BAB I
PENDAHULUAN
Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 1
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable
sulfur yang dapat diambil yaitu sulfur organik(terikat) dan anorganik(bebas) tetapi
memiliki kelemahan yaitu pada proses desilfurisasinya membutuhkan waktu lama dan
membutuhkan biaya yang mahal karena memakai bakteri sehingga metode ini jarang
dilakukan.
Pada proses desulfurisasi biasanya menggunakan surfaktan untuk memisahkan
sulfur pada batubara.Surfaktan yang berasal dari sintesis minyak bumi dapat
digunakan pada desulfurisasi tetapi surfaktan ini tidak ramah lingkungan karena
limbah yang dihasilkan sulit untuk diuraikan.Sehingga dibutuhkan surfaktan yang
ramah lingkungan yang limbahnya dapat diuraikan oleh mikroorganisme
(biodegradable).
Surfaktan pada proses desulfurisasi dapat memisahkan sulfur dari batubara
dengan cara menurunkan tegangan permukaan batubara sehingga surfaktan lebih
mudah masuk ke dalam pori-pori batubara.Surfaktan memiliki 2 gugus molekul yaitu
hidrofilik dan hidrofobik,apabila surfaktan sudah masuk dalam pori-pori batubara
surfaktan akan membuat sulfur yang bersifat hidrofobik menjadi bersifat hidrofilik
sehingga sulfur akan terbawa oleh air dan terpisah dari batubara
Dari pertimbangan diatas pada penelitian kali ini menggunakan metode
desulfurisasi secara fisika yaitu dengan cara spray menggunakan surfaktan
biodegradable.Pada metode spray ini terdapat beberapa variabel yaitu ukuran
partikel,konsentrasi surfaktan,laju aliran surfaktan,waktu desulfurisasi dan diameter
spray.Variabel yang akan di tinjau pada penelitian ini antara lain kecepatan laju aliran
dan variasi konsentrasi surfaktan.
Tujuan utama penelitian ini adalah mereduksi kandungan sulfur batubara asal
Sumatra Selatan dengan metode spray menggunakan surfaktan biodegradable dengan
variabel yang ditinjau yaitu konsentrasi surfaktan dan laju alir surfaktan.
1.2 Permasalahan
Desulfurisasi metode spray menggunakan surfaktan biodegradable
sebelumnya belum pernah diaplikasikan sehingga perlu dilakukan studi pendahuluan
tentang penggunaan surfaktan biodegradable pada proses desulfurisasi. Pada studi
Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 2
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable
3. Metode spray merupakan salah satu metode yang bisa diterapkan untuk
dalam desulfurisasi batubara, namun untuk memaksimalkan desulfurisasi
maka perlu mempelajari dan mengoptimalkan variabel variable desulfurisasi
yaitu kecepatan laju aliran dan rasio campuran bahan surfaktan biodegradable
dengan air yang akan dipakai untuk proses desulfurisasi batubara.
1.4 Tujuan
Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 3
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable
1. Batubara yang digunakan berasal dari 1 tempat dan ukuran yang sama ,
dengan ukuran alat 100 x 40 x 150 (cm)
7. Variasi laju aliran surfaktan (mL/menit) : 750 ; 1250 ; 1500 ; 2500 ; 3750
Analisa hasil
Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 4
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Batubara
Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya yaitu
batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organic, utamanya
adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Analisis
unsur memberikan
rumus formula empiris seperti C 137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk
antrasit.
Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 5
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable
Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 6
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable
batubara geologis "muda" dan berada relatif dekat dengan permukaan bumi.
Karena tingginya relativitas berat terhadap jumlah panas, lignit biasanya
digunakan dalam bentuk bubuk batubara untuk pembangkit listrik berbahan
bakar batubara di dekat tambang.
Batubara juga merupakan batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan
kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk.Unsur-unsur utamanya
terdiri dari karbon, hydrogen dan oksigen. [18]
Disamping unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, belerang, dan nitrogen di
dalam batubara ditemukan pula unsur-unsur logam yang berasal dari pengotor
batubara, yaitu lapisan batubara yang tersisip dan terperangkap diantara lapisan
batubara.
Secara kimia, batubara tersusun atas tiga komponen utama, yaitu :
1. Air yang terikat secara fisika, dapat dihilangkan pada suhu sampai 105 0C,
disebut moisture.
2. Senyawa batubara atau coal substance atau coal matter, yaitu senyawa organik
yang terutama terdiri atas atom karbon, hidrogen, oksigen, sulfur, dan nitrogen.
