Anda di halaman 1dari 21

PEMBAKARAN 7

Tujuan Instruksional Umum


Pengetahuan Dasar-dasar Teknik Pembakaran dan Bahan Bakar

Tujuan Instruksional Khusus


Pengetahuan dan pemahaman dasar-dasar pembakaran

Pendahuluan
Pembakaran adalah kombinasi secara kimiawi yang berlangsung dengan
cepat antara oksigen dengan unsur yang mudah terbakar dari bahan bakar pada suhu
dan tekanan tertentu. Didalam bahan bakar secara umum hanya terdapat tiga unsure
yang penting yaitu karbon, hidrogen dan belerang. Belerang biasanya hanya
merupakan unsure ikutan dengan panas pembakaran yang tidak besar tetapi
mempunyai peranan yang penting dalam masalah korosi dan pencemaran.
Pada bab ini akan dibahas dasar dari proses kimiawi yang diperlukan untuk
mendapatkan pengertian fenomena fisik proses pembakaran.
Dari pembakaran yang baik adalah memperoleh pembebasan dari ssmua
panas yang dikandung bahan bakar, sementara menekan jumlah panas yang hilang
karena tidak sempurnanya pembakaran dan adanya panas yang diserap udara
pembakar.
Karbon dan hidrogen bila dibakar secara sempurna dengan oksigen akan
bereaksi seperti berikut:
C + O2 -------→ CO2 + 7840 kcal/kg
2H2 + O2 -------→ 2H2O + 33970 kcal/kg

7.1 Konsep Dan Hukum Dasar


7.1.1 Konsep dari Mol
Massa 1 gram suatu yang sama dengan massa molal (massa atom) nya disebut
1 grammol dari zat tersebut atau biasanya hanya ditulis 1 mole. Sebagai contoh

PEMBAKARAN | 57
TEKNIK PEMBAKARAN DAN BAHAN BAKAR

karbon (C) mempunyai massa atom 12, sehingga 1 mole dari karbon mempunyai
massa 12 gram.
Untuk gas, volume satu mole disebut volume molal yang besarnya untuk gas ideal
pada 1 atm. abs adalah 22,4 liter. Konsep massa dan volume molal ini sangat berguna
dalam perhitungan pembakaran.

7.1.2. Hukum Dasar


Pada perhitungan pembakaran beberapa hukum dasar fisik seperti berikut ini
sangat diperlukan.

7.1.2.1 Kelestarian Massa


Massa tidak dapat dirusak dan tidak dapat dibentuk sehingga harus ada
keseimbangan massa antara total massa yang masuk kedalam proses dengan total
massa yang meninggalkannya ( dalam keadaan tunak).
Misalnya A kg bahan bakar bereaksi dengan B kg udara, maka akan selalu dihasilkan
(A + B) kg produk.

7.1.2.2 Kelestarian Energi


Energi tidak bisa dirusak atau dibuat. Jumlah dari energi (potensial, kinetic,
termis, kimiawi dan elektris) masuk ke proses harus sama dengan jumlah dari energi
yang meninggalkannya, walaupun harga dari setiap bentuk energinya mungkin
berubah (dalam keadaan tunak). Pada proses pembakaran energi kimiawi diubah
menjadi energi panas.

7.1.2.3 Hukum Gas Ideal


Volume dari gas ideal adalah berbanding langsung dengan temperature
absolute dan berbanding terbalik dengan tekanan absolutnya.
RT
ν= ……………………………………………. (7.1)
P
dimana : ν = volume m3/ mole gas
p = tekanan absolute
T = temperature absolute
R = konstanta gas universal = (1,9858 Kal/ moleoK)
Persamaan diatas menyatakan bahwa satu mole dari semua gas ideal menempati
volume yang sama untuk kondisi tekanan dan temperature yang sama pula (22,4 m3)
pada 1 atm abs dan 25oC.

PEMBAKARAN | 58
TEKNIK PEMBAKARAN DAN BAHAN BAKAR

Gas-gas nyata dapat didekati dengan persamaan diatas apabila dalam keadaan
tekanan rendah dan atau suhu tinggi.

7.1.2.4 Hukum Penggabungan Massa


Semua unsur bergabung menurut hubungan tertentu yang sederhana.
Hubungan ini sebanding dengan massa molal dari unsur-unsurnya. Sebagai contoh :
karbon (M =12) bergabung dengan oksigen (M = 32) membentuk karbon dioksida (M=
44) sehingga 12 kg C ditambah 32 kg O2 akan membentuk 44 kg CO2.

7.1.2.5 Hukum Avogadro


Volume yang sama dari gas-gas yang berbeda pada tekanan dan suhu yang
sama terdiri dari jumlah molekul yang sama.
Konsep dari mole menjelaskan satu kg-mole suatu zat mengandung sejumlah
massa (dalam kg) yang sama dengan massa molal dari zat tersebut. Dengan demikian
perbandingan antara massa suatu zat dengan massa molekulnya selalu tetap; dan
satu mole suatu zat yang secara kimiawi murni mengandung jumlah molekul yang
sama, tidak peduli dari jenis zatnya. Karena satu mole dari gas ideal menempati
volume yang sama pada tekanan dan temperature yang diberikan (hokum gas ideal),
maka pada volume yang sama dari gas yang berbeda pada tekanan dan temperature
akan mengandung jumlah molekul yang sama pula.

