MATERI
IN HOUSE TRAINING
BAHAN BAKAR BATU BARA DAN COAL FEEDER
DISUSUN OLEH :
TIM PENDAMPINGAN PT INDONESIA POWER UPJP BALI
UNIT PLTU SANGGAU 2015
Batu bara adalah bahan bakar fosil terbentuk jutaan tahun yang lalu ketika tanaman, hewan
dan makhluk lainnya meninggal dan terkubur di bawah bumi. Jasad mereka secara bertahap
berubah selama bertahun-tahun karena panas dan tekanan dalam kerak bumi dan dibentuk
untuk batubara, minyak dan gas. Ini adalah 3 bentuk utama dari bahan bakar fosil dan
terbentuk dari sisa-sisa organik dari tumbuhan dan hewan. Karena, mereka mengambil jutaan
tahun untuk membentuk, itu sebabnya mereka juga disebut sebagai sumber energi tak
terbarukan.
Selama beberapa tahun, tanaman ini membusuk dan hewan dikonversi menjadi substansi
hitam batu yang disebut dan batubara dan cairan yang disebut minyak tebal atau minyak
bumi, dan Zat yang melepaskan energi ketika dibakar disebut bahan bakar, dan proses
pembakaran yang disebut pembakaran. Panas adalah proses yang membuat pelepasan energi
mungkin saat pembakaran berlangsung. Bahan bakar mungkin menjadi padat, cairan atau gas
2
MATERI IN HOUSE TRAINING
dan energi dari itu dapat digunakan baik secara langsung, seperti dalam pemanasan rumah,
atau tidak langsung dengan ketel uap untuk membuat uap untuk mengemudi mesin.
3
MATERI IN HOUSE TRAINING
Pembentukan bahan bakar fosil membutuhkan waktu jutaan tahun, tetapi mereka menghilang
dalam hitungan detik. Mereka sedang diekstrak dari seluruh dunia. Batubara adalah salah satu
bahan bakar fosil yang digunakan secara luas dalam produksi listrik. Minyak digunakan
untuk daya kendaraan kita. Kita semua menggunakan bahan bakar fosil dalam keseharian kita
dalam beberapa atau cara lain. seperti setiap hal lainnya, bahan bakar fosil juga memiliki efek
negatif pada lingkungan kita. Karbon dioksida adalah pada produk dengan bahan bakar fosil.
Ketika dibakar mereka melepaskan karbon dioksida dan beberapa gas lainnya. Karbon
dioksida adalah salah satu alasan utama untuk pembentukan pemanasan global. Kami
mencemari lingkungan kita dengan mengekstraksi bahan bakar fosil ini dan membakar
mereka dengan kecepatan cepat. Mereka tidak bisa dimanfaatkan lagi karena mereka tidak
dapat diperbaharui. Solusi untuk masalah di atas adalah dengan menggunakan sumber energi
terbarukan termasuk surya, angin dan panas bumi.
4
MATERI IN HOUSE TRAINING
Coal Feeder.
Coal Feeder adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mengatur jumlah batubara yang
akan di bakar didalam boiler. Adapun model coal feeder ini disesuaikan dengan type
boilernya.
Pada prose pengukuran yang menggunakan Belt Feeder ada yang menggunakan model
volumetric dan ada yang menggunakan gravimetric,disesuaikan dengan kebutuhan dan
designya.
5
MATERI IN HOUSE TRAINING
6
MATERI IN HOUSE TRAINING
Stoker Fire Boiler diklasifikasikan berdasarkan metode pengumpanan bahan bakar ke dalam
furnace dan jenis grate. Klasifikasi utama dari jenis boiler ini adalah sebagai berikut:
Bahan bakar yang digunakan secara umum adalah batu bara (coal). Pada jenis ini batubara
dilewatkan pada grate baja yang bergerak. Pada saat grate bergerak batubara terbakar dan
menjadi abu sebelum jatuh pada ujung grate. Dalam pengoperasiaanya dibutuhkan
kemampuan lebih untuk mengatur grate, baffle dan damper udara. Hal ini untuk
meminimalkan produksi jumlah karbon yang tidak terbakar dalam abu.
