Anda di halaman 1dari 12

PAPER BAHASA INDONESIA

PROSES BLENDING BATUBARA DALAM PENGOPTIMALISASIAN


PENCAMPURAN BATUBARA UNTUK MEMENUHI SPESIFIKASI
KUALITAS KONSUMEN

IRENE S. A. SIHOMBING
1903042
TPM B 2019

D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI
BALIKPAPAN
2019/2020
PROSES BLENDING BATUBARA DALAM PENGOPTIMALISASIAN
PENCAMPURAN BATUBARA UNTUK MEMENUHI SPESIFIKASI
KUALITAS KONSUMEN

Irene S.A Sihombing (1903042)


Teknik Pengolahan Migas TPM B 2019

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Mengingat potensinya yang paling besar di Indonesia, batubara telah


ditetapkan sebagai bahan bakar, alternatif utama pengganti bahan bakar.
Batubara merupakan salah satu hasil dari alam yang memberikan banyak
manfaat bagi kehidupan manusia.Batubara merupakan hasil alam yang
dibutuhkan oleh orang banyak dalam kehidupan sehari-hari. Di indonesia,
batubara dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga
Uap. Sebagai bahan bakar pembuatan baja, juga sebagai bahan bakar dalam
Industri. Selain itu pula point paling penting,batu bara ini dapat di ekspor
untuk menambah devisa negara.Pemanfaatan batubara berhubungan erat
dengan karakteristiknya. Batubara dapat digunakan dalam keadaan padat atau
setelah dikonversi dijadikan cair atau fase gas. Dalam hal pemanfaatan, mutu
batubara hendaknya diketahui terlebih dahulu untuk menentukan spesifikasi
mesin atau peralatan yang digunakan sehingga mesin-mesin tersebut dapat
bekerja optimal (Lestari,2017).
Untuk memenuhi permintaan pasar dengan kualitas yang sudah
ditentukan dapat dipenuhi dengan melakukan pencampuran (blending)
batubara yang berbeda kualitas (Kualitas tinggi dan kualitas rendah) dengan
mengacu pada produksi batubara yang dihasilkan dan batubara yang sudah
tersedia di stockpile. Blending batubara bertujuan untuk mengoptimalkan
pemanfaatan cadangan batubara yang mempunyai nilai kalori rendah
sehingga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi untuk memenuhi
spesifikasi kualitas konsumen termasuk pada konsumen
Ekspor(Marlina,2019)
Walaupun dalam pengoptimalan proses blending batubara sudah sering
dilakukan,namun tetap saja masih terjadi penurunan kualitas batubara, dan
terkadang masih kurang optimal, dikarenakan, tidak terpenuhinya kualitas
blending. Oleh sebab itu, Hal ini adalah salah satu alasan penulis mengangkat
judul makalah tersebut,untuk mengevaluasi proporsi blending batubara,
bahwa perlu adanya analisa mengenai ketercapaian kualitas batubara yang
dihasilkan dari proses blending (coal blending). Optimasi blending dilakukan
untuk mendapatkan kualitas yang sesuai dengan standar/syarat permintaan
konsumen dari kualitas batubara yang tidak memenuhi spesifikasi konsumen
ataupun untuk mengefisienkan atau meningkatkan kuantitas batubara secara
optimal.

2. Permasalahan
Adapun permasalahan pada penelitian ini adalah,tidak tercapainya
kualitas blending batubara termasuk dalam pengoptimalisasian pencampuran
batubara dalam memenuhi spesifikasi standart konsumen.

3. Tujuan
1. Melakukan blending batubara agar didapatkan produk yang sesuai
dengan keinginan konsumen.
2. Mengetahui faktor penyebab terjadinya penurunan kualitas batubara.

4. Manfaat
1. Sebagai bahan referensi untuk menentukan kebijakan mengenai proporsi
pencampuran batubara (blending) agar dapat diterima atau sesuai dengan
permintaan dari konsumen.
2. Sebagai referensi untuk memanfaatkan batubara kualitas rendah secara
maksimal untuk menambah nilai ekonomis dengan cara pencampuran
batubara.
B. KAJIAN PUSTAKA
A. Batubara
Batubara adalah batuan yang mudah terbakar berwarna coklat tua yang
dihasilkan ketika tanaman darat dan air menumpuk dan terkubur selama usia
geografis yang ditransmisikan oleh panas dan tekanan. Butuh waktu lama
untuk membentuk lapisan endapan batu bara yang tebal dan lebar tempat
tanahnya tenggelam perlahan. Seharusnya, mereka dikubur di bawah tanah
perlahan-lahan sementara tanah ditenggelamkan, pasir menutupinya, dan
tanaman tumbuh subur di atasnya (Arif 2014)

