Anda di halaman 1dari 47

ANALISIS KESALAHAN REPRESENTASI SEMIOTIK SISWA DALAM

MENYELESAIKAN SOAL GARIS SINGGUNG LINGKARAN

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Jember untuk memenuhi salah satu


persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Matematika

Oleh
Fenny Rofiatul Khofifah
NIM 1810251015

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................... i


DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakangan Penelitian ................................................................ 1
1.2 Masalah Penelitian ............................................................................... 6
1.3 Fokus Penelitian ................................................................................... 6
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................. 6
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................... 7
1.6 Asumsi Penelitian ................................................................................ 7
1.7 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 8
1.8 Definisi Istilah ...................................................................................... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1 Kesalahan Siswa................................................................................... 10
2.1.1 Definisi Kesalahan Siswa ..................................................................... 10
2.1.2 Analisis Kesalahan Siswa Menurut Newman ...................................... 11
2.1.3 Klasifikasi Kesalahan dan Panduan Wawancara Newman’s Error
Analysis (NEA) .................................................................................... 12
2.2 Representasi ......................................................................................... 16
2.3 Semiotik ............................................................................................... 18
2.3.1 Definisi Semiotik.................................................................................. 18
2.3.2 Analisis Semiotik Charles Sander Pierce ............................................. 19
2.4 Representasi Semiotik .......................................................................... 21
2.5 Hubungan Representasi Semiotik dengan Analisis Kesalahan
Siswa Berdasarkan Tahapan Newman ................................................. 22
2.6 Materi Garis Singgung Lingkaran ........................................................ 25
2.6.1 Definisi Garis Singgung Lingkaran ...................................................... 25
2.6.1.1 Sifat-Sifat Garis Singgung Lingkaran .................................................. 25
2.6.1.2 Panjang Garis Singgung Lingkaran ...................................................... 26
2.6.2 Garis Singgung Dua Lingkaran ............................................................ 28
2.6.2.1 Kedudukan Dua Lingkaran .................................................................. 28
2.6.2.2 Menghitung Panjang Garis Singgung Persekutuan Luar ..................... 30
2.6.2.3 Menghitung Panjang Garis Singgung Persekutuan Dalam .................. 30

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian ..................................................................................... 31
3.2 Data ...................................................................................................... 31
3.3 Sumber Data ......................................................................................... 32
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 32
3.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 33
3.6 Instrumen Pengumpulan Data .............................................................. 35
3.7 Teknik Penganalisisan Data ................................................................. 36

i
3.8 Teknik Pengujian Kesahihan Data ....................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 40

ii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Tahapan Pemecahan Masalah Menurut Newman’s Error Analysis (NEA) 11


2.2 Panduan Wawancara Menggunakan Newman’s Error Analysis (NEA) .... 13
2.3 Hubungan Tahapan-Tahapan Indikator Kesalahan Siswa dengan
Indikator Representasi Semiotik ............................................................... 24

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Jawaban Siswa ......................................................................................... 4


2.1 Persamaan Garis Singgung Lingkaran dengan Layang-Layang .............. 20
2.2 Persoalan Garis Singgung Lingkaran ....................................................... 20
2.3 Definisi Garis Singgung Lingkaran ......................................................... 25
2.4 Sifat-Sifat Garis Singgung Lingkaran ...................................................... 26
2.5 Panjang Garis Singgung Lingkaran ......................................................... 27
2.6 Garis Singgung Dua Lingkaran ................................................................ 28
2.7 Kedudukan Dua Lingkaran ...................................................................... 28
2.8 Dua Lingkaran Berpotongan .................................................................... 29
2.9 Dua Lingkaran Saling Lepas .................................................................... 29
2.10 Panjang Garis Singgung Persekutuan Luar .............................................. 30
2.11 Panjang Garis Singgung Persekutuan Dalam ........................................... 30

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pembelajaran merupakan kata yang terdiri dari dua aktivitas, yaitu

belajar dan mengajar. Menurut Budimansyah (dalam Hayati, 2017)

pembelajaran adalah sebagai perubahan dalam kemampuan, sikap, atau

perilaku siswa yang relatif permanen sebagai akibat pengalaman atau

pelatihan. Pendapat tersebut menjelaskan apabila perubahan kemampuan

hanya bersifat sementara dan kemudian kembali ke perilaku semula, hal

ini menunjukkan bahwa belum terjadi peristiwa pembelajaran.

Pembelajaran perlu diubah tidak hanya dari memahami konsep dan prinsip

keilmuan saja, melainkan juga memiliki kemampuan untuk menerapkan

kaidah keilmuan yang sudah di kuasai untuk memecahkan masalah.

Salah satu mata pelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan

pemecahan masalah adalah matematika. Matematika merupakan induk

dari segala ilmu pengetahuan dan menjadi salah satu mata pelajaran wajib

yang harus diajarkan pada seluruh jenjang pendidikan. Hal ini dijelaskan

dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal

37 Ayat 1 bahwa matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib

bagi siswa pada jenjang pendidikan dasar sampai menengah. Salah satu

manfaat siswa diwajibkan mempelajari ilmu matematika ialah agar dapat

menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan

tujuan pembelajaran matematika salah satunya adalah representasi.

1
2

Representasi sangat berperan dalam upaya mengembangkan dan

mengoptimalkan kemampuan matematika siswa. Menurut National

Council Of Teachers Of Mathematics (NCTM) tahun 2000 pada Principles

and Standards for School Mathematics menjelaskan bahwa representasi

sebagai standar proses kelima setelah pemecahan masalah, komunikasi,

koneksi dan penalaran. Penunjang untuk memperlancar suatu proses

pembelajaran matematika yaitu siswa harus memiliki kemampuan

representasi, baik berupa gambar, grafik, diagram, maupun bentuk

representasi lainnya. Penjelasan tersebut sejalan dengan pendapat Wijaya

(2018, hal. 115) yang menyebutkan bahwa kemampuan representasi sangat

penting dan dibutuhkan siswa untuk memahami materi yang diberikan

serta dapat memecahkan masalah dalam suatu pertanyaan yang diajukan.

Kemampuan untuk menafsirkan suatu masalah matematika dalam

bentuk representasi dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menyelesaikan masalah yang sama dengan cara yang berbeda. Hal ini

membantu siswa tidak hanya terfokus pada satu jawaban dan satu

representasi saja (Suryaningrum, dkk, 2019, hal. 99). Representasi akan

memberikan persepsi yang beragam sehingga siswa mampu

mengembangkan proses berpikir, membantu dalam menyusun ide-ide

matematika yang abstrak menjadi lebih konkret dan nyata.

Dalam belajar matematika, seseorang membutuhkan representasi

dan tanda. Tanda digunakan untuk mengkomunikasikan informasi yang

dapat ditangkap oleh panca indera serta mewakili hal-hal lain di luar tanda

itu sendiri (Suryaningrum, dkk, 2019, hal. 99). Konsep matematika yang
3

abstrak akan mudah dipahami jika direpresentasikan melalui simbol atau

tanda. Ilmu yang mempelajari tentang tanda disebut dengan semiotika

(Mudjiyanto dan Nur, 2013, hal. 74). Representasi dan semiotika menjadi

hal penting dalam matematika yang tidak terpisahkan, dimana representasi

visual, verbal, dan simbolik mewakili ciri dari adanya semiotik yang

muncul karena dari representasi akan menginterpretasikan suatu tanda

(Choiriyaza, dkk, 2021, hal. 265).