Coal-feed hopper bergerak di sepanjang ujung coal-feed pada furnace. Sebuah coal grate
(grate batubara) digunakan untuk mengendalikan laju pemasukan batubara ke furnace dengan
cara mengendalikan ketebalan coal bed dan kecepatan grate. Ukuran dari batubara harus
uniform (seragam) karena untuk ukuran batubara yang relative besar tidak akan terbakar
sempurna saat mencapai ujung grate.
Spreader Stoker
Boiler jenis ini menggunakan kombinasi antara pembakaran suspensi dan pembakaran grate.
Pemasukan batubara dilakukan secara kontinu ke furnace di atas bed pembakaran. Untuk
batubara yang halus akan terbakar dalam suspense, sementara untuk batubara yang lebih
besar akan jatuh di atas grate yang kemudian akan dibakar dalam bed pembakaran batubara
yang tipis dan cepat. Untuk metode ini pembakaran yang terjadi akan memberikan
fleksibilitas yang baik terhadap fluktuasi beban yang diterima. Hal ini disebabkan oleh
penyalaan (ignition) terjadi secara cepat jika laju pembakaran ditingkatkan. Sehingga boiler
jenis ini lebih sering di-aplikasikan di industry daripada jenis stoker yang lain.
7
MATERI IN HOUSE TRAINING
8
MATERI IN HOUSE TRAINING
9
MATERI IN HOUSE TRAINING
Bila keadaan ini bisa dipertahankan biarkan ID Fan speed,FD Fan speed dan
stoker dalam keadaan auto sampai tekanan boiler naik secara perlahan-lahan.
Sebaiknya tidak menaikan tekanan uap dalam boiler terlalu cepat untuk menghindari
material stress. Buka perlahan-lahan main steam valve bila tekanan yang diinginkan
hampir tercapai.
Pembakaran
Batubara diumpankan ke ujung grate baja yang bergerak. Ketika grate bergerak
sepanjang tungku, batubara terbakar sebelum jatuh pada ujung sebagai abu. Diperlukan
tingkat keterampilan tertentu, terutama bila menyetel grate, damper udara dan baffles, untuk
menjamin pembakaran yang bersih serta menghasilkan seminimal mungkin jumlah karbon
yang tidak terbakar dalam abu. Hopper umpan batubara memanjang di sepanjang seluruh
ujung umpan batubara pada tungku. Sebuah grate batubara digunakan untuk mengendalikan
kecepatan batubara yang diumpankan ke tungku dengan mengendalikan ketebalan bed bahan
bakar. Ukuran batubara harus seragam sebab bongkahan yang besar tidak akan terbakar
sempurna pada waktu mencapai ujung grate.
Seperti kita ketahui unsur utama yang mempengaruhi pembakaran adalah udara dan
bahan bakar ( batubara ). Sempurna/baik tidaknya suatu pembakaran sangat dipengaruhi oleh
rasio udara dan batubara. Sangat sulit untuk menentukan rasio tersebut pada bahan bakar
padat seperti batubara dimana kandungan dan ukurannya tidak selalu sama. Jadi kita harus
juga menyesuaikan kondisi batubara yang kita bakar. Berikut adalah uraian dan beberapa
patokan untuk mencapai pembakaran yang sempurna.
- Abu yang keluar dari ash conveyor berwarna putih kecoklatan, atau dengan kata lain carbon
habis teroksidasi jadi tidak ada sisa batubara yang tidak terbakar atau arang.
- Kadar Oksigen dalam gas buang biasanya antara 4 – 9 %, sedang pada keadaan batubara banyak
yang halus biasanya oksigen (O2) akan naik karena oksigen (O2) tidak berkurang banyak
untuk beroksidasi dengan karbon yang ada pada batubara melainkan langsung
terbuang/terhisap, biasanya temperatur gas buangnya juga turun.
