Ik Agla
Jurusan D3 Teknik Mesin, Sekolah Tinggi Teknik – PLN
Abstract
Design a coal-fired power plant is made based on the type and specifications of the coal that will be
used. In other words, the power plant can only use one type of coal. Suralaya unit 8 uses coal from
Kalimantan to the type of low rank coal and calorific value of 4200 kcal / kg. The low rank coal when
burned will produce enough ash to be a pretty big slagging potential.
This thesis discusses any loss suffered in the event of slagging. And its effects on the efficiency of the
boiler, as well as the way in which the Suralaya unit 8 in troubleshooting the slagging.
Keywords : coal specification, design Suralaya boiler unit 8, Efficiency Boiler, slagging and fouling,
heat transfer.
1. PENDAHULUAN
dari pembakaran batubara sebagai bahan bakar
PLTU merupakan salah satu pembangkit listrik utama.
utama yang ada di Indonesia karena dapat
menghasilkan energi listrik yang besar, sebagai PLTU batubara juga menggunakan bahan bakar
contoh adalah PLTU Suralaya yang dapat minyak dan solar sebagai bahan bakar awal
menghasilkan listrik sampai 3400 MW, yang untuk pemantik (lighter), dan udara luar yang
cukup untuk memenuhi 30% kebutuhan listrik di dimasukkan ke furnace melalui Force Draft Fan
Jawa, Bali, dan Madura . Dengan bahan baku air untuk membantu terjadinya pembakaran
dan bahan bakar yang fleksibel, yaitu bisa sempurna. Pembakaran sempurna inilah
dengan batu bara, minyak, sawit, bahkan sampah merupakan faktor penentu efisiensi boiler. Untuk
menjadikan PLTU sebagai pembangkit dengan menciptakan pembakaran yang sempurna
biaya produksi yang murah. dibutuhkan bahan bakar yang memiliki kualitas
terbaik, baik dari nilai kalornya ataupun sifat-
Pembangkit Listrik Tenaga Uap merupakan jenis sifat lainnya, dan tidak meninggalkan zat-zat lain
pembangkit yang menggunakan uap sebagai yang tidak bisa terbakar habis. Karena dari zat-
media pemutar sudu-sudu turbin. Dimana uap zat yang tersisa ini tidak hanya mengurangi
yang digunakan adalah uap kering (Superheated efisiensi boiler, tapi juga bisa merusak peralatan-
Steam). Siklus kerja PLTU sama seperti siklus peralatan di dalam boiler. Oleh karena itu,
Rankine yang sudah dimodifikasi, dimana siklus penting sekali untuk memilih-milih bahan bakar
dimulai dari air masuk ke economizer dan boiler yang akan digunakan pada boiler.
furnace, kemudian terjadi pembakaran dan air Jenis dan spesifikasi batubara sangat dipengaruhi
berubah menjadi uap jenuh, uap jenuh dikirim ke oleh lingkungan tempat penambangan batubara
superheater yang memanfaatkan panas radiasi di itu dan kondisi udara disekitarnya. Dengan letak
furnace untuk mengubah uap jenuh menjadi uap geografis Indonesia yang merupakan negara
kering. Uap kering ini dikirim ke turbin dan kepulauan, lingkungan di setiap tambang juga
dimanfaatkan kecepatan uapnya untuk pasti berbeda-beda. Oleh karena itulah setiap
menggerakkan sudu turbin dan memutar tambang batubara akan menghasilkan batubara
generator. Pada PLTU Suralaya, pembakaran dengan jenis dan spesifikasi yang berbeda-beda
dan pemanasan air menjadi uap itu dihasilkan pula.
