Anda di halaman 1dari 16

BAHAN BAKAR PADAT 3

Tujuan Instruksional Umum


Pengetahuan Dasar-dasar Teknik Pembakaran dan Bahan Bakar

Tujuan Instruksional Khusus


Memahami jenis bahan bakar padat

BAHAN BAKAR PADAT


Pada bahan bakar padat prosentase karbon yang cukup tinggi terdapat pada
batu bara, kayu, sekam , arang kayu dan kokas.

3.1. Batu Bara


Batu bara adalah bahan bakar padat yang berasal dari mikroorganisme yang
terdiri atas lignin dan selulosa yang mengalami perubahan komposisi susunan atau
struktur karena proses bio kimia (metamorfosa) pada P dan T tertentu pada waktu
yang sangat lama. Pada proses metamorfosa unsur-unsur O2, N2, H2, dan S secara
berangsur keluar dalam bentuk gas sehingga tertinggal unsur C dalam prosentase
terbesar kemudian berturut-turut H2, O2, N2 dan S serta beberapa unsur lain. Skema
derajat metamorfosa batu bara : (tingkat batu bara)
Makroorganisme Bituminous → Semi Anthracite
↓ ↑ ↓
Peat (gambut) Sub Bituminous Anthracite
↓ ↑ ↓
Brown Coal → Lignite Meta Anthracite
(batu bara muda) ↓
Graphite
Secara teknik dan ekonomis peat, brown coal, dan graphite tidak dianggap
sebagai batu bara. Yang termasuk batu bara : Lignite, Sub Bituminous, Bituminous,
Semi Anthracite dan Meta Anthracite.

BAHAN BAKAR PADAT |6


TEKNIK PEMBAKARAN DAN BAHAN BAKAR

3.1.1 Klasifikasi Batu Bara


Klasifikasi batu bara didasarkan derajat metamorfosa, nilai komersial dan
kegunaan batu bara.
a. Klasifikasi menurut derajat metamorfosa
Klasifikasi batu bara didasarkan pada derajat metamorfosa dalam bentuk
alamiah. Klasifikasi menurut ASTM adalah berdasarkan prosentase karbon tetap
(fixed carbon) dan panas pembakaran (heating valve) pada kondisi batu bara
bebas bahan mineral (mineral matter free). Untuk batu bara dengan tingkatan
yang lebih tinggi diklasifikasikan menurut karbon tetapnya (fixed carbon) pada
keadaan kering, sementara untuk tingkatan yang lebih rendah didasarkan pada
nilai kalor dimana batu bara masih mengandung kebasahan (moisture)
- Meta Anthracite
Batu bara dengan kadar C tinggi dengan sifat mendekati graphite dalam
struktur dan komposisinya, sukar dibakar/dinyalakan.
- Anthracite
Batu bara keras, padat dan mengkilat. Agak sukar dinyalakan dan terbakar
dengan nyala api pendek, tanpa asap dan berwarna biru. Penggunaan :
pemanas ruangan, bahan dari karbon. Pada industri besi/baja sebagai
pencampur bituminous untuk pembuatan coke, pelapis cetakan dan campuran
proses pengecoran. Nyala api bersih dan stabil.
- Semi Anthracite
Padat tapi agak lemah dibanding anthracite, terbakar dengan nyala api pendek,
bersih dan kebiru-biruan. Penggunaan hampir sama dengan Anthracite.
- Low Volatile Bituminous Coal
Warna hitam keabu-abuan, punya struktur bulat dan mudah pecah dalam
pengangkutan. Terbakar dengan nyala api yang pendek dan tidak berasap.
Penggunaan sebagai campuran higher volatile bituminous coal dalam
pembuatan coke, pemanas ruangan.
- Medium Volatile Bituminous Coal
Sifat antara low dan high volatile coal. Sifat agak lunak dan mudah pecah
sebagian lainnya punya sifat keras dan tidak pecah dalam pengangkutan.
Berasap apabila dibakar dengan cara yang kurang baik.