10
MATERI IN HOUSE TRAINING
Ini menyebabkan juga sisa pembakaran masih hitam, artinya masih banyak karbon
yang seharusnya terbakar tapi langsung jatuh ke ash conveyor. Pada keadaan ini sebaiknya
tidak menaikan guillotine door atau ketebalan batubara. Sebab udara akan semakin sulit
menembus lapisan batubara sehingga bisa berakibat pembakaran jadi lebih buruk. Jika perlu
guillotine door bahkan diturunkan dan kecepatan stoker juga diturunkan untuk memberi
kesempatan batubara terbakar lebih baik.
Pengaturan yang tepat mengenai kecepatan stoker, ketebalan batubara dan jumlah
udara pembakar akan bisa kita capai dengan pengalaman. Pada pembakaran yang baik
biasanya api terlihat agak tegak dengan tidak terlalu banyak batubara yang meloncat.
Jangan merubah FD speed terlalu besar (bila tidak perlu) karena terlalu banyak udara
pembakar/kelebihan udara akan menurunkan efisiensi boiler. Gejala kurang udara pembakar
bisa ditandai dengan turunnya persentasi oksigen (O2) sampai dibawah 4 % dan rantai stoker
terasa lebih panas.
Bila rantai stoker terlalu panas segera turunkan guillotine door. Sebagai pedoman
untuk memperbaiki rasio bahan bakar dan udara adalah dengan merubah
(menaikan/menurunkan) jumlah udara dengan cara menambah atau mengurangi FD Fan
speed, atau bisa juga dengan merubah (menambah/mengurangi) batubara dengan cara
menaikan atau menurunkan ketebalannya atau menambah atau mengurangi kecepatan
stokernya.
Keadaan batubara juga sangat menentukan hasil pembakaran. Baik kalorinya maupun
ukuran dari batubara itu. Sebaiknya batubara mempunyai kelembaban yang cukup, artinya
tidak terlalu kering tetapi juga tidak terlalu basah. Dengan ini dimaksudkan agar batubara
yang halus bisa menempel pada atau melapisi batubara yang lebih besar. Jadi pada waktu
masuk dan berada diatas stoker tidak mudah terbang tertiup angin dan sekaligus membantu
batubara yang lebih besar jadi mudah terbakar dan stoker speed bisa lebih tinggi.
11
MATERI IN HOUSE TRAINING
hal ini untuk menghindari agar boiler tidak terlalu sering modulasi atau bahkan mati karena
tekanan sudah tercapai atau terlewati untuk menghindari timbulnya asap yang tebal.
Pada pembakaran batubara, karbon yang tidak terbakar dapat merupakan kehilangan
yang besar. Hal ini terjadi pada saat dibawa oleh grit atau adanya karbon dalam abu dan
dapat mencapai lebih dari 12 persen dari panas yang dipasok ke boiler. Ukuran bahan bakar
yang tidak seragam dapat juga menjadi penyebab tidak sempurnanya pembakaran. Pada chain
grate stokers, bongkahan besar tidak akan terbakar sempurna, sementara potongan yang kecil
dan halus apat menghambat aliran udara, sehingga menyebabkan buruknya distribusi udara.
Pada sprinkler stokers, kondisi grate stoker, distributor bahan bakar, pengaturan udara dan
sistem pembakaran berlebihan dapat juga mempengaruhi kehilangan karbon. Meningkatnya
partikel halus pada batubara juga meningkatkan kehilangan karbon.
12
MATERI IN HOUSE TRAINING
Alat analisis oksigen portable dan draft gauges dapat digunakan untuk membuat
pembacaan berkala untuk menuntun operator menyetel secara manual aliran udara
untuk operasi yang optimum. Penurunan udara berlebih hingga 20 persen adalah
memungkinkan.
Metode yang paling umum adalah penganalisis oksigen secara sinambung dengan
pembacaan langsung ditempat, dimana operator dapat menyetel aliran udara.
Penurunan lebih lanjut 10 – 15% dapat dicapai melebihi sistem sebelumnya.
Alat analisis oksigen sinambung yang sama dapat memiliki pneumatic damper
positioner yang dikedalikan dengan alat pengendali jarak jauh, dimana pembacaan
data tersedia di ruang kendali. Hal ini membuat operator mampu mengendalikan
sejumlah sistem pengapian dari jarak jauh secara serentak.