7.1.2.6 Hukum Dalton


Tekanan total dari campuran gas-gas adalah sama dengan jumlah tekanan
parsial dari masing-masing unsurnya jika masing-masing gas menempati volume yang
sama sebagai campuran. Dengan kata lain untuk volume yang sama (V) dengan 3 gas
(A,B,C) didalamnya pada suhu yang sama mempunyai tekanan total :
P = Pa + Pb + Pc ……………………………………… (7.2)
Pa = tekanan parsial dari gas A
Pb = tekanan parsial dari gas B
Pc = tekanan parsial dari gas C

7.1.2.7 Hukum Amadat


Volume total yang ditempati oleh suatu campuran gas adalah sama dengan
jumlah dari volume masing-masing unsure pada tekanan dan suhu yang sama. Hukum
ini hampir sama dengan hokum Dalton tapi yang berkenaan dengan volume. Apabila
ada 3 gas dengan volume Va, Vb dan Vc pada tekanan (P) dan temperature (T) yang

PEMBAKARAN | 59
TEKNIK PEMBAKARAN DAN BAHAN BAKAR

sama dicampur pada kondisi yang tidak berubah maka volume total gas campuran
adalah :
V = Va + Vb + Vc ……………………………………………….. (7.3)

7.1.2.8 Penggunaan Hukum Dasar


Sebagai contoh pemakaiannya bisa diberikan C dan H2 yang direaksikan
dengan O2
C + O2 -------→ CO2
1 molekul + 1 molekul -------→ 1 molekul
1 mole + 1 mole = 1 mole
3 3
1 1m 1 m
+ -------→
12 kg 32 kg 44 kg

2H2 + O2 -------→ 2 H2O


2 molekul + 1 molekul -------→ 2 molekul
2 mole + 1 mole = 2 mole
3 3 3
2 m 1m 2 m
+ --------→
4kg 32kg 36 kg
catatan : karbon dalam bentuk padat
Apabila dalam persamaan seperti diatas terdapat keseimbangan massa, maka
tidak ada keseimbangan molekul atau volume. Sebagai contoh 2 m3 H2 bergabung
dengan 1 m3 O2 membentuk hanya 2 m3 H2O. Hubungan ini didasarkan pada hokum
Avogadro dan Hukum penggabungan Berat.

7.2 Perhitungan Pembakaran


Merupakan titik mula untuk menentukan rancangan dan unjuk kerja dari
semua peralatan pembakaran. Perhitungan pembakaran akan mencakup aspek :
a. kuantitas dari unsur-unsur yang ikut dalam pembakaran secara kimiawi.
b. kuantitas sari panas yang dibebaskan, dan
c. efisiensi dari proses pembakaran pada kondisi teoritis (ideal dan
sebenarnya/actual).

7.2.1 Udara Pembakaran


Didalam proses pembakaran (oksidasi) selalu terikut unsure oksigen, unsure
ini didapat dari udara sekeliling.

PEMBAKARAN | 60
TEKNIK PEMBAKARAN DAN BAHAN BAKAR

Untuk keperluan itu diberikan batasan mengenai udara pembakar :


a. Udara kering adalah udara tanpa kandungan air (dry air)
b. Udara basah adalah udara dengan kandungan air tertentu (wet air).
c. Udara baku (standard air) adalah udara dengan kandungan 0,013 kg air per kg
udara kering atau 0,021 mole uap air/ mole udara kering (sesuai dengan RH =
60 % pada 25oC ; 1 atm).
Tabel 7.1.Komposisi Udara Kering
Unsur % Volume % Massa
Oksigen – O2 20,99 23,15
Nitrogen – N2 78,03 76,85
Gas-gas lain 0,98 -

- Massa molal ekivalen udara kering = 28,97 ≈ 29


100
- Mole udara kering / mole O2 = = 4,76
20,99
78,03
- Mole N2/ mole O2 = = 3,76
20,99
100
- Massa udara kering / massa O2 = = 4,32
23,15
76,85
- Massa N2 / massa O2 = = 3,32
23,15

7.2.2 Pembakaran Teoritis


Adalah suatu reaksi pembakaran sempurna dari suatu unsur yang mudah
terbakar (Stoichiometric reaction). Pada pembakaran teoritis ini akan dibutuhkan
sejumlah udara minimal (teoritis).

Sebagai contoh: pembakaran dari bahan bakar methane (CH4).


