Anda di halaman 1dari 7

BAHAN BAKAR BRIKET BATUBARA SEBAGAI ALTERNATIF

PENGGANTI KAYU BAKAR DI DAERAH BINUANG, KABUPATEN


TAPIN, KALIMANTAN SELATAN

Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat
Banjarbaru

SARI
Untuk mendorong meningkatkan pemakaian batubara sebagai sumber energi bagi keperluan rumah tangga
dan industri kecil, dewasa ini pemerintah sedang gencar memasyarakatkan pemakaian briket batubara
untuk keperluan sehari-hari yang berhubungan dengan kegiatan rumah tangga hingga kepada yang bersifat
industri kecil, misalnya industri makanan, industri bata-genting, pandai besi dan sebagainya.
Bahan bakar konvensional seperti kayu bakar maupun arang kayu banyak sekali menimbulkan
permasalahan, karena didalam penggunaannya banyak sekali kendala yang dihadapi dan menimbulkan
masalah lingkungan.
Bahan bakar briket batubara memiliki kelebihan karena sifat-sifatnya lebih baik daripada kayu bakar atau
arang kayu, karena tidak berasap, tidak berbau, mempunyai suhu pembakaran tinggi dan murah harganya.
Variabel percobaan meliputi tekanan pembriketan, kuat tekan, komposisi bahan pengikat dan model tungku
yang digunakan dengan menggunakan bahan bakar briket batubara.
Tungku yang digunakan harus kompatibel antara tungku briket batubara dengan arang kayu atau kayu
bakar sehingga masyarakat konsumen dapat memilih bahan bakar yang sesuai dengan kebutuhannya tanpa
harus mengganti tungku yang dimilikinya.

PENDAHULUAN

Pada umumnya masyarakat pedesaan dalam melakukan kegiatan rumah tangga sehari-harinya
menggunakan kayu bakar maupun arang kayu.
Tungku rumah tangga yang digunakan pada tiap-tiap daerah mempunyai ciri khas tertentu meliputi bentuk,
ukuran, model dan bahan baku untuk membuat tungkunya. Apabila tungku tersebut bisa digunakan untuk
dua fungsi yaitu bisa menggunakan bahan bakar briket batubara maupun kayu bakar atau arang kayu,
tungku tersebut harus dikaji terlebih dahulu meliputi faktor teknis, daya tarik, ekonomis dan kebiasaan
masyarakat pemakainya.
Penelitian yang dilakukan mempunyai maksud dan tujuan mengaplikasikan secara sederhana dengan
teknologi tepat guna cara pembuatan briket batubara dan memasyarakatkannya secara langsung untuk
keperluan rumah tangga sehari-harinya didaerah Kabupaten Kutai, Kalimantan Timur.
Bentuk dan ukuran briket hasil percobaan menyebabkan perlu adanya sedikit perubahan pada bentuk fisik
tungku yang digunakabn untuk kegiatan rumah tangga. Perubahan pada tungku meliputi segi teknis
penggunaannya dalam kaitannya dengan pemakaian briket batubara agar tungku tersebut dapat dikatakan
sebagai tungku hemat energi, yaitu perbandingan jumlah briket batubara yang dibakar dengan jumlah udara
(oksigen) yang diperlukan harus tepat.
Dalam hal ini pada tungku akan terjadi kehilangan panas karena konduksi, pancaran panas (radiasi) dan
konveksi.
Dari hasil percobaan, kehilangan panas yang terjadi pada tungku masyarakat Kutai tidak begitu besar,
karena bahan baku tungku berfungsi sebagai isolator, sedangkan bentuk tungku yang sedemikian rupa
menyebabkan pancaran panas (radiasi) jauh berkurang karena diselaraskan dengan model, bentuk dan
ukuran briket batubara yang digunakan, dan kehilangan panas karena konveksi tidak berpengaruh karena
peralatan memasak ditempatkan sedekat mungkin dengan panas atau bara briket batubara yang terbakar.

KEADAAN UMUM

Jumlah cadangan batubara Indonesia lebih kurang 36 miliar ton (Mangunwidjaja,A, 1993), tersebar 67% di
Sumatera, 32% di Kalimantan dan sisanya di Irian Jaya, Sulawesi dan Jawa.Dari jumlah cadangan sebesar
itu yang terukur hanya 4,8 miliar ton (measured) dan yang lainnya sebagai indicated, infered dan
hypothetical.
Sebagian besar batubara Indonesia mempunyai ukuran peringkat rendah, oleh karena itu pemanfaatannya
perlu dilakukan peningkatan, diantaranya untuk keperluan rumah tangga dan industri kecil, yaitu dengan
cara pembriketan batubara, dengan tujuan untuk meningkatkan daya guna batubara sesuai dengan
spesifikasi yang dibutuhkan dan juga untuk memudahkan penanganan dan pengangkutannya.