Semiotik akan melahirkan representasi sehingga dalam ilmu

matematika disebut dengan representasi semiotik (Choiriyaza, dkk, 2021,

hal. 265). Dalam pemecahan masalah, representasi semiotik berperan

dalam mentransformasikan ide-ide matematika yang abstrak menjadi

konsep matematika yang nyata. Sesuai dengan pendapat Suryaningrum,

dkk (2019, hal 100) menyatakan bahwa dalam pemecahan masalah,

representasi konsep matematika memegang peranan penting, terutama

dalam mentransformasikan ide-ide matematika yang abstrak menjadi

konsep matematika yang konkret. Namun demikian kemampuan

representasi semiotik siswa Indonesia masih berada pada kategori rendah

dengan 6 level kemampuan matematika (PISA, 2015). Adapun rincian

rata-rata persentase skor siswa Indonesia, yaitu level 1 (40%), level 2

(30%), level 3 (20%), dan level 4, 5, dan 6 (< 10%).

Berdasarkan informasi dan hasil observasi studi pendahuluan yang

telah dilakukan di kelas VIII A SMP Muhammadiyah I Jember, dari 5 soal

esai dengan materi garis singgung lingkaran yang diberikan kepada 33

siswa, 9 siswa mampu menjawab soal dengan tepat dan 24 siswa salah
4

dalam menjawab soal. Bentuk jawaban siswa yang salah dalam

menyelesaikan soal garis singgung lingkaran yaitu:

Q
P

Gambar di atas menunjukkan dua buah lingkaran dengan pusat dan .

Panjang jari-jari , jari-jari , dan adalah garis

singgung persekutuan dalam. Jika , panjang adalah ….

Gambar 1.1 Jawaban Siswa


5

Pada soal tersebut terlihat jelas bahwa siswa salah dalam menentukan

rumus yang digunakan dimana panjang garis singgung yang ditanyakan

ialah panjang garis singgung persekutuan dalam tetapi siswa menggunakan

rumus panjang garis singgung persekutuan luar. Kesalahan yang dilakukan

oleh siswa disebabkan karena siswa masih belum memahami soal,

memahami gambar, mengilustrasikan ke gambar garis singgung lingkaran

sehingga mengakibatkan salah menentukan rumus yang digunakan dan

proses perhitungan.

Untuk menyelesaikan masalah matematika harus melalui beberapa

tahapan. Tahapan-tahapan untuk menganalisis kesalahan yang sesuai dan

yang dapat dilakukan pada bentuk masalah matematika adalah tahapan

analisis kelasahan menurut Newman (Newman’s Error Analysis). Menurut

Newman tahapan tersebut meliputi (a) Membaca masalah (reading), (b)

Memahami masalah (comprehension), (c) Transformasi masalah

(transformation), dan (d) Keterampilan proses (process skill), serta (e)

Penulisan jawaban (encoding) (Clements dan Ellerto, 1996, hal 1).

Analisis kesalahan teori Newman digunakan untuk membantu mengetahui

kesalahan siswa. Oleh karena itu, teori Newman dapat dijadikan acuan

dalam menganalisis jenis kesalahan representasi semiotik yang dilakukan

oleh siswa dalam menyelesaikan masalah matematika.

Dari uraian latar belakang yang telah dijabarkan, maka perlu

diadakan penelitian tentang “Analisis Kesalahan Representasi Semiotik

Siswa dalam Menyelesaikan Soal Garis Singgung Lingkaran” dengan

tujuan untuk mengetahui kesalahan representasi semiotik siswa dalam


6

menyelesaikan soal garis singgung lingkaran, agar setelah dilakukan

penelitian ini siswa tidak melakukan kesalahan-kesalahan yang serupa dan

guru dapat memberikan penjelasan yang lebih terperinci, serta

memberikan latihan soal lebih banyak mengenai apa yang belum siswa

pahami pada soal garis singgung lingkaran.

1.2 Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana kesalahan

representasi semiotik siswa dalam menyelesaikan soal garis singgung

lingkaran?”.

1.3 Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan spesifik atau mempersempit

permasalahan yang harus ditentukan terlebih dahulu supaya tidak terjadi

perluasan permasalahan, sehingga sesuai dengan tujuan penelitian. Oleh

karena itu peneliti fokus terhadap kesalahan representasi semiotik yang

dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal garis singgung lingkaran.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah untuk mendeskripsikan jenis kesalahan representasi semiotik siswa

dalam menyelesaikan soal garis singgung lingkaran.


7

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

berbagai kalangan, sebagai berikut:

1. Bagi siswa, melatih kemampuan dalam menyelesaikan soal garis

singgung lingkaran serta dapat mengetahui kesalahan yang dilakukan

dalam menyelesaikan soal garis singgung lingkaran yang berkaitan

dengan representasi semiotik sehingga memotivasi siswa untuk tidak

melakukan kesalahan yang sama.

2. Bagi guru, diharapkan dapat memberi referensi dan wawasan baru

mengenai kesalahan representasi semiotik pada soal garis singgung

lingkaran, dapat mengetahui kemampuan representasi semiotik siswa

dalam menyelesaikan soal garis singgung lingkaran sehingga dapat

membimbing siswanya dan dapat memperbaiki langkah pembelajaran

untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

3. Bagi peneliti lain, sebagai referensi dalam melakukan penelitian lebih

lanjut yang berkaitan dengan penelitian kesalahan representasi

semiotik siswa dalam menyelesaikan soal garis singgung lingkaran.

1.6 Asumsi Penelitian

Peneliti mengajukan asumsi bahwa kesalahan representasi semiotik

siswa tidak cukup hanya dilihat dari hasil jawaban akhir, tetapi harus

dilihat dari langkah-langkah awal dalam pengerjaan sampai menghasilakan

suatu kesimpulan yang konkrit serta dilihat juga dari faktor-faktor yang

menyebabkan siswa melakukan kesalahan representasi semiotik dalam


8

menyelesaikan soal garis singgung lingkuran. Asumsi tersebut adalah

asumsi awal penelitian ini.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa ruang lingkup yang terdiri dari

sebagai berikut.

1. Menyelesaikan soal garis singgung lingkaran untuk mengetahui jenis

kesalahan representasi semiotik yang dilakukan oleh siswa dalam

menyelesaikan soal garis singgung lingkaran.

2. Sasaran dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VIII A SMP

Muhammadiyah 1 Jember.

3. Materi yang digunakan yaitu materi garis singgung lingkaran.

4. Kesalahan siswa dianalisis menggunakan teori Newman.

1.8 Definisi Istilah

Berikut ini penjelasan tentang definisi istilah yang sesuai dengan

judul skripsi adalah sebagai berikut:

1. Kesalahan

Kesalahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu

bentuk penyimpangan yang dilakukan oleh siswa berupa kesalahan

membaca dan memahami soal, kesalahan membuat konsep dan

prosedur matematika, serta kesalahan dalam penulisan jawababn akhir

yang tidak dibenarkan baik disengaja maupun tidak disengaja karena


9

jawaban siswa tidak sesuai dengan standar jawaban yang sudah

ditetapkan.

2. Representasi Semiotik

Representasi semiotik adalah kemampuan menuangkan

gagasan dalam bentuk gambar (ikonik), ekspresi matematik (simbolik),

dan kata-kata (indeks).

3. Garis Singgung Lingkaran

Garis singgung lingkaran adalah suatu garis yang memotong

lingkaran hanya pada satu titik, dan garis tersebut tegak luru terhadap

garis tengah, diameter lingkaran, atau jari-jari yang ditarik melalui titik

singgung.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kesalahan Siswa

2.1.1 Definisi Kesalahan Siswa

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan bahwa

kesalahan berasal dari kata salah yang memiliki arti tidak benar, tidak

betul, keliru, menyimpang dari yang seharusnya, luput, tidak mengenai

sasaran, khilaf, dan kekeliruan. Kesalahan siswa dalam menyelesaikan

permasalahan matematika terjadi karena kurangnya tingkat penguasaan

pada materi sehingga menyebabkan tidak terwujudnya tujuan

pembelajaran. Sejalan dengan pendapat di atas, Irfan (2017, hal. 144)

menjelaskan bahwa kesalahan-kesalahan dapat terjadi karena siswa kurang

memahami materi, kurang percaya diri, dan mengalami kecemasan dalam

belajar matematika.