CH4 + 2O2 —————→ CO2 + 2H2O
1 mole + 2 mole = 1 mole + 2 mole
1 m3 + 2 m3 —————→ 1 m3 + 2 m3
16 kg + 64 kg = 44 kg + 36 kg
64 44 36
Atau 1 kg + kg = kg + kg
16 16 16

PEMBAKARAN | 61
TEKNIK PEMBAKARAN DAN BAHAN BAKAR

64
Untuk pembakaran sempurna 1 kg CH4 dibutuhkan oksigen sebanyak kg. Dengan
16
demikian kebutuhan udara kering minimum (teoritis) yang diperlukan adalah
64
M ud. kering (min) = 4,32 x kg/kg CH4
16
= 17,279 kg/kg CH4
Untuk bahan balar padat atau cair yang diketahui komposisinya kebutuhn udara
minimum untuk pembakaran sempurna dapat dihitung dengan persaman
8 O
O2 min = C + 8 ( H - ) + S kg/kgbb ............................... (7.4)
3 8
Dimana :
C = kandungan karbon dalam bahan bakar (kg/kbbb)
H = kandungan hidrogen dalam bahan bakar (kg/kbbb)
O = kandungan oksigen dalam bahan bakar (kg/kbbb)
S = kandungan belerang dalam bahan bakar (kg/kbbb)
Pengurangan kebutuhan oksigen dalam persamaan diatas ( suku kedua ruas
kanan persamaan) didasarkan pada asumsi bahwa oksigen dalam bahan bakar juga
ikut bereaksi. Sebaliknya, unsur nitrogen (N2) dan abu dianggap tidak ikut bereaksi
dengan oksigen.
Dengan persamaan (6.6) diatas, kebutuhan udara minimum dapat ditaksir
mud. kering (min) = 4,32 x O2 kg/kg bb ................................. (7.5)

7.2.3. Pembakaran sebenarnya


Didalam pembakaran sebenarnya tidak seluruh unsur dalam bahan bakar
terbakar sempurna. Sebagai contoh adalah pembakaran dcari karbon (C) tidak
seluruh karbon akan terbakar menjadi CO2 tapi juga terbakar menjadi CO atau masih
dalam bentuk aslinya C Dengan demikian maka terdapat kehilangan-kehilangan
(losses) yang berupa kerugian panas yang seharusnya bisa dibebaskan dari
pembakaran C.
Untuk menekan kerugian tersebut sampai tingkat minimal maka perlu
diberikan udara lebih pada sejumlah udara teoritis yang dipakai sehingga tersedia
cukup oksigen untuk pembakaran. Udara lebih (exces air) ini tidak lagi diperlukan
apabila diperlukan pencampuran udara dan bahan bakar secara sempurna. Penting
untuk diperhatikan bahwa penggunaan udara lebih akan juga membawa kerugian

PEMBAKARAN | 62
TEKNIK PEMBAKARAN DAN BAHAN BAKAR

panas sebagai akibat dari pemanasan udara pembakar pada suhu kamar ke suhu
pembakaran.
Dengan adanya udara lebih maka jumlah udara sebenarnya (actual air) yang
digunakan adalah :
mud. kering (act) = mud. kering (min) + mud. lebih ................................... (7.6)
dimana :
mud. lebih = A % . mud. kering (min)
A% = prosentase udara lebih
Namun demikian perlu dicatat bahwa udara pembakar yang biasanya digunakan
dalam proses pembakaran sama sekali bukan udara kering. Dengan demikian
persamaaan (6-7) dan (6-8) masih diselesaikan lagi.
Mud. pembakaran = ( 1 + mud.kering (akt) ) kg/kg bb ................................ (7.7)
= ( 1 + mH2O ) . mud. kering(akt)
Tabel 7.2 menyajikan jumlah udara lebih (exces air ) yang biasanya dipergunakan
untuk peralatan pembakaran tertentu.
Tabel 7.2 Udara lebih untuk dapur/peralatan pembakar tertentu
Fuel Type of furnace or burners Excess air % by
weight
Pulverized coal Completly water-cooled furnace for slag- 15 – 20
tap or dry-ash-removal.
Partially water-cooled furnace for dry-ash- 15 – 40
removal
Crushed coal Cyclone Furnace-pressure or suction 10 – 15
Coal Spreader stoker 30 – 60
Water-cooled vibrating-grate stoker 30 – 60
Chain-grate and traveling grate stokers
Underfeed stoker 15 – 50

20 – 50
Fuel oil Oil burners, register type 5 – 10
Multifuel burners and flat-flame 10 – 20
Acid sludge Cone and flat-flame type burners, steam- 10 – 15
atomized

PEMBAKARAN | 63
TEKNIK PEMBAKARAN DAN BAHAN BAKAR

Natural, coke oven, Register-type burners 5 – 10


refinery gas Multifuel burners 7 – 12
Blast furnace gas Intertube nozzle-type burners 15 – 18
Wood Dutch oven (10-23% through grates) and 20 – 25
Hofft type
Bagase All furnace 25 – 35
Black liquor Recovery furnace for kraft and soda 5-7
pulping processes

Dimana : m H2O = kandungan uap air (kg H2O/kg ud. Kering)


Logika yang sama dapat dipergunakan untuk menaksir kebutuhan udara pembakar
untuk menaksir kebutuhan udara pembakar bila pendekatan dilakukan atas dasar
mole atau volume