3. Zat mineral atau mineral matter, yaitu suatu senyawa anorganik.
a) Moisture
Dalam batubara moisture paling sedikit terdiri atas satu senyawa kimia
tunggal. Wujudnya dapat berbentuk air yang dapat mengalir dengan cepat dari dalam
sampel batubara, senyawa teradsorpsi, atau sebagai senyawa yang terikat secara
kimia. Sebagian moisture merupakan komponen zat mineral yang tidak terikat pada
batubara.Moisture didefinisikan sebagai air yang dapat dihilangkan bila batubara
dipanaskan sampai 105 0C.
b) Zat mineral
Zat mineral atau mineral matter terdiri atas komponen-komponen yang dapat
dibedakan secara kima dan fisika. Zat mineral terdiri atas ash (abu) dan zat anorganik
yang mudah menguap (inorganic volatile matter). Apabila batubara dibakar akan
terbentuk ash yang terdiri atas berbagai oksida logam pembentuk batuan, sedangkan
zat anorganik yang mudah menguap akan pecah menjadi gas karbon dioksida (dari
karbonat-karbonat), sulfur (dari pirit), dan air yang menguap dari lempung.
Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 7
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable
Mineral terbanyak di dalam batubara, yaitu kaolin, lempung, pirit, dan kalsit.
Semua mineral itu akan mempertinggi kadar silikon lainnya. Oksida alumunium, besi,
dan kalsium, di dalam ash. Kemudian menyusul berbagai senyawa magnesium,
natrium, kalium, mangan, fosfor, dan sulfur yang didapatkan dalam ash dengan
persentase yang berbeda-beda.
c) Senyawa batubara
Senyawa batubara terdiri atas zat organik yang mudah menguap dan fixed
carbon. Zat organik yang mudah menguap kebanyakan tersusun atas (1) gas-gas yang
dapat terbakar seperti hidrogen, karbon monoksida, dan metan, (2) uap yang dapat
mengembun, seperti tar dengan sedikit kandungan gas yang dapat terbakar, dan (3)
uap seperti karbon dioksida dan air, yang terbentuk dari penguraian senyawa karbon
secara termis. Kandungan volatile matter (gabungan zat organik dan anorganik yang
mudah menguap) berkaitan sekali dengan peringkat batubara dan merupakan
parameter yang penting dalam mengklasifikasikan batubara.
Fixed carbon merupakan residu yang tersisa setelah moisture dan volatile
matter dihilangkan. Senyawa ini yang terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen,
oksigen, sulfur, dan nitrogen, dapat dibakar.
Tabel 1. Susunan unsur gambut, lignit, batubara subbitumen, bitumen [14]
Karbo Volatile Calorivi Moistur
n Matter c Value e
Gambut 60% > 53% 16,8 > 75%
MJ/kg insitu
Lignit 60- 53-49% 23,0 35%
71% MJ/kg insitu
Subbitumen 71- 49-42% 29,3 25-10%
77% MJ/kg insitu
Bitumen 77- 42-29% 36,3 8%
87% MJ/kg insitu
Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 8
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable
seminimal mungkin karena sifat tersebut yang merupakan pemicu polusi, maka
beberapa negara pengguna batubara menerapkan batas kandungan 1 % maksimum
untuk batubara yang dimanfaatkan untuk keperluan industri.
Sulfur dalam batubara terdapat dalam tiga bentuk, yaitu pirit sulfur, sulfat
sulfur dan organik sulfur. Sulfur dalam bentuk pirit dan sulfat merupakan bagian dari
mineral matter yang terdapat dalam batubara yang jumlahnya masih dapat dikurangi
dengan teknik pencuci. Sedangkan organik sulfur terdapat pada seluruh material
karbon dalm batubara dan jumlahnya tidak dapat dikurangi dengan teknik pencucian.
Terdapatnya sulfat sulfur dalam batubara sering dipergunakan sebagai petunjuk
bahwa batubara telah mengalami oksidasi, sedangkan pirit sulfur dianggap sebagai
salah satu penyebab timbulnya pembakaran secara spontan. Rumusan struktur kimia
batubara menurut Solamon.(1998) terdiri dari matrik cluster aromatic (aromatic
cluster), aliphatic atau karbonil sisi yang melekat pada cluster aromatic, komponen
ikatan lemah yang disebut dengan mobile phase dan senyawa penyambung (bridges)
antara cluster aromatic yang berupa kelompok fungsional alipatik yang mungkin
mengandung unsur O dan S
Gambar 2. Sulfur Dalam Batubara, (a) sulfur sulfat (b) pyrit sulfur (c) sulfur
ornganik.[Genetti.1999]
Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 9
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable
organik batubara, dan sering disebut sulfur organik yang tersebar secara merata ke
seluruh batubara. [2]
Sulfur kemungkinan merupakan pengotor utama nomor dua (setelah ash)
dalam batubara :
a) Dalam batubara bahan bakar, hasil pembakarannya mempunyai daya korosif
dan sumber polusi udara.
b) Moisture dan sulfur (terutama sebagai pirit) dapat menunjang terjadinya
pembakaran spontan.
c) Semua batubara bentuk sulfur tidak dapat dihilangkan dalam proses pencucian.