LOKASI PENELITIAN
Pengambilan contoh batubara yang akan dianalisa dan yang digunakan untuk percobaan pembuatan briket
diambil dari daerah SP 3 (Satuan Pemukiman Transmigrasi 3), Kecamatan Kotabangun, Kabupaten
Kutai,Kalimantan Timur (lihat Gambar 1.).
Endapan batubara didaerah SP 3 termasuk kedalam cekungan Kutai dan mempunyai ketebalan beberapa
cm-4m dan berumur Oligosen awal hingga Miosen bawah, dimana lapisan atasnya disisipi tufa basalt (N.
Suwarna dan T.Apandi, 1985).
Umur pembentukan mempengaruhi kualitas batubara, secara umum batubara Kalimantan yang berumur
Miosen bawah atau tengah kualitasnya baik.

PELAKSANAAN KEGIATAN
Program kegiatan terdiri dari :
- Perencanaan
Untuk menunjang kelengkapan data sekunder pengumpulan data awal melalui studi literatur yang ter
kait dengan kegiatan yang akan dilakukan dipersiapkan lebih awal.
Peta lokasi, peralatan percobaan dipersiapkan dan dibuat terlebih dahulu secara sederhana dengan
teknologi sederhana pula dan tepat guna agar memudahkan dalam pengoperasiannya.

- Kegiatan Lapangan
Penentuan lokasi kegiatan atas dasar berbagai macam pertimbangan, diantaranya : tidak jauh dari lo
kasi endapan batubara, masyarakat sekitar menggunakan kayu bakar sebagai kebutuhan rumah tangga
sehari-hari yang akan dibandingkan dengan pemakaian briket batubara, dan dalam melakukan
kegiatan rumah tangga sehari-harinya masyarakat setempat menggunakan tungku tradisionil daerah
setempat.
Kegiatan penelitian dilakukan di tiga tempat (lihat Gambar 2.), yaitu Desa SP 3 (Satuan Pemukiman
Transmigrasi III), Desa Seblimbingan, dan Desa Tanah Pindah yang merupakan sentra pengrajin
tungku bagi masyarakat sekitarnya.
Endapan batubara yang diketemukan didaerah SP 3 umumnya relatip dekat dengan permukaan, dapat
dilihat dari sumur-sumur penduduk yang umumnya airnya tidak bisa diminum karena 1,5-2m dari
permukaan sudah diketemukan adanya indikasi endapan batubara.
Pengambilan contoh batubara untuk dianalisa proksimat dilakukan dengan penggalian sumur uji pada
beberapa tempat, pengambilan contoh dengan cara “chanel sampling” dilakukan dari lapisan batubara
paling atas hingga lapisan bawah. Sedangkan contoh batubara untuk bahan baku briket diambil dari
blok - blok besar hasil penggalian sumur uji dimasukkan kedalam karung ukuran 50 kg, kemudian
selanjutnya dipreparasi menjadi ukuran 2 cm untuk umpan bahan baku karbonisasi.
Gambar 1. Peta Lokasi Daerah SP 3

- Analisis Laboratorium
Contoh batubara dari berbagai tempat pengambilan masing-masing dipreparasi hingga ukuran - 60
mesh, kemudian dimasukkan kedalam kantong sampel dengan berat masing-masing 100 gram, selan
jutnya dianalisa proksimat dengan standar ASTM D3173-73 untuk menganalisis kandungan air, stan
dar ASTM D3174-73 untuk menganalisis kadar abu, standar ASTM D3175-77 untuk menganalisis
kandungan zat terbang (volatile matter), sedangkan karbon tertambat (fixed carbon) dihitung menggu
nakan rumus :

Karbon tertambat = 100 % - (% kadar air + % kadar abu + % kadar zat terbang)
Sulfur total dianalisis dengan standar ASTM D3177-75. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel I.

Gambar 2. Peta Lokasi Kecamatan Kotabangun Dan Sekitarnya

Tabel 1. Analisis Proksimat Batubara, Semi Kokas Dan Nilai Kalori Batubara Kotabangun

No. Variabel Batubara Semikokas

SP 3 L TL

1 Air lembab (%) 4,37 3,23 2,14

2 Abu (%) 1,61 2,76 2,85

3 Zat terbang (%) 36,61 21,25 19,68


.
4 Karbon tertambat (%) 57,41 72,76 75,33

5 Sulfur total (%) 0,44 0,42 0,35


.
6. Nilai kalori (k.cal/kg) 6142 7378 7414

Keterangan:
L = Karbonisasi pemanasan langsung
TL = Karbonisasi pemanasan tak langsung