7.2.4 Contoh perhitungan


Dari ultimate analysis suatu zat batu bara diperoleh data : C = 72,8%, H2 = 4,8%, O2 =
6,2%,N2 = 1,5%, S = 2,2%, H2O = 3,5%; dan Abu = 9,0%
Taksirlah kebutuhan udara pembakar untuk batubara tersebut bila faktor udara lebih
yang dipergunakan 20% dan udara pembakar yang dipergunakan adalah udara baku.
Penyelesaian
1.1 metoda massa (gravimetric method)
Karena data ultimate analysis tersedia maka dapat digunakan langsung
persamaan (6.6)
8 O
O2 min = C + 8 ( H - ) + S kg / kg bb
3 8
8 0,062
O2 min = 0,728 + 8 (0,048 − ) + 0,022 kg / kg bb
3 8
O2,min = 2,2853 kg/kg bb
mud.kering(min) = 4,32 O2,min kg/kg bb
= 9,8725 kg/kg bb
mud.kering (okt) = mud.kering(min) + mud.lebih
= (9,8725 + 0,2 . 9,8725 ) kg/kg bb
= 11,847 kg/kg bb
mud.pembakaran(okt) = (1+mH2O) mud.kering(okt)

PEMBAKARAN | 64
TEKNIK PEMBAKARAN DAN BAHAN BAKAR

dimana mH2O = 0,013 kg/kg bb


Jadi : mud.pembakaran(okt) = (1 + 0,013) 11,847 kg/kg bb
= 12,001 kg/kg bb
1.2 Metode Mole
Dari ultimate analysis dapat diperoleh jumlah mole per 100 kg bahan bakar yang
dibakar.
C = 72,8 : 12 = 6,07
H2 = 4,8 : 2 = 2,38
O2 = 6,2 : 32 = 0,19
N2 = 1,5 : 28 = 0,05
S = 2,2 : 32 = 0,07
H2O = 3,5 : 18 = 0,19
Abu = 9,0
Reaksi pembakaran
C + O2 è CO2
1 mole 1 mole 1 mole
2H2 + O2 è 2H2O
2 mole 1 mole 2 mole
S + O2 è SO2
1 mole 1 mole 1 mole
Kebutuhan O2 min merupakan jumlah aljabar kebutuhan reaksi dikurang O2 dalam
bahan bakar
1
O2 min = (6,07 . 1 + 2,38 . + 0,07 . 1 – 0,19) k mole/ 100 kg bb
2
= 7,14 kmole/kg bb
Kebutuhan udara kering (min) = 4,76 . O2 min
= 33,9864 kmole/ kg bb
Kebutuhan udara sesungguhnya
Na = ( 1 + 0,021) 33,9864 kmole/kg bb
= 35,6401 kmole/kg bb
2. Analisis suatu bahan bakar gas komposit memberi data
CH4 = 90% (mole), C2H6 = 5 % (mole),N2 = 5% (mole)

PEMBAKARAN | 65
TEKNIK PEMBAKARAN DAN BAHAN BAKAR

Taksirlah kebututuhan udara pembakaran bila dipergunakan udara baku dengan


dengan faktor udara lebih 10%
Penyelesaian
2.1 metoda massa (gravimetrik methode)
Dari data diatas massa unsur per 100 kmole bahan bakar dapat dihitung
CH4 = 90 x 16 = 1440 kg/100 kmole bb
C2H6 = 5 x 30 = 150 kg/kmole bb
N2 = 5 x 28 = 140 kg/kmole bb
————————————————— +
Total = 1730 kg/kmole bb
Massa unsur per kg bahan bakar
CH4 = 1440/1730 = 0,832 kg/kg bb
C2H6 = 150/1730 = 0,087 kg/kg bb
N2 = 140/1730 = 0,081 kg/kg bb
Reaksi persamaan sempurna
CH4 + 2 O2 → CO2 + 2 H2O
1 mole 2 mole 1 mole 2 mole
64
0,832 kg x 0,832 kg
16
1
C2H6 + 3 O2 → 2CO2 + 3H2O
2
1
1 mole 3 mole 2 mole 3 mole
2
112
0,087 kg x 0,087 kg
30
64 112
Kebutuhan O2 min = ( x 0,832 + x 0,087 ) kg/kg bb
16 30

O2 min = 3,6528 kg/kg bb


Kebutuhan udara pembakar
mud. kering(min|) = 4,32 x O2 min
= 15,7801 kg/kg bb
Mud. kering(akt) = ( 100 + 10 ) % . 15,7801 kg/kg bb
= 17,3581 kg/kg bb

PEMBAKARAN | 66
TEKNIK PEMBAKARAN DAN BAHAN BAKAR

Jadi mud. pembakar(act) = ( 1 + 0,013) . 17,3581 kg/kg bb


= 17,5838 kg/kg bb
2.2 Metoda mole
Dari reaksi pembakaran dimuka kebutuhan O2 minimum dapat dihitung secara
langsung
1
O2 min = (2 x 90 + 3 . 5 ) mole/100 mole bb
2
= 197,5 mole/100 mole bb
Udara kering minimum yang dibutuhkan
Nud. kering(min) = 4,76 x 197,5 mole/100 mole bb
= 940,1 mole/100 mole bb
Nud. kering(act) = ( 100 + 10 )% . 940,1 mole/100 mole bb
= 1034,11 mole/100 mole bb
Jadi Nud. pembakar(act) = 1,021 . 1034,11 mole/100 mole bb
= 1055,8263 mole/100 mole bb
Catatan : N = jumlah mole