Batu bara adalah bahan bakar fosil terbentuk jutaan tahun yang lalu ketika tanaman, hewan
dan makhluk lainnya meninggal dan dikubur di bawah bumi. Jasad mereka secara bertahap
berubah selama bertahun-tahun karena panas dan tekanan dalam kerak bumi dan dibentuk
untuk batubara, minyak dan gas. Ini adalah 3 bentuk utama dari bahan bakar fosil dan
terbentuk dari sisa-sisa organik dari tumbuhan dan hewan. Karena, mereka mengambil jutaan
tahun untuk membentuk, itu sebabnya mereka juga disebut sebagai sumber energi tak
terbarukan.
Selama beberapa tahun, tanaman ini membusuk dan hewan dikonversi menjadi substansi
hitam batu yang disebut dan batubara dan cairan yang disebut minyak tebal atau minyak
bumi, dan Zat yang melepaskan energi ketika dibakar disebut bahan bakar, dan proses
pembakaran yang disebut pembakaran. Panas adalah proses yang membuat pelepasan energi
mungkin saat pembakaran berlangsung. Bahan bakar mungkin menjadi padat, cairan atau gas
13
MATERI IN HOUSE TRAINING
dan energi dari itu dapat digunakan baik secara langsung, seperti dalam pemanasan rumah,
atau tidak langsung dengan ketel uap untuk membuat uap untuk mengemudi mesin.
Batubara dapat digunakan dalam benjolan atau tanah untuk bubuk dan dibawa melalui pipa
ke tungku seperti yang kadang-kadang dilakukan di pabrik dan pembangkit listrik ketel uap.
Kayu penting di negara-negara tanpa batubara. Arang adalah kayu yang sudah hangus dengan
pemanasan dalam oven tanpa udara dan kadang-kadang digunakan untuk memasak karena
tanpa asap. Gambut sebagian terbentuk batubara digali dari rawa dan rawa-rawa. Ini
membakar lebih seperti kayu tetapi memberikan lebih banyak energi. Ketika membakar, itu
mengarah pada polusi udara yang merupakan salah satu kelemahan utama dari bahan bakar
fosil.
Pembentukan bahan bakar fosil membutuhkan waktu jutaan tahun, tetapi mereka menghilang
dalam hitungan detik. Mereka sedang diekstrak dari seluruh dunia. Batubara adalah salah satu
bahan bakar fosil yang digunakan secara luas dalam produksi listrik. Minyak digunakan
untuk daya kendaraan kita. Kita semua menggunakan bahan bakar fosil dalam keseharian kita
dalam beberapa atau cara lain. seperti setiap hal lainnya, bahan bakar fosil juga memiliki efek
negatif pada lingkungan kita. Karbon dioksida adalah pada produk dengan bahan bakar fosil.
Ketika dibakar mereka melepaskan karbon dioksida dan beberapa gas lainnya. Karbon
dioksida adalah salah satu alasan utama untuk pembentukan pemanasan global. Kami
mencemari lingkungan kita dengan mengekstraksi bahan bakar fosil ini dan membakar
mereka dengan kecepatan cepat. Mereka tidak bisa dimanfaatkan lagi karena mereka tidak
dapat diperbaharui. Solusi untuk masalah di atas adalah dengan menggunakan sumber energi
terbarukan termasuk surya, angin dan panas bumi.
Coal Feeder adalah peralatan yang digunakan untuk mengatur jumlah batu bara yang
akan dibakar pada boiler, suddh barabng tentu batubara yang akan masuk sudah sesuai
ukuran yang telah ditentukan. Adapaun kehalusan dari pada batu bara yang akan dibakar
sangat ditentukan oleh kinerja dari pada crushernya,karena kehalusan batu bara sangat
mempengaruhi hasil kecepatan atau proses dari opada pembakaran tersebut. Jumlah batu bara
14
MATERI IN HOUSE TRAINING
yang masuk akan menentukan jumlah hasil produksi uap yang akan memutar turbin ,oleh
karena itu naik turunnya pembebebana generator akan selalu diikuti dengan jumlah batu bara
yang akan masuk kedalan boiler ( changgrate).