Berbagai kesalahan yang dilakukan siswa penting untuk diketahui

agar tidak terjadi kesalahpahaman oleh siswa. Menurut Amir (2015, hal.

143) diketahui bahwa siswa malu bertanya dan mengungkapkan

pendapatnya kepada guru saat berinteraksi di kelas, sehingga siswa lebih

percaya diri bertanya dan mengungkapkan pendapatnya kepada teman

sebaya mengenai penjelasan yang spesifik. Kesalahan siswa dapat

disebabkan oleh kesalahan yang dilakukan siswa sendiri misalnya malu

bertanya saat belum memahami materi, kurang cermat dalam membaca

soal, memahami soal, dan kurang cermat dalam menghitung yang

10
11

disebabkan oleh tergesa-gesa karena waktu pengerjaan telah habis, atau

dapat disebabkan oleh faktor lain seperti bahan ajar, metode, serta teknik

yang digunakan oleh guru.

2.1.2 Analisis Kesalahan Siswa Menurut Newman

Newman’s Error Analysis (NEA) dirancang sebagai prosedur

diagnostik sederhana dalam menyelesaikan soal matematika

(mathematical problems). Newman (Clements, 1961, hal 1) menyatakan

bahwa ketika siswa menyelesaikan sebuah permasalahan matematika,

maka siswa tersebut harus melalui lima tahapan dalam pemecahan masalah

berikut:

Tabel 2.1 Tahapan Dalam Pemecahan Masalah Menurut Newman’s

Error Analysis (NEA)

Klasifikasi
No Keterangan (Description)
(Classification)
Membaca
1 Baca masalahnya (Read the problem)
(Reading)
Memahami Pahami apa yang dibaca (Comprehend
2
(Comprehension) what is read)
Melakukan transformasi dari kata-kata
dalam masalah kepada pilihan strategi
Transformasi matematis yang cocok (Carry out a
3
(Transformation) mental transformation from the words of
the question to the selection of an
appropriate mathematical strategy)
Mengaplikasikan keterampilan proses
Keterampilan proses sesuai strategi yang ditentukan (Apply the
4
(Process skills) process skills demanded by the selected
strategy)
Memberikan kode jawaban dalam bentuk
Pengkodean
5 tulisan yang dapat diterima (Encode the
(Encoding)
answer in an acceptable written form)
12

2.1.3 Klasifikasi Kesalahan dan Panduan Wawancara Newman’s

Error Analysis (NEA)

Sesuai dengan Newman Error Analysis (NEA), ada 5 (lima) jenis

kesalahan yang mungkin terjadi ketika siswa menyelesaikan masalah

dalam menyelesaikan soal matematika: (1) Kesalahan membaca masalah;

(2) Kesalahan memahami masalah; (3) Kesalahan transformasi masalah;

(4) Kesalahan keterampilan proses; (5) Kesalahan pengkodean atau

penulisan jawaban akhir. Masing-masing kesalahan tersebut dapat dikaji

dengan melakukan wawancara ketika siswa dalam proses menyelesaikan

masalah. Newman menyarankan beberapa hal yang berkenaan dengan

pelaksanaan wawancara saat siswa menyelesaikan masalah matematika

(Karnasih Ida, 2015, hal. 41) sebagai berikut:

a. Berbicaralah kepada siswa dengan cara yang ramah dan sampaikan

alasan Anda bahwa untuk membantu mereka dalam menyelesaikan

masalah matematika.

b. Beritahu siswa bahwa Anda ingin mereka mengerjakan beberapa soal

matematika.

c. Berikan siswa pertanyaan atau lembar jawaban dan suruh mereka

untuk menjawab pertanyaannya.

d. Ajak siswa untuk menunjukkan apapun yang mereka kerjakan. Jangan

mengatakan apapun sampai mereka selesai.

e. Minta beberapa siswa atau semua untuk menjawab pertanyaan tertentu

yang sudah dipertimbangkan. Jangan membantu siswa pada tahap


13

apapun, tetapi catatlah secara singkat setiap jawaban yang

diungkapkannya.

f. Tentukan klasifikasi kesalahan Newman, sesuai dengan dimana siswa

mengalami masalah atau kesalahan.

Tabel 2.2 Panduan Wawancara Menggunakan Newman’s Error

Analysis (NEA)

Klasifikasi Jenis Pertanyaan


No Kesalahan (Errors)
(Classification) (Typical Questions)
1 Membaca Silahkan baca Tidak mengetahui
(Reading) pertanyaannya pada kata kunci atau
saya (Please read the simbol (Do not
question to me) recognise key words
or symbols)
Jika kamu tidak
mengetahui satu kata
atau bilangan,
tinggalkan (If you don’t
know a word or
number, leave it out)
2 Memahami a. Menunjuk ke satu Dapat membaca
(Comprehension) kata atau simbol masalah dengan baik,
(Point to a word or tetapi tidak dapat
symbol). Apa arti memahami arti dari
kata atau simbol kata-kata, simbol atau
ini? (What does pertanyaan (Can read
this word/symbol the problems well but
mean?) cannot comprehend
b. Katakan pada saya the meaning of the
apa yang words, symbols or
ditanyakan pada question)
pertanyaan
tersebut (Tell me
what the question
is asking you to
do)
c. Apa yang kamu
maksudkan dari
perkataanmu?
(What do you
mean when you
14

Lanjutan Tabel…

Klasifikasi Jenis Pertanyaan


No Kesalahan (Errors)
(Classification) (Typical Questions)
say?)
3 Transformasi Katakan atau tunjukkan Tidak dapat
(Transformation) pada saya bagaimana mentransformasi
kamu mulai kalimat ke dalam
menemukan jawaban bentuk matematis
pada pertanyaan ini (Cannot transform
(Tell or show me how sentences into
you start to find an mathematical forms)
answer to this
question)
4 Keterampilan Tunjukkan pada saya Dapat menentukan
proses (Process bagaimana kamu operasi yang sesuai
skills) mendapat jawaban tetapi tidak dapat
(Show me how you get menyelesaikan
the answer) operasi dengan akurat
(Can choose an
Katakana pada saya apa appropriate
yang sedang kamu operation but cannot
kerjakan sebagai complete the
pekerjaanmu (Tell me operation accurately)
what you are doings as
you work)

Biarkan siswa
mengerjakan pada
selembar kertas (Let
student work on a piece
of paper)
5 Pengkodean Tuliskan jawaban dari Dapat menunjukkan
(Encoding) pertanyaannya (Write operasi yang benar
down the answer to the tetapi tidak benar
question) dalam menulis
jawaban (Can
perform the correct
operations but writes
the answer
incorrectly)
6 Ceroboh Menyatakan jawaban Berbeda dari
(Careless) yang benar dalam kesalahan di atas
usaha kedua selama (Different from the
wawancara; usaha errors above)
pertama yang tidak
15

Lanjutan Tabel…

Klasifikasi Jenis Pertanyaan


No Kesalahan (Errors)
(Classification) (Typical Questions)
benar ketika Kira-kira 20% dari
mengerjakan tes. Siswa kesalahan dilaporkan
menandai kesalahannya dalam beberapa studi
sendiri (Obtain correct jenis ini (About 20%
answer in second of errors reported in
attempt during some studies are of
interview; incorrect this type)
first attempt when
doing the test. Students
spot own mistakes)
Pertanyaan Tambahan (Additional Questins?)
7 Pengajaran a. Katakan pada saya
(Teaching) bagaimana kamu
mempelajari topic
ini…? (Tell me
how you have
learned this
topic…?)
b. Apakah kamu
menemukan topik
ini mudah atau
sulit? Mengapa?
(Do you find this
topic easy or
difficult? Why?
c. Apakah topic ini
menarik atau
membosankan?
Mengapa? (Do you
find this topic
interesting or
boring? Why?)
Mengajarkan siswa bagaimana menyelesaikan masalah
(Teach the student how to solve the problem)
(Karnasih, 2015, hal. 41)

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

kesalahan merupakan suatu bentuk penyimpangan yang dilakukan siswa,


16

berupa kesalahan membaca soal, memahami soal, membuat konsep dan

prosedur matematika, serta kesalahan dalam penulisan jawaban akhir yang

tidak tepat baik disengaja maupun tidak disengaja karena jawaban siswa

tidak sesuai dengan standar jawaban yang sudah ditetapkan.