7.3 Analisis gas buang


Analisis terhadap komposisi gas buang diperlukan untuk memperlukan
gambaran tingkat efisiensi proses pembakaran. Analisis gas buang dapat dilakukan
secara teoritik (untuk keperluan perencanaan) dan secara aktual ( untuk analisis
unjuk kerja sistem / proses pembakaran).
Sama halnya dengan dasar perhitungan reaksi pembakaran,analisis gas buang dapat
dilakukan dengan metoda massa (gravimetrik) maupun metoda molal (volume).
Sebagai obyek analisis, gas buang juga dibedakan atas gas buang basah dan gas
buang kering. Tentu saja dalam gas buang basah masih terkandung uap air dalam
jumlah tertentu.

7.3.1 Analisis gas buang teoritik


Dilakukan pada tahap perencanaan. Sejumlah asumsi harus diambil untuk
memperkirakan proses pembakaran itu sendiri. Asumsi-asumsi tersebut antara lain :
proses pembakaran sempurna dan kualitas udara pembakar serta udara lebih. Untuk
menjelaskan lebih jauh berikut ini disajikan analisis gas buang basah dan gas buang
kering dari kedua soal dimuka

PEMBAKARAN | 67
TEKNIK PEMBAKARAN DAN BAHAN BAKAR

Contoh perhitungan
1. Ultimate analisis dari suatu contoh batu bara memberi data :
C = 72,8 %, H2 = 4,8 %, O2 = 6,2 %, N2 = 1,5 %, S = 2,2 %,
H2O = 3,5 %, Abu = 9,0 %
Batu bara tersebut digunakan dalam suatu proses pembakaran dengan udara lebih
20% dan udara pembakar yang diumpankan mengandung 0,013 kguap air/kg udara
kering. Buatlah analisis gravimetrik gas buang terjadi bila dianggap terjadi proses
pembakaran sempurna.
Penyelesaian:
Dari contoh soal terdahulu telah diperoleh:
O2 min = 2,2853 kg/kg bb
mu.k (akt) = 11,847 kg/kg bb
mu.p (akt) = 12,001 kg/kg bb
catatan
mu.k (akt) = massa udara kering sesungguhnya (aktual)
mu. p (akt) = massa udara pembakar sesungguhnya (aktual)
produk pembakaran dan unsur-unsur yang tidak terbakar secara bersama-sama
akan membentuk gas buang sesuai dengan hukum penggabungan massa. Dengan
demikian total massa gas haruslah sama dengan total massa bahan bakar dan
massa udara pembakar.
mgas buang = mbahan bakar + mudara pembakar aktual
mg.b = 1 + ma.p(akt)
= 13,001 kg/kg bb
Unsur-unsur dalam gas buang dapat dirunut dari proses pembakaran yaitu :
a. CO2 berasal dari pembakaran sempurna unsur Karbon
b. H2O berasal dari pembakaran sempurna unsur Hidrogen dan kebasahan
bahan bakar serta uap air yang terkandung dalam udara kering aktual
c. N2 berasal dari udara kering aktual dan kandungan Nitrogen dalam bahan
bakar
d. O2 berasal dari udara lebih
e. SO2 berasal dari pembakaran sempurna unsur Belerang
f. Abu berasal dari bahan bakar.

PEMBAKARAN | 68
TEKNIK PEMBAKARAN DAN BAHAN BAKAR

Agar hasil analisis gas buang dapat dibaca secara ringkas, sebaliknya hasil tersebut
disajikan dalam bentuk tabel.
ANALISIS GRAVIMETRIK GAS BUANG BASAH
No. Unsur Kg/kg bb % massa
1. CO2 11 19,9243
. 0,728 = 2,6693
3
2. H2O 9.0,048 + 0,035 + 0,013. 11,847 = 0,6210 4,6354
3. N2 0,7685 . 11,847 + 0,015 = 9,1184 68,0715
4. O2 0,2 . 2,2853 = 0,4571 3,4120
5. SO2 2. 0,022 = 0,044 3,2844
6. Abu 0,6718
Total 13,3968 100,0000

Ternyata total massa gas buang diatas lebih kecil dari pada total massa udara
pembakar dan bahan bakar (13,3968 dan 13,001). Kesalahan yang sangat kecil ini
(2x10-4) semata-mata merupakan kesalahan pembulatan. Analisis gas buang kering
secara mudah dapat dilakukan yaitu dengan mengabaikan unsur/komponen H2O
dalam tabel di atas. Tentu saja massa gas buang demikian pula prosentase masing-
masing komponen. Metode molal (volumetrik) dapat dilakukan dengan
mengkonversikan hasil analisis diatas. Tentu saja dengan memanfaatkan konsep
mole dimana pengertian massa molal (M) terlibat.
2. Analisis Molal suatu bahan bakar gas komposit memberi data
CH4 = 90%, C2H6 = 5%, N2 = 5%
Buatlah analisis molal (volumetrik) gas buang basah yang terjadi bila udara
pembakar yang dipergunakan adalah udara baku dengan faktor udara lebih 10%
(anggap pembakaran sempurna).
Penyelesaian :
Dari penyelesaian contoh soal terdahulu diperoleh
O2,min = 180,175 mole/100 mole bahan bakar.
Nu.k (akt) = 943,3963 mole/100 mole bahan bakar
ANALISIS VOLUMETRIK GAS BUANG BASAH
No. Unsur mole/ 100 mole bb % mole
1. CO2 1 . 90+2 . 0,05 = 90,1 8,6285
2. H2O 2 . 90+3 . 0,05+0,021. 943,3963 = 199,9613 19,1495
3. N2 0,05 + 0,7803 . 943,3963 = 736,1321 70,4965
4. O2 0,10 . 180,175 = 18,0175 1,7225

