Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM ANALISIS BAHAN

MODULUS PATAH DAN KUAT DESAK BAHAN PADAT

(D)

Disusun oleh:

ALIFYA VINDRIA PUTRI (18/428845/TK/47347)

ALIZULFIKAR BRAHMASUTA (18/431226/TK/47819)

LABORATORIUM ANALISIS BAHAN

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS BAHAN 2019

Dengan judul mata praktikum :

MODULUS PATAH DAN KUAT DESAK BAHAN PADAT

Nama Praktikan NIM Tanda Tangan


Alifya Vindria Putri 18/428845/TK/47347
Alizulfikar Brahmasuta 18/431226/TK/47819

Yogyakarta, 26 April 2019

Dosen Pembimbing Praktikum Asisten,

Indra Perdana, S.T., M. T., Ph.D. George Stanley


NIP 19731127 199903 1002
MODULUS PATAH DAN KUAT DESAK BAHAN PADAT
(D)

I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Mengukur modulus patah dan kuat desak bahan padat berupa plester
yang merupakan campuran semen dan pasir.
2. Mencari hubungan antara komposisi campuran dan kuat mekanik bahan.
II. DASAR TEORI
Material adalah sesuatu yang disusun atau dibuat oleh bahan
(Callister & William, 2004). Pengertian material adalah bahan baku yang
diolah perusahaan industri dapat diperoleh dari pembelian lokal, impor,
atau pengolahan yang dilakukan sendiri (Callister & William , 2004). Dari
beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa material adalah
sebagai beberapa bahan yang dijadikan untuk membuat suatu produk atau
barang jadi yang lebih bermanfaat.
Sifat mekanik bahan adalah kemampuan suatu logam untuk
menahan beban yang diberikan kepadanya. Adapun beberapa sifat-sifat
mekanik bahan yang bisa digunakan sebagai dasar pemilihan material
untuk konstruksi adalah:
1. Kuat tarik: material logam memiliki sifat-sifat tarik (Tensile
properties) yang sangat baik, dimana tensile properties dari
suatu logam memiliki peranan yang sangat penting.
2. Kekerasan: ketahanan bahan dalam menahan goresan,
serapat energi, penetrasi elastic, dan identasi plastic.
3. Tegangan Puntir: tegangan yang diakibatkan oleh gaya putar.
Gaya puntir terjadi pada waktu suatu komponen sruktur
memiliki beban gaya.
4. Kuat Impak: salah satu metode pengujian yang dipergunakan
untuk menganalisa akibat pemberian beban dinamis pada
bahan.

1
5. Transisi Ketangguhan: Menentukan keberhasilan suatu
pengolahan panas pada bahan-bahan tertentu.
6. Kuat Lelah: Logam akan retak apabila dikenakan “stress”
dengan variasi yang berulang-ulang, biasanya dikenakan
dibawah Ultimate tensile Strenght.
7. Creep: bahan-bahan yang mengalami pembebanan statik
tetapi terjadi kenaikan temperatur akan mengalami
deformasi.
Plester adalah bahan padat yang terdiri dari campuran air, semen
portland dan agregat halus berupa pasir. Bahan plester yang digunakan
bersifat getas, yaitu bahan yang memiliki kuat desak tinggi tetapi kuat tarik
lemah (Tjokrodimuljo, 2007). Sifat-sifat plester dapat diuraikan bahwa kuat
tekan plester dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut :
a. Umur Plester
Kuat tekan plester bertambah tinggi dengan
bertambahnya umur. Yang dimaksudkan umur disini
dihitung sejak plester dicetak. Laju kenaikan kuat tekan
plester mula-mula cepat, lama-lama laju kenaikan itu
semakin lambat, dan laju kenaikan tersebut relatif
sangat kecil setelah berumur 28 hari, sehingga secara
umum dianggap tidak naik lagi setelah berumur 28 hari.
Oleh karena itu, sebagai standar kuat tekan plester (jika
tidak disebutkan secara khusus) kuat tekan plester pada
umur 28 hari (Tjokrodimuljo, 2007).
b. Faktor Air Semen
Faktor air semen (F.A.S) ialah perbandingan berat antara
air dan semen portland didalam campuran adukan
plester. Dalam praktek, nilai f.a.s berkisar antara 0,40
dan 0,60. Hubungan antara f.a.s dan kuat tekan plester
secara umum dapat ditulis sebagai berikut:
A
fc= (1)
𝐵𝑥

2
dengan, fc = kuat tekan plester
x = perbandingan volume antara air dan semen
A,B= konstanta (Tjokrodimuljo,2007)
c. Kepadatan
Kekuatan plester berkurang jika kepadatan plester
berkurang, plester yang kurang padat berisi rongga
sehingga kuat tekan plester berkurang (Tjokrodimuljo,
2007).
d. Jumlah pasta semen
Pasta semen dalam plester berfungsi untuk merekatkan
butir-butir agregat. Pasta semen akan berfungsi secara
maksimal jika seluruh pori antar butir-butir agregat terisi
penuh dengan semen, jika pasta semen sedikit maka
tidak cukup untuk mengisi pori-pori antar butir agregat
tekan plester rendah. Akan tetapi, jika jumlah pasta
semen terlalu banyak maka kuat tekan plester lebih
didominasi oleh pasta semen, bukan agregat. Karena
umumnya kuat tekan pasta semen lebih rendah daripada
agregat maka jika terlalu banyak pasta semen kuat tekan
plester menjadi lebih rendah (Tjokrodimuljo,2007).
e. Jenis semen
Setiap semen memiliki berat jenis yang berbeda-beda.
Semakin besar berat jenis semen, semakin kuat semen
tersebut. Apabila semen penyusunnya kuat, maka plester
juga akan bertambah kuat.
f. Sifat Agregat
Agregat terdiri atas agregat halus (pasir) dan agregat
kasar (kerikil atau batu pecah). Beberapa sifat agregat
yang mempengaruhi kekuatan plester antara lain
(Tjokrodimuljo, 2007):

3
 Kekerasan permukaan, karena permukaan Commented [gs1]: Coba dirapihin pake bullets deh

agregat yang kasar membuat rekatan antara


permukaan agregat dan pasta semen lebih kuat.
 Bentuk agregat, karena entuk agregat yang
bersudut misalnya pada batu pecah, membuat
butir-butir agregat itu sendiri saling mengunci
dan sulit digeserkan.
 Kuat tekan agregat, karena sekitar 70% volume
plester terisi agregat , sehingga kuat tekan plester
didominasi oleh kuat tekan agregat.
Agregat dibagi menjadi tiga, yaitu (Tjokrodimuljo,
2007):
 Batu: Besar butiran lebih dari 40 mm
 Kerikil: Besar butiran 5 mm sampai 40 mm
 Pasir: Besar butiran 0,15 mm sampai 5 mm

1. Modulus Patah
Modulus patah merupakan tegangan lengkung maksimum yang
mampu ditahan suatu benda agar tidak patah (Stigley, 2006). Percobaan ini
digunakan 2 metode pengukuran, yaitu “three point bending strength” dan
“four point bending strength”. Kedua metode ini memiliki perbedaan pada
jumlah pisau pematahnya. Pada percobaan ini digunakan metode “three
point bending strength”.
Prinsip kerja percobaan pengukuran modulus patah adalah
pemberian tekanan terhadap bahan hingga patah, lalu diamati tekanan
maksimal yang mampu ditahan benda sebelum patah pada indikator
tekanan. Pada bahan getas yang memiliki hubungan tegangan regangan
linier, nilai modulus patah sendiri dapat dihitung menggunakan persamaan
berikut:
My
σb = (2)
Ix

4
dengan,
σb = modulus patah padatan (kg/cm2)
M = resultan momen di sebelah kiri atau kanan penampang menerima
gaya (kg.cm)
y = jarak tepi benda ke sumbu netral (cm)
Ix = momen inersia penampang benda uji (cm4)

a) Metode three point bending strength


Gaya-gaya yang bekerja pada metode ini disajikan pada Gambar 1
berikut ini.