Hasil penentuan sulfur digunakan untuk menunjang evaluasi pencucian batubara,
emisi udara, dan evaluasi kualitas batubara berkaitan dengan spesifikasi dalam
kontrak serta untuk keperluan penelitian.
Batubara dengan kadar sulfur yang tinggi menimbulkan banyak masalah
dalam pemanfaatannya. Bila batubara itu dibakar, sulfur menyebabkan korosi dalam
ketel dan membentuk endapan isolasi pada tabung ketel uap (yang disebut slagging).
Disamping itu juga menimbulkan pencemaran udara. Sebagaian sulfur akan terbawa
dalam hasil pencairan batubara, gasifikasi, dan pembuatan kokas. Jadi, harus
dihilangkan dulu sebelum di lakukan proses-proses tersebut.
Unsur belerang terdapat pada batubara terdapat dengan kadar bervariasi dari
rendah (jauh dibawah 1 %) sampai lebih dari 4%. Unsur ini terdapat dalam batubara
dalam tiga bentuk yakni belerang organik, pirit, dan sulfat. Dari ketiga bentuk
belerang tersebut, belerang organik dan belerang pirit merupakan sumber utama emisi
oksida belerang. Dalam pembakaran batubara semua belerang organik dan sebagian
belerang pirit menjadi SO2. Oksida belerang ini selanjutnya dapat teroksidasi menjadi
SO3. Sedangkan belerang sulfat disamping stabil dan sulit menjadi oksida belerang,
kadar relatifnya sangat mudah dibanding belerang bentuk lainnya. Oksida-oksida
belerang yang terbawa gas buang dapat bereaksi dengan lelehan abu yang menempel
pada dinding tungku maupun pipa boiler sehingga menyebabkan korosi. Sebagian
SO2 yang diemisikan ke udara dapat teroksidasi menjadi SO3 yang apabila bereaksi
dengan uap air menjadi kabut asam sehingga menimbulkan turunnya hujan asam.
Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 10
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable
Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 11
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable
PT Arutmin
Senakin 9 4 15 39.5 0.7 6400
Indonesia
PT BHP
Petangis Kendilo 11 4.4 12 40.5 0.8 6700
Coal
PT Bukit 0.50 -
Ombilin 12 6.5 <8.00 36.5 6900
Asam 0.60
Parambaha PT Allied 10.00 37.30
4 - 0.50 (ar) 6900 (ar)
n Indo Coal (ar) (ar)
PT Kaltim
Prima 9 - 4 39 0.5 6800 (ar)
Prima Coal
PT Kaltim
Pinang 13 - 7 37.5 0.4 6200 (ar)
Prima Coal
Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 12
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable
PT Kideco
Roto South 24 - 3 40 0.2 5200 (ar)
Jaya Agung
PT Berau
Binungan 18 14 4.2 40.1 0.5 6100 (ad)
Coal
PT Berau
Lati 24.6 16 4.3 37.8 0.9 5800 (ad)
Coal
PT Bukit
Air Laya 24 - 5.3 34.6 0.49 5300 (ad)
Asam
Paringin PT Adaro 24 18 4 40 0.1 5950 (ad)
(ar) - as received, (ad) - air dried
Batubara asli atau yang langsung di ambil dari dalam tanah di sebut batubara
tertambang run of mine (ROM), masih mengandung campuran yang tidak
diinginkan. Pengotor batubara dapat berupa pengotor homogen yaitu pengotor yang
terjadi di alam saat pembentukan yang di sebut inherent impurities maupun pengotor
akibat operasi pertambangan atau yang di sebut extraneous impurities.Dalam usaha
meningkatkan kualitas batubara,termasuk menurunkan kadar pengotor(impurities)
yang terkandung dalam batubara termasuk kadar sulfur. Sehingga dapat
meningkatkan nilai kalor dan nilai jual batubara tersebut maka berbagai teknologi
pencucian batubara telah dan sedang dikembangkan.Salah satunya adalah pencucian
batubara menggunakan surfaktan biodegradable dengan metode spray.
