Anda di halaman 1dari 41

Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya energi
dalam bentuk batubara. Sebagai sumber daya energi ,batubara memiliki nilai strategis
dan potensial untuk memenuhi sebagian besar kebutuhan energi dalam negeri. Potensi
sumber daya batubara di Indonesia terdapat di berbagai wilayah terutama di pulau
Kalimantan dan pulau Sumatera, sedangkan di daerah lainnya dapat dijumpai
batubara walaupun dalam jumlah kecil dan belum dapat di tentukan
keekonomisannya ,seperti di Jawa Barat ,Jawa Tengah ,Papua dan Sulawesi.Batubara
indonesia sebagian besar berada pada perbatasan antara batubara subbitumen dan
batubara bitumen, tetapi hampir 59% adalah lignit. Namun sayangnya batubara di
Indonesia ini banyak menimbulkan pencemaran lingkungan pada pembakaran.
Pembakaran batubara yang mengandung sulfur pirit tinggi dapat membentuk polutan
gas SOx seperti gas SO2 ,yang berpotensi membentuk hujan asam yang bersifat
korosif,berbahaya bagi kelangsungan hidup di darat dan di laut.Salah satu contoh
batubara di daerah Sumatera Selatan memiliki kandungan sulfur 0,72%-
1,90%,sehingga dibutuhkan pengurangan kadar sulfur supaya dapat memenuhi
kriteria pemakaian bahan bakar batubara pada industri (sulfur maksimal 1%)
Dalam usaha mereduksi kadar sulfur batubara , berbagai teknologi
desulfurisasi telah dan sedang di kembangkan. Beberapa metode desulfurisasi yang
biasa digunakan dibagi menjadi 3 yaitu desulfurisasi secara fisika,kimia dan
biologi.Ketiga metode desulfurisasi ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing.Pada metode desulfurisasi secara fisika sulfur yang dapat diambil yaitu sulfur
anorganik(bebas) saja akan tetapi pada proses desulfurisasinya lebih mudah dilakukan
dan membutuhkan biaya yang murah dari penelitian yang sudah dilakukan metode ini
dapat menurunkan sulfur sebesar 72%.Sedangkan pada desulfurisasi secara kimia
dapat mengambil sulfur organic(terikat) tetapi pada proses desulfurisasinya cukup
rumit dan membutuhkan biaya yang tinggi berdasarkan penelitian yang sudah
dilakukan metode ini dapat menurunkan sulfur sebesar 70%.Pada metode biologi

Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 1
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable

sulfur yang dapat diambil yaitu sulfur organik(terikat) dan anorganik(bebas) tetapi
memiliki kelemahan yaitu pada proses desilfurisasinya membutuhkan waktu lama dan
membutuhkan biaya yang mahal karena memakai bakteri sehingga metode ini jarang
dilakukan.
Pada proses desulfurisasi biasanya menggunakan surfaktan untuk memisahkan
sulfur pada batubara.Surfaktan yang berasal dari sintesis minyak bumi dapat
digunakan pada desulfurisasi tetapi surfaktan ini tidak ramah lingkungan karena
limbah yang dihasilkan sulit untuk diuraikan.Sehingga dibutuhkan surfaktan yang
ramah lingkungan yang limbahnya dapat diuraikan oleh mikroorganisme
(biodegradable).
Surfaktan pada proses desulfurisasi dapat memisahkan sulfur dari batubara
dengan cara menurunkan tegangan permukaan batubara sehingga surfaktan lebih
mudah masuk ke dalam pori-pori batubara.Surfaktan memiliki 2 gugus molekul yaitu
hidrofilik dan hidrofobik,apabila surfaktan sudah masuk dalam pori-pori batubara
surfaktan akan membuat sulfur yang bersifat hidrofobik menjadi bersifat hidrofilik
sehingga sulfur akan terbawa oleh air dan terpisah dari batubara
Dari pertimbangan diatas pada penelitian kali ini menggunakan metode
desulfurisasi secara fisika yaitu dengan cara spray menggunakan surfaktan
biodegradable.Pada metode spray ini terdapat beberapa variabel yaitu ukuran
partikel,konsentrasi surfaktan,laju aliran surfaktan,waktu desulfurisasi dan diameter
spray.Variabel yang akan di tinjau pada penelitian ini antara lain kecepatan laju aliran
dan variasi konsentrasi surfaktan.
Tujuan utama penelitian ini adalah mereduksi kandungan sulfur batubara asal
Sumatra Selatan dengan metode spray menggunakan surfaktan biodegradable dengan
variabel yang ditinjau yaitu konsentrasi surfaktan dan laju alir surfaktan.

1.2 Permasalahan
Desulfurisasi metode spray menggunakan surfaktan biodegradable
sebelumnya belum pernah diaplikasikan sehingga perlu dilakukan studi pendahuluan
tentang penggunaan surfaktan biodegradable pada proses desulfurisasi. Pada studi

Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 2
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable

pendahuluan ini proses desulfurisasi menggunakan biosurfaktan dan metode spray


dengan memvariasikan kecepatan laju alir dan konsentrasi surfaktan biodegradable.

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana efektifitas surfaktan biodegradable dalam proses desulfurisasi


batubara ?