Gambar 1. Gaya-gaya yang Bekerja pada Padatan

Resultan momen di sebelah kiri atau kanan dari gaya F pada Gambar 1
dapat dinyatakan sebagai berikut:
F L
∑τ= .
2 2
F.L
∑τ =
4
F.L
M= (3)
4

5
Gambar 2. Luas Penampang Benda Uji
Berdasarkan Gambar 2, dapat diketahui bahwa sumbu netral berada di
tengah t dan membujur searah dengan lebar (w), sehingga secara
matematis dapat dirumuskan:
1
y= t (4)
2

A=w.t (5)
Persamaan (3) dan (4) dapat digunakan untuk menentukan momen
inersia penampang benda yang menerima gaya adalah:
1
Ix= ∫ (2 t)2d(wt)
1
Ix= w ∫ 4 t2 dt
1
Ix= 12
wt3 (6)

Persamaan (2), (3) dan (5) disubstitusikan ke persamaan (1), sehingga


didapatkan:
F.L t
.
4 2
σb = 1
12
wt3
3.F.L
σb = 2.w.t2 (7)

Jika gaya F dihasilkan oleh dongkrak hidrolik, maka F:


F = P.Apiston
Pπd2
F= 4
(8)

6
dengan,
P= tekanan dongkrak hidrolik, kg/cm2
d= diameter piston, cm
Apabila persamaan (7) disubstitusikan ke persamaan (6), maka akan
diperoleh persamaan (8).
3Pπd2 L
σb = (9)
8wt2

b) Metode four point bending strength


Gaya-gaya yang bekerja pada metode ini ditampilkan pada Gambar 3
berikut:

Gambar 3.Gaya yang Bekerja pada Padatan (Metode Four Point


Bending Strength)

Resultan momen di sebelah kiri atau kanan gaya F pada gambar di atas
dapat dinyatakan sebagai berikut:
F L
∑ τ= .
4 4
F.L
∑ τ=
16
F.L
M= 16
(10)

7
Gambar 4.Luas Penampang Benda Uji (Metode Four Point
Bending Strength)

Berdasarkan Gambar 4 diketahui bahwa sumbu netral berada di tengah


t dan membujur searah dengan lebar benda (w), sehingga dapat
dinyatakan secara matematis, seperti berikut ini:
1
y= t (4)
2

A=w.t (5)
inersia penampang benda uji:
1
Ix= ∫ ( t)2d (wt)
2
1
Ix= w ∫ t2 dt
4
1
Ix= 12
wt3 (6)
Persamaan (2), (3) dan (5) disubstitusikan ke persamaan (1), sehingga
diperoleh:
F.L t
.
16 2
σb =2x 1
12
wt3
3FL
σb = 4wt2 (11)

Jika gaya F dihasilkan oleh dongkrak hidrolik, maka nilai F dapat


ditentukan sebagai berikut:
F = P.Apiston
Pπd2
F= (7)
4

8
dengan,
P= tekanan dongkrak hidrolik, kg/cm2
d= diameter piston, cm
Apabila persamaan (7) disubstitusikan ke persamaan (11), maka akan
diperoleh persamaan (12).
3Pπd2 L
σb = (12)
16wt2

2. Kuat Desak
Kuat desak adalah besarnya beban per satuan luas yang
menyebabkan benda uji hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu,
yang diberikan oleh alat penekan, (Maryoto, 2008). Prinsip kerja alat kuat
desak ini adalah dengan memberikan gaya tekan pada permukaan benda
uji melalui plat penekan atas. Gaya yang diberikan tersebut akan ditahan
oleh gaya normal yang diberikan oleh plat penekan bawah, sehingga
terjadi keretakan pada sampel. Jika gaya normal tersebut tidak ada, maka
kuat desak tidak akan terjadi karena sampel akan terus bergerak ke bawah
akibat gaya yang diberikan oleh plat penekan atas dan tarikan oleh gaya
gravitasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5, dimana
terlihat gaya tekan sebesar F dilawan oleh gaya normal sebesar (-F).

9
Gambar 5. Gaya yang Bekerja pada Plester saat Uji Kuat Desak

Tegangan yang ditimbulkan oleh gaya F adalah:


F
σc =
A
Pπd2
σc = 4A
(13)

dengan,
σc = kuat desak sampel, kg/cm2
P = tekanan hidrolik pembacaan, kg/cm2
d = diameter piston, cm
A = luas penampang penerima gaya, cm2

N pada gambar 5 adalah gaya normal yang diberikan permukaaan


penahan benda. Jika N tidak ada, benda tidak akan mengalami pendesakan
tetapi justru bergerak ke bawah.
Prinsip kerja alat uji percobaan kuat desak adalah memberikan
tekanan atau gaya pada benda uji dengan cara memberikan beban hingga
sampel mengalami keretakan. Permukaan sampel dipilih yang paling rata
supaya distribusi gaya yang diterima permukaan sampel yang diukur akan
merata di semua bagian. Beban total adalah jumlah paket beban
ditambahkan sampai sampel retak.

10
III. METODOLOGI PERCOBAAN
A. Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah plester. Plester
yang digunakan berumur 28 hari yang terdiri dari beberapa sampel yaitu :
1. Percobaan modulus patah
a) Sampel A (semen : pasir = 1:1)
b) Sampel B (semen : pasir = 1:3)
c) Sampel C (semen : pasir = 1:5)
d) Sampel D (semen : pasir = 1:7)
2. Percoban kuat desak
a) Sampel E (semen : pasir = 1:2)
b) Sampel F (semen : pasir = 1:4)
c) Sampel G (semen : pasir = 1:6)
d) Sampel H (semen : pasir = 1:8)

Plester diperoleh dari Laboratorium Analisis Bahan, Departemen


Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.

B. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini ditunjukkan oleh gambar
rangkaian alat berikut:
1. Alat Uji Modulus Patah metode Three Point Bending Strength

11
Keterangan :

1. Rangka alat uji


kuat desak
2. Pisau pematah
3. Mur
4. Sampel
5. Pisau penumpu
6. Piston
7. Kaca pelindung
8. Dongkrak
hidrolik
9. Indikator tekanan
10. Valve pelepas
tekanan
11. Tuas

Gambar 6 . Rangkaian Alat Uji Modulus Patah Metode Three


Point Bending Strength

2. Alat Uji Kuat Desak

Keterangan :

1. Rangkaian alat uji


kuat desak
2. Plat penekan atas
3. Sampel
4. Plat penekan
bawah
5. Piston
6. Kaca pelindung
7. Dongkrak hidrolik
8. Indikator tekanan
9. Valve pelepas
tekanan
10. Tuas

Gambar 7. Rangkaian Alat Uji Kuat Desak

12
3. Penggaris 30 cm
4. Jangka sorong
5. Kaca pembesar atau lup
C. Cara kerja
1. Modulus patah
Alat uji modulus patah dipersiapkan dengan memasang tuas
pengungkit pada dongkrak hidrolik, dan valve pelepas tekanan
dipastikan tertutup rapat. Dimensi sampel A diukur, yakni lebar (w)
dan tebal sampel (t) menggunakan jangka sorong. Jarak kedua ujung
pisau penumpu (L) diukur menggunakan penggaris sepanjang 30 cm
dan diameter piston menggunakan jangaka sorong. Sampel diletakkan
di kedua pisau penumpu pada posisi simetris, pisau-pisau pematah
tepat berada di atas sampel. Posisi sampel dinaikkan dengan cara
mengungkit tuas sampai permukaan atas sampel menyentuh pisau
pematah. Tekanan diamati dan pengungkitan dilanjutkan secara
perlahan sampai sampel patah. Angka tertinggi yang ditunjukkan pada
saat sampel tepat patah dicatat. Posisi pisau penumpu diturunkan
dengan valve pelepas tekanan dibuka. Percobaan untuk sampel A
dilakukan sebanyak 2 kali lagi. Hal yang sama dilakukan untuk sampel
B, C dan D (masing-masing 3 kali).
2. Kuat Desak
Alat uji kuat desak dipersiapkan dengan memasang tuas
pengungkit pada dongkrak hidrolik, valve pelepas tekanan dipastikan
tertutup rapat dan plat penekan atas dan bawah dipastikan dalam
kondisi bersih. Panjang sisi-sisi permukaan sampel E yang akan
menerima diukur menggunakan jangka sorong. Permukaan penerima
gaya dari sampel E dipilih yang paling halus, paling datar dan
bentuknya beraturan. Diameter piston (d) diukur menggunakan jangka
sorong. Sampel diletakkan pada plat penekan bawah. Posisi sampel
dinaikkan dengan cara mengungkit tuas sampai permukaan atas