Berdasarkan uraian diatas,maka dipandang perlu untuk dilakukan penanganan
masalah sulfur yang terdapat pada batubarauntuk menuju Clean Coal Technology atau
Teknologi Batubara Bersih yang menurut standar internasional maksimal sulfur yang
terkandung dalam batubara yaitu maksimal 1% , tetapi menurut Artiningsih dkk.
dalam studi penentuan kandungan sulfur (sulphur analysis) dalam batubara pada PT
Geoservices Samarinda Kalimantan Timur parameter sulfur atau standar kadar sulfur
yang digunakan pada pabrik semen di Indonesia maksimal 0,8% dan pada industri
PLTU maksimal kadar sulfur yang digunakan yaitu 0,4%.[1]
Dipilih surfaktan biodegradable karena sifatnya yang lebih ramah lingkungan
dibanding dengan surfaktan hasil sintesis bahan baku petroleum.Surfaktan
Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 13
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable
Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 14
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable
prosesnya, desulfurisasi batubara dapat dilakukan dengan metode kimia, fisika dan
biologi. Metode fisika terbatas hanya dapat mereduksi jenis sulfur anorganik dalam
batubara, sedangkan sulfur organik tidak dapat direduksi [5], kecuali bila dilakukan
pada suhu yang sangat tinggi (450oC) maka sulfur organik memungkinkan juga
direduksi .
Andi aladin dkk. (2009) telah melakukan penelitian desulfurisasi batubara
asal daerah Pattuku (Sulawesi Selatan) dengan cara Flotasi (metode fisika), terbukti
bahwa hanya jenis sulfur anorganik yang efektif untuk direduksi. Sedangkan metode
kimia dan biologi dapat memisahkan (mereduksi) baik sulfur anorganik maupun
sulfur organik dalam batubara, hanya saja metode biologi menggunakan bantuan
mikroba yang bekerja pada suhu rendah sehingga waktunya relatif lama dari metode
kimia [4].
2.4Metode Desulfurisasi
2.4.1 Desulfurisasi Secara Fisika
a. Kolom Flotasi
Metode ini sudah banyak digunakan secara komersial oleh industry batubara.
Penelitian desulfurisasi batubara asal Sulawesi dengan metode flotasi menggunakan
CPO(Crude Palm Oil)dengan system alir(kontinyu) yang beroperasi pada variabel
dimensi kolom tetap (L/D = 23) dan beberapa variabel optimum,dapat menurunkan
kandungan sulfur maksimum 72%.[3]
Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 15
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable
Metode ini menggunakan bakteri besi (iron bacteria) yang berfungsi sebagai
katalis untuk mengoksidasi sulfur pirit. Secara konvensional proses desulfurisasi
batubara dengan mikroba ini memerlukan waktu lama (sekitar 1 minggu) untuk
memisahkan sulfur dari batubara secara efektif, namun kombinasi metode flotasi dan
leaching dengan menggunakan mikroba sebagai katalis, waktu pemisahan bisa
dipercepat.
Beberapa metode desulfurisasi batubara secara kimia antara lain sebagai berikut :
Pereaksi asam HCl, HNO3 dan H2O2/H2SO4 terbukti dapat mereduksi sulfur
dalam batubara high sulphur pada suhu reaksi 80 oC [4]. Larutan hidrogen peroksida,
H2O2 yang diencerkan kedalam larutan encer H 2SO4 0,1 N secara kimia bereaksi
dengan material sulfur yang terkandung dalam batubara. Reaksi ini berlangsung
dalam suasana asam, dimana hidrogen peroksida mengoksidasi mineral-mineral
sulfida (dalam bentuk pyrit).
Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 16
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable
Jumlah
N Cara yang Alat analisis sulfur
Metode Referensi
o digunakan sulfur berkura
ng
Desulfurisasi
Nana dyah
batubaara
1 Fisika
menggunakan
Eschka. 47, 37% siswati,dkk ,
2010
udara dan air
Desulfurisasi
batubara metoda Nukman,dkk
2 Kimia
aglomerasi air-
bomb washing 25%
,2006
minyak sawit
Batubara Dalam
Desulfurisasi Andi
Spektrofotome
3 Fisika dan Deashing
ter UV
72%. Aladin,dkk20
Secara Flotasi 09
Sistem Kontinyu
Desulfurisasi
Samit
batubara dengan ASTM D
4 Kimia 70% Mukherjee,
hidrogen 2492
dkk,2001
peroksida
Desulfurization
of mezino coal
using
ASTM D-
Fisika combination of M.