BAHAN BAKAR PADAT | 7


TEKNIK PEMBAKARAN DAN BAHAN BAKAR

- High Volatile Bituminous Coal


Struktur homogen dengan garis-garis mengkilat, sifat keras dan tidak mudah
pecah dalam pengangkutan. Berasap bila dibakar dengan cara yang tidak baik.
- Sub Bituminous Coal
Struktur homogen, kandungan moisture tinggi, mudah pecah bila berada di
tempat terbuka karena penyusutan sebagai akibat penguapan moisture-nya.
Penggunaan terutama untuk pemanas (bahan bakar ketel uap)
- Lignite
Warna coklat kehitaman, kadar moisture 30-40% dan panas pembakaran
,rendah. Kecenderungan untuk pecah selama pengeringan dengan udara.
Penggunaan dibakar dengan tungku bakar atau bentuk serbuk.

3.1.2. Penambangan
Penambangan batu bara dilakukan dibawah tanah atau di permukaan. Batu
bara yang ditambang di bawah tanah dengan cara membuat terowongan (tunnel)
dan diangkut ke permukaan akan lebih mudah dan ekonomis. Sekarang batu bara
dilakasanakan mekanisasi, dimana bahan ikutan lain (impurities) antara lain belerang,
batu-batuan dan tanah perlu diadakan pembersihan dengan cara basah (pencucian)
atau hembusan angin (pneumatic method).

3.1.3. Penyimpanan
Cara penyimpanan batu bara dilakukan secara khusus. Karena batu bara
mudah pecah (sesuai tingkatan), menjadi panas dan terkena udara. Untuk mencgah
batu bara menjadi panas tiba-tiba yaitu memperkecil kemungkinan oksidasi dan
mengeluarkan panas yang terjadi. Pencegahan terhadap panas tiba-tiba bara dapat
dikurangi dengan cara :
1. Menyimpan batu bara dalam air
2. Memadatkan batu bara dalam tumpukan berlapis
3. Menyimpan hanya batu bara berukuran besar
4. Menyimpan batu bara dalam tumpukan yang tidak terlalu tinggi
5. Dijauhkan dari sumber panas
6. Dihindarkan dari hembusan angin
7. Menggunakan batu bara yang lebih lama disimpan, hindarkan batu bara yang
lama disimpan lama diletakkan di pojok. Terapkan first in first out (FiFo).

BAHAN BAKAR PADAT | 8


TEKNIK PEMBAKARAN DAN BAHAN BAKAR

Cek terus suhu batu bara, bila mencapai 120oC harus dipindah. Apabila terjadi
kebakaran dipadamkan dengan air.

3.1.4. Komposisi dan Karakteristik


Metode untuk mengetahui komposisi dan karakteristik batu bara dengan
pemeriksaan laboratorium. Cara yang digunakan :
a. Analitis : - Proximate analisis
- sulphur content
- heating value
b. Kimiawi : - Ultimate analisis