2. Berapa banyak presentase pengurangan sulfur yang dihasilkan dari proses


desulfurisasi batubara menggunakan surfaktan biodegradable?

3. Metode spray merupakan salah satu metode yang bisa diterapkan untuk
dalam desulfurisasi batubara, namun untuk memaksimalkan desulfurisasi
maka perlu mempelajari dan mengoptimalkan variabel variable desulfurisasi
yaitu kecepatan laju aliran dan rasio campuran bahan surfaktan biodegradable
dengan air yang akan dipakai untuk proses desulfurisasi batubara.

1.4 Tujuan

1. Untuk mengurangi kadar sulfur yang terkandung dalam batubara sehingga


diperoleh batubara dengan kadar sulfur yang rendahdengan metode pencucian
secara spray menggunakan surfaktan biodegredable.

2. Mengamati pengaruh variable dalam proses desulfurisasi yaitu kecepatanlaju


alir surfaktan dan rasio campuran surfaktan biodegradable dengan air.

3. Mencari kondisi optimum dari masing masing variabel desulfurisasi yang


diamati dengan tetap mempertahankan ukuran partikel batubara

1.5 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat langsung yaitu
mengurangi masalah pencemaran lingkungan akibat penggunaan batubara, sekaligus
meningkatkan kualitas batubara yang selanjutnya akan meningkatkan nilai jual
batubara tersebut. Secara teoritis penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu

Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 3
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable

pengetahuan. Proses pengurangan kadar sulfur dalam batubara dengan melibatkan


proses kimia.

1.6 Batasan Masalah


Pada penelitian ini penulis mencoba untuk menggunakan bahan baku
batubara, dimana untuk mempersempit permasalahan penulis membatasi hanya
pada :

1. Batubara yang digunakan berasal dari 1 tempat dan ukuran yang sama ,
dengan ukuran alat 100 x 40 x 150 (cm)

2. Penelitian dilakukan dalam skala laboratorium.

3. Massa batubara yang digunakan sebesar 100gram.

4. Temperature proses yang digunakan 29oC

5. Ukuran parikel baubara dengan diameter - +3-4 cm

6. Variasi konsentrasi surfaktan(gram/liter)= 0 , 0.0625 , 0.125 , 0.1875 , 0.375

7. Variasi laju aliran surfaktan (mL/menit) : 750 ; 1250 ; 1500 ; 2500 ; 3750

8. Parameter yang digunakan dalam pengujian mutu adalah :

Analisa hasil

Jumlah kandungan sulfur dalam batubara total dianalisis menggunakan


metode spektrofotometri UV-vis dengan alat spektrofotometer.

Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 4
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batubara
Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya yaitu
batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organic, utamanya
adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Analisis
unsur memberikan
rumus formula empiris seperti C 137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk
antrasit.

Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 5
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable

Gambar 1. Rumus Bangun Batubara [USGS,2012 ]

2.1.1 Kelas dan Jenis Batubara


Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan,
panas dan waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus,
sub-bituminus, lignit dan gambut.
1. Antrasit
Antrasit adalah batubara dengan kadar karbon tertinggi, antara 86 sampai
98 persen, dan nilai panas yang dihasilakan hampir 15.000 BTU per pon. Paling
sering digunakan pada alat pemanas rumah. Menurut ASTM D388-05
StandardClassification of Coal by Ranks batubara Antrasit menempati peringkat
pertama dalam hal kandungan panas dan karbon dibandingkan dengan batu bara
lainnya.
2. Bituminous
Bituminous atau batubara hitam adalah batubara yang relatif ringan yang
mengandung tar seperti zat yang disebut aspal. Batubara ini memiliki kualitas
yang lebih tinggi dari batubara lignit tapi jauh dari antrasit. Warna batubara
bituminous yaitu berwarna coklat hitam atau kadang-kadang gelap. Kandungan
karbon batubara bituminous sekitar 60-80%, sisanya terdiri dari air, udara,
hidrogen, dan belerang. [18].
3. Subituminous
Batubara sub-bituminousa adalah jenis batubara yang bersifat seperti
batubara lignit. Batubara sub-subituminous banyak digunnakan terutama sebagai
bahan bakar untuk pembangkit listrik tenaga uap-listrik. Batubara sub-
bituminous berwarna coklat tua sampai hitam, lembut dan rapuh. Batubarra sub-
bituminous mengandung 15-30% air dan sisanya terdiri dari
karbon,udara,hydrogen dan belerang. [18]
4. Lignite
Lignit atau batubara coklat adalah batubara yang sangat lunak yang
mengandung air 35-75% dari beratnya. Batubara berkualitas terendah ini
merupakan batubara yang paling rapuh. Batubara ini lebih lembut, disebut

Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 6
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable

batubara geologis "muda" dan berada relatif dekat dengan permukaan bumi.
Karena tingginya relativitas berat terhadap jumlah panas, lignit biasanya
digunakan dalam bentuk bubuk batubara untuk pembangkit listrik berbahan
bakar batubara di dekat tambang.
Batubara juga merupakan batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan
kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk.Unsur-unsur utamanya
terdiri dari karbon, hydrogen dan oksigen. [18]
Disamping unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, belerang, dan nitrogen di
dalam batubara ditemukan pula unsur-unsur logam yang berasal dari pengotor
batubara, yaitu lapisan batubara yang tersisip dan terperangkap diantara lapisan
batubara.
Secara kimia, batubara tersusun atas tiga komponen utama, yaitu :
1. Air yang terikat secara fisika, dapat dihilangkan pada suhu sampai 105 0C,
disebut moisture.
2. Senyawa batubara atau coal substance atau coal matter, yaitu senyawa organik
yang terutama terdiri atas atom karbon, hidrogen, oksigen, sulfur, dan nitrogen.
3. Zat mineral atau mineral matter, yaitu suatu senyawa anorganik.
a) Moisture
Dalam batubara moisture paling sedikit terdiri atas satu senyawa kimia
tunggal. Wujudnya dapat berbentuk air yang dapat mengalir dengan cepat dari dalam
sampel batubara, senyawa teradsorpsi, atau sebagai senyawa yang terikat secara
kimia. Sebagian moisture merupakan komponen zat mineral yang tidak terikat pada
batubara.Moisture didefinisikan sebagai air yang dapat dihilangkan bila batubara
dipanaskan sampai 105 0C.
b) Zat mineral
Zat mineral atau mineral matter terdiri atas komponen-komponen yang dapat
dibedakan secara kima dan fisika. Zat mineral terdiri atas ash (abu) dan zat anorganik
yang mudah menguap (inorganic volatile matter). Apabila batubara dibakar akan
terbentuk ash yang terdiri atas berbagai oksida logam pembentuk batuan, sedangkan
zat anorganik yang mudah menguap akan pecah menjadi gas karbon dioksida (dari
karbonat-karbonat), sulfur (dari pirit), dan air yang menguap dari lempung.

Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 7
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable

Mineral terbanyak di dalam batubara, yaitu kaolin, lempung, pirit, dan kalsit.
Semua mineral itu akan mempertinggi kadar silikon lainnya. Oksida alumunium, besi,
dan kalsium, di dalam ash. Kemudian menyusul berbagai senyawa magnesium,
natrium, kalium, mangan, fosfor, dan sulfur yang didapatkan dalam ash dengan
persentase yang berbeda-beda.
c) Senyawa batubara
Senyawa batubara terdiri atas zat organik yang mudah menguap dan fixed
carbon. Zat organik yang mudah menguap kebanyakan tersusun atas (1) gas-gas yang
dapat terbakar seperti hidrogen, karbon monoksida, dan metan, (2) uap yang dapat
mengembun, seperti tar dengan sedikit kandungan gas yang dapat terbakar, dan (3)
uap seperti karbon dioksida dan air, yang terbentuk dari penguraian senyawa karbon
secara termis. Kandungan volatile matter (gabungan zat organik dan anorganik yang
mudah menguap) berkaitan sekali dengan peringkat batubara dan merupakan
parameter yang penting dalam mengklasifikasikan batubara.
Fixed carbon merupakan residu yang tersisa setelah moisture dan volatile
matter dihilangkan. Senyawa ini yang terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen,
oksigen, sulfur, dan nitrogen, dapat dibakar.
Tabel 1. Susunan unsur gambut, lignit, batubara subbitumen, bitumen [14]
Karbo Volatile Calorivi Moistur
n Matter c Value e
Gambut 60% > 53% 16,8 > 75%
MJ/kg insitu
Lignit 60- 53-49% 23,0 35%
71% MJ/kg insitu
Subbitumen 71- 49-42% 29,3 25-10%
77% MJ/kg insitu
Bitumen 77- 42-29% 36,3 8%
87% MJ/kg insitu

2.1.2 Sulfur pada Batubara


Di dalam batubara, sulfur dapat merupakan bagian dari mineral sulfat dan
sulfida. Dengan sifatnya yang mudah bersenyawa dengan unsur hidrogen dan oksigen
untuk membentuk senyawa asam, maka keberadaan sufur diharapkan dapat

Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 8
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable

seminimal mungkin karena sifat tersebut yang merupakan pemicu polusi, maka
beberapa negara pengguna batubara menerapkan batas kandungan 1 % maksimum
untuk batubara yang dimanfaatkan untuk keperluan industri.
Sulfur dalam batubara terdapat dalam tiga bentuk, yaitu pirit sulfur, sulfat
sulfur dan organik sulfur. Sulfur dalam bentuk pirit dan sulfat merupakan bagian dari
mineral matter yang terdapat dalam batubara yang jumlahnya masih dapat dikurangi
dengan teknik pencuci. Sedangkan organik sulfur terdapat pada seluruh material
karbon dalm batubara dan jumlahnya tidak dapat dikurangi dengan teknik pencucian.
Terdapatnya sulfat sulfur dalam batubara sering dipergunakan sebagai petunjuk
bahwa batubara telah mengalami oksidasi, sedangkan pirit sulfur dianggap sebagai
salah satu penyebab timbulnya pembakaran secara spontan. Rumusan struktur kimia
batubara menurut Solamon.(1998) terdiri dari matrik cluster aromatic (aromatic
cluster), aliphatic atau karbonil sisi yang melekat pada cluster aromatic, komponen
ikatan lemah yang disebut dengan mobile phase dan senyawa penyambung (bridges)
antara cluster aromatic yang berupa kelompok fungsional alipatik yang mungkin
mengandung unsur O dan S