2.2 Representasi

Representasi merupakan salah satu kemampuan yang harus

dimiliki siswa dalam proses pembelajaran matematika. National Council

of Teacher of Mathematics (NCTM) tahun 2000 menyatakan bahwa,

“Representation is central to the study of mathematics. Students


can develop and deepen their understanding of mathematical
concepts and relationships as they create, compare, and use
various representations”

Dengan kata lain, representasi adalah sumber belajar matematika. Siswa

dapat mengembangkan dan memperdalam pemahaman mereka tentang

konsep dan hubungan matematika dengan membuat, membandingkan dan

menggunakan berbagai representasi. Representasi merupakan suatu bentuk

interpretasi dari pemikiran siswa tentang suatu masalah yang digunakan

sebagai alat untuk menemukan solusi dari masalah tersebut (Sabirin, 2014,

hal. 35). Bentuk interpretasi siswa dapat berupa kata atau verbal, kalimat,

gambar, tabel, grafik, benda konkret, simbol matematika, dan sebagainya.

Representasi merupakan model atau bentuk alternatif dari masalah yang

digunakan untuk mencari solusi.

Representasi merupakan cara lain untuk mengekpresikan keadaan

masalah. Misalnya dapat diekspresikan dalam bentuk objek, kata, gambar,

simbol matematika (Huda, dkk, 2019, hal. 21). Selain itu, Representasi
17

merupakan suatu proses perkembangan mental yang sudah dimiliki,

diungkapkan, dan divisualisasikan oleh seseorang dalam berbagai model:

bahasa, gambar, objek konkret, tabel, atau kombinasi dari semuanya

(Prastiti, 2017, hal. 12). Representasi dapat diartikan sebagai dasar atau

pondasi bagaimana siswa memahami dan menggunakan ide matematika.

Untuk menghubungkan ide-ide tersebut siswa dapat menggunakan

gambar, grafik, simbol. Atau kata-kata dalam mempresentasikan ide dan

menjadi lebih sederhana serta lebih mudah dipahami (Rezki dan Mahmud,

2018, hal. 147). Dari beberapa pendapat yang dikemukakan, dapat

disimpulkan bahwa representasi merupakan cara menyampaikan ide dan

gagasan yang berkaitan dengan konsep dan masalah matematika dalam

bentuk simbol, model matematika, gambar, bahasa atau kata-kata, dalam

upaya menemukan solusi permasalahan matematika.

Beberapa ahli mengklasifikasikan representasi dengan definisi

yang berbeda. Representasi merupakan langkah yang digunakan seseorang

untuk menginterpretasikan ide atau gagasan matematika dalam bentuk

gambar, persamaan matematis, dan kata (Kholiqowati, 2016, hal. 23).

Selain itu, Suryaningrum dan Lestari (2022, hal. 7) mengelompokkan

representasi menjadi tiga, diantaranya representasi visual (visual

representations), representasi verbal (verbal representations), representasi

simbol (symbol representations). Suryaningrum menjelaskan bahwa

representasi visual terdiri dari tabel dan gambar, representasi verbal terdiri

dari kata-kata atau teks tertulis, sedangkan representasi simbolis terdiri

dari numerasi atau aljabar. Sehingga representasi dapat diartikan sebagai


18

kemampuan siswa dalam mengekspresikan ide-ide matematika seperti

masalah, pernyataan, solusi, definisi, dan sebagainya dalam bentuk

gambar, bagan, tabel, notasi matematika, angka atau simbol aljabar, dan

teks atau kata yang ditulis sebagai interpretasi dari pikirannya.

2.3 Semiotik

2.3.1 Definisi semiotik

Secara etimologi semiotik berasal dari bahasa Yunani, semion yang

berarti tanda. Semiotika merupakan ilmu tentang tanda (Mudjiyanto dan

Nur, 2013, hal. 74). Semiotik merupakan teori filsafat umum yang

berkaitan dengan produksi tanda dan simbol sebagai bagian dari sistem

kode untuk mengkomunikasikan informasi (Inganah dan Subanji, 2013,

hal. 431). Semiotik meliputi semua tanda yang bersifat visual dan verbal.

Semua tanda ini dapat diterima oleh indera manusia ketika tanda atau

simbol membentuk suatu kode yang secara sistematis menyampaikan

informasi pada aktivitas manusia. Sedangkan menurut Wibowo (2013)

tanda sebagai suatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbagun

sebelumnya dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain.

Dari beberapa pengertian di atas peneliti dapat menyimpulkan

bahwa semiotik merupakan suatu ilmu atau metode analisis untuk

mengkaji sebuah tanda. Upaya manusia dalam mempelajari tanda untuk

memaknai sesuatu yang dibawa oleh tanda-tanda tersebut. Memaknai

berarti bahwa sebuah objek tidak hanya memberikan informasi melainkan

juga berkomunikasi.
19

2.3.2 Analisis Semiotik Charles Sander Pierce

Charles Sander Pierce adalah seorang filsuf Amerika yang paling

orisinal dan multidimensional serta disebut juga sebagai seorang pemikir

yang argumentatif. Pierce mengungkapkan tiga elemen semiotik yang

utama yaitu tanda, acuan tanda, dan pengguna tanda. Teori dari Pierce

menjadi “Grand Theory” dalam semiotika (Lestari, 2020, hal. 13).

Gagasannya bersifat menyeluruh, deskripsi struktural dari semua sistem

penandaan.

Charles Sander Pierce memiliki teori yang disebut sebagai teori

segitiga makna, atau triangle of meaning (Rofiqi, 2020, hal. 12). Teori

segitiga makna atau triangle of meaning yaitu:

a. Tanda adalah konsep utama yang dijadikan sebagai bahan analisis

dimana di dalam tanda terdapat makna sebagai bentuk interpretasi.

Secara sederhana, tanda cenderung berbentuk visual atau fisik yang

dapat ditangkap oleh panca indera manusia.

Berdasarkan objeknya, Pierce membagi tanda atas icon (ikon),

indeks (indeks), symbol (simbol).

 Icon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat

kemiripan. Misalnya, garis singgung lingkaran dengan gambar layang-

layang. Dimana garis singgung lingkaran dan yang melalui

titik pusat lingkaran, jari-jari lingkaran dan titik di luar lingkaran

memiliki kemiripan dengan bentuk layang-layang Khususnya

pada garis dan garis .