13
sampel menyentuh plat penekan atas. Tekanan diamati dan
pengungkitan dilanjutkan secara perlahan sampai sampel
menunjukkan keretakan. Posisi plat penekan bawah diturunkan dengan
valve pelepas tekanan dibuka. Angka tertinggi yang ditunjukkan pada
saat sampel tepat retak dicatat. Percobaan untuk sampel E dilakukan
sebanyak 2 kali lagi. Hal yang sama dilakukan untuk sampel F, G dan
H (masing-masing 3 kali).
D. Analisis Data
1. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam percobaan pengukuran Modulus
Patah metode Three Point Bending Strength adalah:
a. Sampel yang digunakan tepat komposisinya sehingga pengukuran
akurat
b. Kepatahan dapat terlihat jelas, sehingga mudah dalam
pengukurannya
c. Titik berat sampel berada tepat di tengah-tengah jarak antara kedua
pisau penumpu, sehingga gaya yang diberikan tepat berada di tengah
sampel.
d. Penambahan beban berhenti saat sampel patah, sehingga tekanan
yang diukur tepat
e. Tidak ada gaya atau beban lain yang ditimbulkan selain pada alat,
sehingga pengukuran murni dari beban alat tersebut

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam percobaan pengukuran Kuat


Desak adalah:
a. Permukaan sampel plester dipilih paling halus dan rata, sehingga
gaya penekanan yang diberikan tersebar merata pada seluruh
permukaan sampel.
b. Keretakan dapat terlihat jelas , sehingga mudah dalam
pengukurannya
c. Komposisi sampel saat pembuatan dianggap tepat, sehingga hasil
pengukuran yang didapatkan akurat.

14
d. Sampel memiliki permukaan yang rata , sehingga beban yang
diterima juga rata
e. Tidak ada gaya atau beban lain yang ditimbulkan selain pada alat
,sehingga pengukuran murni beban dari alat

2. Menghitung nilai modulus patah (σb) sampel :


Metode three point bending strenght :
2
3.P.π.d .L
σb = (8)
8.ω.t2

dengan,
P = tekanan hidrolik pembacaan (kg/cm2)
d = diamater piston (cm)
L = jarak kedua ujung pisau penumpu (cm)
W = lebar sampel (cm)
T = tebal sampel (cm)
3. Menghitung nilai modulus patah rata-rata (𝜎𝑏 )
σb.A1 +σb.A2 +σb.A3
σb.A = (15)
3

dengan,
σb.A = modulus patah rata-rata sampel A (kg/cm2)
σb.A1 = modulus patah sampel 1 (kg/cm2)
σb.A2 = modulus patah sampel 2 (kg/cm2)
σb.A3 = modulus patah sampel 3 (kg/cm2)
4. Membuat persamaan pendekatan modulus patah(σb)rata-rata sebagai
fungsi komposisi P(x) dengan metode regresi linier least square.
σb = f(x) = mx+k (16)
P
x= . 100% (17)
O+P

dengan,
m dan k = konstanta
O = jumlah semen
P = jumlah pasir
Adapun untuk menghitung nilai m dan k menggunakan persamaan :

15
n. ∑ x.y- ∑ x. ∑ y
m= 2 (18)
n. ∑ x2 -( ∑ x)
∑ y-m. ∑ x
k= (19)
n

dengan,
y = modulus patah rata-rata (kg/cm2)
x = persentase jumlah pasir dalam sampel (%)
n = jumlah data
5. Membuat persamaan pendekatan modulus patah sebagai fungsi
komposisi P(x) dengan metode regresi eksponensial.
y = a.ebx (20)
dengan,
a dan b= konstanta
Persamaan dapat diturunkan menjadi:
ln y = ln a + bx (21)
y = A + Bx (22)
dengan nilai A dan B dapat dicari dengan rumus:
n. ∑ x.y- ∑ x. ∑ y
B= 2 (23)
n. ∑ x2 -( ∑ x)
∑ y-B. ∑ x
A= n
(24)
dengan,
y = logaritmik natural modulus patah rata-rata
x = persentase jumlah pasir dalam sampel (%)
n = jumlah data
6. Menghitung kesalahan relatif σb hasil persamaan linier dan
eksponensial terhadap σb hasil eksperimen.
σb.persamaan -σb.percobaan
Kesalahan relatif, % =| |x 100% (25)
σb.persamaan

∑ kesalahan relatif
Kesalahan relatif rata-rata = (26)
jumlah data

7. Menghitung Standar Deviasi(SD) percobaan modulus patah.


1 2
SD = √ ∑ (σb.Ai -σb.A) (27)
n

16
dengan,
n = jumlah data
8. Menghitung nilai kuat desak (σc) sampel.
2
P.π.d
σc = (14)
4.A

dengan,
A = luas permukaan yang terkena gaya (cm2)
d = diameter piston (cm)
P = tekanan hidrolik pembacaan (kg/cm2)
9. Menghitung nilai kuat desak rata-rata.
σc.E1 +σc.E2 +σc.E3
σc.E = (28)
3

dengan,
σc.E = kuat desak rata-rata sampel E (kg/cm2)
σc.E1 = kuat desak sampel 1 (kg/cm2)
σc.E2 = kuat desak sampel 2 (kg/cm2)
σc.E3 = kuat desak sampel 3 (kg/cm2)
10. Membuat persamaan pendekatan kuat desak (σc) rata-rata sebagai
fungsi komposisi P(x) dengan metode regresi linier.
σc = f(x) = mx+k (16)
P
X= . 100% (17)
O+P

dengan,
m dan k = konstanta
O = jumlah semen
P = jumlah pasir
Adapun untuk menghitung nilai m dan k menggunakan persamaan :
n. ∑ x.y- ∑ x. ∑ y
m= 2 (18)
n. ∑ x2 -( ∑ x)
∑ y-m. ∑ x
k= (19)
n

dengan,
y = modulus patah rata-rata (kg/cm2)
x = presentase jumlah pasir dalam sampel (%)

17
n = jumlah data
11. Membuat persamaan pendekatan kuat desak sebagai fungsi komposisi
P(x) dengan metode regresi eksponensial.
y = a.ebx (20)
dengan,
a dan b = konstanta
Persamaan dapat diturunkan menjadi:
ln y = ln a + bx (21)
Y = A + BX (22)
dengan nilai A dan B dapat dicari dengan rumus:
n. ∑ Χ.Y- ∑ Χ. ∑ Y
B= 2 (23)
n. ∑ Χ2 -( ∑ Χ)
∑ Y-B. ∑ Χ
A= (24)
n

dengan,
Y = logaritmik natural kuat desak rata-rata
X = presentase jumlah pasir dalam sampel (%)
n = jumlah data
12. Menghitung kesalahan relatif σc hasil persamaan regresi linier dan
eksponensial terhadap σc hasil eksperimen.
σc.persamaan -σc.eksperimen
Kesalahan relatif, % =| σc.persamaan
|x 100% (25)
∑ kesalahan relatif
Kesalahan relatif rata-rata = (26)
jumlah data