2492 dan
5 dan flotationand 82,50 % Abdollahy
ASTM D-
Kimia leaching with a,dkk,2006
3177
potassium
hydroxide/metha
nol
2.5 Surfaktan
Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 17
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable
Surfaktan adalah salah satu produk yang paling serbaguna dari industri
kimia ,muncul dalam beragam produk seperti minyak motor yang gunakan di
mobil,obat-obatan yang kitaambil ketika kita sakit , deterjen untuk mencuci pakaian,
danagenflotasi. Akhir akhir ini ekstensi aplikasisurfaktan ke daerah teknologi tinggi
seperti elektronikpercetakan, rekaman magnetik,bioteknologi, mikro - elektronik ,
dan penelitian virus .Surfaktan luas digunakan di berbagai bidang karena surfaktan
memilki kemampuan untuk mempengaruhi sifat permukaan suatu bahan, diantaranya
untuk enhanced oil recovery (EOR) .Surfaktan merupakan suatu zat yang mempunyai
kemampuan untuk menurunkan tegangan permukaan (surface tension) suatu medium
dan menurunkan tegangan antarmuka (interfacial tension) antar dua fase yang
berbeda derajat polaritasnya. Istilah antarmuka menunjuk pada sisi antara dua fase
yang tidak saling melarutkan, sedangkan istilah permukaan menunjuk pada
antarmuka dimana salah satu fasenya berupa udara (gas) [6].Fungsi Surfaktan :
1. Menurunkan tegangan permukaan
2. Meningkatkan kelarutan suatu zat
3. Sebagai pembasah
4. Sebagai emulgator
5. Sebagai detergent
6. Sebagai Foaming -Antifoaming Agent
7. Sebagai Antistatik dan Antifogging Agent
Permasalahan yang ditumbulkan oleh penggunaan surfaktan adalah pencemaran
lingkungan,terutama oleh surfaktan berbahan dasar petroleum yang bersifat non
biodegradable, untuk itu perlu dilakukan pengembangan surfaktan yang bersifat
biodegradable
2.5.1 Biosurfaktan
Biosurfaktan merupakan surfaktan yang disintesis oleh mikroorganisme
(sebagai produk ekstraselular; baik melalui proses fermentasi mikroba atau melalui
reaksi katalis enzim in-vitro) terutama jika mereka ditumbuhkan pada substrat yang
tidak larut dalam air. Sama halnya dengan surfaktan, biosurfaktan memiliki sifat
mengurangi tegangan permukaan, menstabilkan emulsi, serta umumnya menimbulkan
Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 18
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable
Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 19
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable
penelitian kali ini termasuk jenis surfaktan netral non ionik,surfaktan nonionik
merupakan surfaktan yang bagian alkilnya tidak berikatan. Selain itu surfaktan yang
digunakan pada penelitian kali ini memiliki nilai HLB sebesar 13-15, HLB adalah
angka yang menunjukkan perbandingan antara senyawa hidrofilik (suka air) dengan
senyawa hidrofobik (suka minyak). Semakin besar harga HLB berarti semakin
banyak kelompok senyawa yang suka air. artinya, surfaktan tersebut lebih mudah
larut dalam air dan demikian sebaliknya. Surfaktan yang digunakan juga memiliki
nilai CMC (Critical Micelle Concentration) sebesar 10-5 10-4 M,sehingga
konsentrasi yang sebaiknya digunakan kurang atau lebih dari rentang CMC tersebut
agar tidak terjadi pembentukan misel. Selain itu surface tension surfaktan yang
digunakan pada penelitian kali ini mampu menurunkan tegangan permukaan air dari
78 dyne/cm menjadi 0,8 dyne/cm dengan kadar 25 ppm. Melihat spesifikasi surfaktan
yang digunakan pada penelitian kali ini dirasa sudah memenuhi kriteria untuk
melakukan desulfurisasi batubara.
Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 20
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable
tersebut.Sulfur dalam batubara yang sudah terikat pada gugus hidrofobik surfaktan
akan tertarik keluar bersama sama dengan air dan surfaktan meninggalkan batubara
karena adanya gaya fluidisasi di permukaan luar batubara.Sehingga sulfur didalam
batubara akan berkurang karena pencucian tersebut.