1
Suatu boiler pada PLTU didesain dengan Asal Batubara
mempertimbangkan lebih dahulu jenis dan Batubara Berasal dari pelapukan “decay” dari
spesifikasi batubara yang akan digunakan. kayu-kayuan, tumbuh-tumbuhan karena adanya
Karena akibat dari pembakaran batubara panas matahari saat awal geologi. Tumpukan
tentunya akan sangat mempengaruhi umur dari tumbuh-tumbuhan karena pengaruh alam,dan
konstruksi boiler. Boiler yang menggunakan adanya pergeseran kerak bumi/tektonik,
batubara low rank akan didesain lebih tinggi dari tertimbun tanah dan kotoran, sehingga kontak
pada boiler yang menggunakan batubara high dengan udara luar menjadi tertutup. Dalam kurun
rank. Tinggi dan bentuk boiler juga waktu yang panjang tumpukan tumbuhan itu
diperhitungkan dari potensi slagging batubara terpengaruh oleh air, panas dan tekanan,
yang digunakan. Semakin besar potensi slagging sehingga zat-zat organik dan selulosa
yang dihasilkan, semakin tinggi konstruksi boiler (C6H10O6) berubah menjadi Carbon dan
tersebut. hydrogen. Secara bertahap pada kondisi ini kayu
berubah menjadi peat, lignit, subbituminus,
Sistem penanganan batubara (Coal Handling) bituminus, antracite.
dari mulai diangkut dengan kapal sampai masuk
ke Pulverizer dan kemudian dibakar juga Klasifikasi Batubara
berperan dalam terjadinya pembakaran Berdasarkan proses pembentukan dan bentuk
sempurna. Keadaan lingkungan tempat batubara fisik nya batubara dibedakan menjadi :
ditampung (Stockpile) juga harus diperhatikan.
Sistem Penanganan yang buruk bisa mengurangi 1. Lignit / batubara muda
kualitas batubara, dan bahkan bisa merusak Batubara muda ini berwarna agak coklat dengan
peralatan PLTU. Coal Sampling atau pengujian garis-garis yang nampak seperti kayu, karena
batubara harus selalu dilakukan untuk maturitas organik nya rendah, batubara ini lebih
mengamati batubara yang akan dimasukkan ke lembut, unsur volatile nya tinggi dan nilai kalor
mesin agar sesuai dengan spesifikasi desain nya lebih rendah daripada jenis lainnya.
mesinnya. Memiliki kandungan air yang besar bisa
mencapai 45%.
2. KAJIAN LITERATUR
2. Subbituminus
Pengertian Batu Bara Berwarna hitam kecoklat-coklatan atau hitam
Batubara adalah mineral organik yang dapat saja, bersifat homogen dengan permukaan halus,
terbakar, terbentuk dari sisa tumbuhan purba dan tidak nampak adanya lapisan-lapisan.
yang mengendap yang selanjutnya berubah Batubara ini menguap jika berkenaan dengan
bentuk akibat proses fisika dan kimia yang udara, jika ini terjadi, batubara akan retak dan
berlangsung selama jutaan tahun. Adapun proses bisa terbakar sendiri (spontaneous combustion).
yang mengubah tumbuhan menjadi batubara tadi
disebut denganpembatubaraan(coalification). 3. Bituminus
Batubara ini yang bila dipanaskan akan
Faktor tumbuhan purba yang jenisnya berbeda – menggumpal dan sulit dipecah. Berwarna hitam
beda sesuai dengan jaman geologi dan lokasi keabu-abuan. Batubara ini cocok dipakai untuk
tempat tumbuh dan berkembangnya, ditambah pembuatan gas. Batubara bituminus
dengan lokasi pengendapan (sedimentasi) diklasifikasikan lagi menjadi bituminus volatile
tumbuhan, serta perubahan geologi yang A,B, dan C.
berlangsung lama (maturitas organik), akan Bituminus dengan volatile tinggi A, sebagian
menyebabkan terbentuknya batubara yang besar bersifat homogen tanpa nampak butir-
jenisnya bermacam – macam. Oleh karena itu, butir, tetapi beberapa menunjukkan lapisan-
karakteristik batubara berbeda–beda sesuai lapisan jelas, bersifat keras dan kuat, dengan
dengan lapangan batubara (coal field) dan sedikit retak-retak. Kandungan air, belerang
lapisannya (coal seam).[ 7 ] dan kandungan abunya rendah dengan nilai
kalor yang tinggi.
Bituminus dengan voltile tinggi B,
mempunyai susunan garis-garis sejajar
(laminer) yang jelas. Bersifat keras dan
tahan, retak-retak umumnya membentuk Secara umum sistem coal handling adalah
sudut 900 dan sejajar lapisan, karena itu sebagai berikut :
bongkahannya berbentuk kubus.
Bituminus dengan volatile tinggi C,
mempunyai struktur laminer yang jelas,
keras, dan sangat kuat. Umumnya memiliki
kandungan air, belerang dan abu yang tinggi
dan batubara ini dikenal dengan batubara
yang mudah terbakar.