13. Menghitung standar deviasi (SD) percobaan kuat desak.


1 2
SD = √ ∑ (σc.Ei -σc.E ) (27)
n

dengan,
n = jumlah data
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengantar Percobaan
Percobaan ini bertujuan untuk mengukur seberapa kuat tahan benda
terhadap tekanan sebelum akhirnya patah maupun retak. Kuat bahan

18
terhadap patahan disebut modulus patah dan kuat benda ketika ditekan
sebelum retak disebut kuat desak.
Benda yang dijadikan objek pada percobaan ini adalah “plester”,
yaitu campuran antara pasir dan semen. Plester-plester tersebut akan diuji
modulus patah dan kuat desaknya menggunakan rangkaian alat pompa
hidrolik.
B. Percobaan Modulus Patah
Percobaan modulus patah menggunakan empat sampel berupa
plester dengan komposisi pasir dan semen yang berbeda-beda yang
masing-masingnya ada tiga buah. Percobaan modulus patah
menggunakan tuas pengungkit untuk mengatur beban. Sebelum sampel
diletakkan dibawah pisau pematah valve dikendorkan terlebih dahulu
agar piston bisa turun supaya sampel bila diletakkan kemudian valve
ditutup kembali agar oli tidak tumpah. Kemudian dengan tuas pengungkit
beban akan terus menerus bertambah hingga patah. Dan jangan lupa
mengamati tekanan awal dari indikator. Metode yang digunakan adalah
“three point bending strength”.
Dari hasil percobaan, dilakukan perhitungan data percobaan
sehingga diperoleh nilai modulus patah untuk masing-masing sampel.
Nilai moodulus patah sampel A (semen : pasir = 1:1) adalah sebesar
26,2659 kg/cm3. Nilai modulus patah sampel B (semen : pasir = 1:3)
adalah sebesar 17,1092 kg/cm2. Nilai modulus patah sampel C (semen :
pasir = 1:5) adalah sebesar 11,3051 kg/cm2. Nilai modulus patah sampel
D (semen : pasir = 1:7) adalah sebesar 16,6116 kg/cm2.
Hasil pada percobaan di atas sesuai dengan teori, dimana semakin
banyak komposisi pasir dalam sampel maka besarnya modulus patah
semakin kecil. Hal ini disebabkan karena semakin banyaknya komposisi
pasir maka komposisi semen dalam sampel semakin sedikit. Semen
berfungsi sebagai bahan perekat yang menjadikan suatu pompa semakin
kuat karena pori-pori di dalam sampel berkurang. Akibatnya, apabila
komposisi semen semakin sedikit, semakin kecil pula tekanan yang

19
dibutuhkan untuk mematahkan plester. Dengan kata lain, plester menjadi
rapuh.
Dari hasil percobaan, dapat diketahui besar standar deviasi dimana
nilai standar deviasi merupakan jarak penyimpangan titik-titik data dari
data yang asli. Dengan sampel A (semen : pasir = 1:1) mempunyai
standar deviasi sebensar 3,1919. Pada sampel B (semen : pasir = 1:3)
mempunyai standar deviasi sebesar 4,5551. Pada sampel C (semen : pasir
= 1:5) mempunyai standar deviasi sebesar 4,8169. Pada sampel D (semen
: pasir = 1:7) mempunyai standar deviasi sebesar 6,3097).
Hubungan antara nilai modulus patah dengan komposisi pasir dapat
dinyatakan dengan metode regresi linier least square dengan persamaan:
σb = -0,3315x + 42,3371 dan dengan metode regresi eksponensial
diperoleh persamaan σb = 60,8023e-0,0172x. Dari persamaan-persamaan
tersebut dilakukan perhitungan sehingga diperoleh nilai modulus patah
persamaan masing-masing sampel. Untuk persamaan linier, nilai
modulus patah sampel A (semen:pasir = 1:1) adalah sebesar 26,2659
kg/cm2 . Pada sampel B (semen:pasir = 1:3) adalah sebesar 18,331
kg/cm2. Pada sampel C (semen:pasir = 1:5) adalah sebesar 14,9393
kg/cm2. Pada sampel D (semen:pasir = 1:7) adalah sebesar 13,2003
kg/cm2. Sedangkan dengan metode regresi eksponensial diperoleh nilai
modulus patah pada sampel A (semen:pasir = 1:1) adalah sebesar
24,8972 kg/cm2. Pada sampel B (semen:pasir = 1:3) adalah sebesar
17,5008 kg/cm2. Pada sampel C (semen:pasir = 1:5) adalah sebesar
14,6728 kg/cm2. Pada sampel D (semen:pasir = 1:7) adalah sebesar
13,2008 kg/cm2 dimana didapati nilai kesalahan relatif pada metode
regresi linier rata-ratanya sebesar 12,95%. Sedangkan kesalahan relatif
pada metode regresi eksponensial adalah sebesar 12,80%. Jadi metode
pendekatan eksponensial lebih baik. Dan kesalahan yang terjadi adalah
nilai modulus patah sampel C lebih besar dari sampel B dan D
dikarenakan pemberian gaya yang tidak konstan atau bahkan berlebihan,
dan juga dipengaruhi oleh luas permukaan yang berbeda.

20
35

30
Modulus Patah (kg/cm2)

25

20 Keterangan :
15 σb eksperimen
σb rumus linear
10

0
40 50 60 70 80 90
Komposisi Pasir (%)

Gambar 8. Grafik Hubungan antara Modulus Patah dan


Komposisi Pasir dengan Persamaan Linier

Grafik diatas menunjukkan kecenderungan grafik σb persamaan dan


σb percobaan adalah turun (trend negatif). Hal tersebut menunjukkan
bahwa semakin besar komposisi pasir dalam sampel maka nilai modulus
patahnya semakin kecil. Hal tersebut disebabkan karena semakin banyak
kandungan pasir, semakin banyak pula rongga di dalam bahan.
Akibatnya, ikatan antar semen menjadi lebih lemah, sehingga sampel
tidak mampu menahan gaya yang lebih besar.
Dari hasil percobaan, dapat diketahui besar standar deviasi dimana
nilai standar deviasi merupakan jarak pernyimpangan titik-titik data dari
data yang asli. Dengan sampel A (semen:pasir = 1:1) mempunyai standar
deviasi 3,1919. Pada sampel B (semen:pasir = 1:3) mempunyai standar
deviasi 4,5551. Pada sampel C (semen:pasir = 1:5) mempunyai standar
deviasi 4,8169. Pada sampel D (semen:pasir = 1:7) mempunyai standar
deviasi 6,3097.

21
35

30
Modulus Patah (kg/cm2)

25

20
Keterangan :
15 σb eksperimen
σb rumus eksponensial
10

0
40 50 60 70 80 90
Komposisi Pasir (%)

Gambar 9. Grafik Hubungan antara Modulus Patah dan


Komposisi Pasir dengan Persamaan Eksponensial.