Batu bara bisa dimasukan kedalam boiler apa bila temperatur furnace harus diatas 350
deg C dengan tujuan batubara yang datang langsung dapat terbakar langsung,karena titik
nyala batu bara pada temperatur tersebut,artinya batu bara batu bara akan menyala dengan
sempurna pada temperatur tersebut.
Batubara merupakan bahan baku utama pembangkit listrik tenaga uap. Batubara menyimpan
energi di dalamnya secara kimia melalui ikatan-ikatan kimia antara karbon, hidrogen,
oksigen, nitrogen, dan sulfur. Batubara tidak memiliki struktur kimia yang baku, karena ia
merupakan campuran dari beberapa ikatan hidrokarbon yang kompleks. Ikatan-ikatan
hidrokarbon inilah yang menyimpan energi, yang apabila terputus melalui proses
pembakaran, akan menghasilkan energi panas yang untuk selanjutnya dipergunakan panasnya
di boiler untuk memanaskan air.
15
MATERI IN HOUSE TRAINING
Dan berikut adalah reaksi kimia yang terjadi saat batubara dibakar:
C + O2 => CO2
C + 0,5O2 => CO
S + O2 => SO2
Dapat kita lihat pada reaksi kimia di atas bahwa hasil pembakaran dari batubara yaitu berupa
CO2, CO, H2O, dan SO2. Ada satu lagu bahan polutan yang dihasilkan yaitu NOx. Untuk
mencegah terbentuknya CO, maka proses pembakaran di atur oleh jumlah udara yang masuk
ke proses pembakaran. Semakin tepat jumlah udara yang dimasukkan, maka akan semakin
sempurna proses pembakaran batubara tersebut. Disini diperlukan perhitungan perbandingan
udara-bahan bakar yang tepat (air-fuel ratio). Namun untuk lebih tepat menghasilkan
pembakaran yang sempurna, PLTU menggunakan excess air. Excees air adalah udara lebih
yang dikontrol jumlahnya di akhir proses pembakaran, sehingga apabila jumlahnya cukup
besar itu artinya adalah semakin sempurna proses pembakaran yang terjadi. Umumnya excess
air disetting di angka sekitar 4-5% udara dalam berat.
Selain bahan-bahan di atas, dihasilkan juga sebagai bahan pencemar antara lain abu hasil
pembakaran (fly ash) dan kerak hasil pembakaran (bottom ash). Bahan-bahan tersebut
termasuk limbah beracun yang pengelolaannya harus secara hati-hati. Selain itu juga fly ash
juga masih bisa digunakan sebagai bahan baku pembuatan semen. Fly ash yang keluar dari
boiler ditangkap menggunakan suatu alat bernama Electrostatic Precipitators agar tidak
langsung dibuang menuju chimney atau cerobong asap. Sedangkan untuk polutan lain seperti
SO2, digunakan suatu sistem bernama Flue Gas Desulphurization.
16
MATERI IN HOUSE TRAINING
Analisa proximate batubara terdiri dari beberapa analisa dasar batubara, yang bertujuan
praktis untuk menilai kualitasnya. Analisa proximate ini dilakukan rutin setiap kedatangan
pengiriman batubara, yang terdiri dari :
Volatile Matter
Abu
Karbon
Nilai kalor
Moisture
Grindabilitas
Volatile Matter
Adalah zat gas dalam batubara yang dapat terbakar dan sangat memegang peranan dalam
proses penyalaan bahan bakar. Komponennya adalah hydrogen, methane, acetylene dan
hydrocarbon-hydrocarbon lainnya. Kadar volatile dapat ditentukan dengan memanaskan
sample batubara dalam cawan tertutup pada 949 0C dalam waktu 7 menit.