Pada kasus ini sulfur dalam batubara terbagi menjadi tiga bagian,yaitu sulfur
organik,sulfur pirit dan sulfur sulfat.Sulfur pirit dan sulfur sulfat termasuk dalam
sulfur anorganik.Pada proses desulfurisasi menggunakan surfaktan ini sulfur yang
dapat dipisahkan yaitu sulfur pirit dan sulfur sulfat saja,karena pada sulfur organik
merupakan sulfur yang berikatan dengan batubara,sehingga tidak dapat dipisahkan
dengan proses pencucian. Dalam batubara sulfur pirit mempunyai rumus kimia
( FeS2) sedangkan sulfur sulfat memiliki rumus kimia (SO 2). Pada batubarasulfur
sulfat dan sulfur pirit tersebut termasuk senyawa bebas dalam batubara dan bisa
dikatakan sebagai pengotor. Sehingga surfaktan yang masuk ke dalam batubara dapat
mengikat sulfur pirit dan sulfur sulfat karena kedua sulfur ini tidak berikatan dengan
komponen penyusun batubara. Didalam surfaktan yang kita gunakan terdapat 2 alkil
hidrofobik dan satu alkil hidrofilik.Karena senyawa sulfur merupakan senyawa
hidrofobik (non polar) maka kedua alkil hidrofobik tersebut yang akan mengikat
sulfur sulfat dan sulfur pirit.Pada gambar 3 dibawah ini ditunjukan gugus hidrofobik
surfaktan yang telah berikatan dengan sulfur sulfat dan sulfur pirit.
Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 21
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable
Mineral atau hasil tambang di alam biasanya ditemukan dalam keadaan yang
tidak murni, atau tercampur dengan senyawa lain. Untuk dapat digunakan pada proses
selanjutnya. Senyawa tersebut biasanya diperlukan dalam keadaan murni, sehingga
perlu adanya pemisahan senyawa-senyawa tersebut. Salah satu metode yang
digunakan dalam proses pemisahan itu adalah ekstraksi. Ekstraksi bertujuan untuk
mengeluarkan satu komponen campuran dari zat padat ataupun zat cair dengan
bantuan suatu pelarut.
Ada empat faktor penting yang harus diperhatikan dalam operasi ekstraksi(leaching) :
1. Ukuran partikel
Ukuran partikel mempengaruhi kecepatan ektraksi. Semakin kecil ukuran
partikel maka areal terbesar antara padatan terhadap cairan memungkinkan
terjadi kontak secara tepat. Semakin besar partikel, maka cairan yang akan
mendifusi akan memerlukan waktu yang relatif lama.
2. Faktor pengaduk
Semakin cepat laju putaran partikel akan semakin terdistribusi dalam
permukaan kontak akan lebih luas terhadap pelarut. Semakin lama waktu
pengadukan berarti difusi dapat berlangsung terus dan lama pengadukan harus
dibatasi pada harga optimum agar dapat optimum agar konsumsi energy tidak
terlalu besar. Pengaruh faktor pengadukan ini hanya ada bila laju pelarutan
memungkinkan.
3. Temperatur
Pada banyak kasus,kelarutan material yang akan diekstraksi akan meningkat
dengan temperatur dan menambah kecepatan ekstraksi.
4. Pelarut
Pemilihan pelarut yang baik adalah pelarut yang sesuai dengan viskosita yang
cukup rendah agar sirkulasinya bebas. Umumnya pelarut murni akan
digunakan meskipun dalam operasi ekstraksi konsentrasi dari solute akan
meningkat dan kecepatan reaksi akan melambat, karena gradient konsentrasi
akan hilang dan cairan akan semakin viskos pada umumnya. [8]
Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 22
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable
a. Ukuran partikel
Untuk batubara bituminous yang memiliki daya apung tinggi, pemulihan
desulfurisasi adalahterbukti berhubungan langsung dengan persentase permukaan
batubara yang tersediauntuk lampiran gelembung dan berbanding terbalik dengan
massa partikel. Tingkat desulfurisasi partikel dapat dianggap baik dari segi massa
partikel danpermukaan batubara tersedia untuk lampiran gelembung dan dapat
dinyatakan dengan hubungan berikut:
di mana : F = f (x) / g (m)
F = partikel tingkat desulfurisasi
f ( x ) = fungsi dari permukaan partikel ,
g ( m ) = fungsi dari massa partikel .