Mengenai usia generasi, lebih dari 1/3 dari batubara dunia seharusnya
terbentuk selama era Paleozoikum (sekitar 5 hingga 2 juta tahun yang lalu) di
mana batubara Eropa, Amerika Utara, dan Asia berada di bawahnya. sisanya
kemungkinan terbentuk pada era Mesozoikum dan Cainozoikum. Sebagian
besar batubara diperkirakan terbentuk pada Zaman Karbon pada zaman
paleozolik (pada akhir era Paleozoikum). Bracken, Sphenophyta,
Lepidendrales, dan Codeite adalah tanaman utama yang memiliki tinggi
sekitar 20 ~ 30m.

Pengerasan dimulai ketika tanaman layu benar-benar tenggelam di dalam


air, dan udara terhalang, sehingga tanaman tidak lagi berkarat, dan kemudian
mereka mendapatkan tekanan bumi dan panas di bawah tanah. Meskipun
penyebab transmutasi belum ditetapkan, mereka mengatakan suhu beberapa
puluhan hingga 200 ° C pada ribuan tekanan merupakan kondisi optimal dari
coalification.

Batubara terutama terdiri dari karbon, dengan sedikit hidrogen, oksigen,


nitrogen, sulfur, dan hal-hal anorganik. Sebagian besar benda anorganik
dibawa oleh air bawah tanah setelah sedimentasi tanaman itu sendiri. Molekul
batubara memiliki jenis molekul tinggi yang membentuk cincin aromatik
monomer pada umumnya. Hal ini dapat dikatakan menjadi antrasit atau grafit
sesuai dengan tingkat karbonisasi yang terhubung dengan rantai karbon, dll
karena monomer membungkus molekul rendah.Sejak 1960-an, minyak dan
gas bumi telah menggantikan batubara sebagai bahan baku kimia sintetis. Ini
juga menjadi sumber energi yang kurang penting, setelah munculnya minyak.
Namun demikian, itu mencakup 26% dari total permintaan energi primer, di
samping minyak. Ada cadangan batubara lebih dari dua kali lipat dari jumlah
minyak dan gas alam di TOE, kecuali batubara coklat.
Jenis - Jenis Batubara itu sendiri antara lain :
A. Batubara Gambut
Gambut adalah salah satu di mana endapan bagian kayu dari
tanaman di air diselesaikan dan ditransmisikan secara biokimia oleh
jamur. Tidak seperti bagian kayu yang dikubur kemudian dibentuk oleh
panas bumi dan tekanan bumi untuk waktu yang lama. Begitulah
penguraian lignin dan selulosa di permukaan bumi yang merupakan
bahan utama bahan nabati.

B. Batubara Bitumen
Batubara bitumen adalah sejenis batubara menyala dengan warna
hitam atau hitam pekat. Juga disebut batu bara hitam karena memiliki
kilau mengkilap atau resin. Batu bara ini menghasilkan api yang panjang
dan asap berbau ketika terbakar. jenis ini mengandung 80-90%. karbon
dan 5-6% hidrogen. Hidrogen berkurang dan karbon meningkat ketika
tingkat karbonisasi naik dengan nilai kalorinya di atas 8100Kcal / kg.
digunakan sebagai kokas untuk pembuatan besi atau gas kota. Baru-baru
ini, jenis ini telah menjadi salah satu sumber daya terpenting dalam
industri kimia batubara berkat banyak penelitian tentang penambahan dan
gasifikasi hidrogen. Dinamakan demikian karena menghasilkan zat yang
mirip dengan bitumen.
C. Batubara Coklat/Lignit
Lignit, sering kali disebut sebagai batubara coklat, adalah sebuah
batuan sedimenter coklat dan halus yang terbentuk dari gambut yang
terkompres secara alami. Lignit dianggap sebagai tingkatan terrendah
dari batubara karena suhu panasnya yang relatif rendah. Lignit memiliki
kandungan karbon sekitar 60–70 persen.