PEMBAKARAN | 69
TEKNIK PEMBAKARAN DAN BAHAN BAKAR

Total 1044,2109 100


Sesuai dengan hukum Avogadro maka perbandingan mole diatas juga merupakan
perbandingan volume. Dengan kata lain setiap pembakaran 1 m3 baham bakar akan
menghasilkan 10,442109 m3 gas buang basah, atau 8,442496 m3 gas buang kering.
Tentu saja analisis diatas dapat diubah menjadi analisis gravimetrik dengan bantuan
massa molal (M) masing-masing gas.

7.3.2 Analisis Gas Buang Aktual


Pengukuran terus menerus dari udara pembakar diperlukan didalam
pengoperasian suatu peralatan pembakar, terutama
Pembakaran luar. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari banyaknya kehilangan
panas. Jumlah dari udara yang digunakan dapat ditentukan oleh penunjukkan terus
menerus atau rekaman dari analisa gas buang dan/atau pengukuran udara pembakar
secara langsung.
Dalam perekaman terus menerus atau penunjukkan alat analisa gas buang, gas
secara terus menerus diambil dari tempat sampling untuk kemudian dianalisis pada
interval waktu 1 menit atau lebih.
Jumlah kandungan O2 dalam gas buang sangat penting untuk mengetahui
kondisi proses pembakarannya. Adanya O2 dalam gas buang berarti bahwa kelebihan
Oksigen (udara lebih) yang diberikan tidak digunakan. Anggap suatu pembakaran
berlangsung sempurna, rendahnya O2 dalam gas buang menyatakan udara lebih yang
tidak terlalu banyak (hampir tepat). Dan juga rendahnya kehilangan panas dalam gas
buang. Sebaliknya kandungan O2 yang tinggi dapat diartikan kerugian panas yang
tinggi pula.
Penentuan nilai kuantitatif dari udara total sebenarnya (udara total = 100 + persen
udara lebih) yang diberikan pada pembakaran sederhana memerlukan analisa
keseluruhan gas untuk kandungan CO2, O2, CO dan N2 atau dengan cara pengukuran
langsung dari udara yang diberikan dengan alat ukur aliran udara yang sesuai.

PEMBAKARAN | 70
TEKNIK PEMBAKARAN DAN BAHAN BAKAR

Gambar 7.1 Kurva Perkiraan udara total dari analisis gas buang
Sumber : T. Pembakaran & Bahan Bakar, 1990 : 120
Rumus yang biasa dipakai untuk memperkirakan persen udara lebih dari analisis
Orsat adalah :

O2 − CO
2
% udara lebih = 100 x …………………… (7.8)
0, 264 N 2 − ( O2 − CO )
2

Hasil dari rumus diatas lebih mendekati untuk gas buang dari pembakaran bahan
bakar Hidrokarbon dengan kandungan N2 rendah, kesalahan (error) akan membesar
dengan kenaikan kandungan Nitrogen dalam bahan bakar.
Pada gb 7.2 merupakan grafik yang sangat membantu dalam menentukan udara
lebih secara cepat bila sesi dari analisis gas buang diambil. Dalam grafik ini
ditunjukkan hubungan CO2 – O2 – N2 – CO yang diperkirakan untuk suatu bahan
bakar atau sebaliknya dari analisis Orsat menunjukkan macam bahan bakar yang
dibakar. Juga menunjukkan hubungan antara beberapa bahan bakar.

PEMBAKARAN | 71
TEKNIK PEMBAKARAN DAN BAHAN BAKAR

Gambar 7.2 Grafik volumetric gas buang kering


Sumber : T. Pembakaran & Bahan Bakar, 1990 : 122

Tabel 7.3 Maksimum CO dari beberapa bahan bakar


Fuel %CO2 Reference Letter
by volume (fig 6)
Coke oven gas (C0 6%’ 9,23 -10,6 A
Natural gas 11,6 – 12,7 D
Oil 11,25 – 16,35 F
Tar and pitch 17,5 – 18,4 H
Bituminous coal 17,7 – 19,3 I
Charcoal 18,6 J
Black liquor without salt cake 18,6 J
Lignite, coke 19,2 L
Anthracite coal 19,3 -19,85 M
Tan bark 20,1 O
Wood 20,1 – 20,5 P
Bagasse 20,65 R
Pure carbon 20,9 S
Blast furnace gas 24,6 – 25,3 T