3.1.4.1. Proximate Analisis


Adalah analisa batu bara paling sederhana, dengan cara pemanasan batu bara
dan memperhitungkan hasil-hasil pemanasan. Yang perlu diperhitungkan :
1. Water atau moisture
Kehilangan berat batu bara pada pemanasan 104-110oC (219-230oF) pada periode
dan waktu tertentu. Moisture bisa dipertimbangkan :
a. surface moisture yaitu moisture karena sumber luar misal: percikan air, hujan,
kondensasi air dari udara atau air saat pencucian
b. Inherent moisture yaitu moisture yang terikat dengan batu bara dan tidak
menimbulkan kebasahan.
Pemeriksaan laboratorium tidak dapat memisahkan antara dua jenis moisture
diatas. Untuk menghitung inherent moisture dengan mengambil contoh batu
bara segar dari tambang yang bebas dari surface moisture. Kadar inherent
moisture sekitar 2 – 4 % untuk anthracite dan bituminous.
2. Volatile matter
Kehilangan berat batu bara dikurangi kadar moisture pada pemanasan 950oC
(1742oF) selama 7 menit ditempat tertutup. Volatile matter adalah hasil
dekomposisi pada waktu pemanasan batu bara. Terdiri dari gas mudah terbakar
H2, CO dan gas tidak mudah terbakar CO2 dan uap air. Kandungan volatile matter
sekitar 4 % pada sub bituminous
3. Fixed Carbon
Kandungan yang diperoleh dari batu bara setelah dikurangi kadar moisture,
volatile matter dan kadar abu. fixed carbon bukan total karbon pada batu bara
karena sebagian karbon dikeluarkan sebagai volatile matter seperti CO, CO2 dan

BAHAN BAKAR PADAT | 9


TEKNIK PEMBAKARAN DAN BAHAN BAKAR

hidro karbon. Dan juga bukan karbon murni karena masih mengandung H2. O2, N2,
S dan prosentil organik sisa pembakaran dengan suhu 700 – 750oC (1292 – 1382o)
yaitu Kompon Si, Al, Fe, Kalsium dan sejumlah ikatan kecil Mg, Titanium, sodium
dan potassium.
Kandungan inorganik tersebut pada batu bara sebagai:
a. Inherent impurities yaitu bahan ikutan yang terikat dengan batu bara karena
sumber luar seperti sedimentasi pada proses terjadinya batu bara atau
kandungan mineral tumbuhan asal batu bara.
b. Inorganik material yang menempel pada batu bara
c. Impurities karena proses penambangan
4. Abu (ash)

3.1.4.2 Sulphur Content


Ada tiga bentuk kandungan belerang dalam batu bara :
1. belerang merupakan kombinasi besi
2. organic sulphur atau belerang yang terikat pada batu bara.
3. belerang sulfide atau belerang yang terkombinasi dengan besi, kalsium dan
oksigen sebagai sulfat dan kalsium sulfat
Kandungan belerang bisa dibedakan dari warnanya metalik atau kuning buram. Kadar
belerang pada batu bara adalah 0,4 – 0,5% berat.

3.1.4.3 Ultimate Analysis


Adalah analisa batu bara yang menyatakan komposisi C, H2, N2, S, O2 dan abu,
dinyatakan dalam prosentase. Pengukuran kandungan abu sama dengan ultimate
analysis, sedang komposisi komponen lain dicari secara kimiawi.

3.1.4.4 Panas Pembakaran (Heating Value)


Adalah istilah lain dari nilai kalor. Secara Eksperimental, nilai kalor bahan
bakar dapat ditaksir dengan pengujian pada “oxygen bomb calorimeter”. Data hasil uji
nilai kalor dapat digunakan untuk membentuk persamaan empirik/semi empirik.
Persamaan DULONG – PETIT digunakan untuk menaksir nilai kalor batu bara (bahan
bakar lain) :