D. Batubara Antrasit
Antrasit adalah batu bara yang terbakar tanpa asap, karena paling
baik dikarbonisasi. Nyala api sangat pendek dan asap tidak dihasilkan
saat dibakar, karena bahan yang mudah menguap sangat sedikit, dengan
tingkat volatilisasi 3~7%, dan kandungan karbon tetap yang sangat tinggi,
dengan laju 85~95%.Meskipun hampir tidak tersulut, dengan titik
penyalaannya 490 ℃,ia memiliki daya pemanas yang sangat kuat, dan
menjaga suhu konstan saat terbakar.Batubara sebagian besar diproduksi
di strata lama era Paleozoikum,sedangkan sebagian batubara era
Kenozoikum ditransformasikan menjadi antrasit karena metamorfisme
dinamis atau termal yang masing-masing disebabkan oleh diastrofisme
atau batuan vulkanik.

B .Blending Batubara
Jenis atau kualitas batubara ditentunta berbeda disetiap
pertambangan, maka diperlukan sistem pencampuran batubara di tempat
penimbunan batubara (coal stockyard) untuk memperoleh kualitas batubara
campuran yang seragam, konsisten dan siap untuk disalurkan ke
PLTU-B atau Industri Semen.

Ada 2 sistem pencampuran batubara yang dapat digunakan yaitu bin


blending dan blending Tujuan blending adalah untuk menyeragamkan
kualitas berbagai sumberbatubara dengan kondisi ukuran partikel yang sama
(- 50 mm crushed coal) sehingga diperoleh satu kualitas batubara campuran
(blend coal = B/C) yang memenuhi persyaratan kualitas yang diminta oleh
Konsumen .Pencampuran batubara (coal blending) adalah proses pengadukan
(mixing) bersama dari dua tipe/kualitas batubara yang berbeda atau lebih
dimana perbandingan setiap tipe batubara yang dicampur terkendali supaya
kualitas produk batubara campuran (blend coal) yang dihasilkan memenuhi
persyaratan kualitas/spesifikasi konsumen.

C . Penurunan Kualitas Batubara Yang diinginkan Konsumen


Walaupun dalam pengoptimalan proses blending batubara sudah sering
dilakukan,namun tetap saja masih terjadi penurunan kualitas batubara, dan
terkadang masih kurang optimal, dikarenakan, tidak terpenuhinya kualitas
blending,atau Banyaknya pengotor atau kontaminan yang akan berdampak
pada rendahnya peringkat dari batubara itu sendiri. Lalu, adanya swabakar
yang terjadi akibat batubara yang ditumpuk pada stockpile maupun temporary
stockpile.

C . METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif, dimana pada penelitian ini hal
ini merupakan suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan
data berupa angka sebagai alat menganalisis keterangan mengenai apa yang
ingin diketahui.
(Abdullah,2017)
2. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan September tahun 2017. Lokasi
penelitian di Desa Talawi, Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat.
(Abdullah,2017)

3. Alat dan Bahan


Alat :
Bahan :
1. Batubara
4. Prosedur Penelitian
a) Bagaimana tercapainya proses Blending Batubara, untuk memenuhi
spesifikasi standart konsumen.
b) Studi pendahuluan dilakukan dengan tujuan utama untuk menghimpun
berbagai informasi yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian.
Dimana dalam penulisan karya ilmiah ini penulis mengumpulkan sumber
sumber literatur yang berkaitan dengan judul, guna mengingat informasi
yang relevan dapat menunjang keberhasilan penelitian, terutama karena
hasil studi pendahuluan ini dapat menjadi acuan, baik dalam rangka
pengenalan dan perumusan
c) Tujuan dari proses blending ini adalah untuk mengoptimalkan
pemanfaatan nilai cadangan batubara yang mempunyai nilai kalori
rendah, sehingga akan mempunyai nilai ekonomis yang tinggi,Blending
merupakan salah satu cara yang tepat yang digunakan untuk mengatasi
permasalahan tersebut apabila tidak terpenuhinya kualitas batubara yang
sesuai dengan kriteria konsumen.
d) Penentuan Variabel :
Variabel Bebas : Untuk memenuhi spesifikasi kualitas konsumen
Variabel Terikat: Pengoptimalisasian pencampuran batubara
Data :
Data yang didapatkan dalam pembuatan karya tulis ini adalah data
sekunder, karena data yang tertera pada penulisan karya tulis ini berasal
dari penelitian orang yang dikembangkan kembali dengan tujuan yang
berbeda, namun dapat dimanfaatkan.
e) Pengumpulan data dilakukan setelah mempelajari literatur dan orientasi
lapangan. Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder.
Untuk data primer diambil langsung di lapangan, sedangkan untuk data
sekunder didapat dari literatur perusahaan atau laporan perusahaan
maupun wawancara dengan,karyawan perusahaan.
1. Pengambilan Data Primer
Data primer yaitu data yang dikumpulkan dengan melakukan
pengamatan, dan pengukuran langsung di lapangan. Pengamatan dan
pengukuran dilakukan dengan
cara:
Mengambil sampel
Preparasi conto di laboratorium
Analisis laboratoium
Pengambilan Data Sekunder
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan berdasarkan literatur
dari berbagai referensi, seperti:
Data kualitas batubara yang ada
Data stock batubara
Data kualitas permintaan konsumen
f) Setelah dilakukan uji laboratorium semua data yang sudah diolah,
dianalisis kembali berdasarkan hasil uji laboratorium yang telah
dilakukan. Parameter yang digunakan dalam analisis data meliputi
penurunan analisis proximate, analisis ultimate, jumlah sampel batubara.
Metode Simplek
Metode simplek merupakan salah satu model matematis yang dapat
digunakan dalam pemecahan masalah pengalokasian sumber-sumber
yang terbatas secara
optimal (keuntungan maksimal atau biaya minimal) dari tiga variabel
atau lebih.
Langkah-langkah metode simplek:
1. Merubah fungsi tujuan batasan menggunakan notasi Fungsi-fungsi
batasan menggunakan notasi ≤ Fungsi batasan harus diubah dari ≤
kebentuk “=” dengan menambahkan variabel slack/surplus yang di
mulai dari Sn+1, Sn+2, ... , Sn+m Proses pengulangan dihentikan
apabila koefisien dari fungsi tujuan sudah tidak ada negatif.
2. Bentuk tabel simplek
Bentuk table simplek dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Simplek