4. Antrasit
Batubara dengan kualitas yang paling baik.
Bersifat keras dengan warna hitam mengkilat,
homogen dengan tanpa ada tanda-tanda berlapis.
Batubara jenis ini tidak mudah terbakar, untuk
mempermudah pembakaran, umumnya digiling Gambar 1. Sistem Coal Handling Di PLTU
terlebih dahulu sebelum dibakar.
Pembakaran Batubara
– sama dengan udara pembakaran disemprotkan ke boiler untuk dibakar. Pembakaran metode ini sensitif terhadap kualitas batubara y
Blending Batubara
Beberapa pengaruh yang dapat terjadi jika
menggunakan batubara di luar spesifikasi pada
pembangkit yang telah ada, diantaranya adalah
kinerja penggerus, pengendapan (slagging dan
fouling) dan efisiensi pembakaran. Kinerja mesin
penggerus (pulverizer) biasanya berhubungan
dengan nilai kalor dan sifat ketergerusan (HGI /
hardgrove grindability index). Apabila
digunakan batubara dengan kalori rendah dari
spesifikasi, maka dibutuhkan batubara yang
lebih banyak, dengan kata lain batubara tersebut
harus di blending dengan batubara dengan nilai
kalor yang lebih tinggi.
48
Ternyata Batubara dari Kalimantan ini memiliki
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN potensi terjadi slagging yang besar jika
digunakan sebagai bahan bakar boiler.
Penentuan Karakteristik Batubara dan
Potensi Slagging dan Foulingnya. Perhitungan Efisiensi Boiler
Berdasarkan hasil pengujian laboratorium di unit Berikut data pengoperasian boiler unit 8 pada
8 PLTU Suralaya, telah didapatkan Ash Fusion beban 602 MW yang diambil dari control room.
Temperature untuk bahan bakar batubara Dengan batubara dari Kalimantan dengan Gross
kalimantan. CV = 3592 kcal/kg
Kalimantan
Fe2O3 < CaO + MgO Tabel 2. Data Bahan Bakar dan Uap di Boiler
17,28 < 15,13 + 4,89
17,28 < 20,02
bila Fe2O3 < CaO + MgO →Lignitic Ash
( )+ 4(Min IT)
�� ∗ =Max HT
5
0
Berdasarkan Ketentuan, satuan C dirubah
menjadi 0F
9
HT = 12500C= 𝑥 1250C + 32 = 22820F
5
0 9
IT = 1150 C = 𝑥 1150C + 32 = 21020F
Dengan metode langsung ( direct methode ) :
������
5 Efisiensi Boiler = 𝑥 100%
Slagging Index : 𝑖����
(2282) + 4(2102) =
�� ∗ = �� (ℎ2−ℎ1)+ �� (ℎ4−ℎ3)
5 𝑥 100%
�� � 𝐻𝑉
�� ∗ = 2138 Dimana :
2100 < Rs * <2250 = high
ms = 1913 ton/h
Slagging Potensial = high Fouling Potensial
biasanya dalam proses pembakaran ada sebesar
(Rf), bila CaO + MgO + Fe2O3 > 20% Dari
berat abu batubara CaO + MgO + Fe2O3 > 20% 1% bahan bakar tidak terbakar (Boiler Operation
Engineering, Q & A P. Chattopadhyay, 1994 ).