Dapat dilihat bahwa grafik di atas memiliki kecenderungan untuk


turun (tren negatif). Hal tersebut berarti semakin tinggi komposisi pasir,
maka semakin menurun kekuatan modulus patahnya untuk jumlah semen
yang tetap. Hal ini sesuai dengan teori bahwa semakin banyak pasir pada
komposisi tersebut maka pori-pori lebih banyak sehingga bahan bersifat
rapuh, mudah rusak, mempunyai modulus patah kecil, dan hanya sedikit
gaya yang mampu ditahan.
Nilai modulus patah pada sampel C lebih kecil daripada sampel D.
Hal ini disebabkan karena adanya gaya kejut atau gaya yang dilakukan
secara mendadak saat mengungkit utas dongkrak hidrolik sehingga
menyebabkan gaya tidak konstan.
C. Percobaan Kuat Desak
Percobaan kuat desak menggunakan empat sampel berupa plester
berbentuk kubus dengan komposisi pasir dan semen yang berbeda-beda
yang masing-masingnya ada tiga buah. Percobaan kuat desak
menggunakan tuas pengungkit. Sebelum sampel diletakkan diantara plat

22
penekan, valve dikendorkan terlebih dahulu agar piston bisa turun
kemudian valve ditutup kembali agar oli tidak tumpah. Amati tekanan
awal pada indikator. Kemudian dengan tuas pengungkit, beban akan
terus menerus bertambah hingga retak. Amati tekanan yang ditunjukkan
indikator pada saat sampel retak, lalu selisihkan dengan tekanan indikator
awal. Maka didapat nilai tekanan bersih.
Dari hasil percobaan, dilakukan perhitungan data percobaan
sehingga diperoleh nilai kuat desak untuk masing-masing sampel. Nilai
kuat desak sampel E (semen:pasir = 1:2) adalah sebesar 13,7164 kg/cm2.
Pada sampel F (semen:pasir = 1:4) adalah sebesar 9,0094 kg/cm2. Pada
sampel G (semen:pasir = 1: 6) adalah sebesar 8,4604 kg/cm2. Pada
sampel H (semen:pasir = 1:8) adalah sebesar 2,3097 kg/cm2.
Hubungan antara nilai kuat desak dengan komposisi pasir dapat
dinyatakan dengan metode regresi linier square, dengan persamaan: σc
= -0,4312x + 43,0094 dan dengan metode eksponensial dengan
persamaan: σc = 970,7e-0,0614x. Dari persamaan-persamaan tersebut
dilakukan perhitungan sehingga deiperoleh nilai kuat desak persamaan
masing-masing sampel. Untuk persamaan linier nilai kuat desak sampel
E (semen:pasir = 1:2) adalah sebesar 13,9694 kg/cm2. Pada sampel F
(semen:pasir = 1:4) adalah sebesar 9,5175 kg/cm2. Pada sampel G
(semen:pasir = 1:6) adalah sebesar 6,2528 kg/cm2. Pada sampel H
(semen:pasir = 1:8) adlaah sebesar 3,7562 kg/cm2. Sedangkan pada
metode regresi eksponensial diperoleh nilai kuat desak sampel E
(semen:pasir = 1:2) adalah sebesar 16,2341 kg/cm2. Pada sampel F
(semen:pasir = 1:4) adalah sebesar 8,3225 kg/cm2. Pada sampel G
(semen:pasir = 1:6) adalah sebesar 5,0987 kg/cm2. Pada sampel H
(semen:pasir = 1:8) adalah sebesar 3, 5054 kg/cm2. Nilai kesalahan relatif
rata-rata yang didapat dari metode regresi linier square sebesar 25,05%,
sedangkan kesalahan relatif yang didapat pada metode regresi
eksponensial adalah sebesar 38,43%. Jadi metode yang lebih baik

23
digunakan adalah metode linier square karena memiliki nilai error yang
lebih kecil.

18

16

14
Kuat Desak (kg/cm2)

12

10 Keterangan :
8 σc eksperimen

6 σc rumus linear

0
60 70 80 90 100
Komposisi Pasir (%)

Gambar 10. Grafik Hubungan antara Kuat Desak dan


Komposisi Pasir Menggunakan Persamaan Linier.

Grafik pada gambar 10 menunjukkan kecenderungan grafik σb


persamaan dan σb percobaan adalah turun (tren negatif). Hal ini berarti
semakin besar komposisi pasir dalam sampel maka nilai kuat desaknya
semakin kecil atau berkurang kekuatannya. Hal itu disebabkan karena
semakin banyak pasir, makan semakin banyak rongga yang membuat
ikatan semen makin lemah. Akibatnya, sampel tidak mampu menahan
gaya yang lebih kuat lagi, sehingga bahan tersebut lebih rapuh.

24
18

16

14
Kuat Desak (kg/cm2)

12

10 Keterangan :
8 σc eksperimen

6 σc rumus eksponensial

0
60 70 80 90 100
Komposisi Pasir (%)

Gambar 11. Grafik Hubungan antara Kuat Desak dan


Komposisi Pasir Menggunakan Persamaan Eksponensial.

Menurut grafik di atas dapat dilihat bahwa grafik cenderung untuk


turun (tren negatif). Artinya, semakin tinggi komposisi pasir, makan nilai
kuat desaknya semakin berkurang untuk jumlah yang tetap. Hal ini sesuai
dengan teori dimana semakin banyak kandungan pasir di dalam
komposisi tersebut, maka pori-pori akan semakin banyak sehingga
bahan-bahan bersifat lebih rapuh, mudah untuk dirusak, dan mengurangi
daya ikat sampel. Akibatnya, hanya sedikit gaya yang mampu ditahan.
Kesalahan relatif pada kedua percobaan ini relatif tinggi yaitu
30,95% dikarenakan adanya gaya kejut yang dilakukan dan pemberian
gaya tidak konstan.
Modulus patah dan kuat desak juga berguna dalam kehidupan
sehari-hari dan dalam dunia industri, antara lain:
1. Mengukur kekuatan dan baha-bahan bangunan (bata, beto, dan
lain-lain) agar dapat diketahui kelayakannya untuk digunakan
dalam membuat bangunan.
2. Menguji kelayakan benda-benda keramik sebelum digunakan
dalam proses pendirian suatu bangunan.

25
3. Menentukan jumlah perbandingan antara semen dan pasir
sebagai unsur penyusun beton agar beban yang dihasilkan kuat,
tahan lama, dan layak digunakan.
4. Menentukan kekuatan konstruksi dan kekuatan pondasi suatu
bangunan
5. Menganalisis tegangan pada sistem pemipaan.
6. Menciptakan data supaya bisa membuat benda berkekuatan
maksimal dengan biaya produksi minimal.
Aspek safety pada percobaan ini adalah penggunaan APD yang lengkap,
yaitu jas laboratorium untuk melindungi badan dari bahan kimia dan bahan
sampel yang keras, goggles untuk melindungi mata dari serpihan sampel
agar tidak masuk ke mata , sarung tangan untuk melindungi tangan dari
pecahan sampel yang tajam yang menyebabkan luka, masker untuk
melindungi hidung dari terhirupnya debu-debu akibat pecahan sampel, dan
sepatu tertutup untuk melindungi kaki jika sampel yang keras terjatuh dan
dapat melukai kaki.

V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:
1. Modulus patah dan kuat desak dapat diukur berdasarkan momen gaya
yang bekerja pada plester dengan cara pemberian beban hingga terjadi
patahan pada plester untuk menghitung modulus patah, dan pemberian
beban hingga terjadi retakan pada plester untuk menghitung kuat desak.
2. Untuk sampel dengan komposisi pasir kisaran 50% hingga 87,5%,
semakin tinggi kadar pasir dalam suatu plester, maka modulus patah
sampel semakin kecil. Untuk sampel dengan komposisi pasir kisaran
66,67% hingga 88,89%, semakin tinggi kadar pasir dalam sampel, maka
kuat desaknya semakin kecil. Hal ini disebabkan karena volume pori-
pori pada plester akan meningkat dan mengakibatkan plester semakin
rapuh.

26
3. Untuk sampel dengan komposisi pasir kisaran 50% hingga 87,5%,
hubungan komposisi pasir dalam plester dengan nilai modulus patah
dapat didekati dengan persamaan liner σb= -0,3315x + 42,3371 dengan
kesalahan relatif sebesar 12,95% eksponensial σb = 60,8023e-0,0172x
dengan kesalahan relatif sebesar 12,80%. Sehingga dipilih pendekatan
eksponensial karena kesalahan relatifnya lebih kecil.
4. Untuk sampel dengan komposisi pasir kisaran 66,67% hingga 88,89%,
hubungan komposisi pasir dalam plester dengan nilai kuat desak dapat
didekati dengan persamaan linier σc = -0,4312x + 43,0094 dengan
kesalahan relatif sebesar 25,05% dan eksponensial σc = 970,7e-0,0614x
dengan kesalahan relatif 38,43%. Sehingga dipilih pendekatan linier
karena kesalahan relatifnya lebih kecil.