 O
NKA = 14544 C + 62028  H −  + 4050 S Btu/lb bb …………… (3.1)
 8

BAHAN BAKAR PADAT | 10


TEKNIK PEMBAKARAN DAN BAHAN BAKAR

 O
NKA = 8080 C + 34450  H −  + 2250 S Kkal/Kg bb ………… (3.2)
 8

 O
NKA = 33950 C + 144200  H −  + 9400 S Kj/Kg bb ……………. (3.3)
 8
dimana :
C = kandungan karbon dalam batu bakar
H = kandungan hidrogen dalam batu bakar
O = kandungan oksigen dalam batu bakar
S = kandungan belerang dalam batu bakar
Persamaan diatas hanya berlaku bila data ultimate analysis tersedia dengan
syarat kandungan oksigen ≤10 % dan karbon ≥ 76 %. dengan penyimpangan laboratoris
+ 2 %.
Persamaan nilai kalor bawah :
NKB = NKA – x . LH ……………………….. (3.4)
dimana :
x = masaa H2O yang terbentuk dalam proses pembakaran / satuan massa bahan
bakar.
LH = panas laten penguapan H2O (1080 Btu/lb H2O ; 600 Kkal/kg H2O; 2400
kj/kg H2O)
Contoh soal :
Analisis suatu contoh 1 kg bahan bakar memberikan data: C = 83% , H2 = 8 %, O2 = 4 %, S
= 2,5 % dan sisanya abu. Tentukan NKA dan NKB?
Penyelesaian :
Menurut data analisis diatas kadar karbon > 76% dan O2 < 10%, berarti syarat DULONG
– PETIT tercapai. Dengan persamaan (3.1), (3.2), (3.3) :

 O
NKA = 14544 C + 62028  H −  + 4050 S
 8

 0,04 
= 14544 . 0,83 + 62028  0,08 −  + 4050 . 0,025
 8 

= 16842,87 Btu/lb bb

 O
NKA = 8080 C + 34450  H −  + 2250 S
 8

BAHAN BAKAR PADAT | 11


TEKNIK PEMBAKARAN DAN BAHAN BAKAR

 0,04 
= 8080 . 0,83 + 34450  0,08 −  + 2250 . 0,025
 8 

= 7021,10 Kkal/kg bb

 O
NKA = 33950 C + 144200  H −  + 9400 S
 8

 0,04 
NKA = 33950 . 0,83 + 144200  0,08 −  + 9400 . 0,025
 8 

= 39228,5 KJ/Kg bb
Untuk menghitung berat air dari persamaan reaksi :
H2 + ½ O2 → H2O
Diketahui prosentase H2 8% dapat diartikan H2 80 gram (sampel 1 kg bb)
Ubah prosentase H2 ke mol = massa /Mr = 80/2 = 40 mol H2
Dengan rasio perbandingan H2O : H2 = 1 : 1
1 mol H 2O
mol H2O = x 40 mol H 2 = 40 mol H2O
1 mol H 2

Jadi massa H2O = 40 mol x 18 gram/mol = 720 gram H2O = 0,72 kg H2O / kg bb
Untuk menghitung NKB pakai rumus (3.4)
NKB = NKA – 0,72 kg H2O/kg bb . LH
Setelah dihitung :
NKB = 16047,27 Btu/lb bb
NKB = 6589,10 kkal/Kg bb
NKB = 37500,50 KJ/Kg bb

3.2. Batu bara di Indonesia


Batubara Indonesia terutama dihasilkan dari Kalimantan dan Sumatera, serta
sejumlah kecil dari Jawa, Sulawesi, dan tempat lain. Cadangan batubara Indonesia
dihitung berdasarkan eksplorasi yang terus dilakukan, sehingga angkanya pun terus
membesar seiring dengan ditemukannya lapisan – lapisan baru batubara. Tabel 3.1
menampilkan sumber daya batubara Indonesia, sedangkan tabel 3.2 menunjukkan
sumber daya batubara berdasarkan kualitasnya. Meskipun total sumber daya
batubara Indonesia mencapai 104,7 miliar ton, tapi cadangan yang bisa ditambang
hanya sekitar 1/5nya saja, yaitu sebesar 21,1 miliar ton.