by weight to coal ash 15,13 + 4,89 + 17,28 >
20% by weight to coal ash 37,3 > 20% by Dengan demikian bahan bakar yang benar-benar
terbakar adalah :
weight to coal ash
�
Slagging dan Potensial Fouling, seperti dibawah Mr = 1615 ton/h
ini:
Gross CV = 3592 kcal/kg = 3592 x 0,0041868
Tabel 1. Indikasi Potensial Slagging dan Fouling = 15,0389856 Mj/kg
Net CV(Kcal/kg) = {{Gross CV(Mj/kg)}–
{0.0942X% TS}} X 238,8461
Net CV = (15,0389856 – (0,0942 x 0,33))
x 238,8461
= 3584,578289 Kcal/Kg
= 3585 Kcal/Kg
Dengan tekanan economizer = 18,38 Mpa Tabel 3. Data Operasi Boiler Dalam Keadaan
= 183,8 bar gauge + 1 bar = 184,8 bar abs Berslagging
Dengan tekanan uap keluar reheater = 3,39 Mpa Entalpi uap masuk reheater = h3 = 2615,6 Kj/kg
= 33,9 bar + 1 = 34,9 bar abs Dan temperatur di = 625,14 Kcal/kg
reheater = 5230C
Didapat entalpi uap keluar reheater =h4= 3496 Entalpi uap meninggalkan reheater = h4 =
kj/kg = 835, 5 kcal/kg 3474,3 kj/kg = 721,71 Kcal/kg
1 ��� 99
Mf = 363 ton/h[1 − ] = 363 𝑥 =
Maka efisiensi boiler pada beban 602 MW = ��𝟗, �𝟕
�� ( ℎ 2 −ℎ 1) + �� ( ℎ 4− ℎ3 ) 𝒕�� 100 ℎ 100
ɳB = 𝑥 100%
𝒉
Maka, efisiensi boiler menjadi :
�� � 𝐻𝑉
ɳB �� (ℎ2−ℎ1)+ �� (ℎ4−ℎ3)
= 𝑥 100%
191 3000 ( 808, 49− 353, 56) + 1615000 ( 835, 5 −738 ,16)
ɳB = 𝑥
100% �� � 𝐻𝑉
349500 � 3585
ɳB =
1913000( 454 ,93)+ 1615000( 97, 34)
ɳB = 𝑥 1866000 (794, 96− 319 ,24) + 1590 000 (721 , 71 −625 , 14 )
𝑥
100%
349500 � 3585 100%
870281090 + 157204100 359370 � 3585
ɳB = 𝑥 100%
1252957500 1866000(475,72) + 1590000(96,57 )
1027485190 ɳB = 𝑥 100%
ɳB = 𝑥 100% = 82% 359370 � 3585
1 04 12 3 98 2 0
𝑥 100%
1252957500
ɳB =
1288341450
1041239820
Perhitungan Kerugian Efisiensi boiler akibat ɳB = 𝑥 100% = 80,82%= 80,8%
slagging
1288341450
Berikut ini adalah data operasi boiler ketika
dari perhitungan diatas terjadi penurunan
kotor/berslagging : efisiensi boiler sebesar :
(
Tf = Suhu nyala api maximum di furnace = ∆�� 243,062
274,062 243,062 0
=243,062 = 111,5 C =
= =
13330C = 1333 + 2730K = 16060K
)
112 0C � 31 ��(8,8 2,18
�( 4)
𝑇
�� = 𝛴� ∙ 𝛴� . 𝐶𝑜. 𝐹
4
) −(
𝑇
)
4 Panas konveksi (Q ) yang diterima dinding
[( ]
k
kcal/jam
.
100 100 boiler adalah 77,12% x panas radiasi di ruang
4
bakar.
𝑇 𝑇
4
�� = 𝛴� ∙ 𝛴� . 𝐶𝑜. 𝐹 ) −( ) ]
[(
1028
kcal/jam ��ℎ� �𝑖 ��ℎ����� 𝑥 100%
( 𝑥
. 100 100 100% = 1333
��ℎ� ����� �����
1606
= 77,12% )
= 0,85 x 0,9 x 4,9 x 5999 [ )4 −
( 100 Qk = 77,12% x 1.027.485.190
4 = 792.396.578,5 Kcal/h
𝑇
( Qk = UA (∆tm)
) kcal/jam
100
𝑇 4 Dimana,
= 22487,25 [ 66.524,58 - ( )
] U = Overall heat transfer coefficient
100
A = Luas waterwall heat area = 5999 m2
𝑇 4 0 , 7 7 12 � 1 . 02 7. 4
= 1.495.954.961 – 66.524,58 ( ) Jadi U = 85 .1 90
=
5999 � 112 7 92 . 396 .578, 5 671.888
20
Atau = 1179,36 Kcal / h.m . C
100
66.524,58 ( Untuk kondisi ɳB normal (82%) beban penuh,
4
𝑇 ) = 1.495.954.961 - Q tidak ada deposit yang menempel di bagian luar
daerah gas.
r
100 1
Jadi persamaan U =
=1.495.954.961 - 1.027.485.190 1 (∆x ) 1
h34
+ +
468. 469 .771 Diketahui : h12 𝑘23 ℎ34
( ) = =
𝑇 4
7.042,055
material waterwall tube = SA-210C ( carbon
100 66.524,5 steel)
8
Tw4 = 7.042,055 x 1004
TW =4 Konduktifitas termal Carbon steel (K23)
100. √7.042,055 = 47 W/m.K
916,0620K = 643,0620C = 9,160619684 x 100 =
= 47 x 0,85984 = 40, 412 Kcal/m0C.