27
VI. DAFTAR PUSTAKA
Callister, W. D. and David G. Rethwisch, 2010, “Materials Science
and Engineering An Introduction”, 8th Edition, p. 166-174, John Willey &
Sons, Inc., New York.
Tjokrodimuljo, Kardiyono. 2007 “Teknologi Beton”, Edisi Pertama,
hal. 71-75, Biro Penerbit KMTS FT, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Maryanto dan Rifky . 2011 “

28
VII. LAMPIRAN
A. Identifikasi Hazard
1. Hazard Bahan
Sifat bahan yang digunakan adalah keras, padat, dan
bertekstur kasar. Apabila ketika digunakan dengan tidak berhati-hati
bisa mengakibatkan luka pada praktikan karena sifat bahan tersebut.
Ketika proses penakanan, debunya dapat terhirup atau pun masuk ke
dalam mata. Apabila terhirup, debu plester ini dapat menimbulkan
sesak napas dan batuk-batuk. Apabila masuk ke dalam sistem
pernapasan dan tertimbun, dapat mengakibatkan penyakit paru-paru.
Dan jika sudah terlanjur terhirup segera menghirup udara segar jika
sakit segera lapor ke laboran, jika sudah terlanjur masuk mata segera
bilas dengan air jika tak tertahankan segera lapor ke laboran.
2. Hazard Proses
Ketika sampel yang keras jatuh mengenaik tangan atau kaki
akan menimbulkan rasa sakit bahkan luka, dan juga ketika
menurunkan piston sebaiknya berhati-hati. Jika terlalu kuat, alat bisa
jatuh mengenai kaki, dan juga ketika membuka valve harus hati-hati
karena jika terlalu terbuka, oli bisa keluar dan bocor.
B. Penggunaan Alat Perlindungan Diri
1. Jas Laboratorium
Jas laboratorium melindungi tubuh dari pecahan sampel yang tajam
apabila mengenai anggota tubuh.
2. Masker
Melindungi hidung dan mulut dari debu atau pecahan plester.
3. Goggles
Melindungi mata dari serpihan plester dan debu yang beterbangan
agar mata tetap terlindungi.
4. Sarung Tangan
Untuk melindungi tangan jika tertimpa sampel untuk menghindari
luka yang terjadi karena sampel yang bersifat keras.

29
5. Sepatu Tertutup
Untuk melindungi kaki jika sampel jatuh mengenaik kaki dan
terinjaknya pecahan sampel.

C. Manajemen Limbah
Sampel yang telah digunakan dibuang di bak penampung
yang telah disediakan, kemudian debu dan pasir yang tercecer
dibersihkan menggunakan sapu atau kuas dan dibuang ke bak
penampung.

D. Data Percobaan
1. Percobaan Modulus Patah
Diameter silinder piston (d) = 3,990 cm
Jarak ujung-ujung pisau penumpu (L) = 4,3 cm
Umur sampel = 28 hari
Metode yang digunakan adalah Three Point Bending Strength

Tabel I. Data Hasil Percobaan Modulus Patah


No Sampel w (cm) l (cm) P (kg/cm2)
1 3,128 1,996 10,0
2 A 3,362 1,962 8,5
3 3,256 2,000 9,5
4 3,122 2,238 9,5
5 B 2,982 2,100 7,0
6 3,056 2,040 7,5
7 3,268 2,182 6,0
8 C 3,122 2,138 8,0
9 3,196 2,070 7,5

30
10 3,086 2,258 6,0
11 D 3,278 1,802 5,5
12 3,260 1,802 5,5

2. Percobaan Kuat Desak


Diameter silinder piston (d) = 5,312 cm
Umur sampel = 28 hari
Tabel II. Data Hasil Percobaan Kuat Desak
No Sampel w(cm) l(cm) A(cm2) P(kg/cm2)
1 5,434 5,782 31,4194 30
2 E 5,602 5,422 30,3704 25
3 5,610 5,684 31,8872 24
4 5,644 5,328 30,0712 20
5 F 5,422 5,844 31,6862 15
6 5,786 5,716 33,0728 20
7 5,436 5,842 31,7571 17
8 G 5,548 5,612 31,1354 18
9 5,670 5,792 32,8406 16
10 5,500 5,602 30,8110 9
11 H 5,432 5,468 29,7022 7
12 5,466 5,530 30,2270 9

E. PERHITUNGAN
1. Menghitung Nilai Modulus Patah (σb) Sampel
Untuk menghitung nilai modulus patah (σb) sampel menggunakan
persamaan (8) dengan metode three point bending strength.

31
Contoh perhitungan diambil dari data hasil percobaan:
Untuk (σb) pada sampel A1:
P = P-P0
= 10 – 5,5
= 4,5
d = 3,990 cm
l = 4,3 cm
w = 3,128 cm2
t = 1,996 cm

3 x P x π x d2 x L
(σb) = (8)
8𝑤𝑡 2

3 x 4,5 x (3,990)2 x 4,3


=
8 x 3,128 x (1,996)2

= 29,1219 kg/cm2
Tabel III. Data Hasil Perhitungan Nilai Modulus Patah
No Sampel w (cm) t (cm) P (kg/cm2) σb (kg/cm2)
1 3,128 1,996 4,5 29,7219
2 A 3,362 1,962 3,5 21,8106
3 3,256 2,000 4,5 27,8653
4 3,122 2,238 4,5 23,2089
5 B 2,982 2,100 2,0 12,2653
6 3,056 2,040 2,5 15,8534
7 3,268 2,182 1,0 5,1833
8 C 3,122 2,138 3,0 16,9539
9 3,196 2,070 2,0 11,7782
10 3,086 2,258 1,5 7,6885
11 D 3,278 1,802 1,0 21,0151
12 3,260 1,802 1,0 21,1312

32
̅̅̅̅ )
2. Menghitung Nilai Modulus Patah Rata-Rata (𝜎𝑏
Perhitungan pada sampel A menurut persamaan (15)

̅̅̅̅̅ = 𝜎𝑏𝐴1+ 𝜎𝑏𝐴2+𝜎𝑏𝐴3


𝜎𝑏𝐴
3

̅̅̅̅̅ = 29,1219+21,8106+27,8653
𝜎𝑏𝐴
3
= 26,2659 kg/cm2
Dengan cara yang sama, maka diperoleh daftar perhitungan sebagai
berikut:
Tabel IV. Data Hasil Perhitungan Modulus Patah Rata-Rata

No Sampel ̅̅̅̅ (kg/cm2)


𝜎𝑏
1 A 26,2659
2 B 17,1092
3 C 11,3051
4 D 16,6116

3. Membuat persamaan pendekatan modulus patah rata-rata sebagai


fungsi komposisi P(x)
Dengan menggunakan pesamaan (17), komposisi pasir dalam
sampel dapat dihitung. Contoh perhitungan untuk sampel A dengan
semen:pasir = 1:3 dan σb =26,2659 kg/cm2

𝑝
x= x 100%
𝑜+𝑝
1
= x 100%
1+1

= 50%
Dengan cara yang sama, maka diperoleh daftar perhitungan sebagai
berikut:

33
Tabel V. Data Hasil Perhitungan Komposisi Pasir dalam
Sampel `
No Sampel Semen Pasir X (%)
1 A 1 1 50,00
2 B 1 3 75,00
3 C 1 5 83,33
4 D 1 7 87,50

Apabila komposisi pasir dalam sampel diketahui, maka x2


dan σb.x dapat dihitung

Untuk sampel A dengan komposisi 50,00%


2
x = 5625,00
σb.x = 26,2659 x 50,00 = 1969,9454

Dengan cara yang sama, maka diperoleh daftar perhitungan


sebagai berikut:

Tabel VI. Data Hasil Perhitungan Hubungan Modulus Patah dengan


Kadar Sampel dengan Metode Regresi Linier
No Sampel X (%) y (kg/cm2) x2 y.x
1 A 50 26,2659 5625,0000 1313,2970
2 B 75,00 17,1092 6944,4444 1425,7671
3 C 83,33 11,3051 7656,2500 989,1961
4 D 87,50 16,6116 8100,0000 1495,0440
Total 295,83 71,2918 28325,6944 5879,9526

Dengan y = modulus patah (kg/cm2)


x = presentase jumlah pasir dalam sampel (%)

34
Berdasarkan data perhitungan tersebut, maka konstanta m dan k dapat
dihitung menggunakan persamaan (18) dan (19)
𝑛∑𝑥𝑦 − ∑𝑥∑𝑦
m=
𝑛∑𝑥 2 −(∑𝑥)2
4 x 4879,9562−(335,83)(71,2918)
=
4(28325,6944)−(335,83)

= -0,3315
∑𝑦−𝑚∑𝑥
k= 𝑚
71,2918−(−0,8142)(335,83)
=
4

= 42,3371
Konstanta m dan k diketahui sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut:
σb = f(x) = mx + k
σb = -0,8142x + 86,1819

Perhitungan σb persamaan diperoleh dari substitusi x ke dalam persamaan


(28). Perhitungan sampel A dengan komposisi pasir 50,00% sebagai berikut
σbpersamaan = -0,3315x + 42,3371
= -0,3315 (50,00) + 42,3371
= 25,7642

4. Menghitung Persamaan Pendekatan Modulus Patah Sebagai Fungsi


Komposisi P(x) dengan Regresi Eksponensial
Untuk menghitung persamaan pendekatan modulus patah
dengan metode regresi eksponensial harus mencari ln (y), x, x2, dan
x.y dari sampel

Contoh perhitungan pada sampel A dengan komposisi


50,00%
y = ln (y) = ln (26,2659) = 3,2683
xy = 75,00 x 3,2683 = 245,1205
x2 = (75,00)2 = (75,00)2 = 5625,0000

35
Dengan cara yang sama, maka dapat diperoleh daftar
perhitungan sebagai berikut:
Tabel VII. Data Hasil Perhitungan Hubungan Modulus
Patah dengan Kadar Pasir dalam Sampel dengan Metode
Eksponensial.

No x (%) σb (y) kg/cm2 ln y (y) x.y X2


1 50,00 26,2659 3,2683 245,1205 5625,0000
2 75,00 17,1092 2,8396 236,6347 6944,4444
3 83,33 11,3051 2,4253 212,2097 7656,2500
4 87,50 16,6116 2,8101 252,9091 8100,0000
∑ 295,83 71,2918 11,3432 946,8740 28325,6944

Berdasarkan data perhitungan di atas, maka nilai


konstanta A dan B dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan (23) dan (24)

𝑛∑𝑥𝑦 − ∑𝑥∑𝑦
B=
𝑛∑𝑥 2 −(∑𝑥)2
4 x 946,8740−(335,83)(11,3432)
=
4(28325,6944)−(335,83)2

= -0,0172

∑𝑦−𝐵∑𝑥
A=
𝑛
(11,3432)−(−0,0423)(335,83)
= 4

= 4,1076

Jika nilai A dan B diketahui, maka akan diperoleh konstanta


a dan b sebagai beria.kut:
b=B

36
= -0,0172
a = eA
= e4,1076
= 60,8023
Maka persamaan yang diperoleh adalah:
y = a.ebx
= 60,8023e-0,0172x (29)

Perhitungan σb persamaan pada sampel A dengan komposisi


pasir 50,00%
σbpersamaan = 60,8023e-0,0172.(50)
= 25,7339 kg/cm2
5. Untuk Mencari Kesalahan Relatif Dapat Menggunakan Persamaan
(25) .
Perhitungan kesalahan relatif linier dan eksponensial pada
sampel A:
25,1168−26,2659
Kesalahan relatif linier (%) = | | x 100%
26,2659

= 1,95%

24,8972−26,2659
Kesalahan relatif eksponensial (%) = | 26,2659
|

= 2,03%

Dengan cara yang sama, diperoleh daftar perhitungan


sebagai berikut:

37
Tabel VIII. Data Hasil Perhitungan Modulus Patah dan
Kesalahan Relatif Metode Regresi Linier dan
Eksponensial
No Sampel x (%) σbeksperimen σbrmslinier σbrmseksponen KRlinier KReksponensial
1 A 50,00 26,2659 25,7642 25,7339 1,95 2,03
2 B 75,00 17,1092 17,4777 16,7416 2,11 2,15
3 C 83,33 11,3051 14,7155 14,5065 23,18 28,32
4 D 87,50 16,6116 13,3344 13,5034 24,58 18,71
Total 51,81 51,20
Rata-rata 12,95 12,80

6. Menghitung Standar Deviasi (SD) Percobaan Modulus Patah


Untuk menghitung standar deviasi dibuat Daftar X sebagai berikut
(data diambil dari Tabel III dan Tabel IV)

Standar deviasi dapat dihitung menggunakan persamaan


(27). Untuk standar deviasi sampel A adalah sebagai berikut:

1
SDA = √ ∑(𝜎𝑏𝐴1 − ̅̅̅̅̅
𝜎𝑏𝐴)2
𝑛

8,1567+19,8500+2,5579
=√
3

= 3,1919

Dengan cara yang sama, diperoleh perhitungan sebagai


berikut:

38
39
Tabel IX. Data Hasil Perhitungan Untuk Standar Deviasi
No Sampel σb σbrata-rata σb - σbrata-rata (σb - σbrata-rata)2 Total Std. Deviasi
1 29,7219 2,8560 8,1567
2 A 21,8106 26,2659 -4,4553 19,8500 30,5646 3,1919
3 27,8653 1,5993 2,5579
4 23,2089 6,0997 37,2065
5 B 12,2653 17,1092 -4,8439 23,4632 62,2467 4,5551
6 15,8534 -1,2558 1,5771
7 5,1833 -6,1218 37,4768
8 C 16,9539 11,3051 5,6488 31,9084 69,6090 4,8169
9 11,7782 0,4731 0,2238
10 7,6885 -8,9231 79,6213
11 D 21,0151 16,6116 4,4035 19,3910 119,4387 6,30967
12 21,1312 4,5196 20,4264

7. Menghitung Nilai Kuat Desak (σc) sampel:


Untuk menghitung nilai kuat desak (σc) sampel
menggunakan persamaan (14)
Contoh perhitungan diambil dari data hasil percobaan untuk
sampel E1:

P = 22,5 kg/cm2
d = 5,312 cm
A= 31,4194 cm2

𝑃 x π x 𝑑2
σc =
4𝐴
22,5 x (5,312)2
=
4(31,4194)

= 15,8705 kg/cm2
Dengan perhitungan yang sama didapat data berikut

40
Tabel X. Data Hasil Perhitungan Nilai Kuat Desak

No Sampel w (cm) l (cm) A (cm2) P (kg/cm2) σc


1 5,434 5,782 31,494 22,5 15,8705
2 E 5,602 5,422 30,3704 17,5 12,7685
3 5,610 5,684 31,8872 18,0 12,5101
4 5,644 5,328 30,0712 14,0 10,3177
5 F 5,422 5,844 31,6862 10,0 6,9942
6 5,786 5,716 33,0728 14,5 9,7164
7 5,436 5,842 31,7571 12,5 8,7232
8 G 5,548 5,612 31,1354 12,5 8,8974
9 5,670 5,792 32,8406 11,5 7,7605
10 5,500 5,602 30,8110 4 2,8871
11 H 5,432 5,468 29,7022 1,5 1,1192
12 5,466 5,530 30,2270 4 2,9327

̅̅̅)
8. Menghitung Nilai Kuat Desak Rata-Rata ((𝜎𝑐
Perhitungan pada sampel E menurut persamaan (28)