Gambar 2. Sulfur Dalam Batubara, (a) sulfur sulfat (b) pyrit sulfur (c) sulfur
ornganik.[Genetti.1999]

Sulfur dalam batubara dapat berbentuk senyawa organik atau anorganik


seperti pirit, markasit dan sulfat. Sulfur merupakan bahan yang stabil dalam senyawa

Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 9
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable

organik batubara, dan sering disebut sulfur organik yang tersebar secara merata ke
seluruh batubara. [2]
Sulfur kemungkinan merupakan pengotor utama nomor dua (setelah ash)
dalam batubara :
a) Dalam batubara bahan bakar, hasil pembakarannya mempunyai daya korosif
dan sumber polusi udara.
b) Moisture dan sulfur (terutama sebagai pirit) dapat menunjang terjadinya
pembakaran spontan.
c) Semua batubara bentuk sulfur tidak dapat dihilangkan dalam proses pencucian.
Hasil penentuan sulfur digunakan untuk menunjang evaluasi pencucian batubara,
emisi udara, dan evaluasi kualitas batubara berkaitan dengan spesifikasi dalam
kontrak serta untuk keperluan penelitian.
Batubara dengan kadar sulfur yang tinggi menimbulkan banyak masalah
dalam pemanfaatannya. Bila batubara itu dibakar, sulfur menyebabkan korosi dalam
ketel dan membentuk endapan isolasi pada tabung ketel uap (yang disebut slagging).
Disamping itu juga menimbulkan pencemaran udara. Sebagaian sulfur akan terbawa
dalam hasil pencairan batubara, gasifikasi, dan pembuatan kokas. Jadi, harus
dihilangkan dulu sebelum di lakukan proses-proses tersebut.
Unsur belerang terdapat pada batubara terdapat dengan kadar bervariasi dari
rendah (jauh dibawah 1 %) sampai lebih dari 4%. Unsur ini terdapat dalam batubara
dalam tiga bentuk yakni belerang organik, pirit, dan sulfat. Dari ketiga bentuk
belerang tersebut, belerang organik dan belerang pirit merupakan sumber utama emisi
oksida belerang. Dalam pembakaran batubara semua belerang organik dan sebagian
belerang pirit menjadi SO2. Oksida belerang ini selanjutnya dapat teroksidasi menjadi
SO3. Sedangkan belerang sulfat disamping stabil dan sulit menjadi oksida belerang,
kadar relatifnya sangat mudah dibanding belerang bentuk lainnya. Oksida-oksida
belerang yang terbawa gas buang dapat bereaksi dengan lelehan abu yang menempel
pada dinding tungku maupun pipa boiler sehingga menyebabkan korosi. Sebagian
SO2 yang diemisikan ke udara dapat teroksidasi menjadi SO3 yang apabila bereaksi
dengan uap air menjadi kabut asam sehingga menimbulkan turunnya hujan asam.

Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 10
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable

2.1.3 Pengaruh Sulfur


Di dalam dunia industri, pemanfaatan pokok batubara adalah untuk
pembangkit listrik dan pabrik baja, keduanya menuntut batubara berkandungan sulfur
rendah. Pada kontrak jual-beli batubara (pemasaran) kandungan sulfur merupakan
salah satu persyaratan pokok dan mempengaruhi harga.
Batubara bersulfur tinggi juga menimbulkan masalah teknis dan lingkungan.
Pada proses pembakaran (power plant), sulfur dikonversi ke oksida dan dapat
menimbulkan pengkaratan atau korosi kuat pada peralatan atau komponen logam.
Batubara bersulfur tinggi dapat menimbulkan masalah lingkungan, baik di lokasi
tambang, sepanjang jalur pengangkutan batubara, penumpukan, hingga di lokasi
pemanfaatan. Pada lokasi-lokasi tersebut, selain menimbulkan polusi udara, juga
dapat menghasilkan aliran air bersifat asam, sedangkan pembakaran batubara dapat
menghasilkan gas SOx yang mengganggu atmosfer.
Disisi lain, kenyataan di lapangan sebaran kandungan sulfur pada lapisan
batubara dapat sangat bervariasi dan berubah-ubah nilainya, baik secara vertical
maupun lateral, bahkan pada jarak yang dekat sekalipun. Kondisi ini dapat
dipengaruhi oleh proses-proses geologi yang berlangsung bersamaan maupun setelah
pembentukan lapisan batubara. Oleh karena itu, data kandungan sulfur pada batubara
merupakan hal yang penting untuk diketahui secara lebih baik karena berkaitan
dengan aspek pemanfaatan, lingkungan pemasaran, perencana, dan operasi
penambangan, serta aspek geologi.
Energi batubara merupakan jenis energi yang sarat dengan masalah
lingkungan, terutama kandungan sulfur sebagai polutan utama. Sulfur batubara juga
dapat menyebabkan kenaikan suhu global serta gangguan pernafasan. Oksida
belerang merupakan hasil pembakaran batubara juga menyebabkan perubahan aroma
masakan / minuman yang dimasak atau dibakar dengan batubara (briket), sehingga
menyebabkan menurunnya kualitas makanan atau minuman, serta berbahaya bagi
kesehatan (pernafasan). Cara yang tepat untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan
mewujudkan gagasan clean coal combustion melalui desulfurisasi batubara.