20

O B

Gambar 2.1 Persamaan Garis Singgung Lingkaran dengan

Layang-Layang

 Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah

antara tanda dan petanda yang bersifat hubungan sebab akibat

(Wulandari dan Siregar, 2020, hal. 32). Misalnya, untuk

menyelesaikan persoalan garis singgung lingkaran dibutuhkan tanda

lingkaran karena tanda tersebut memiliki peran penting dalam

penyelesaian garis singgung lingkaran.

Lingkaran

Gambar 2.2 Contoh Persoalan Garis Singgung Lingkaran

 Symbol adalah tanda yang mewakili acuannya secara konvensional

baik berupa angka maupun huruf yang melambangkan suatu bilangan.

Misalnya, “ ”, “ ”, “ ”.

b. Objek (Acuan Tanda) adalah konteks sosial yang menjadi referensi

dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda.

c. Interpretant (Pengguna Tanda) adalah konsep pemikiran dari orang

yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu

atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang

dirujuk sebuah tanda.


21

2.4 Representasi Semiotik

Representasi merupakan suatu kemampuan yang harus dimiliki

siswa agar mampu mengkomunikasikan ide atau gagasan yang berkaitan

dengan konsep dan berbagai permasalahan matematika ke dalam berbagai

bentuk, seperti simbol, model matematika, gambar maupun bahasa atau

kata-kata sendiri dalam upaya untuk mencari solusi dari suatu

permasalahan matematika. Gambar, rumus, dan simbol yang digunakan

dalam pemecahan masalah matematika erat kaitannya dengan semiotik.

Representasi berkaitan erat dengan semiotik. Representasi visual, verbal,

dan simbolik mewakili ciri dari adanya semiotik yang muncul karena dari

representasi akan menginterpretasikan suatu tanda (Choiriyaza, dkk, 2021,

hal. 265).

Semiotik merupakan ilmu yang mempelajari tentang simbol atau

tanda dan interpretasinya sesuai dengan konteks, sedangkan matematika

sebagai area pengetahuan dan kehidupan terkait tanda yang berbasis

aktivitas. Objek matematika merupakan objek yang berkaitan dengan

simbol atau tanda dan representasinya. Dalam pemecahan masalah,

representasi konsep matematika memegang peranan penting, terutama

dalam mentransformasikan ide-ide matematika yang abstrak menjadi

konsep matematika yang konkret (Suryaningrum, dkk, 2019, hal. 100).

Representasi semiotik sangat berperan dalam pemecahan masalah untuk

mentransformasikan ide-ide matematika yang abstrak menjadi konsep

matematika yang nyata. Dapat disimpulkan bahwa representasi semiotik


22

merupakan kemampuan menuangkan gagasan dalam bentuk gambar

(ikonik), ekspresi matematik (simbolik), dan kata-kata (indeks).

2.5 Hubungan Representasi Semiotik dengan Analisis Kesalahan Siswa

Berdasarkan Tahapan Newman

Representasi merupakan salah satu kemampuan yang harus

dimiliki siswa agar mampu mengkomunikasikan gagasan terkait konsep

dan berbagai permasalahan matematika ke dalam bentuk seperti simbol,

model matematika, gambar, grafik, diagram, maupun bahasa atau dengan

kata-kata sendiri dalam upayanya untuk mencari solusi permasalahan

matematika. Kemampuan untuk menafsirkan suatu masalah matematika

dalam bentuk representasi dapat memberikan kesempatan kepada siswa

untuk menyelesaikan masalah yang sama dengan cara yang berbeda.

Sejalan dengan pendapat Suryaningrum, dkk (2019, hal. 99) menyatakan

bahwa hal tersebut membantu siswa tidak hanya terfokus pada satu

jawaban dan satu representasi saja. Gambar, rumus, dan simbol yang

digunakan dalam pemecahan masalah matematika itu berkaitan dengan

semiotika atau semiotik. Semiotik didefinisikan sebagai penggunaan tanda

untuk mewakili konsep matematika dalam pemecahan masalah. Semiotik

akan melahirkan representasi sehingga dalam ilmu matematika disebut

dengan representasi semiotic (Choiriyaza, dkk, 2021, hal. 265). Dalam

pemecahan masalah matematika tentu membutuhkan representasi dan

tanda, dimana konsep matematika yang abstrak akan mudah dipahami jika

direpresentasikan melalui simbol atau tanda.


23

Untuk menyelesaikan masalah matematika harus melalui beberapa

tahapan. Tahapan-tahapan untuk menganalisis kesalahan yang sesuai dan

yang dapat dilakukan pada bentuk masalah matematika adalah tahapan

kesalahan menurut Newman yang meliputi membaca masalah (reading),

memahami masalah (comprehension), transformasi masalah

(transformation), keterampilan proses (process skill), dan penulisan

jawaban akhir (encoding). Analisis Kesalahan Newman (Newman’s Error

Analysis-NEA) memberikan kerangka untuk mempertimbangkan alasan

yang mendasari tentang kesulitan yang dialami siswa dalam

menyelesaikan masalah matematika dan membantu guru dalam

menentukan dimana letak kesalapahaman terjadi (Mukminah dan Riana,

2020, hal. 47). Setiap tahapan-tahapan analisis kesalahan di dalamnya

terdapat suatu representasi semiotik. Representasi semiotik ini digunakan

untuk menyampaikan gagasan atau ide matematika siswa dalam

memahami dan memecahkan masalah matematika. Maka dari itu, dapat

disimpulkan bahwa analisis kesalahan representasi semiotik merupakan

proses pemecahan masalah melalui kemampuan siswa dalam

menyampaikan gagasan atau ide dengan menggunakan gambar (ikonik),

ekspresi matematik (simbolik), dan bahasa atau kata-kata sendiri (indeks).


24

Tabel 2.3 Hubungan Tahapan-Tahapan Indikator Kesalahan Siswa

dengan Indikator Representasi Semiotik

Indikator Kesalahan Siswa Indikator Representasi


No (Newman’s Error Analysis- Semiotik (Charles Sander
NEA) Pierce)
1 Membaca (Reading) Tanda
a. Siswa salah dalam membaca a. Gambar geometri
kata kunci dalam soal Objek
b. Siswa salah dalam membaca a. Memahami gambar geometri
simbol dalam soal b. Mengilustrasikan gambar
2 Memahami (Comprehension) geometri dari informasi yang
a. Siswa tidak mengetahui apa diberikan.
yang diketahui dan
ditanyakan dari soal
b. Siswa tidak sesuai dalam
menuliskan hal-hal yang
diketahui dan ditanyakan dari
soal
c. Siswa tidak menuliskan apa
yang diketahui dan
ditanyakan dari soal dan
tidak dapat menjelaskan
secara tersirat (pada saat
wawancara)
d. Siswa salah dalam
mengidentifikasi informasi
pada soal
3 Transformasi (Transformation) Interpretant
a. Siswa tidak dapat mengubah a. Menentukan nilai variable
kalimat soal ke dalam bentuk dari suatu persamaan
kalimat matematika matematika
b. Siswa tidak sesuai dalam
mengubah kalimat soal ke
dalam bentuk kalimat
matematika
c. Siswa salah dalam
mengaitkan hal yang
diketahui dengan rumus yang
digunakannya
4 Keterampilan proses (Process Interpretant
skills) a. Menyederhanakan suatu
a. Siswa tidak menguasai operasi hitung
konsep
b. Siswa kurang menguasai
teknik menghitung
c. Siswa tidak dapat
25

Lanjutan Tabel…

No Indikator Kesalahan Siswa Indikator Representasi


Semiotik
Menyelesaikan operasi pada
model matematika yang telah
dibuatnya
5 Menuliskan jawaban akhir atau Interpretant
pengkodean (Encoding) a. Menyelesaikan soal dengan
a. Siswa tidak menuliskan membuat model matematika
satuan yang sesuai dengan (ekspresi aljabar) dari
soal informasi berupa kata-kata
b. Siswa tidak menuliskan
jawaban akhir

2.6 Materi Garis Singgung Lingkaran

2.6.1 Definisi Garis Singgung Lingkaran

2.6.1.1 Sifat-Sifat Garis Singgung Lingkaran

Gambar 2.3 Definisi Garis Singgung Lingkaran

Gambar di atas menunjukkan lingkaran yang berpusat di titik O

dengan diameter AB. Garis g tegak lurus AB dan memotong lingkaran di

dua titik. Jika g digeser terus menerus ke atas hingga menyentuh titik A

maka akan diperoleh garis g’ yang menyinggung lingkaran dan tegak lurus

AB. Garis g’ disebut garis singgung dan titik A disebut titik singgung.

