ANALISIS VEKTOR

DIFERENSIAL VEKTOR

(Fungsi Vektor dan Hukum-hukum Pendiferensialan)

Dosen Pembimbing :

Fatqurhohman, M.Pd

Kelompok + Pertemuan = 6 + 5

Elsanti Feby Malaya 1810251001

Fenny Rofiatul Khofifah 1810251015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2020
 A. Fungsi Vektor

Jika sembarang nilai skalar t dikaitkan dengan suatu vektor A, maka A bisa dinyatakan
sebagai fungsi vektor dari t atau A(t ), yaitu suatu vektor yang komponen-komponennya
merupakan fungsi dari nilai skalar t .

Dalam R2 fungsi vektor A(t ) bias ditulis dengan,

A ( t )= A1 ( t ) i+ A 2 ( t ) j

Dalam R3 fungsi vektor A(t ) bias ditulis dengan,

A ( t )= A1 ( t ) i+ A 2 ( t ) j + A3 ( t ) k

Konsep R3 fungsi vektor ini dapat diperluas, jika sembarang titik ( x , y , z) dikaitkan dengan
suatu vektor A, maka A dapat dinyatakan dalam bentuk fungsi vektor sebagai berikut.

A ( x , y , z ) =A 1 ( x , y , z ) i+ A2 ( x , y , z ) j + A3 ( x , y , z ) k

B. Turunan Biasa

Definisi Turunan Vektor

A(t ) adalah sebuah fungsi vektor yang bergantung pada sebuah variabelt, didefinisikan
turunan dari A(t ) sebagai berikut.

dA A ( t +∆ t )− A(t)
= lim
dt ∆ t → 0 ∆t

Jika limitnya ada.

Jika fungsi vektor A ( t )= A1 ( t ) i+ A 2 ( t ) j + A3 ( t ) k dengan fungsi – fungsi skalar A1 ( t ) ,

A2 ( t ) , dan A3 ( t )dapat dideferensialkan terhadap variable t, maka A(t ) mempunyai
turunan variable t yang dirumuskan sebagai berikut :

dA dA 1 dA2 dA 3
= i+ j+ k
dt dt dt dt

1. Sifat-sifat Turunan Biasa Fungsi Vektor

Jika A, B, dan C adalah fungsi-fungsi vektor dari sebuah skalar t yang diferensiabel dan
∅ sebuah fungsi skalar dari t yang diferensiabel, maka :

d dA dB
(1) ( A +B )= +
dt dt dt
 d dB dA
(2) ( A . B )= A . + .B
dt dt dt
d dB dA
(3) ( A × B )= A × + ×B
dt dt dt
d dA d ∅
(4) ( ∅ A )=∅ + A
dt dt dt
d dC dB dA
(5)
dt (
( A .(B × C) )= A . B ×
dt ) ( )
+A. C×
dt
+
dt
.(B × C)

d dC dB dA
(6) ( A ×( B ×C ) )= A × ( B × )+ A × (C × )+ ×( B ×C )
dt dt dt dt

2. Hukum-hukum Pendiferensialan

Diferensial Parsial dari fungsi vektor

Jika A adalah sebuah vektor yang bergantung pada lebih dari satu variabel skalar,
misalkanx , y , z, maka kita tuliskan A=A ¿). Maka A dapat diturunkan secara parsial
terhadap x, terhadap y, atau terhadap z, dengan menganggap veriabel bebas lainnya konstan.

∂A ∂ A
=
∂x ∂x | y , z=konstan

∂A ∂ A
∂ y ∂y|
=
x, z =konstan

∂A ∂ A
∂ z ∂z |
=
x, y=konstan

Diferensiasi-diferensiasi yang lebih tinggi dapat didefinisikan seperti dalam kalkulus,

sbb:

∂2 ⃗
A ∂ ∂⃗ A
∂x 2
= ( )
∂x ∂x

∂2 ⃗
A ∂ ∂⃗
A
2
=
∂y ∂y ∂y ( )
∂2 ⃗
A ∂ ∂⃗A
2
=
∂ z ∂ z ∂z( )
∂2⃗
A ∂ ∂⃗A
=
∂x ∂ y ∂x ∂ y( )
 ∂2⃗
A ∂ ∂⃗A
= ( )
∂ y∂ x ∂ y ∂x

∂3 ⃗
A ∂ ∂2 ⃗
A ∂ ∂ ∂⃗A
2
= ( ) [ ( )]
∂x ∂ z ∂ x ∂z 2
=
∂x ∂z ∂z

∂2⃗
A ∂2 ⃗
A
Apakah = ???
∂x ∂ y ∂ y ∂ x

Jika A memiliki sekurang-kurangnya diferensiasi-diferensiasi parsial orde kedua yang

∂2⃗
A ∂2 ⃗
A
kontinyu (fungsi vektor berkelakuan baik), maka =
∂x ∂ y ∂ y ∂ x

Aturan-aturan untuk diferensiasi parsial dari fungsi-fungsi vektor mirip dengan yang
dipergunakan dalam kalkulus dasar dari fungsi-fungsi skalar. Jadi jika A dan B adalah
fungsi-fungsi dari x , y , z, maka:

∂ ⃗ ⃗ ⃗ ∂⃗ B ∂⃗ A ⃗
1. ( A ⦁ B )= A ⦁ + ⦁B
∂x ∂x ∂ x
∂ ⃗ ⃗ ⃗ ∂⃗ B ∂⃗ A ⃗
2. ( A × B )= A × + ×B
∂x ∂ x ∂x
∂2⃗
A (⃗ ⃗ ) ∂ ∂ ( ⃗ ⃗ ) ∂ ⃗ ∂⃗ B ∂⃗
A ⃗
3.
∂x ∂ y
A⦁B = {
∂x ∂x
A⦁ B = } {
∂x
A⦁ +
∂x ∂x
⦁B }
Diferensial dari vektor-vektor

Mengikuti aturan-aturan yang mirip dengan yang dari kalkulus dasar, seperti:

1. A=A 1 i+ A2 j + A3 k , maka d ⃗
Jika ⃗ A =d A1 i+ dA2 j + dA 3 k
2. A ⦁⃗
d (⃗ A⦁d ⃗
B ) =⃗ A⦁ ⃗
B +d ⃗ B
3. d (⃗
A ×⃗B )= ⃗
A×d ⃗ B +d ⃗
A ×⃗B
4. A=⃗
Jika ⃗ A ¿),
∂⃗ A ∂⃗A ∂⃗
A
Maka d ⃗ A= dx+ dy+ dz
∂x ∂y ∂z

Contoh :
1. Sebuah partikel bergerak sepanjang kurva : x=2 r 2 , y =t 2 , z=3 t−5 dimana t adalah
variable waktu. Tentukan komponen kecepatan dari percepatan pada saat t = 2 dalam arah
vektor A=i−3 j+2 k.
Kecepatan didefinisikan sebagai laju perubahan posisi terhadap waktu, ditulis :
dr
⃗
⃗v =
dt
Dari soal diketahui : r⃗ =2t 2 i+ ( t 2−4 t ) j+ ( 3t−5 ) k
 dr d
⃗
Maka : ⃗v = = (2 t 2 i+ ( t 2−4 t ) j+ ( 3 t −5 ) k )
dt dt

⃗v =4 ti+ ( 2t−4 ) j+3 k

Pada t = 1
⃗v =4 i−2 j+ 3 k
Komponen kecepatan dalam arah vektor A adalah proyeksi dari vektor v terhadap u
dimana u adalah vektor satuan arah A.
Komponen = ⃗v ⦁ u^
⃗A i−3 j+ 2 k i−3 j+ 2 k
u^ = ⃗ = =
| A| √ 1+ 9+4 √ 14
Komponen kecepatan dalam arah vektor A adalah

⃗v ⦁ a^ = ( 4 i−2 j+3 k ) ⦁ ( i−3√14j+2 k )= √1614

Percepatan didefinisikan sebagai laju perubahan kecepatan terhadap waktu, ditulis :
d ⃗v
a⃗ =
dt
Sebelumnya didapat ⃗v =4 ti+ ( 2t−4 ) j+3 k
d ⃗v d
Maka a⃗ = = { 4 ti+ ( 2 t−4 ) j+3 k }
dt dt
a⃗ =4 i+2 j
Pada t = 1
a⃗ =4 i+2 j
Komponen percepatan dalam arah vektor A adalah proyeksi dari a terhadap u dimana u
adalah vektor satuan arah A
Komponen = a⃗ ⦁ u^
Komponen percepatan dalam arah vektor A adalah
i−3 j+2 k −2
a⃗ ⦁ u^ = (4 i+2 j) ⦁( √ 14
=
√ 14)
Contoh :

2 2 3 df
1. Jika f ( t )=esin (t +2 t )i +¿ ( t +2 t ) j +4 t k , tentukan
dt
Penyelesaian
df d f 1 d f 2 d f 3
= i+ j+ k
dt dt dt dt
( sin (t +2 t ) ) d ( ¿ ( t2 +2 t ) ) d ( 4 t 3 )
2

=d e i+ j+ k
dt dt dt
2 2
sin ⁡(t +2 t ) 2t +2
= 2 t+2 ¿ cos ( t +2t ) e i+ 2 j+12 t 2 k
t +2

d
2. Jika A = (t 2+ 2t ¿ i+2 tj+t 3 k dan B = 2 ti+sin t 2 j + 4 tk . Tentukan ( A . B) di t=0
dt
Penyelesaian
A⦁B = A1 B 1+ A 2 B2 + A 3 B3
= ( t 2+ 2t ) 2t +2 t ( sin t 2 )+ ( t 3 ) 4 t
= 2 t 3 + 4 t+ 2t sint 2 +4 t 4

d d
( A ⦁ B )= ¿
dt dt
¿ 6 t 2+ 8t + 4 t cos t 2 +2sin t 2 +16 t 3
Pada saat t=0, maka :
d
( A ⦁ B )=0
dt

3. Jika r ( t )=( 3 t 2 −1 ) i+ ( t 2 +1 ) j+t 2 k , tentukan vektor singgung satuan pada titik t=1
Penyelesaian
dr
dt
Vektor singgung satuan (T) =
dr
dt | |
 dr d
= [ ( 3 t 2−1 ) i+ ( t 2+ 1 ) j+ t 2 k ]
dt dt

¿ 6 ti+2 tj+2 tk
dr
| |
dt
= √6 t 2+ 2t 2+ 2t 2=√ 44 t 2 = 2t√ 11

6 ti+2 tj+2 tk
T=
2 t √ 11
3i+ j+ k
Saat t = 1 , maka T =
√ 11
 DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah. 2014. Analisis Vektor. Pringsewu : STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung.

Diferensial Vektor. file:///C:/Users/ACER/Downloads/DIFERENSIAL%20VEKTOR.pdf.

Diunduh : 1 Maret 2020