2.2 Batubara Di Indonesia

Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 11
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil batubara terbesar di dunia.


Menurut World Energy Council, Indonesia memiliki cadangan batubara terbukti
sebesar 4,3 miliar ton atau sekitar 0,5% dari total cadangan batubara terbukti yang
ada. Peningkatan pertumbuhan konsumsi batubara di tingkat nasional tampaknya
menjadi pendorong bagi perusahaan-perusahaan tambang batubara untuk
meningkatkan produksi mereka. 85% dari keseluruhan produksi batubara di Indonesia
dihasilkan oleh 9 perusahaan besar, yang terdiri dari: Bumi Resources, Adaro,
Kideco, Jaya Agung, Berau Coal, Indominco Mandiri, dan PT Bukit Asam. Cadangan
batubara terbesar dimiliki oleh PT Kaltim Prima Coal, Berau Coal, Arutimin
Indonesia dan Adaro Indonesia. Dimana PT KPC dan PT Arutmin merupakan anak
perusahaan dari PT Bumi Resources yang menempatkan PT Bumi Resources sebagai
produsen terbesar di Indonesia.

Tabel 2.Kualitas rata-rata dari beberapa endapan batubara di Indonesia. [15]


Kadar
Kada Kada Zat
air Nilai energi
r air r abu terban Beleran
Tambang Perusahaan inhere (kkal/kg)
total (%ad g g (%ad)
n (ad)
(%ar) ) (%ad)
(%ad)
PT Arutmin
Satui 10 7 8 41.5 0.8 6800
Indonesia

PT Arutmin
Senakin 9 4 15 39.5 0.7 6400
Indonesia
PT BHP
Petangis Kendilo 11 4.4 12 40.5 0.8 6700
Coal
PT Bukit 0.50 -
Ombilin 12 6.5 <8.00 36.5 6900
Asam 0.60
Parambaha PT Allied 10.00 37.30
4 - 0.50 (ar) 6900 (ar)
n Indo Coal (ar) (ar)

PT Kaltim
Prima 9 - 4 39 0.5 6800 (ar)
Prima Coal

PT Kaltim
Pinang 13 - 7 37.5 0.4 6200 (ar)
Prima Coal

Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 12
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable

PT Kideco
Roto South 24 - 3 40 0.2 5200 (ar)
Jaya Agung

PT Berau
Binungan 18 14 4.2 40.1 0.5 6100 (ad)
Coal

PT Berau
Lati 24.6 16 4.3 37.8 0.9 5800 (ad)
Coal
PT Bukit
Air Laya 24 - 5.3 34.6 0.49 5300 (ad)
Asam
Paringin PT Adaro 24 18 4 40 0.1 5950 (ad)
(ar) - as received, (ad) - air dried

Batubara asli atau yang langsung di ambil dari dalam tanah di sebut batubara
tertambang run of mine (ROM), masih mengandung campuran yang tidak
diinginkan. Pengotor batubara dapat berupa pengotor homogen yaitu pengotor yang
terjadi di alam saat pembentukan yang di sebut inherent impurities maupun pengotor
akibat operasi pertambangan atau yang di sebut extraneous impurities.Dalam usaha
meningkatkan kualitas batubara,termasuk menurunkan kadar pengotor(impurities)
yang terkandung dalam batubara termasuk kadar sulfur. Sehingga dapat
meningkatkan nilai kalor dan nilai jual batubara tersebut maka berbagai teknologi
pencucian batubara telah dan sedang dikembangkan.Salah satunya adalah pencucian
batubara menggunakan surfaktan biodegradable dengan metode spray.
Berdasarkan uraian diatas,maka dipandang perlu untuk dilakukan penanganan
masalah sulfur yang terdapat pada batubarauntuk menuju Clean Coal Technology atau
Teknologi Batubara Bersih yang menurut standar internasional maksimal sulfur yang
terkandung dalam batubara yaitu maksimal 1% , tetapi menurut Artiningsih dkk.
dalam studi penentuan kandungan sulfur (sulphur analysis) dalam batubara pada PT
Geoservices Samarinda Kalimantan Timur parameter sulfur atau standar kadar sulfur
yang digunakan pada pabrik semen di Indonesia maksimal 0,8% dan pada industri
PLTU maksimal kadar sulfur yang digunakan yaitu 0,4%.[1]
Dipilih surfaktan biodegradable karena sifatnya yang lebih ramah lingkungan
dibanding dengan surfaktan hasil sintesis bahan baku petroleum.Surfaktan

Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 13
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable

biodegradable ini sering disebut sebagai biosurfaktan.Dicari kondisi optimum yang


memberikan hasil pencucian batubara maksimum,pada penelitian kali ini kondisi
optimum yang ditinjau yaitu variasi konsentrasi surfaktan dan ukuran partikel
batubara.