Abu
Adalah sisa zat – zat yang tidak dapat teratur setelah semua zat yang dapat terbakar
semuanya. Sumber asli abu adalah :
Batu, tanah liat, besi sulphida selama penambangan berlangsung dapat dibersihkan dengan
pencucian.
Zat – zat dalam tumbuh – tumbuhan aslinya yang tidak dapat terbakar (daun, kulit pohon
dan lain sebagainya) dan ikut dalam proses pembentukan batubara, tidak dapat dicuci.
Kadar abu dapat ditentukan dengan menempatkan contoh batubara ke dalam cawan porselin,
kemudian secara perlahan dipanaskan dalam tanur pada suhu 704-746 0C selama ½ jam,
pemanasan berikutnya, sampai tidak ada sisa carbon lagi.
17
MATERI IN HOUSE TRAINING
Adalah zat yang tidak menguap dan tersisa setelah moisture, Volatile Matter dan kadar abu
dihilangkan.
Sulfur (belerang) dihitung terpisah, kadang – kadang dihitung sekalian pada penentuan nilai
kalor.
Nilai Kalor
Nilai kalor batubara adalah jumlah kalor (panas) yang dilepaskan apabila kita membakar 1
Kg batubara. Satuannya adalah kalori atau joule.
Nilai kalor merupakan variabel yang sangat penting karena hanya harga batubara ditentukan
oleh nilai kalornya. Umumnya makin tua umur batubara maka makin tinggi nilai kalornya.
Untuk batubara Antrasite nilai kalornya dapat mencapai 7000 Kcal/Kg dan untuk batubara
lignit bisa mencapai 4000 Kcal /Kg.
Belerang
Bahan bakar yang banyak belerang (sulfur) adalah bahan bakar minyak, sedangkan batubara
kandungan sulfurnya relatif lebih kecil. Kandungan belerang dalam bahan bakar minyak
antara 0,2 – 4 %. Kandungan belerang yang makin tinggi mempunyai pengaruh sebagai
berikut :
18
MATERI IN HOUSE TRAINING
Menurunkan efisiensi, hal ini karena suhu gas buang harus lebih tinggi dari pada titik embun
untuk mencegah korosi.
Reaksi pembakar belerang dan pembakaran asam sulfat adalah sebagai berikut :
S + O2 → SO2
SO2 + ½ O2 → SO3
SO3 + H2O → H2SO4
Dalam pembakaran belerang (S) akan bereaksi dengan oksigen menjadi belerang dioksida
(SO2), selanjutnya dengan adanya oksigen berlebih akan membentuk (SO3), dan yang terakhir
ini bereaksi dengan air (H2O) akan membentuk asam sulfat (H2SO4) yang korosif.
Dengan adanya SO3 dalam gas buang maka titik embunnya akan makin tinggi. Gas buang
dengan uap air 10 % tanpa ada SO2 mempunyai titik embun kurang lebih 45 0C. Bila dalam
gas buang tersebut terdapat SO3 sebanyak 10-3 % maka titik embunnya akan naik menjadi
kurang lebih 1000C.
Karena keharusan menaikkan suhu gas buang agar tidak terjadi korosi, maka hal ini
menyebabkan efisiensi menjadi lebih kecil. Cara mengatasi adanya kandungan sulfur dalam
bahan bakar selain membuat gas buang lebih tinggi dari titik embunnya, juga bisa dilakukan
dengan mengurangi excess air (udara lebih) sekecil mungkin.
Hubungan antara kadar SO3 dalam gas buang dengan titik embunnya ditunjukkan pada tabel
4.1.
2,5 132
2,5 140
3,0 148
Moisture.
Surface moisture adalah moisture yang melekat pada permukaan batubara dan dapat
dihilangkan dengan pemanasan samapai suhu 320C. Adanya surface moisture disebabkan
karena pengangkutan, hujan dan lain sebagainya.
Yang disebut index grinda bilitas adalah angka (indeks) kemudahan batubara untuk digiling.