b. Waktu Desulfurisasi
Desulfurisasi batubara meningkat dengan bertambahnya waktu. Hal ini
disebabkan bahwa untuk pemisahan sulfur dari campuran bahan batubara butuh
waktu kontak dengan media hidrofilik. Pada volume konstan, dibutuhkan waktu
sebanding dengan jumlah sulfur dalam batubara, hingga terjadi pemisahan
sempurna atau maksimum. Setelah tercapai waktu optimum makan penambahan
waktu desulfurisasi tidak lagi memberikan penambahan persen removal sulfur
yang signifika (9). Namun sifat hidrofobik dan hidrofilik hampir tidak dipengaruhi
oleh variabel persen padatan, waktu pengkondisian maupun ukuran butiran
batubara.[10]
Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 23
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable
c. Dimensi Kolom
Persen removal sulfur batubara meningkat dengan meningkatnya dimensi
kolom. Fenomena ini dapat dijelaskan bahwa seakin besar nilai dimensi kolom
yang berarti kolom semakin tinggi maka semakin besar pengaruh tekanan di dalam
kolom. Karena hal itu partikel sulfur semakin mudah terpisah dari campuran bahan
batubara karena mendapat tekanan yang relatif lebih besar. Sedangkasn semakin
besar nilai dimensi kolom berarti semakin besar kontak antara aliran surfaktan
dengan batubara dalam kolom,maka semakin besar peluang partikel sulfur untuk
terpisah.[9]
d. Konsentrasi Cairan Pencuci
Pada proses desulfurisasi konsentrasi cairan pencucian dapat mempengaruhi
efektivitas kinerja pada pengurangan kadar sulfur batubara. Dimana salah satu
cairan pencuci yang biasa digunakan ialah surfaktan yang berupa CPO dimana
fungsi CPO yaitu untuk menurunkan tegangan, menyebabkan peningkatan gaya
adhesi antara partikel padat dengan permukaan gelembung udara, sehingga
partikel padat mudah terflotasi bersama dengan udara.[13]
Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 24
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable
Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 25
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable
Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 26
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable
diinjeksikan oksigen lalu bomb tersebut dimasukkan kedalam bejana disini batubara
dibakar dengan adanya pasokan udara/oksigen sebagai pembakar. Unit kedua ialah
unit pendingin/kondensor (water handling).[15]
Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 27
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable
Metode diatas merupakan metode analisis sulfur secara total yang mana sulfur
yang di ukur merupakan sulfur bebas dan sulfur terikat. Selain analisis sulfur tersebut
terdapat juga analisis kandungan sulfur yang cara analisisnya lebih mudah.Salah satu
alat yang digunakan untuk analisis kandungan sulfur total pada batubara yaitu
spektofotometer uv-vis.Spektofotometer uv-vis merupakan salah satu alat dalam
kimia analisis yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara
kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya.
Pada penelitian kali ini kandungan sulfur yang ditinjau yaitu kandungan sulfur
bebas pada batubara.Sehingga kandungan sulfur bebas dalam batubara dapat di
analisis menggunakan alat spektrofotometer uv-vis.Yang pengujian sampelnya dapat
dilakukan di Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 28
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian kali ini yaitu batubara dari
Sumatra Selatan dengan kadar sulfur awal sebesar 884,3 ppm
Bahan tambahan yang digunakan dalam penelitian kali ini yaitu Aquadest dan
Biosurfaktan yang berasal dari sintesis alga coklat (Sargassum sp)
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah sebagai berikut :
Keterangan :
Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 29
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable
Kotoran yang terdapat didalam bahan baku batubara dibersihkan dari sisa-sisa
ranting, pasir, tanah dan kotoran lainnya kemudian batubara dikecilkan ukurannya
menggunakan crusher. Bahan baku batubara dipisahkan berdasarkan ukurannya
dengan diameter -+3-4 mesh.Kemudian membuat campuran antara surfaktandan
airdengan konsentrasi0 gram/liter , 0.0625 gram/liter , 0.125 gram/liter , 0.1875
gram/liter , 0.375 gram/liter.Setelah itu melakukan kalibrasi flowmeter untuk
menentukan laju aliran surfaktan yang akan digunakan yaitu 750 ; 1250 ; 1500 ; 2500 ;
3750 (mL/menit)
Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 30
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable
Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 31
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable
Tahapan selanjutnya adalah analisis hasil karakteristik dari setiap sulfur yang
dihasilkan.Sulfur yang dianalisis yaitu sulfur bebas (S) atau sulfur anorganik saja
karena proses ini merupakan proses pencucian.