2.3 Desulfurisasi Batubara


Desulfurisasi batubara merupakan suatu proses penurunan kadar sulfur dari
batubara. Batubara merupakan bahan bakar alternatif dengan cadangan melimpah di
Indonesia. Kandungan sulfur tersebut dapat menyebabkan pencemaran lingkungan,
menyebabkan kerusakan (korosif) dan memperpendek umur alat. Agar batubara
tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar maka terlebih dahulu dilakukan
proses desulfurisasi
Desulfurisasi batubara dibutuhkan tidak hanya untuk meminimalkan
pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh emisi dari sulfur dioksida selama
pembakaran, tetapi juga untuk meningkatkan kualitas batubara. [11]
Batubara (coal) merupakan sedimen batuan organik dengan komposisi utama
karbon, hidrogen dan oksigen sehingga mudah terbakar. Dewasa ini batubara menjadi
salah satu bahan bakar alternatif karena di samping harganya relatif murah, menurut
perkiraan Assosiasi Batubara Kanada bahwa cadangan batubara sebagai bahan bakar
fosil menempati peringkat pertama di dunia yaitu mencapai 91%, sementara gas
hanya 5% dan sisanya minyak sekitar 4%. Di Indonesia cadangan batubara
mencapai 38,8 milyar ton, termasuk batubara Sulawesi yang terkonsentrasi di
propinsi Sulawesi Selatan, tergolong tiga besar daerah yang mengandung cadangan
batubara di Indonesia setelah Kalimantan dan Sumatra. Namun sayangnya kualitas
batubara asal Sulawesi relatif rendah, hingga saat ini belum dapat dimanfaatkan
sebagai bahan bakar di industri sebab kandungan sulfur dan abunya relatif tinggi yang
dapat menyebabkan kerusakan alat pembakaran dan menimbulkan pencemaran pada
lingkungan. [3].
Dalam usaha meningkatkan kualitas batubara, termasuk menurunkan kadar
sulfurnya untuk menuju Clean Coal Technology atau Teknologi Batubara Bersih yang
, maka berbagai teknologi desulfurisasi telah dan sedang dikembangkan. Berdasarkan

Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 14
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable

prosesnya, desulfurisasi batubara dapat dilakukan dengan metode kimia, fisika dan
biologi. Metode fisika terbatas hanya dapat mereduksi jenis sulfur anorganik dalam
batubara, sedangkan sulfur organik tidak dapat direduksi [5], kecuali bila dilakukan
pada suhu yang sangat tinggi (450oC) maka sulfur organik memungkinkan juga
direduksi .
Andi aladin dkk. (2009) telah melakukan penelitian desulfurisasi batubara
asal daerah Pattuku (Sulawesi Selatan) dengan cara Flotasi (metode fisika), terbukti
bahwa hanya jenis sulfur anorganik yang efektif untuk direduksi. Sedangkan metode
kimia dan biologi dapat memisahkan (mereduksi) baik sulfur anorganik maupun
sulfur organik dalam batubara, hanya saja metode biologi menggunakan bantuan
mikroba yang bekerja pada suhu rendah sehingga waktunya relatif lama dari metode
kimia [4].

2.4Metode Desulfurisasi
2.4.1 Desulfurisasi Secara Fisika

Teknologi desulfurisasi secara fisika antara lain sebagaiberikut:

a. Kolom Flotasi

Metode ini sudah banyak digunakan secara komersial oleh industry batubara.
Penelitian desulfurisasi batubara asal Sulawesi dengan metode flotasi menggunakan
CPO(Crude Palm Oil)dengan system alir(kontinyu) yang beroperasi pada variabel
dimensi kolom tetap (L/D = 23) dan beberapa variabel optimum,dapat menurunkan
kandungan sulfur maksimum 72%.[3]

2.4.2 Desulfurisasi Secara Biologi

Teknologi desulfurisasi batubara secara biologi antara lain :

a. Desulfurisasi Menggunakan Mikroba

Beberapa industri batubara mengembangkan teknik ini dengan menggunakan


campuran kultur alga dan bakteri yang mempunyai kemampuan untuk mengoksidasi
sulfur anorganik dan organik dalam batubara. Ada tiga jenis bakteri yang biasa

Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 15
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable

digunakan untuk bioksidasi sulfur dalam pirit, yaitu Meshophiles (Thiobacillus


Ferrooxidans), Thermophiles dan Exterm Thermophiles (Acidanius Brierleyl dan
Metallosphaera Sedula).Total sulfur yang dapat direduksi dengan metode
desulfurisasi mikroba mencapai 97%. Namun banyak variabel yang sangat peka dan
harus dikontrol ketat seperti pH dan suhu .Jenis mikroba Brevibacterium sp.
Pseudomonas aeruginosa juga bisa digunakan untuk desulfurisasi batubara,
khususnya jenis sulfur organik.

b. Desulfurisasi Kombinasi Metode Flotasi dan Mikroba

Metode ini menggunakan bakteri besi (iron bacteria) yang berfungsi sebagai
katalis untuk mengoksidasi sulfur pirit. Secara konvensional proses desulfurisasi
batubara dengan mikroba ini memerlukan waktu lama (sekitar 1 minggu) untuk
memisahkan sulfur dari batubara secara efektif, namun kombinasi metode flotasi dan
leaching dengan menggunakan mikroba sebagai katalis, waktu pemisahan bisa
dipercepat.