BAHAN BAKAR PADAT | 12


TEKNIK PEMBAKARAN DAN BAHAN BAKAR

Jumlah ini dipastikan akan bertambah seiring dengan eksplorasi yang terus
berlangsung. Dilihat dari wilayah, maka hampir seluruh cadangan batubara Indonesia
terdapat di Sumatera (50,06%) dan Kalimantan (49,56%), sedangkan sebagian kecil
terdapat di Jawa, Sulawesi, dan Papua. Batubaranya pun hampir semuanya berjenis
batubara uap, dengan karakteristik kadar abu dan sulfur yang rendah. Dari cadangan
yang ada, diketahui bahwa jumlah untuk tipe bituminus dan sub-bituminus sebesar
kurang lebih 40%, sedangkan sebagian besar sisanya adalah lignit (dalam tabel 4
merujuk ke sebagian batubara berkualitas sedang dan rendah).
Antrasit juga diproduksi meskipun dalam jumlah yang sangat sedikit. Di
Kalimantan bagian tengah juga diketahui terdapat batubara kokas sehingga
pembangunan tambang di sana berlangsung dengan pesat dalam beberapa tahun
belakangan ini.
Tabel 3.1 Sumber daya batu bara di Indonesia

Tabel 3.2 Sumber daya Batu bara berdasarkan kualitasnya

BAHAN BAKAR PADAT | 13


TEKNIK PEMBAKARAN DAN BAHAN BAKAR

Statistik jumlah produksi batubara Indonesia ditampilkan pada tabel 2.4 di


bawah. Pada tahun 2009, jumlah produksi mencapai 256 juta ton, yang sebagian
besar dihasilkan oleh 10 perusahaan tambang PKP2B generasi 1. Berdasarkan realisasi
produksi tahun 2008, tambang – tambang dengan jumlah produksi melebihi 10 juta
ton adalah Adaro (38 juta ton), KPC (36 juta ton), Kideco Jaya Agung (22 juta ton),
Berau Coal (13 juta ton), Arutmin (16 juta ton), serta Indominco Mandiri (11 juta ton).
Keseluruhan jumlah produksi dari keenam tambang tersebut mendekati 60% dari total
produksi batubara nasional.
Tabel 3.3 Jumlah produksi Batu bara di Indonesia

Tabel 3.4 Kadar Kualitas Batu bara menurut Daerah Penambangannya

Anallisis pendekatan (fisik) sample batu bara memberikan data sbb:


Tabel 3.5 Prosentase Komponen Batu Bara
Prosentase
Komponen
Minimum Maksimum
Kelembaban 0,05% 14,8%
Zat terbang 7,5% 48,3%
Karbon padat 40% 49,7%
Belerang 0,42% 1,52%
Abu 1,47% 14%
Nilai kalor 5828 kkal/kg 8600 kkal/kg

BAHAN BAKAR PADAT | 14


TEKNIK PEMBAKARAN DAN BAHAN BAKAR

Penggunaan batubara:
- PLTU (Suralaya, Paiton dl|)
- Pabrik semen (Cibinong, Gresik dsb)
- Program secondary Recovery di PT CALTEX di Duri, Riau
Statisik jumlah kebutuhan domestik ditampilkan pada tabel 2.6. Terlihat bahwa
pembangkitan listrik dan industri semen mendominasi kebutuhan dalam negeri. Pada
tahun 2005, konsumsi domestik adalah sebanyak 41,35 juta ton, naik menjadi 56 juta
ton pada tahun 2009. Dengan diluncurkannya crash program 10.000 MW di bidang
kelistrikan, maka kebutuhan domestik diperkirakan akan meningkat hingga 64,96 juta
ton pada tahun 2010, serta 78,97 juta ton pada tahun 2011. (Sumber: Seminar APEC di
Fukuoka tahun 2010).
Tabel 3.6 Jumlah Kebutuhan Batu bara Domestik

3.3 Coke
adalah bahan padat yang mempunyai sifat infusible, coherent dan cellular.
Bahan dasar Coke:
- Batubara
- Pitch
- Petroleum residu
- Carbonaceous (material residu destructive distillation)
Pembuatan coke : pemanasan ruangan tertutup (bebas dari udara)