Uraian di atas menggambarkan definisi dari garis singgung lingkaran


26

yaitu: Garis singgung lingkaran adalah garis yang memotong lingkaran

tepat di satu titik. Titik tersebut dinamakan titik singgung lingkaran.

Setiap garis singgung lingkaran selalu tegak lurus terhadap jari-jari yang

melalui titik singgungnya.

Gambar 2.4 Sifat-Sifat Garis Singgung Lingkaran

Gambar 2.2 (a) memperlihatkan bahwa garis g menyinggung

lingkaran di titik A. Garis g tegak lurus jari-jari OA. Dengan kata lain,

hanya terdapat satu buah garis singgung yang melalui satu titik pada

lingkaran. Pada gambar 2.2 (b), titik R terletak di luar lingkaran. Garis l

melalui titik R dan menyinggung lingkaran di titik P, sehingga garis l

tegak lurus jari-jari OP. Garis m melalui titik R dan menyinggung

lingkaran di titik Q, sehingga garis m tegak lurus jari-jari OQ. Dengan

demikian, dapat dibuat dua buah garis singgung yang melalui satu titik di

luar lingkaran.

2.6.1.2 Panjang Garis Singgung Lingkaran

Setelah melukis garis singgung lingkaran, sekarang kamu akan

menghitung panjang garis singgung yang ditarik dari sebuah titik di luar

lingkaran.
27

Gambar 2.5 Panjang Garis Singgung Lingkaran

Garis AB dan BC adalah garis singgung lingkaran yang berpusat di

titik O. Panjang OA = panjang OC = r = jari-jari lingkaran maka panjang

garis singgung selalu tegak lurus terhadap jari-jari lingkaran maka panjang

garis singgung AB dan BC dapat dihitung dengan menggunakan teorema

Pythagoras. Perhatikan ΔOAB pada gambar di atas. Pada ΔOAB berlaku

teorema Pythagoras, yaitu:

Pada ΔOAB juga berlaku teorema Pythagoras, yaitu:

Ternyata, √ . Uraian tersebut menggambarkan

definisi berikut: Kedua garis singgung lingkaran yang ditarik dari sebuah

titik di luar lingkaran mempunyai panjang yang sama.


28

2.6.2 Garis Singung Dua Lingkaran

Gambar 2.6 Garis Singgung Dua Lingkaran

Kamu tentu sudah sering melihat sepeda. Apabila kamu amati

rantai roda sepeda, tampak bahwa rantai itu melilit dua roda bergerigi yang

berbeda ukuran. Dua roda bergerigi tersebut dapat dianggap sebagai dua

lingkaran dan rantai sepeda sebagai garis singgung persekutuan lingkaran.

Dengan demikian, garis singgung persekutuan dapat diartikan sebagai

garis yang tepat menyinggung dua lingkaran.

2.6.2.1 Kedudukan Dua Lingkaran

Secara umum, kedudukan dua lingkaran dapat dikelompokkan

menjadi tiga jenis, yaitu dua lingkaran bersinggungan, berpotongan, dan

saling lepas.

a. Dua Lingkaran Bersinggungan

Perhatikan gambar berikut.

Gambar 2.7 Kedudukan Dua Lingkaran

Gambar 2.7 (a) memperlihatkan dua lingkaran yang bersinggungan

di dalam. Untuk kedudukan seperti ini dapat dibuat satu buah garis
29

singgung persekutuan luar, yaitu k’ dengan titik singgung A. Gambar 2.7

(b) memperlihatkan dua lingkaran yang bersinggungan di luar. Dalam

kedudukan seperti ini dapat dibuat satu buah garis singgung persekutuan

dalam, yaitu n dan dua garis singgung persekutuan luar, yaitu l dan m.

b. Dua Lingkaran Berpotongan

Gambar 2.8 Dua Lingkaran Berpotongan

Dua lingkaran yang berpotongan seperti yang ditunjukkan oleh

gambar diatas mempunyai dua garis singgung persekutuan luar, yaitu r

dan s.

c. Dua Lingkaran Saling Lepas

Gambar 2.9 Dua Lingkaran Saling Lepas

Gambar di atas memperlihatkan dua lingkaran yang saling lepas

atau terpisah. Dalam kedudukan seperti ini, dapat dibuat dua garis

persekutuan luar, yaitu k dan l dan dua garis persekutuan dalam, yaitu m

dan n.
30

2.6.2.2 Menghitung Panjang Garis Singgung Persekutuan Luar

Gambar 2.10 Panjang Garis Singgung Persekutuan Luar

AB disebut garis singgung persekutuan luar dua lingkaran P dan Q.

R = jari-jari lingkaran P dan r = jari-jari lingkaran Q Panjang AB = CQ.

Panjang garis singgung persekutuan luar AB adalah:

𝐴𝐵 √𝑃𝑄 (𝑅 𝑟)

2.6.2.3 Menghitung Panjang Garis Singgung Persekutuan Dalam

Gambar 2.11 Panjang Garis Singgung Persekutuan Dalam

AB disebut garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran P dan

Q. R = jari-jari lingkaran P dan r = jari-jari lingkaran Q Panjang AB = CQ.

Panjang garis singgung persekutuan dalam AB adalah:

𝐴𝐵 √𝑃𝑄 (𝑅 𝑟)
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan prosedur

penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis

maupun lisan dari informasi dan perilaku objek penelitian yang diamati.

Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskriptif, gambaran atau

lukisan secara sistematis, faktual, akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat

serta hubungan antara fenomena yang diselidiki (Nazir, 2009). Oleh

karena itu, penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif

karena bertujuan untuk mendeskriptifkan atau menggambarkan tentang

kesalahan representasi semiotik siswa dalam menyelesaikan soal garis

singgung lingkaran.

3.2 Data

Data penelitian merupakan data yang diperoleh peneliti dari proses

pengumpulan data. Dimana data yang diperoleh dari subjek penelitian

akan diproses dan dianalisis sehingga menghasilkan suatu kesimpulan.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa

kata-kata lisan dan tulisan.

Pada penelitian ini dianalisis kesalahan representasi semiotik siswa

dalam menyelesaikan soal garis singgung lingkaran. Proses menganalisis

31
32

kesalahan representasi semiotik siswa dalam menyelesaikan masalah

matematika melalui pemberian soal dan wawancara kepada siswa.

3.3 Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini, diperoleh melalui penelitian

terhadap siswa kelas VIII A SMP Muhammadiyah 1 Jember. Siswa kelas

VIII A tersebut dapat dikatakan kelas yang memiliki siswa dengan

kemampuan yang berbeda-beda. Pada kelas ini, dipilih sebanyak 6 siswa

yang akan diambil dari tes tulis materi garis singgung lingkaran dengan

indikator analisis kesalahan representasi semiotik yang dibuat oleh

peneliti. Selanjutnya peneliti akan melakukan wawancara.

