
metode pembakaran ini biasanya digunakan untuk menjadi hasil pengujian data harianterhadap hasil
unit pembangkit berkapasitas besar. efisiensi pembakaran aktual boiler yang diperoleh
Berikut ini analisa yang digunakan dalam pengujian dari control room unit 1-4.
kualitas batubara yang digunakan oleh PLTU
Suralaya :
1. Total Moisture b. Ash Content

Gambar 4.1 Grafik Hubungan Efisiensi dengan TM

Dari grafik perbandingan antara Total Moisture Gambar 4.3 Grafik Hubungan Efisiensi dengan Ash
menggambarkan perbandingan yang berbanding Content
terbalik, yaitu semakin tingi nilai total moisture
maka semakin rendah nilai efisiensi pembakaran Pada grafik perbandingan antara Ash Content
boiler. Ini disebabkan kandungan air yang berlebih dengan efisiensi menggambarkan perbandingan
dapat mempengaruhi jumlah pemakaian udara yang berbanding lurus, namun seharusnya hubungan
primernya karena akan membutuhkan udara primer yang terbentuk saling berbanding terbalik,
lebih banyak guna untuk mengeringkan batubara dikarenakan pada dasarnya ash / abu tidak dapat
tersebut. menghasilkan panas. Kandungan abu akan terbawa
bersama gas pembakaran melalui ruang bakar
2. Analisa Proksimat dalam bentuk abu terbang dan abu dasar. Namun
a. Inherent Moisture (IM) apabila jumlah kandungan abu yang dihasilkan pada
proses pembakaran memiliki jumlah yang besar ini
menandakan bahwa pada proses pembakaran tidak
mengalami pembakaran yang sempurna atau
efisiensi pembakarannya rendah. Kandungan abu ini
juga dapat mempercepat keausan dan korosi
peralatan yang dilalui jika memiliki kandungan yang
tinggi.

c. Volatile Matter (VM)

Gambar 4.2 Grafik Hubungan Efisiensi dengan IM

Dari grafik perbandingan antara Inherent Moisture


batubara dengan efisiensi hasil pembakaran
menggambarkan perbandingan yang berbanding
terbalik, sama dengan total moisture pada inherent
moisture juga apabila kandungan inherent moisture
nya besar maka efisiensi yang dihasilkan juga
semakin menurun dikarenakan membutuhkan udara
Gambar 4.4 Grafik Hubungan Efisiensi dengan VM
primer lebih banyak untuk mengeringkan batubara.
Pada grafik perbandingan antara volatile matter
batubara hasil pengujian dengan efisiensi aktual
pembakaran boiler menggambarkan perbandingan
yang hampir linear atau tidak begitu signifikan. Namun seharusnya hubungan ini menggambarkan
Padahal seharusnya perbandingan kandungan perbandingan yang terbalik sebab walaupun
volatile matter dengan efisiensi pembakaran kandungan sulfur tidak begitu berpengaruh dengan
berbanding terbalik, karena kandungan volatile efisiensi pembakaran karena nilai kandungan nya
matter mempengaruhi kesempurnaan pembakaran yang kecil, namun kandungan sulfur dapat
dan intensitas nyala apinya. berpengaruh terhadap tingkat korosi sisi dinding
pada pemanas udara dan berpengaruh tehadap
d. Fixed Carbon (FC) effectivitas penangkapan abu pada peralatan
electrostatic presipitator dan juga berpengaruh
terhadap udara karena dapat berubah menjadi
senyawa SO3.
b. Kadar Carbon

Gambar 4.5 Grafik Hubungan Efisiensi dengan FC

Grafik hubungan antara fixed carbon dengan


efisiensi pembakaran boiler menggambarkan
perbandingan yang lurus yaitu apabila nilai carbon Gambar 4.7 Grafik Hubungan Efisiensi dengan Carbon
tinggi maka efisiensi yang dihasilkan pun tinggi, ini
disebabkan karena karbon dapat menghasilkan panas Pada hubungan antara kadar karbon dengan efisiensi
yang tinggi dengan bereaksi dengan oksigen pembakaran menunjukan bahwa memiliki
menjadi karbon dioksida (CO2). perbandingan yang lurus, yaitu semakin tinggi nilai
carbon maka efisiensi yang dihasilkan pun semakin
3. Analisa Ultimate naik. Ini disebabkan karena karbon menghasikan
a. Total Sulfur panas yang tinggi dengan beraksi dengan oksigen.

c. Kadar Hydrogen

Gambar 4.6 Grafik Hubungan Efisiensi dengan TS

Pada grafik perbandingan antara total sulfur Gambar 4.8Grafik Hubungan Efisiensi dengan Hydrogen
batubara dengan efisiensi pembakaran menunjukkan
hubungan berbanding lurus yaitu apabila nilai sulfur Berdasarkan grafik antara kadar hydrogen dengan
tinggi maka efisiensi pembakarannya juga naik. efisiensi pembakaran aktual boiler menggambarkan
perbandingan yang berbanding terbalik yaitu berarti
semakin tinggi kandungan hydrogen maka efisiensi terjadinya overheating atau panas yang dihasilkan
yang dihasilkan pun semakin turun. Ini disebakan terbuang sia-sia.
karena hydrogen dapat bereaksi dengan oksigen
menjadi (H2O) sehingga pembentukan oksigen yang 4. Analisa Nilai Kalor
berlebih dapat mengganggu proses pembakaran.