Keterangan :
VD = Variabel Dasar
Z = Fungsi Tujuan
X1 = Pengamatan pada Batubara Produk A
X2 = Pengamatan pada Batubara Produk B
Sn+m = Variabel tambahan
NK = Nilai Kanan (nilai pembatas)
3. Memilih Kolom kunci
Kolom kunci adalah kolom yang digunakan untuk merubah tabel
dimana mempunyai nilai pada baris kunci tujuan terdapat lebih dari
satu kolom yang mempunyai nilai negatif terbesar yang angkanya
sama, maka dapat dipilih salah satu diantaranya menjadi kolom
kunci. Kalau suatu tabel tidak mempunyai nilai negatif berarti tabel
tersebut sudah mencapai optimal.
4 Memilih baris kunci
Baris kunci adalah baris yang digunakan untuk merubah tabel. Untuk
itu lebih dahulu dihitung indek tiap-tiap baris dengan cara membagi
nilai-nilai kolom bn atau nilai kanan dengan nilai yang sebaris pada
kolom kunci.
nilai kolom bn
Indeks indek 
nilai kolom kunci
Bais kunci adalah baris yang mempunyai nilai indek dengan angka
positif terkecil. Apabila terdapat lebih dari satu baris yang
mempunyai nilai indek positif terkecil yang angkanya sama,
maka dapat dipilih salah satu diantaranya menjadi baris kunci. Nilai
yang masuk dalam kolom kunci dan juga termasuk dalam baris kunci
disebut angka kunci.
5. Menentukan fungsi tujuan dan fungsi-fungsi kendala
Misalkan:
X1 = Batubara A
X2 = Batubara B
Fungsi tujuan : Z = X1 + X2
Fungsi – fungi kendala:
X1 + X2 ≤ Z
6. Mengubah fungsi dan fungsi kendala ke dalam bentuk standar
Bentuk standar simplek:
Z – X1 – X2 = 0
X1+ X2+S1 = Z
Dengan S1 adalah variabel slack.
Membuat tabel simplek awal
7. Menentukan kolom kunci dan baris kunci sebagai dasar literasi
Kolom kunci ditentukan oleh nilai Z yang paling kecil (negatif).
Baris kunci ditentukan berdasarkan nilai indeks terkecil. Mentukan
nilai elemen cell yaitu perpotongn antara kolom kunci dengan baris
kunci. Melakukan iterasi Dengan menetukan baris kunci baru dan
baris-baris lainnya termasuk Z. Membuat baris kunci baru
Baris kunci baru Membuat kunci Z baru
Baris Z baru = baris Z lama – (nilai kolom kunci baris yang sesuai ×
baris kunci baru) Membuat baris variabel baru
Baris S2 Baru = baris S2 lama – (nilai kolom kunci baris yang
sesuai × baris kunci baru)
8. Pencapaian hasil Lakukan iterasi kembali sampai tidak ada nilai baris
Z yang negatif. Karena nilai-nilai pada baris Z sudah tidak ada yang
negatif, berarti iterasi selesai.
(Abdullah,2017)

Anda mungkin juga menyukai