1
1179,36 =
1 0,0125 1
+ + 636,263 − 385
=
4266,43 40,412 544,14 ∆�� 636,263 − 369
h12 = perpindahan panas konveksi )
793424063, 𝑙𝑜𝑔𝑒 385 − 369
7 (
77, 22% � 1 . 027 .485 .
= Q/ A.∆T = 190 251,263 251,263 251,23 = 89,1
= ∆�� = 267,2 = =
5999 .(400−369) 185969 ����(
63 ) ����(16,70) 2,82
= 4.266,43 Kcal/h.m2.0C 16
= 873,91 BTU/ hr ft2F (Water Evaporate) 0
C = 89 0C
h34 = Q/ A.∆T
Qk = UA (∆tm)
793 . 424 .063, 7 5999.
= (1333−643,062)
0,7712 � 803.004.149,2
793.424.063,7 U = = =
=
1.458128,938 1041239820
533.911
5999 � 2890
1504,004 Kcal / h.m . C
= 544,14 Kcal/h.m2.0C Kerugian perpindahan panas total (U) :
�1 − �
� �′− K23 = Konduktifitas termal dinding tube
( 1
𝑙𝑜𝑔𝑒��′
) = 40, 412 Kcal/m.0C
∆��
K34 = Konduktifitas termal slagging
�2 − = 0,4 W/m.K = 0,34392 Kcal/m.0C
=
��′
t1 = suhu dinding boiler sisi gas asap (tw) = 636,2630C
t2 = suhu bagian dalam dinding waterwall tube Catatan : Kandungan slagging adalah lempung
diperkirakan ≥ dengan temperatur (uap+air) (clay), pyrite, calcite, dolomite, serta kuarsa
yaitu 3850C (quarts) termasuk ke dalam geopolimer, jadi
konduktifitas termal slagging = 0,4 W/m.K
ts’= suhu antara air dan uap = 3690C
h45 = Koefisien konveksi gas asap 1.288.663.144 ����/ℎ kg
X= ton ����/��
3.585 = 359.459,7332
h =
77,22% � 1041239820 = 8.627,04 ton/day
359,46
= h
803.004.149,2
=
5999 .(1333− 636,263) 4.179.725,263
= 192,119 Kcal/h.m2.0C Bila Load factor 80%, maka batubara yang
dibutuhkan = 0,8 x 8.627,04
(∆𝑥)1 = ketebalan dinding tube = 12,5 = 6.901,632 ton/day = 2.519.095,68 ton/ year.
Pada kondisi normal dengan beban full load
membutuhkan batubara 353.000 kg/h = 353
ton/h = 8.472 ton/day.
mm
= 0,0125 m
Input = Output / ɳB
Dari hasil perhitungan kerugian perpindahan
panas, terjadi slagging setebal 1,71 mm. Ini
akan mengurangi jumlah panas yang dipakai
unuk menguapkan air pengisi boiler. Dengan
kata lain, suhu hasil pembakaran di furnace
harus dinaikkan. Untuk menaikkan suhu
pembakaran di furnace, aliran bahan bakar
juga harus ditingkatkan. Tentu saja ini
memakan biaya yang lebih besar karena harus
memasok batubara lebih banyak.
4200 x ( 353 + ton/h) = 1265505 + (4500 x Asof, MT, Ammar, Ir. Karakteristisk Batubara.
ton/h) STT-PLN. Jakarta.Oktober 2004.
1482600 + (4200 x ton/h) = 1265505 + (4500 x ASTM International :D 1857-017, Standart Test
ton/h) Method for Fusibility of Coke and Coke Ash.
www.engineeringtoolbox.com
3. Jika slagging terus terjadi mengakibatkan
penurunan efisiensi boiler, pasokan batubara
meningkat dari 353 ton/h menjadi 363 ton/h.
Hal ini akan mengakibatkan pengeluaran
biaya untuk memasok batubara meningkat
sebesar Rp . 9.280.694.400 /year.