PERCOBAAN
- Pembriketan
Pembriketan batubara adalah proses pencetakan dengan cara pengepresan atau menggumpalkan
butiran-butiran batubara berukuran kecil dengan atau tanpa bahan pengikat kedalam bentuk,
model dan ukuran yang diinginkan dengan sifat kimia dan fisika tertentu dengan tujuan untuk
meningkatkan mutu bahan bakar batubara.
Dengan peralatan sederhana, percobaan pembuatan briket batubara dilapangan diperlengkapi
peralatan sebagai berikut :
- Satu set alat tekan briket dilengkapi dengan dongkrak kekuatan 15 ton
- Cetakan briket model silinder sarang tawon ukuran diameter 5 cm, tinggi 10 cm
- Ayakan ukuran , 10 mesh dan 20 mash
- Timbangan ukuran besar (50 kg) dan ukuran kecil (5 kg)
- Wajan ukuran sedang
- Satu set peralatan drum karbonisasi diameter 50 cm, tinggi 75 cm
- Kaleng blek kosong
- Kantong plastik tebal kapasitas 1-2 kg
- Bahan tambahan kanji dan air secukupnya
Batubara untuk umpan karbonisasi mempunyai ukuran butir 2 cm, yang didalam pelaksanaannya
pengkarbonisasian dilakukan dua cara, yaitu pemanasan langsung dan pemanasan tak langsung
(lihat Gambar 3 dan Gambar 4.).
Gambar 3. Karbonisasi Pemanasan Langsung

Gambar 4. Karbonisasi Pemanasan Tak Langsung

Masing -masing drum karbonisasi pemanasan langsung maupun pemanasan tak langsung mempunyai
kapasitas umpan batubara berturut-turut 15 Kg dan 10 Kg. Prosee karbonisasi pemanasan langsung rata-
rata selama 24 jam sedangkan pemanasan tak langsung rata - rata 12 jam bahkan bisa kurang dari 12 jam.
Output karbonisasi berupa semi kokas dikeluarkan dari drum, didinginkan , digerus/ditumbuk, kemudian
disaring dengan ayakan 10 mesh dan 20 mesh..
Campuran yang diperlukan untuk masing-masing setiap ukuran briket diameter 5 cm, tinggi 6-7 cm adalah
sebagai berikut :
- Semi kokas 80 gram untuk masing-masing ukuran 10 mesh dan 20 mesh
- Kanji sebagai perekat sebanyak 6 % dari berat semi kokas
- Air sebagai pencampur sebanyak 10 % dari berat semi kokas
Semi kokas, kanji, dan air dicampurkan bersama-sama sambil dipanaskan pada suhu lebih kurang 80 0 C
selama 5 menit. Campuran atau adonan masih dalam keadaan panas dimasukkan kedalam cetakan briket,
selanjutnya ditekan dengan pembebanan bervariasi 1,5 ton, 2 ton dan 3 ton.
Setelah selesai penekanan, briket dikeringkan didalam blek kosong yang ditempatkan miring diatas bara
semi kokas yang dibakar. Blek kosong tersebut berfungsi sebagai oven untuk mengeringkan briket dengan
cara yang cepat. Setelah 2 - 3 jam briket dikeluarkan dan didiamkan beberapa saat, briket sudah siap pakai
sebagai bahan bakar. Karena briket higroskopis, maka penyimpanannya dimasukkan kedalam kantong
plastik tebal masing-masing ukuran kantong mempunyai kapasitas 8 - 9 buah briket/Kg.

- Pemanfaatan Tungku Tradisionil Masyarakat Kotabangun, Kutai, Kalimantan Timur


Uji coba pemakaian bahan bakar briket batubara dilakukan dengan menggunakan tungku tradi
sionil masyarakat Kotabangun, dengan sedikit perubahan pada tungku sebagai berikut :
- Pembuatan saluran/lubang udara diameter 1 cm ditempatkan disamping kiri/kanan tungku jum
lahnya masing-masing 3 buah.
- Pemasangan saringan, ukuran disesuaikan dengan ruang bakar yang berhadapan langsung de
ngan saluran udara pertama
Dengan tungku tersebut dilakukan percobaan untuk menggoreng dan memasak air ( lihat
Gambar 5. dan Gambar 6.)
Dari hasil percobaan tersebut masyarakat merasa tertarik karena banyak keunggulan yang dimi
liki briket dibandingkan dengan pemakaian kayu bakar.

HASIL PERCOBAAN

Bahan bakar briket batubara hasil percobaan mempunyai nilai tambah dan kelebihan dibandingkan
terhadap pemakaian kayu bakar, diuantaranya briket mempunyai suhu pembakaran tinggi dan waktu
pembakaran cukup lama, tidak mengeluarkan pancaran panas (radiasi), tidak berasap, tidak berbau , tidak
menimbulkan pengotoran ruangan/alat masak, hemat penggunaannya dan ekonomis.
Pemakaian kayu bakar umumnya cukup boros (lihat Gambar 7.) memperlihatkan cadangan sebuah keluarga
di Desa Seblimbingan , kayu bakar sebanyak itu hanya mampu bertahan antara 1 - 2 minggu.
Penggunaan kayu bakar selama ini tidak efektif, ruangan dan alat masak selalu dalam keadaan kotor
dipenuhi jelaga, hal ini disebabkan tidak sempurnanya hasil pembakaran, suhu pembakaran yang dihasilkan
rendah, pancaran panas (radiasi) tinggi, berasap, boros, dan tergantung cuaca karena kayu bakar tersebut
sebelum digunakan harus selalu dalam keadaan kering (dijemur terlebih dahulu).,

Anda mungkin juga menyukai