̅̅̅̅E1 + 𝜎𝑐
𝜎𝑐 ̅̅̅̅E2 + 𝜎𝑐
̅̅̅̅E3
̅̅̅ E =
𝜎𝑐
3
15,8705+12,7685+12,5105
=
3

= 13,7164 kg/cm2
Dengan cara yang sama, maka diperoleh tabel perhitungan
sebagai berikut

41
Tabel XI. Data Hasil Perhitungan Kuat Desak Rata-Rata
No Sampel ̅̅̅
𝜎𝑐
1 E 13,7164
2 F 9,0094
3 G 8,4604
4 H 2,3097

9. Membuat persamaan Pendekatan Kuat Desak Rata-Rata Sebagai


Fungsi Komposisi P(x) dengan Metode Regresi Linier

Dengan menggunakan persamaan P(x), komposisi pasir


dalam sampel dapat dihitung. Contoh perhitungan untuk sampel E
̅̅̅ = 13,7164 kg/cm2
dengan perbandingan O:P = 1:10 dan 𝜎𝑐

𝑝
x= x 100%
𝑜+𝑝
2
= x 100%
1+2

= 66,67%
Dengan cara yang sama, maka diperoleh daftar
perhitungan sebagai berikut

Tabel XII. Data Hasil Perhitungan Komposisi Pasir


dalam Sampel

No Sampel Semen Pasir x (%)


1 E 1 2 66,67
2 F 1 4 80,00
3 G 1 6 85,71
4 H 1 8 88,89

42
Apabila komposisi pasir dalam sampel diketahui, maka x2
dan 𝜎𝑐 .x dapat dihitung. Untuk sampel E dengan komposisi
90,91%:

x2 = 8264, 4628
𝜎𝑐.x = 1246,9447

Dengan cara yang sama, maka diperoleh tabel perhitungan


sebagai berikut:

Tabel XIII. Data Hasil Perhitungan Hubungan Kuat


Desak dengan Kadar Sampel dengan Metode Regersi Linier

No Sampel x(%) y (kg/cm2) x2 y.x


1 E 90,91 13,7164 8264,4628 1246,9447
2 F 92,31 9,0094 8520,7101 831,6377
3 G 93,33 8,4604 8711,1111 789,6344
4 H 94,12 2,3097 8858,1315 217,3824
Total 370,67 33,4959 34354,4155 3085,5942

Berdasarkan data perhitungan tersebut, maka konstanta m


dan k dapat dihitung menggunakan persamaan (18) dan (19)

𝑛∑𝑥𝑦 − ∑𝑥∑𝑦
m=
𝑛∑𝑥 2 −(∑𝑥)2
4(3085,5942−(370,67)(33,4959)
=
4(34354,4155)−(370,67)2

= -0,4312

∑𝑦−𝑀∑𝑥
k= 𝑛
33,4959−(−3,1831)(370,67)
=
4

43
= 43,0094

Konstanta m dan k diketahui sehingga diperoleh persamaan


sebagai berikut:
σc = f(x) = mx + k
= -0,4312x + 43,0094 (30)

Perhitungan σc persamaan diperoleh dan disubstitusi x ke


dalam persamaan (30). Perhitungan pada sampel E dengan
komposisi pasir 90,91%

σcpersamaan = -3,1831x + 303,3443


= -3,1831 (90,91) + 303,3443
= 13,9694

10. Menghitung Persamaan Perndekatan Kuat Desak Sebagai Fungsi


Komposisi P(x) dengan Regresi Eksponensial
Untuk menghitung persamaan pendekatan kuat desak
dengan metode regresi eksponensial harus mencari ln (y), x, x2, dan
x.y dalam sampel.
Perhitungan pada sampel E dengan komposisi 90,91%

y = ln y = ln (13,71641) = 2,6186
xy = 90,91 x 2,6168 = 238,0538
x2 = (90,91)2 = 8264, 4628

Dengan cara yang sama, maka dapat diperoleh tabel berikut

44
Tabel XIV. Data Hasil Perhitungan Hubungan Kuat
Desak dengan Kadar Pasir dalam Sampel dengan Metode
Eksponensial
Sampel x σb (y) Ln y (y) x.y x2
E 90,91 2,6186 2,6186 238,0538 8264,4628
F 92,31 2,1983 2,1983 202,9172 8520,7101
G 93,33 2,1354 2,1354 199,3033 8711,1111
H 94,12 0,8371 0,8371 78,7870 8858,1315
∑ 370,67 7,7894 7,7894 719,0613 34354,4155

Berdasarkan data perhitungan di atas, maka nilai A dan B


dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan (23) dan (24)

𝑛∑𝑥𝑦 − ∑𝑥∑𝑦
B=
𝑛∑𝑥 2 −(∑𝑥)2
4 x 238,0538−(370,67)(7,7894)
= 4(34354,4155)−(370,67)2

= -0,0614

∑𝑦−𝐵∑𝑥
A=
𝑛
(7,7894)−(−0,4777)(370,67)
= 4

= 6,8780

Jika nilai konstanta A dan B diketahui, maka akan diperoleh


konstanta a dan b sebagai berikut:

b=B
= -0,0614

a = eA
= e6,8780

45
= 970,70

Maka persamaan yang diperoleh

y = a.ebx
= 970,7e-0,0614x

Perhitungan σc persamaan pada sampel E dengan komposisi


pasir 90,91%
σcpersamaan = 970,7e-0,0614(66,67)
= 16,2341 kg/cm2

11. Untuk Mencari Kesalahan Relatif Dapat Menggunakan Persamaan


(25).
Perhitungan kesalahan relatif linier dan eksponensial pada
sampel E.

13,9694−13,7164
Kesalahan relatif linier (%) = | | x 100%
13,7164

= 3,82%

16,2341−13,7164
Kesalahan relatif eksponensial (%) = | | x 100%
13,7164

= 15,36%

46
Tabel XV. Data Hasil Perhitungan Kuat Desak Persamaan dan Kesalahan Relatif
Metode Regresi Linier dan Eksponensial

No Sampel x σceksperimen σcrmslinier σcrmseksperimen KRlinier KReksponensial


1 E 66,67 13,7164 14,2606 16,2057 3,82 15,36
2 F 80,00 9,0094 8,5109 7,1480 5,86 26,04
3 G 85,71 8,4604 6,0467 5,0331 39,92 68,10
4 H 88,89 2,3097 4,6777 4,1419 50,62 44,24
100,21 153,73
25,05 38,43

12. Menghitung Standar Deviasi (SD) Percobaan Kuat Desak untuk


Menghitung Standar Deviasi dibuat tambil XVI sebagai berikut (data
diambil dari Tabel X dan Tabel XI)

Standar Deviasi dapat dihitung menggunakan persamaan (27).


Untuk standar deviasi sampel E adalah sebagai berikut:

1
SD = √ ∑(𝜎𝑐𝐸1 − ̅̅̅̅̅
𝜎𝑐𝐸 )2
𝑛

4,6402+0,8984+1,4551
=√
3

= 1,5268

Dengan cara yang sama, diperoleh perhitungan sebagai


berikut

47
Tabel XVI. Data Hasil Perhitungan untuk Standar Deviasi

No Sampel σc σcrata-rata σc-σcrata-rata Total Std. Deviasi


1 E1 15,8705 2,1541
2 E2 12,7685 13,7164 -0,9478 6,9937 1,5268
3 E3 12,5101 -1,2063
4 F1 10,3177 1,3083
5 F2 6,9942 9,0094 -2,0152 6,2726 1,4460
6 F3 9,7164 0,7069
7 G1 8,7232 0,2628
8 G2 8,8974 8,4604 0,1910 0,7498 0,4999
9 G3 7,7605 0,4898
10 H1 2,8771 0,3220
11 H2 1,1192 2,3097 1,4173 2,1274 0,8421
12 H3 2,9327 0,3882

48

Anda mungkin juga menyukai