3.3.1 Karakteristik dan Klasifikasi


Karakteristik coke dengan menggunakan 2 metode:
a. Metode analisis yang menguraikan sifat :
- aspek fisis à keterangan ukuran, warna dan struktur sel dari pemeriksaan
visual, sementara kekuatan, kekerasan dan rapat massa dari uji laboratorium
- aspek termis à sifat ignitability, combustibility dan reactivity dan nilai kalori
untuk keperluan metalurgis
- analisis pendekatan (proximate)

BAHAN BAKAR PADAT | 15


TEKNIK PEMBAKARAN DAN BAHAN BAKAR

b. Metode kimia à analisis lengkap ( Ultimate analisis)


sama dengan analisis pada batubara
Klasifikasi didasarkan suhu karbonisasi, pemakaian dan asal bahan bakar coke:
A. ditinjau dari suhu karbonisasinya (dalam proses pembuatan coke). Coke
dibedakan:
a. High Temperature Coke
- suhu karbonisasi 900o – 1200o C dihasilkan banyak gas coke dan sedikit tar
sehingga nilai kalor rendah dengan struktur karbon grafit
b. Medium Temperatur coke
- suhu karbonisasi 750o – 900oC dihasilkan banyak gas dan tar sehingga nilai
kalor cukup besar
c. Low Temperature coke
- suhu karbonisasi 500o – 700o C dihasilkan sedikit gas dan banyak tar
sehingga nilai kalor besar dan struktur karbon masih reaktif
B. ditinjau dari pemakaiannya
Coke dibedakan :
a. Blast furnace coke
Digunakan untuk proses peleburan bijih besi, dimana coke harus mempunyai
karekteristik:
• kekuatan mekanis yang besar
• cukup keras untuk menahan degradasi karena proses peleburan
bijih besi dan handling yang kasar
• ukuran seragam
• bebas dari debu
• komposisi kimia dan fisisnya yang seragam
• kandungan abu, belerang dan fosfor serendah mungkin
b. Foundry Coke
Digunakan d alam proses pembuatan baja pada dapur kubah (cupole)
dengan karakteristik utama :
• cukup kuat dan keras (pada blast furnace coke)
• ukuran cukup besar dan pejal dan bentuk balok/kubus
• kandungan abu, belerang dan fosfor serendah mungkin

BAHAN BAKAR PADAT | 16


TEKNIK PEMBAKARAN DAN BAHAN BAKAR

c. Water gas coke


Digunakan pada instalasi pembangkit uap air, dengan karakteristik :
• bebas debu dangan ukuran 2 – 4 inch
• cukup kuat
• kandungan abu yang rendah
• suhu pelelehan abu ≥ 2400oF
d. Gas producer coke
Digunakan pada instalasi pembangkit gas, dengan karakteristik :
• bebas debu
• ukuran lebih kecil dari water gas coke
e. Domestic coke
Digunakan pada keperluan rumah, dengan karakteristik :
• kadar abu rendah
• suhu pelelehan abu tinggi
• kepadatan tinggi
• bebas debu
C. Ditinjau dari asalnya
Coke dibedakan:
a. Petroleum coke
Digunakan sebagai bahan baker proses refinery dan bahan dasar industri
pembuatan :electrode karbon, sikat – sikat, motor listrik, lempengan,
abrasive, grafit buatan, kalsium karbida, industri logam dan industri
keramik
b. Pitch coke dibuat dari coal tar pitch dan digunakan untuk pembuatan
electrode karbon.
c. Coal coke / Coke digunakan sebagai bahan bakar blast furnace, foundry
dan domestic.

3.3.2 Pembuatan Coke


Coke dibuat pada berbagai macam oven dengan tipe dan metode berbeda.
Proses pembuatan coke:
- pemanasan ada suhu karbonisasi dengan cooking time 48 – 72 jam. Dihasilkan
produk padat : coke dan sedikit garam amonium; cair: uap air, tar dan
berbagai minyak; gas: uap air H2, CH4, CO2, H2S, C2H4, NH3 dan N .