2.4.3 Desulfurisasi Secara Kimia

Beberapa metode desulfurisasi batubara secara kimia antara lain sebagai berikut :

a.Desulfurisasi Menggunakan Pereaksi Asam H2O2/H2SO4, HCl dan HNO3

Pereaksi asam HCl, HNO3 dan H2O2/H2SO4 terbukti dapat mereduksi sulfur
dalam batubara high sulphur pada suhu reaksi 80 oC [4]. Larutan hidrogen peroksida,
H2O2 yang diencerkan kedalam larutan encer H 2SO4 0,1 N secara kimia bereaksi
dengan material sulfur yang terkandung dalam batubara. Reaksi ini berlangsung
dalam suasana asam, dimana hidrogen peroksida mengoksidasi mineral-mineral
sulfida (dalam bentuk pyrit).

Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 16
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable

Tabel 3.Beberapa metode desulfurisasi yang sudah dilakukan

Jumlah
N Cara yang Alat analisis sulfur
Metode Referensi
o digunakan sulfur berkura
ng
Desulfurisasi
Nana dyah
batubaara
1 Fisika
menggunakan
Eschka. 47, 37% siswati,dkk ,
2010
udara dan air
Desulfurisasi
batubara metoda Nukman,dkk
2 Kimia
aglomerasi air-
bomb washing 25%
,2006
minyak sawit
Batubara Dalam
Desulfurisasi Andi
Spektrofotome
3 Fisika dan Deashing
ter UV
72%. Aladin,dkk20
Secara Flotasi 09
Sistem Kontinyu
Desulfurisasi
Samit
batubara dengan ASTM D
4 Kimia 70% Mukherjee,
hidrogen 2492
dkk,2001
peroksida
Desulfurization
of mezino coal
using
ASTM D-
Fisika combination of M.
2492 dan
5 dan flotationand 82,50 % Abdollahy
ASTM D-
Kimia leaching with a,dkk,2006
3177
potassium
hydroxide/metha
nol

Dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan pengurangan kadar sulfur


lebih efektif menggunakan desulfurisasi dengan metode fisika karena
pengoperasiannya lebih mudah dan membutuhkan biaya yang lebih murah
dibandingkan dengan metode kimia dan biologi oleh karena itu pada penelitian kali
ini menggunakan metode sprayer dengan penambahan surfaktan. Metode ini
termasuk dalam Desulfurisasi batubara secara fisika.

2.5 Surfaktan

Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 17
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable

Surfaktan adalah salah satu produk yang paling serbaguna dari industri
kimia ,muncul dalam beragam produk seperti minyak motor yang gunakan di
mobil,obat-obatan yang kitaambil ketika kita sakit , deterjen untuk mencuci pakaian,
danagenflotasi. Akhir akhir ini ekstensi aplikasisurfaktan ke daerah teknologi tinggi
seperti elektronikpercetakan, rekaman magnetik,bioteknologi, mikro - elektronik ,
dan penelitian virus .Surfaktan luas digunakan di berbagai bidang karena surfaktan
memilki kemampuan untuk mempengaruhi sifat permukaan suatu bahan, diantaranya
untuk enhanced oil recovery (EOR) .Surfaktan merupakan suatu zat yang mempunyai
kemampuan untuk menurunkan tegangan permukaan (surface tension) suatu medium
dan menurunkan tegangan antarmuka (interfacial tension) antar dua fase yang
berbeda derajat polaritasnya. Istilah antarmuka menunjuk pada sisi antara dua fase
yang tidak saling melarutkan, sedangkan istilah permukaan menunjuk pada
antarmuka dimana salah satu fasenya berupa udara (gas) [6].Fungsi Surfaktan :
1. Menurunkan tegangan permukaan
2. Meningkatkan kelarutan suatu zat
3. Sebagai pembasah
4. Sebagai emulgator
5. Sebagai detergent
6. Sebagai Foaming -Antifoaming Agent
7. Sebagai Antistatik dan Antifogging Agent
Permasalahan yang ditumbulkan oleh penggunaan surfaktan adalah pencemaran
lingkungan,terutama oleh surfaktan berbahan dasar petroleum yang bersifat non
biodegradable, untuk itu perlu dilakukan pengembangan surfaktan yang bersifat
biodegradable

2.5.1 Biosurfaktan
Biosurfaktan merupakan surfaktan yang disintesis oleh mikroorganisme
(sebagai produk ekstraselular; baik melalui proses fermentasi mikroba atau melalui
reaksi katalis enzim in-vitro) terutama jika mereka ditumbuhkan pada substrat yang
tidak larut dalam air. Sama halnya dengan surfaktan, biosurfaktan memiliki sifat
mengurangi tegangan permukaan, menstabilkan emulsi, serta umumnya menimbulkan

Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 18
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable

busa (tergantung dari jenis senyawa/molekul penyusunnya). Biosurfaktan memiliki


aplikasi yang menarik karena sifat-sifat fungsionalnya yang luas termasuk di
dalamnya kemampuan dalam pembersihan, pembasahan, pembuihan, emulsifikasi,
reduksi viskositas, pemisahan dan pelarutan. Kemampuan tersebut banyak
dimanfaatkan dalam industri pembersih, pertanian, konstruksi, pangan, kertas,
industri logam, tekstil, kosmetik, farmasi dan industri petrokimia termasuk dalam
aplikasi di lingkungan untuk bioremediasi. Biosurfaktan memiliki kelebihan karena
mudah didegradasi, toksisitasnya rendah (pada umumnya tidak beracun), dan dapat
dihasilkan dari substrat yang bernilai ekonomis rendah ataupun limbah. Biosurfaktan
dapat dibuat dari bahan alam contohnya adalah MES (Metil Ester Sulfonat), yang
terbuat dari minyak sawit. Selain MES, ester dari karbohidrat juga merupakan
surfaktan yang dihasilkan dari esterifikasi karbohidrat dan asam karboksilat.
Karbohidrat dapat diperoleh dari tanaman baik tanaman darat maupun
laut.Karbohidrat yang terkandung di dalam makro alga (tanaman laut) mempunyai
struktur yang mirip dengan karbohidrat tanaman darat tetapi ada perbedaan gugus
fungsi yang terikat pada atom C nomer 6 pada setiap mosakarida. Struktur
karbohidrat tanaman laut (makro alga) dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3.Struktur Kimia Biosurfaktan Dari Alkil-Alginat [12]