Salah satu alat untuk mengukur kemudahan giling tersebut adalah alat hargrove. Cara
pengukurannya sebagai berikut : 50 gram contoh batubara setelah melalui saringan no. 16 –
30 U.S, digiling dengan alat hardgrove pada putaran 60, sedangkan beban diatur 64 lb.
Bubuk batubara yang terjadi disaring dengan ayakan 200 U.S, hasil ayakan ditimbang. Nilai
harus dihitung dari rumus (U.S. = United State Sieve).
Indeks hardgrove dapat terentang di atas 100 untuk batubara yang gampang digiling dan
berkurang sampai dibawah 50 untuk batubara keras (sukar digiling).
20
MATERI IN HOUSE TRAINING
Agar reaksi pembakaran dapat berlangsung, bahan bakar harus sepenuhnya kontak dengan
oksigen. Lebih rapat kontaknya lebih cepat dan Effesiensi pembakarannya. Bongkahan
batubara yang besar akan terbakar hanya pada permukaannya saja karena hanya bagian
permukaan batubara saja yang kontak dengan udara. Akan tetapi jika kita menggiling atau
menggerus bongkahan batubara menjadi partikel – partikel kecil, maka pembakaran akan
terjadi pada semua permukaan partikel sehingga proses pembakaran jelas akan lebih cepat,
karena itu dengan menggunakan batubara giling. Kita dapat meningkatkan laju aliran bahan
bakar yang dimasukkan ke dalam ruang bakar. Dengan cara ini kita dapat menghasilkan uap
dengan jumlah yang banyak dalam waktu yang singkat.
Penggunaan batubara giling telah memainkan peran yang sangat besar dalam hal ini
peningkatan kapasitas ketel yang memang sangat diperlukan untuk unit – unit modern yang
berkapasitas besar. Batubara digiling atau digerus didalam sebuah alat penggiling batubara
yang disebut MILL (Pulverizer).
Kehalusan batubara yang diijinkan keluar dari mill ke burner dikontrol oleh ” Clasifier” yang
terletak dibagian atas mill. Clasifier berfungsi untuk memisahkan batubara giling, batubara
yang halus akan lolos tetapi partikel – partikel yang kasar dikembalikan ke dalam mill.
Partikel – partikel batubara giling ditransportasikan ke burner oleh udara primer yang dipasok
oleh Primary Air Fan.
Kehalusan ukuran bubuk batubara tergantung dari jenis batubara.
Untuk batubara bituminous ukuran standar bubuk batubara 70% sampai dengan 75 %. Lolos
dari saringan 75 μm (200 Mesh).
Untuk batubara dengan Volatile Matter yang lebih rendah (Antrasite) ukuran butiran batubara
adalah 80 % sampai dengan 85 %. Lolos saringan 75 μm.
Pada proses pembakaran akan dihasilkan gas buang. Gas buang atau hasil pembakaran berupa
CO (Carbonmonoksida), gas O2 (Oksigen), gas CO2 (Carbondioksida) dan asam.
21
MATERI IN HOUSE TRAINING
· Gas CO (Carbonmonoksida)
Gas CO dihasilkan dari pembakaran Carbon : dimana pembakaran berlanjut secara tidak
sempurna.
Reaksi kimia.
Panas dihasilkan sekitar 10.120 KJ/Kg, sehingga ada keugian panas yang dibawa oleh gas
buang ke cerobong.
· Gas O2 (Oksigen)
Gas O2 pada gas buang menunjukkan adanya excess air (udara bersih) pada proses
pembakaran. Kandungan O2 pada gas buang dapat digunakan untuk menentukan
kesempurnaan dari pembakaran dan efesiensi dari proses pembakaran.
Panas yang dihasilkan sekitar 33.820 KJ/Kg. Panas yang dihasilkan tiga kali pembakaran
yang menghasilkan gas CO2.
· Asam
Terbentuknya zat asam pada proses pembakaran tidak dapat kita harapkan terbentuknya zat
asam tersebut berasal dari pembakaran sulfur (belerang).
Reaksi kimia.
S + O2 → SO2
22
MATERI IN HOUSE TRAINING
Dalam proses pembakaran ketel, selalu diberikan udara lebih. Dengan demikian maka juga
terdapat Oksigen lebih. Selanjutnya bila gas sulfurdioksida ini bertemu dengan oksigen yang
berasal dari udara lebih, maka akan terjadi reaksi.