d. Kadar Nitrogen

Gambar 4.11 Grafik Hubungan Efisiensi dengan Calorific


Value

Dari grafik perbandingan antara nilai kalor dengan


Gambar 4.9 Grafik Hubungan Efisiensi dengan Nitrogen efisiensi menunjukan hubungan yang berbanding
lurus, yaitu semakin tinggi nilai kalor maka semakin
Pada grafik perbandingan antara kadar nitrogen tinggi efisiensi yang dihasilkan. Ini disebabkan nilai
dengan efisiensi aktual hasil pembakaran kalor merupakan komponen utama dalam
menunjukkan hubungan yang berbanding lurus yaitu menghasilkan panas pada pembakaran di boiler.
semakin tinggi kandungan nitrogen maka semakin Karena jika semakin tinggi nilai kalor, maka jumlah
tinggi pula nilai efisiensinya. Namun kadar nitrogen batubara yang digunakan sebagai bahan bakar pun
yang diinginkan yaitu dengan kadar rendah sehingga semakin dikit dan energi panas yang dihasilkan
dapat mengurangi pembentukan NOx. semakin tinggi. Namun harus tetap sesuai dengan
design boiler agar menjaga lifetime dari peralatan.
e. Kadar Oksigen
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Jenis batubara yang digunakan oleh PLTU
Suralaya adalah batubara dengan golongan sub-
bituminus.Berdasarkan hasil pengujian kualitas
batubara yang digunakan oleh Boiler unit 1 pada
tanggal 27 Maret 2019 - 4 April 2019 belum
memenuhi syarat parameteryang dibutuhkan
boiler.
2. Pengaruh kualitas batubara terhadap efisisensi
pembakaran yang menunjukan hubungan yang
berbanding terbalik adalah Total Moisture,
Inherent Moisture, Kadar Hydrogen, dan Kadar
Oksigen. Sedangkan yang menunjukan hubungan
berbanding lurus adalah Fixed Carbon, Total
Sulfur, Kadar Carbon, dan Kadar Nitrogen.
Sedangkan yang menunjukan hubungan tidak
Gambar 4.10 Grafik Hubungan Efisiensi dengan Oksigen begitu signifikan adalah Ash dan Volatile Matter.
Dari hubungan tersebut yang tidak sesuai dengan
Pada grafik perbandingan antara Oksigen dengan teori adalah Volatile Matter dan Total Sulfur.
Efisiensi pembakaran menunjukkan perbandingan
yang berbanding terbalik. Yaitu semakin tinggi 5.2 Saran
kandungan oksigen maka efisiensinya semakin 1. Dalam upaya mengontrol kualitas batubara yang
rendah. Ini menunjukkan bahwa nilai oksigen digunakan sebagai bahan bakar salah satunya
mempengaruhi supply oksigen untuk pembakaran, adalah dengan melakukan proses pencampuran
karena jika nilai nya terlalu tinggi maka akan (blending) batubara yang tepat agar kualitas
mengurangi eifiensi panas yang dihasilkan karena
batubara yang digunakan sebagai bahan bakar http://eprints.polsri.ac.id/1950/3/03.%20BAB
sesuai dengan parameter kebutuhan boiler. %20II.pdf
2. Pelu dilakukan evaluasi terhadap proses
pencampuran (blending) batubara dan jumlah
kosumsi batubara yang digunakan sebagai bahan
bakar agar sesuai dengan kebutuhan pembakaran
pada boiler, dan dapat mancapai nilai efisiensi
yang optimum.

DAFTAR PUSTAKA
1. Akmal, S. d. (1988). Peranan Kualitas
Batubara Terhadap Operasi PLTU. WEC, 243-
269.
2. Amalia, N. (n.d.). BAB II Genesa Batubara.
Retrieved September 11, 2018, from
Academia:
https://www.academia.edu/6876315/BAB_II_
GENESA_BATUBARA
3. Apriyahanda, O. (n.d.). Sistem Kontrol
Pembakaran Batubara Pada PLTU. Retrieved
September 8, 2018, from Artikel Teknologi
Indonesia: http://artikel-teknologi.com/sistem-
kontrol-pembakaran-batubara-pada-boiler/
4. Fathunnisa, G. (2014). Proximate analysis dan
Nilai Kalor Fine Coal Plant 9-10 PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Palimanan-
Cirebon. Laporan Kerja Praktik, Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, Universitas
Jendral Soedirman, Fakultas Sains dan Teknik,
Program Studi Kimia, Purwokerto.
5. Haras, S. N. (2017, Maret 20). Klasifikasi
Batubara. Retrieved September 12, 2018, from
SCRIBD:
https://www.scribd.com/document/342448238/
KLASIFIKASI-BATUBARA
6. Permadi, R. (2015). Analisis Batubara dalam
Penentuan Kualitas Batubara untuk
Pembakaran Bahan Baku Semen di PT.
Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Palimanan
– Cirebon. Universitas Islam Bandung
Repository, 79-82.
7. Ramadhan, A. (2013). Analisa Kinerja
Pulverized Coal Boiler Di PLTU Kapasitas
3X315 MW. Library UI, 2-3.
8. Sukandarrumidi. (2005). Batubara dan
Gambut. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
9. Sukandarrumidi. (2006). Batubara Dan
Pemanfaatannya. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
10. Syah, R. (2014, Februari 20). Teknologi
Pembakaran PLTU Batubara. Retrieved
September 8, 2018, from Kompasiana:
https://www.kompasiana.com/gaeksyah/54f84c
07a33311f67d8b45b9/teknologi-pembakaran-
pada-pltu-batubara
11. Utami, A. (2014). BAB II TINJAUAN
PUSTAKA. Retrieved September 7, 2018, from
POLSRI REPOSITORY:

Anda mungkin juga menyukai