Pengeringan
Sinar Matahari batubara hasil
pencucian dan
Penimbangan
sampai berat
konstan
Keterangan :
Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 32
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable
Variasi laju aliran surfaktan (mL/menit) = (750 ; 1250 ; 1500 ; 2500 ; 3750)
Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 33
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable
BAB IV
Dalam penelitian ini, bahan baku batubara yang digunakan dalam proses
desulfurisasi merupakan bahan yang telah disamakan ukurannya dan dibersihkan dari
kotoran yang tidak mendukung pada penelitian. Sebelum dilakukan desulfurisasi,
hasil analisa batubara memiliki hasil sebagai berikut:
Tabel 4. Hasil Analisa Batubara Pra Desulfurisasi
Penurunan % Penurunan
Laju Alir Kadar Sulfur Kadar Sulfur
No Kadar KadarSulfur(%
(mL/menit) Hasil(ppm) Awal(ppm)
Sulfur(ppm) )
Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 34
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable
80
70
% Penurunan Kadar Sulfur
60
f(x) = 65241.47 x^-1.04
R = 0.92
50
40
30
20
10
0
500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000
Gambar 9. Pengaruh Berbagai Variasi Laju Aliran Surfaktan Dan Air Terhadap %
Sulfur Yang Terpisah.
Pada variasi laju aliran surfaktan dan air di dapatkan % sulfur terpisah
terbanyak pada laju alir 750 ml/menit dengan penurunan hingga mencapai 71,9 %,
lalu dilakukan analisa kandungan sulfur :
Tabel 6. Hasil analisa batubara pada % sulfur terpisah terbanyak dengan batubara
mula-mula
Sulfur merupakan salah satu pengotor pada batubara. Sulfur yang berkurang
dari hasil Spray ini dibandingkan terhadap kandungan sulfur batubara sebelum
dispray.Pada variasi laju aliran ini menunjukkan bahwa pengurangan kadar sulfur
batubara meningkat dengan berkurangnya laju aliran campuran air dan surfaktan.
% sulfur terpisah maksimum pada laju aliran larutan 750 ml/menit dengan
konsentrasi surfaktan 0,25 gram/liter yang dapat menurunkan kadar sulfur hingga
Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 35
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable
71,92%. Hal ini disebabkan bahwa untuk pemisahan sulfur dari batubara
membutuhkan waktu kontak dengan media hidrofilik (air) dan hidrofobik
(surfaktan). Pada volume konstan, dibutuhkan waktu sebanding dengan jumlah
sulfur dalam batubara, hingga terjadi pemisahan sempurna atau maksimum.[3]
Laju aliran campuran 750 ml/menit merupakan laju aliran surfaktan paling kecil
dibanding variasi laju aliran lainnya,maka pada laju alir 750 ml/menit memiliki
waktu kontak dengan batubara paling lama .Semakin sedikit laju aliran surfaktan
maka semakin lama waktu kontak antara campuran surfaktan dan air dengan
batubara sehingga semakin banyak sulfur yang dapat terpisah dari batubara
tersebut.
%
Kadar Kadar Penurunan
Penurunan
No Konsentrasi(gram/liter) Sulfur Sulfur Kadar
Kada
Hasil(ppm) Awal(ppm) Sulfur(ppm)
Sulfur(%)
1 0 857,95 884,3 26,35 2,979
2 0,0625 840,22 884,3 44,08 4,984
3 0,125 644,22 884,3 240,08 27,149
Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 36
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable
90
80 f(x) = 45.12 ln(x) + 128.71
% Penurunan Kadar Sulfur 70 R = 0.96
60
50
40
30
20
10
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4
Konsentrasi (gr/L)
Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 37
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable
Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 38
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan berupa desulfurisasi batubara dengan
pengaruh konsentrasi surfaktan dan pengaruh laju alir surfaktan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada desulfurisasi variasi laju alir surfaktan dengan laju alir surfaktan 750
ml/menit dengan konsentrasi 0,25 gram/liter didapatkan penurunan kadar
sulfur sebesar 71,92%
2. Pada desulfurisasi variasi konsentraasi surfaktan jumlah surfaktan 0,375
gram/liter dan kecepatan yang sama 750 ml/menit didapatkan penurunan
kadar sebesar 82,06 %.
3. Setelah dilakukan proses desulfurisasi kandungan sulfur dalam batubara
menjadi 0,16% sehingga batubara yang telah dilakukan desulfurisasi ini
memenuhi standar parameter maksimal sulfur yang digunakan untuk industri
semen yaitu kadar sulfur maksimal sebesar 0,8 % dan pada industri PLTU
yang kadar sulfurnya maksimal 0,4%.
5.2 Saran
Untuk penelitian selanjutnya perlu menggunakan konsentrasi yang lebih tinggi
dan ukuran batubara yang lebih kecil agar didapatkan penurunan kadar sulfur yang
lebih tinggi.
Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 39
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable
DAFTAR PUSTAKA
Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 40
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable
Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 41