2 SO2 + O2 → 2 SO3
Hasil pembakaran hidrogen adalah 2H + O2 → 2H2O. Selain itu dalam gas sisa pembakaran
juga terdapat air yang berasal dari udara pembakaran maupun dari bahan bakar. Apabila H2O
ini bertemu dengan SO3 akan terjadi reaksi :
Asam sulfat ini bersifat sangat korosif terhadap logam sehingga sering dijumpai terjadinya
korosi pada saluran gas asap p`da daerah yang temperaturnya cukup rendah dimana terjadi
pengembunan H2SO4. Kerusakan ini terutama sering dijumpai pada elemen A/H sisi dingin.
Selain itu, bila terbuang ke atmosfir melalui cerobong akan dapat mengakibatkan pencemaran
lingkungan serta hujan asam yang dapat membunuh tanaman. Dengan demikian meskipun
sulfur memberikan kontribusi panas dalam proses pembakaran, tetapi sulfur juga
menimbulkan dampak negatif yang merugikan. Karena itu kandungan sulfur dalam bahan
bakar dibatasi dan kita tentunya akan memilih bahan bakar yang tidak mengandung sulfur
bila hal ini memungkinkan. Tetapi kenyataannya hampir tidak ada bahan bakar fosil yang
bebas dari sulfur. Jadi meskipun dalam jumlah yang kecil, dampak negatif sulfur harus tetap
kita tanggung.
Gas bekas adalah merupakan material tak terlihat yang disebarkan melalui cerobong. Secara
umum, gas asap berwarna hitam yang keluar dari cerobong menunjukkan bahwa proses
23
MATERI IN HOUSE TRAINING
a. Terbawanya debu dengan jumlah yang cukup banyak dalam gas asap.
b. Terdapat carbon yang tak terbakar pada gas asap dalam bentuk jelaga (soot).
c. Adanya gas – gas berwarna seperti SO2, Nox terutama pada saat pembakaran minyak.
d. Adanya uap volatilc matter.
Tetapi gas asap yang keluar dari cerobong juga dapat berwarna hitam meskipun hanya
mengandung sedikit carbon yang tak terbakar yang bila ditinjau dari segi effisiensi, hal ini
sebenarnya yang diabaikan.
Sebaliknya, asap yang berwarna jernih secara umum menyatakan bahwa proses pembakaran
berlangsung secara sempurna. Terutama pada proses pembakaran minyak.
Asap yang jernih biasanya dapat diperoleh dengan cara menurunkan % CO 2 pada suatu harga
tertentu dimana udara lebih berada sedikit diatas harga optimum. Selain berkaitan dengan
masalah efisiensi, kepekatan gas asap juga berkaitan dengan masalah lingkungan. Asap yang
pekat akan mencemari lingkungan dengan kadar pencemaran yang lebih besar. Oleh sebab itu
pengukuran kepekatan gas asap menjadi faktor yang perlu diperhatikan oleh pengelola PLTU
terutama di negara – negara yang telah menjalankan peraturan mengenai lingkungan hidup
yang ketat. Pengukuran kepekatan gas asap dapat dilakukan dengan menggunakan kartu ”
Ringelman” atau dengan menggunakan meter asap tipe photo cell.
Efisiensi boiler atau efesiensi pembakaran sangat ditentukan oleh gas buang dengan
mengendalikan gas buang maka efisiensi boiler dapat ditingkatkan untuk mengendalikan gas
buang dapat dilakukan dengan dua cara :
1. Memonitor asap
2. Mengatur komposisi gas buang yang tepat dengan menggunakan segitiga Oswald.
24
MATERI IN HOUSE TRAINING
25
MATERI IN HOUSE TRAINING
Gambar Pulverizer
26
MATERI IN HOUSE TRAINING
27
MATERI IN HOUSE TRAINING
28
MATERI IN HOUSE TRAINING
29
MATERI IN HOUSE TRAINING
30