BAHAN BAKAR PADAT | 17


TEKNIK PEMBAKARAN DAN BAHAN BAKAR

- pendinginan mendadak (quenching)


setelah proses pemanasan menghasilkan distilasi sempurna berakhir, coke
membara didinginkan secara mendadak dengan air.
- Sizing
Terakhir memecah coke dalam ukuran yang diinginkan pada instalasi
pemecah saring (Crushing-screening plant)
Jenis oven pembuat coke:
- Beehive ovens menghasilkan high temperature coke
- Slot-type ovens menghasilkan high dan medium temperature coke
- Sole-heated menghasilkan petroleum coke
- Disco proses menghasilkan low temparatur coke, dengan proses sbb:
• memanaskan batubara pada 315o C dengan sedikit udara
• batubara dilewatkan pada inclined rotating steel cylinders yang panas
pada sisi luarnya
• dikeluarkan pada ujung bawah silinder bersamaan dengan
pendinginan air
Bentuk coke hasil disco proses = bulat kasar sesuai untuk Hand fixed furnace.
Komposisinya:
• volatile matter 28 – 35%
• abu (ash) ± 1,35% x kandungan abu batubara dengan prosentase
beratnya
• sulfur 60 -70% dari kandungan batubara asal untuk pembuatan coke
± 1,2%

3.3.3 Nilai Kalor


Nilai kalor coke dapat dihitung dengan dulong’s formula. Nilai kalor coke
= 12000 Btu/lb – 14500 Btu/lb.

3.4. Briquettes
Dibuat dari limbah serbuk batubara, coke, serbuk gergajian kayu (sawdust)
dan arang kayu dengan bahan pengikat (binder) seperti petroleum ashpal atau
coalter (bahkan tetes tebu).
Briquettes dibuat dalam cetakan ( dengan pemanas) berbentuk kubus, silinder
maupun fillow dengan ukuran beragam. Briquettes mempunyai karakteristik:

BAHAN BAKAR PADAT | 18


TEKNIK PEMBAKARAN DAN BAHAN BAKAR

• cukup kuat terhadap handling


• bentuk seragam
• tahan kelembaban udara
Briquettes untuk keperluan rumah tangga dan industri kecil. Nilai kalor Briquettes =
8100 Btu/lb.

3.5 Kayu
Analisis kimia pada kayu :
C = 48 -53%
H2 = 5,5 – 6,3%
O2 = 40 – 47%
N2 = 0,04 – 0,10%
Abu = 0,30 - 2,20% tergantung jenis kayu.
Rumus kimia kayu C6H10O5. Nilai kalor atas kayu yang bebas resin dan kering = 7850 –
8300 Btu/lb. Nilai kalor atas resin = 16900 Btu/lb

3.6. Arang kayu (Charcoal)


Pembuatan Charcoal dilaksanakan dengan pemanasan kayu di ruang tanpa
udara (tertutup). Kayu akan kehilangan berat sampai dengan 75% dan volume sampai
50 % pada pembuatan Charcoal. Hal ini tergantung pada tingkat kebasahan kayu dan
suhu proses.
Sebagaimana halnya briquettes, arang kayu banyak digunakan sebagai bahan
baker rumah tangga selain bahan baker industri rumah tangga. Selain itu, arang kayu
juga digunakan sebagai bahan penapis (filter) untuk gas dan air.
Bila dibandingkan dengan kayu, arang kayu mempunyai beberapa kelebihan
diantaranya:
- nilai kalor lebih tinggi.
- Biaya transportasi lebih rendah (ingat pada proses pembuatan Charcoal
terjadi penyusutan berat dan volume).