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat melakukan penelitian untuk

memperoleh data penelitian. Lokasi penelitian ini dilakukan di kelas VIII

A SMP Muhammadiyah 1 Jember, alamatnya terletak di Jalan Belimbing,

Krajan, Jemberlor, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember. Waktu

penelitian dilakukan pada bulan April Tahun Pelajaran 2021/2022. Lokasi

ini ditetapkan sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan sebagai

berikut:

1. Siswa kelas VIII A SMP Muhammadiyah 1 Jember masih banyak yang

melakukan kesalahan dan kesulitan belajar dalam memahami materi

garis singgung lingkaran.


33

2. Kepala Sekolah dan guru memberikan dukungan terhadap pelaksanaan

penelitian ini karena penelitian ini merupakan proses pembelajaran

dalam rangka mencari kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa

dalam menyelesaikan soal garis singgung lingkaran serta untuk

mencari solusi dari permasalahan tersebut.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik untuk mengumpulkan data

yang menjadi sumber informasi untuk penelitian ini. Berikut ini beberapa

teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Tes tertulis

Pengumpulan data melalui teknik tes tertulis dilakukan dengan

memberikan soal tes mengenai materi garis singgung lingkaran. Soal

tes mengenai garis singgung lingkaran berbentuk masalah matematika

yang memuat indikator kesalahan representasi semiotik siswa.

Sebelum soal diberikan kepada siswa, soal dikonsultasikan kepada

dosen pembimbing kemudian soal divalidasikan kepada ahli. Pada

penelitian ini, peneliti memilih 2 soal mengenai garis singgung

lingkaran yang bertujuan untuk mengukur kecenderungan proses

berfikir siswa.

Soal tes penelitian ini diberikan kepada siswa kelas VIII A

SMP Muhammadiyah 1 Jember pada bulan April Tahun Pelajaran

2021/2022 yang menjadi responden dalam menyelesaikan soal garis


34

singgung lingkaran. Setelah soal dikerjakan oleh siswa, peneliti akan

mengoreksi dan menganalisis pekerjaan siswa untuk ditentukan letak

kesalahan siswa.

2. Wawancara

Wawancara merupakan bentuk komunikasi langsung antara

peneliti dan responden. Wawancara (interview) merupakan proses

yang penting dalam melakukan suatu penelitian khususnya dalam

penelitian yang bersifat kualitatif (Rosaliza, 2015, hal. 71). Jadi dapat

diartikan bahwa wawancara merupakan cara untuk mengumpulkan

data dengan mengadakan tatap muka secara langsung antara orang

yang bertugas mengumpulkan data dengan orang yang menjadi sumber

data.

Wawancara pada penelitian ini diberikan kepada 6 siswa kelas

VIII A SMP Muhammadiyah 1 Jember yang terpilih sebagai subjek

penelitian.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data dengan melihat

atau mencatat suatu laporan yang sudah tersedia. Dokumentasi bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari

seseorang (Sugiyono, 2018). Dokumentasi yang digunakan dalam

penelitian ini sebagai pelengkap dari catatan lapangan dan wawancara

untuk mendukung penelitian. Penelitian ini menggunakan media

elektronik sebagai alat seperti handphone, kamera digital dll, yang

akan mendukung dan menguatkan data yang dikumpulkan oleh


35

peneliti. Dokumentasi dalam penelitian ini bisa berbentuk foto, hasil

pekerjaan siswa, dan hasil wawancara.

3.6 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data penelitian (Sanjaya, 2013). Adapun instrumen-

instrumen yang digunakan dalam penelitian antara lain:

1. Lembar tes tertulis

Pengumpulan data melalui teknik tes dilakukan dengan

memberikan soal tes pada cakupan materi garis singgung lingkaran.

Soal tes berbentuk masalah matematika yang memuat indikator

kesalahan siswa. Sebelum soal diberikan kepada siswa, soal tes akan

dikonsultasikan kepada dosen pembimbing kemudian divalidasikan

kepada ahli. Pada penelitian ini, peneliti memilih 2 soal masalah

matematika yang bertujuan untuk mengukur kecenderungan proses

berfikir siswa dan mencari serta mendeskripsikan jenis kesalahan

representasi semiotik siswa.

2. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara adalah pedoman yang dijadikan acuan

peneliti dalam melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi

valid yang berkaitan dengan apa yang akan diteliti. Isi dari pedoman

wawancara terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan

benang merah permasalahan yang akan ditanyakan kepada responden


36

dan mengacu pada kesalahan representasi semiotik siswa dalam

menyelesaikan soal garis singgung lingkaran.

3.7 Teknik Penganalisisan Data

Analisis data model Miles dan Huberman terdiri dari tiga alur

kegiatan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau

verifikasi (Sugiyono, 2018). Berikut teknik penganalisisan data yang

digunakan oleh peneliti:

1. Reduksi data (Data reduction)

Reduksi data dilakukan setelah semua data penelitian telah

terkumpul. Reduksi data merupakan bentuk kegiatan analisis yang

meliputi merangkum atau meringkas data, memfokuskan pada hal-hal

penting, menelusuri tema, dan memilih hal-hal pokok. Jadi dapat

diartikan bahwa reduksi data merupakan proses pengumpulan data,

baik pengurangan data yang tidak relevan, maupun penambahan

terhadap data yang dirasa masih kurang.

2. Penyajian data (Data display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

penyajian data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar

kategori, flowchart dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut,

maka akan terorganisasi, tersusun dalam pola hubungan sehingga

semakin mudah dipahami. Dalam hal ini Miles dan Huberman

menyatakan “the most frequent form of display data for qualitative


37

research data in the past has been narrative text” (dalam Sugiyono,

2018). Dalam menyajikan data, penelitian kualitatif paling sering

menggunakan teks yang bersifat naratif. Dengan demikian dalam

penyajian data pada penelitian ini, peneliti menggunakan teks

deskriptif.

3. Penarikan kesimpulan

Tahapan selanjutnya adalah penarikan kesimpulan yang

merupakan proses perumusan makna dari hasil penelitian yang

diungkapkan dengan kalimat singkar, padat, dan jelas, serta mudah

dipahami.

3.8 Teknik Pengujian Kesahihan Data

Setiap temuan harus dicek keabsahannya supaya hasil penelitian

dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya dan bisa dibuktikan

keabsahannya. Triangulasi dapat dikategorikan sebagai metode

pengecekan keabsahan informasi yang menggunakan suatu yang lain untuk

keperluan pengecekan maupun pembanding terhadap informasi tersebut

(Moleong, 2016). Triangulasi merupakan salah satu teknik pengumpulan

data untuk mendapatkan temuan dan interpretasi data yang lebih akurat

dan kredibel. Terdapat berbagai macam metode triangulasi sebagai

berikut:

a. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber merupakan pengujian data dari berbagai

sumber informan yang akan diambil datanya (Alfansyur dan Mariyani,


38

2020, hal. 149). Triangulasi sumber berarti membandingkan atau

mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh

melalui sumber yang berbeda. Misalnya, membandingkan hasil

pengamatan dengan wawancara, membandingkan hasil wawancara

dengan dokumen yang ada.

b. Triangulasi teknik

Berbeda dengan triangulasi sumber, triangulasi teknik

digunakan untuk menguji sebuah data yang dilakukan dengan cara

mencari tahu dan mencari kebenaran data terhadap sumber yang sama

melalui teknik yang berbeda (Alfansyur dan Mariyani, 2020, hal. 149).

Maksudnya periset menggunakan teknik pengumpulan data yang

berbeda-beda untuk memperoleh data dari sumber yang sama.