Gambar 7.2 harus digunakan bersama dengan tabel 7.3 untuk macam-macam bahan
bakar
Masing-masing hasil analisa orsat bisa dinyatakan sebagai suatu titik pada grafik
tersebut. Untuk suatu jenis bahan bakar setiap hasil analisis yang valid memberikan

PEMBAKARAN | 72
TEKNIK PEMBAKARAN DAN BAHAN BAKAR

satu titik yng berada pada satu garis lurus yang ditarik dari “pivot point” ke titik pada
garis “zero oxcygen” (O2 – CO2 = 0), dimana koordinat CO2 sama dengan harga
maksimum CO2 (persen volume) yang bisa diperoleh dengan bahan bakar tertentu.
Suatu hasil analisis orsat yang bagus akan dapat dipergunakan untuk menaksir
bahan bakarnya, dengan cara menempatkan hasil pada satu titik di gambar 7.2 dan
garis lurus melalui “pivot point” dan titik tersebut di ekstrappolasi ke garis “zero
oksigen”. Titik dari perpotongannya adalah harga maksimum CO2 yang mungkin
untuk bahan bakar tersebut, ditunjukkan oleh huruf bahan bakar referensi yang
mendekati garis “zero oksigen”
Harga maksimum CO2 dapat dichek dari rumus :

21, O CO2
Maks. CO2 = (% gas buang kering) ............................... (7.9)
21, O − O2

Dimana: CO2 dan O2 adalah persentase gan CO2 dan O2 dalam gas buang yang
diperoleh analisis orsat
Gambar 7.2 tidak boleh dipakai untuk bahan bakar dengan lebih dari 6% CO atau
bahan bakar yang mengandung CO2 tinggi. Namun Blast furnace gas bisa dicari,
dengan catatan memerlukan famili yang berbeda untuk kurva persen udara totalnya
termasuk dalam sisi kiri dari gambar.
Harga maksimum CO2 dapat juga dicari dari rumus :

51,3 C + 11,5 S
Maks.CO = ……………(7.10)
1,504 C + 3,55 H 2 + 0,56 S + 0,13 N 2 − 0, 45 O2

(% volume, gas buang kering )


Dimana : C, H2 , S, N2 , dan O2 adalah persentase berat dari analisis ultimate bahan
bakar.
Kedua persamaan diatas digunakan dengan menganggap bahwa pembakaran
sempurna.
Untuk pembakaran yang tidak sempurna dengan CO dan CO2 (anggap bahwa tidak
ada karbon yang tidak terbakar, semua karbon terbakar menjadi CO dan CO2),
maksimum CO2 bisa dihitung dari analisis orsat dengan menggunakan rumus:

100 (CO2 + CO )
Maks. CO2 = ............................................. (7.11)
100 − 4, 78 O2 + 1,89 CO

PEMBAKARAN | 73
TEKNIK PEMBAKARAN DAN BAHAN BAKAR

Dimana : pada sisi kanan CO2 , CO, O2 , dan CO adalah persentase volume gas buang
kering dari analisis orsat

7.4 Perhitungan kalor pembakaran


Pada proses perhitungan yang sebenarnya tidak semua energi yang dikandung
dalam bahan bakar dapat dirubah menjadi energi panas. Selanjutnya energi panas
yang dapat dibangkitkan dari proses pembakaran juga tidak seluruhnya dapat
dimanfaatkan. Sejumlah energi hilang percuma dalam bentuk :
a) panas untuk penguapan air (moisture) bahan bakar dan air hasil proses
pembakaran,
b) panas yang dibawa oleh gas buang,
c) panas dari bahan bakar yang tidak terbakar, dan
d) panas yang terpapar keluar ruang bakar.
Dengan menganggap keadaan tunak, hukum kelestarian energi memberikan :
qu = NKA – xH2O . LH H2O – qg.b – qu.b –qr .............................. (7.12)
dimana :
qu = panas berguna
NKA = nilai kalor atas bahan bakar
XH2O = total massa H2O dalam gas buang bila pembakaran sempurna.
LHH2O = kalor laten penguapan H2O
qg.b = panas yang dibawa oleh gas buang
qu.b = panas bahan bakar yang tidak terbakar
qr = panas yang terpapar keluar.
Sebenarnya masih ada lagi rugi panas yang diakibatkan oleh adanya abu, tetapi
karena harganya sangat kecil dapat diabaikan.
Rugi panas karena gas buang dapat dihitung dengan persamaan :
qg.b = mg.b . Cpg.b . (Tg.b – Tatm) ........................................... (7.12)
dimana :
mg.b = massa gas buang kering
Cpg.b = panas jenis gas buang kering (biasanya diambil sama udara)
Tg.b = suhu gas buang meninggalkan sistem
Tatm = suhu udara luar.
Rugi panas karena bahan bakar yang tidak terbakar dihitung sebagai
qu.b = mu.b . NKA ………………………………… (7.13)