3.7. Ampas Tebu (Bagasse)


Ampas tebu yang baru keluar dari penggilingan setelah diambil niranya
mempunyai kadar air : 40-55%. Ampas tebu kering mempunyai komposisi kimia : C =

BAHAN BAKAR PADAT | 19


TEKNIK PEMBAKARAN DAN BAHAN BAKAR

43-48%. H2 = 6.0-7.4%, O2 = 41.8-48%, ash = 1.0- 2.8% dengan nilai kalor atas antara 8000
– 8300 Btu/lb.
Bagasse ini biasanya digunakan sebagai bahan baker utama untuk industri gula.
Pemakaian lain dari bagasse adalah sebagai bahan dasar pembuatan kertas.
Nilai kalor bagasse, khususnya untuk bagasse di Indonesia, secara teoritis dapat
ditaksir dengan persamaan yang dikembangkan oleh Von Pritzetwitz Van der Horst
sebagai berikut :
NKA = 8190 – 18.S – 81 w Btu/lb ................................ (3.5)
NKB = 7650 – 18.S – 86.4 w Btu/lb ................................ (3.6)
Dimana :
S = kadar sukrosa dalam bagasse
w = kadar air dalam bagasse
Contoh soal :
Ampas tebu dari pabrik gula Retjo Agung setelah diuji mempunyai komposisi sbb:
- kebasahan = 40%
- sukrosa = 2%
- bahan serat = 50%
- abu = 3%
- kotoran lain-lain = 5%
Tentukanlah nilai kalor atas dan nilai kalor bawah contoh bagasse diatas
Jawab : Dengan menerapkan persamaan (3.5) dan (3.6)
NKA = 8190 – 15 . 0,02 – 81 . 0,4 Btu lb
=8157 Btu/lb
NKB = 7650 – 18 . 0,02 - 0,04 . 86,4
= 7615,08 Btu/lb

þ Rangkuman

1. Batu bara adalah bahan bakar padat yang berasal dari mikroorganisme.
2. Persamaan DULONG – PETIT digunakan untuk menaksir nilai kalor batu bara
(Bahan bakar lain)
3. Coke adalah bahan padat yang mempunyai sifat infusible, coherent dan cellular.
Nilai kalor coke = 12000 Btu/lb – 14500 Btu/lb.

BAHAN BAKAR PADAT | 20


TEKNIK PEMBAKARAN DAN BAHAN BAKAR

4. Dibuat dari limbah serbuk batubara, coke, serbuk gergajian kayu (sawdust) dan
arang kayu dengan bahan pengikat (binder) seperti petroleum ashpal atau
coalter (bahkan tetes tebu).
5. Rumus kimia kayu C6H10O5.
6. Pembuatan Charcoal/arang kayu dilaksanakan dengan pemanasan kayu di ruang
tanpa udara (tertutup).
7. Ampas tebu berasal dari penggilingan tebu.
8. Nilai kalor bagasse, khususnya untuk bagasse di Indonesia, secara teoritis dapat
ditaksir dengan persamaan yang dikembangkan oleh Von Pritzetwitz Van der
Horst

! Latihan

A. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini !


1. Sebutkan klasifikasi batu bara menurut tingkatannya?
2. Bagaimana cara penyimpanan batu bara yang baik dan benar?
3. Bagaimana cara menghitung NKA dan NKB batu bara?
4. Sebutkan macam-macam coke bila ditinjau dari suhu karbonisasinya (proses
pembuatan coke)?
5. Berapa nilai kalor dari coke berdasarkan Dulong’s formula?
6. Terbuat dari apakah briquettes ?
7. Berapa Nilai kalor kayu yanng bebas resin?
8. Sebutkan kelebihan arang kayu dibandingkan dengan kayu?
9. Tuliskan rumus NKA dan NKB ampas tebu menurut Von Pritzetwitz Van der
Horst?

B. Diskusikan dengan teman anda !


Coba kita diskusikan berapa nilai NKA dan NKB ampas tebu dari pabrik tebu
yang ada disekitar kita? Misal pabrik tebu Retjo Agung, Kanigoro ataupun
pagotan?

BAHAN BAKAR PADAT | 21

Anda mungkin juga menyukai