Misalnya, menyilangkan teknik observasi antara wawancara dan

dokumentasi yang kemudian digabungkan menjadi satu untuk

memperoleh sebuah kesimpulan.

c. Triangulasi waktu

Triangulasi waktu digunakan untuk menguji validitas data yang

berkaitan dengan perubahan suatu proses dan perilaku manusia, karena

perilaku manusia mengalami perubahan dari waktu ke waktu.

Misalnya, mengumpulkan data di pagi hari dengan teknik wawancara

dimana saat itu narasumber masih segar dan belum banyak masalah

sehingga akan memberikan data yang lebih valid dan lebih kredibel

(Alfansyur dan Mariyani, 2020, hal. 149). Untuk mendapatkan data


39

yang sahih perlu melakukan pengamatan tidak hanya satu kali

pengamatan saja.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode triangulasi

sumber karena peneliti melihat kesalahan representasi semiotik siswa

dalam menyelesaikan soal garis singgung lingkaran dengan

membandingkan hasil tes tulis dengan wawancara melalui sumber

yang berbeda. Wawancara dilakukan untuk setiap soal sehingga dapat

diketahui per-indikator kesalahan representasi semiotik siswa dari soal

yang telah diberikan.


DAFTAR PUSTAKA

Alfansyur, Andarusni., & Mariyani. (2020). Seni Mengelola Data: Penerapan


Triangulasi Teknik, Sumber Dan Waktu Pada Penelitian Pendidikan
Sosial. HISTORIS: Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan
Pendidikan Sejarah, Vol 5, No. 2, 146-150.

Amir, Faizal Mohammad. (2015). Analisis Kesalahan Mahasiswa PGSD


Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Dalam Menyelesaikan Soal
Pertidaksamaan Linier. Jurnal Edukasi, Vol , No. 2, 131-145.

Choiriyaza, A. E., Kadir, K., & Fatma, M. (2021). Pemodelan Matematika:


Dapatkah Autograph Meningkatkan Representasi Semiotik Matematik
Siswa?. JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika), 5(2), 264-276.

Clements, M.A., Ellerton, N.F. (1996). The Newman Procedure for Analysing
Errors on Written Mathematical Tasks. Retrieved March. Newman
analysis, (https://www.compasstech.com.au/, diakses pada 31 Desember
2021).

Hayati, S. (2017). Belajar & Pembelajaran Berbasis Cooperative Learning.


Magelang: Graha Cendekia.

Huda, Ummul., Musdi, Edwin., & Nari, Nola. (2019). Analisis Kemampuan
Representasi Matematis Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Pemecahan
Masalah Matematika. Ta’dib: Institut Agama Islam Negeri Batusangkar,
19-25.

Inganah, Siti., & Subanji. (2013). Semiotik Dalam Proses Generalisasi Pola.
KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, 431-438.

Irfan, M. (2017). Analisis Kesalahan Siswa Dalam Pemecahan Masalah


Berdasarkan Kecemasan Belajar Matematika. Jurnal Matematika Kreatif-
Inovatif, Vol 8, No. 2, 143-149.

Karnasih, Ida. (2015). Analisis Kesalahan Newman Pada Soal Cerita Matematis
(Newman’s Error Analysis In Mathematical Word Problems). Jurnal
PARADIKMA, Vo 8, No. 1, 37-51.

Kholiqowati, Heni. (2016). Analisis Kemampuan Representasi Matematis


Ditinjau Dari Karakteristik Cara Berpikir Peserta Didik Dalam
Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik. Semarang: Program Sarjana
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Malang.

40
41

Lestari, Dwi Hawa Putri Rr. (2020). Representasi Pada Penalaran Semiotik
Dalam Mengkontruksi Konsep Persegi Panjang. Jember: Program Sarjana
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Jember.

Margono, S. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Moleong, L. J. (2016). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Mudjiyanto, Bambang., & Nur, Emilsyah. (2013). Semiotika Dalam Metode


Penelitian Komunikasi Semiotics In Research Method of Communication.
PEKOMMAS: Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan
Informatika Jakarta. Vol 16, No. 1, 73-82.

Mukminah., & Riana. (2020). Analisis Kesalahan Newman (Newman Error


Analysis-NEA): Perbandingan Ketelitian Antara Siswa Yang Menghafal
Dan Tidak Menghafal Alqur’an. JIKAP PGSD: Jurnal Ilmiah Ilmu
Kependidikan, Vol 4, No. 1, 46-51.

Nazir, Moh. (2009). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

NCTM. (2000). Principles and Standarts for School Mathematics. USA: NCTM

Oktaviana, D. (2017). Analisis Tipe Kesalahan Berdasarkan Teori Newman


Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada Mata Kuliah Matematika Diskrit.
EduSains: Jurnal Pendidikan Sains & Matematika, Vol 5, N0. 2, 22-32

PISA. (2015). Result (Volume I): Excellence and Equity In Education. Paris:
OECD Publishing.

Prastiti, Desi Dwi. (2017). Analisis Kemampuan Representasi Matematis Siswa


CIBI (Cerdas Istimewa Bakat Istimewa) di SDN Ngenep 05 Malang. Other
Thesis, University of Mumammadiyah Malang.

Rezki., & Mahmud. (2018). Analisis Kemampuan Representasi Siswa Dalam


Pemecahan Masalah Geometri Serta Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya. Jurnal Review Pembelajaran Matematika, 146-160.

Rofiqi, Deni Muhammad. (2020). Semiotik Dalam Mengkontruksi Konsep Persegi


Panjang. Skripsi. Jember: Program Sarjana Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jember.

Rosaliza, Mita. (2015). Wawancara, Sebuah Interaksi KOmunikasi Dalam


Penelitian Kualitatif. Jurnal Ilmu Budaya, Vol 11, No. 2, 71-79.

Sabirin, Muhammad. (2014). Representasi Dalam Pembelajaran Matematika.


Jurnal Pendidikan Matematika IAIN Antasari. Vol 1, No. 2, 33-44.
42

Sanjaya, W. (2013). Penelitian Pendidikan Jenis, Metode dan Prosedur. Jakarta


Kencana Prenada Media Group.

Sugiyono, P. D. (2018). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suryaningrum, Wulandari Christine., Purwanto., Subanji., & Susanto, Hery.


(2019). Failure of Interpretation: Semiotic Representations in Fractional
Problem Solving. Advance in Social Science, Education and Humanities
Research. Volume 467, 99-103.

Suryaningrum, Wulandari Christine., & Lestari Dwi Hawa Putri, Rr. (2022).
Multiple Representatitons Appear When Students Interpret Signs in
Constructing Rectangle Concepts. JTAM (Jurnal Teori dan Aplikasi
Matematika), Vol 6, No. 1, 1-9.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. 2003. Sistem


Pendidikan Nasional., (Online), (https://www.dpr.go.id/jdih/index/id/203,
diakses pada 31 Desember 2021).

Wibowo, Wahyu Seto Indiwan. (2013). Semiotika Komunikasi-Aplikasi Praktis


Bagi Penelitian Dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana
Media.

Wijaya. C. B. (2018). Analisis Kemampuan Representasi Matematis Siswa Dalam


Menyelesaikan Soal Lingkaran Pada Kelas VII-B Mts Assyafi’iyah
Gondang. Suska Journal of Mathematics Education: Jurusan Tadris
Matematika Institut Agama Islam Negeri Tulungagung, Vol 4, No. 2, 115-
124.

Wulandari, Sovia., & Siregar, Erik D. (2020). Kajian Semiotika Charles Sanders
Pierce: Relasi Trikotomi (Ikon, Indeks Dan Simbol) Dalam Cerpen Anak
Mercusuar Karya Mashdar Zainal. Jurnal Ilmu Humaniora, Vol 4, No. 1,
29-41.

Anda mungkin juga menyukai