PEMBAKARAN | 74
TEKNIK PEMBAKARAN DAN BAHAN BAKAR

Dimana :
Mu.b = massa bahan bakar yang tidak terbakar.
Rugi panas dalam bentuk paparan dinyatakan dalam persamaan perpindahan panas,
qr = U. A (Tf – Tatm) ............................. (7.14)
Dimana :
U = keofisien perpindahan panas menyeluruh
A = luas bidang perpindahan panas
Tf = suhu gas rerata dalam sistem.
Rugi panas yang terakhir ini sangat sulit penaksirannya sehingga sering diduga
berdasarkan pengalaman lapangan.
Contoh Soal.
Suatu contoh batubara mempunyai komposisi:
C = 72,8%, H2= 4,8%, O2 = 6,2%, N2 = 1,5%,S = 2,2%, H2O= 3,5%, Abu = 9,0%
Dipergunakan dalam suatu pesawat pembangkit uap. Udara pembakar adalah udara
baku pada suhu 27oC dengan faktor udara lebih 20%. Gas buang meninggalkan sistem
pada suhu 177oC. Bahan bakar yang tidak terbakar sama sekali mencapai 5% dan rugi
paparan panas diperkirakan 5% NKA. Bila laju pasok bahan bakar 1600 kg.jam,
taksirlah laju pemanfaatan energi panas dari proses pembakaran diatas.
Penyelesaian :
Dari data ultimate analysis diatas NKA bahan bakar ditaksir dengan persamaan
Dulong – Petit.
NKA = 33950. 0,728 + 144200 (0,048 – 0,062/8) + 9400 . 0,02
= 30707,65 kj/kg bb
O2,min = 2,2853 kg/kb bb
mud.kering (akt) = 11,847 kg/kg bb
mH2O dalam udara pembakar = 0,1540 kg/kg bb
XH2O = (9 . 0,048 + 0,035 + 0,1540) = 0,6210 kg/kg bb
LHH2O = 2400 kj/kg
mu.b = 0,05 kg/kg bb
qu.b = 0,05 . 30707,65 Kj/kg bb = 1535,3825 kj/kg bb
mg.b = (11,847 + 1 – 0,048 . 9 – 0,35 – 0,09 kg/kg bb
= 12,29 kg/kg bb
Cpg.b = 1,0174 kj/kg K ( sama dengan Cp udara pada 425 K)

PEMBAKARAN | 75
TEKNIK PEMBAKARAN DAN BAHAN BAKAR

Jadi
qu = [30707,65 – 0,6210 . 2400 – 12,29 . 1,0174 . (177 – 27) – 0,05 . 30707,65 – 0,05 .
30707,65]
= 24270,9081 kj/kg bb
Jadi laju pemanfaatan energi panas :
Qu = mbb . qu
= 1000 kg/jam x 24270,9081 kJ/kg bb
= 24.270.980,1 kj/jam bb

þ Rangkuman

1. Pembakaran adalah kombinasi secara kimiawi yang berlangsung dengan cepat


antara oksigen dengan unsur yang mudah terbakar dari bahan bakar pada suhu
dan tekanan tertentu.
2. Dalam pembakaran diperlukan beberapa konsep dan hukum dasar dalam
perhitungan dalam proses kimia yang terjadi dalam proses pembakaran
tersebut yaitu konsep dari mol, hukum Kelestarian Massa, Hukum Kelestarian
Energi, Hukum Gas Ideal, Hukum Penggabungan Massa, Hukum Avogadro,
Hukum Dalton, dan Hukum Amadat.
3. Perhitungan pembakaran akan mencakup aspek :
a. kuantitas dari unsur-unsur yang ikut dalam pembakaran secara kimiawi.
b. kuantitas sari panas yang dibebaskan, dan
c. efisiensi dari proses pembakaran pada kondisi teoritis (ideal dan
sebenarnya/aktual).
4. Perhitungan pada proses pembakaran dapat ditinjau pembakaran teoritis atau
pembakaran sebenarnya.
5. Pembakaran Teoritis adalah suatu reaksi pembakaran sempurna dari suatu
unsur yang mudah terbakar (Stoichiometric reaction).
6. Didalam pembakaran sebenarnya tidak seluruh unsur dalam bahan bakar
terbakar sempurna.
7. Analisis terhadap komposisi gas buang diperlukan untuk memperlukan
gambaran tingkat efisiensi proses pembakaran. Analisis gas buang dapat

PEMBAKARAN | 76
TEKNIK PEMBAKARAN DAN BAHAN BAKAR

dilakukan secara teoritik (untuk keperluan perencanaan) dan secara aktual


(untuk analisis unjuk kerja sistem / proses pembakaran).

! Latihan

A. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini !


1. Apa yang dimaksud dengan pembakaran?
2. Coba jelaskan hukum kekekalan massa dan kekekalan energi?
3. Apa perbedaan pembakaran teoritis dan pembakaran sebenarnya ?
4. Apakah analisis gas buang itu ?
5. Jelaskan analisis gas buang teoritis dan analisis gas buang sebenarnya?

B. Diskusikan dengan teman anda !


Coba kita analisis bagaimana analisis gas buang dimana bakar bakar yang
digunakan LPG?

PEMBAKARAN | 77

Anda mungkin juga menyukai