Surfaktan ester karbohidrat dikenal sebagai emulsifier, wetting agent,


stabilizer, detergen dan dispersan[7]
Surfaktan yang digunakan pada penelitian kali ini berasal dari sintesis alga
coklat(alginat).Spesifikasi surfaktan yang perlu diketahui yaitu nilai HLB , CMC ,
Surface Tension dan jenis surfaktan tersebut. Jenis surfaktan yang digunakan pada

Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 19
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable

penelitian kali ini termasuk jenis surfaktan netral non ionik,surfaktan nonionik
merupakan surfaktan yang bagian alkilnya tidak berikatan. Selain itu surfaktan yang
digunakan pada penelitian kali ini memiliki nilai HLB sebesar 13-15, HLB adalah
angka yang menunjukkan perbandingan antara senyawa hidrofilik (suka air) dengan
senyawa hidrofobik (suka minyak). Semakin besar harga HLB berarti semakin
banyak kelompok senyawa yang suka air. artinya, surfaktan tersebut lebih mudah
larut dalam air dan demikian sebaliknya. Surfaktan yang digunakan juga memiliki
nilai CMC (Critical Micelle Concentration) sebesar 10-5 10-4 M,sehingga
konsentrasi yang sebaiknya digunakan kurang atau lebih dari rentang CMC tersebut
agar tidak terjadi pembentukan misel. Selain itu surface tension surfaktan yang
digunakan pada penelitian kali ini mampu menurunkan tegangan permukaan air dari
78 dyne/cm menjadi 0,8 dyne/cm dengan kadar 25 ppm. Melihat spesifikasi surfaktan
yang digunakan pada penelitian kali ini dirasa sudah memenuhi kriteria untuk
melakukan desulfurisasi batubara.

2.6 Interaksi Surfaktan dengan Batubara dan Mekanisme Pelepasan Sulfur.


Penggunaan surfaktan terbagi atas tiga golongan, yaitu sebagai bahan
pembasah (wetting agent), bahan pengemulsi (emulsifying agent), dan bahan pelarut
(solubibizing agent). Penggunaan surfaktan ini bertujuan untuk meningkatkan
kestabilan emulsi dengan cara menurunkan tegangan antar muka.Pada penelitian kali
ini akan di aplikasikan ke dalam batubara untuk mencuci senyawa sulfur yang
terdapat dalam batubara.Surfaktan yang dicampur dengan air akan di kontak kan
dengan batubara.Surfaktan pertama-tama akan menurunkan tegangan permukaan air
sehingga pada saat proses pencucian air yang bercampur surfaktan akan lebih mudah
masuk ke dalam pori-pori batubara.
Apabila air dan surfaktan sudah masuk ke dalam pori-pori batubara,air yang
membawa surfaktan tersebut akan berkontak dengan sulfur bebas yang terdapat
dalam batubara. Setelah itu,surfaktan yang mempunyai 2 gugus yaitu gugus hidrofilik
dan hidrofobik, gugus hidrofilik yang sudah berikatan dengan air akan masuk
kedalam pori-pori batubara,kemudian gugus hidrofobik pada surfaktan akan mengikat
senyawa sulfur yang juga bersifat hidrofobik yang terdapat dalam batubara

Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 20
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable

tersebut.Sulfur dalam batubara yang sudah terikat pada gugus hidrofobik surfaktan
akan tertarik keluar bersama sama dengan air dan surfaktan meninggalkan batubara
karena adanya gaya fluidisasi di permukaan luar batubara.Sehingga sulfur didalam
batubara akan berkurang karena pencucian tersebut.
Pada kasus ini sulfur dalam batubara terbagi menjadi tiga bagian,yaitu sulfur
organik,sulfur pirit dan sulfur sulfat.Sulfur pirit dan sulfur sulfat termasuk dalam
sulfur anorganik.Pada proses desulfurisasi menggunakan surfaktan ini sulfur yang
dapat dipisahkan yaitu sulfur pirit dan sulfur sulfat saja,karena pada sulfur organik
merupakan sulfur yang berikatan dengan batubara,sehingga tidak dapat dipisahkan
dengan proses pencucian. Dalam batubara sulfur pirit mempunyai rumus kimia
( FeS2) sedangkan sulfur sulfat memiliki rumus kimia (SO 2). Pada batubarasulfur
sulfat dan sulfur pirit tersebut termasuk senyawa bebas dalam batubara dan bisa
dikatakan sebagai pengotor. Sehingga surfaktan yang masuk ke dalam batubara dapat
mengikat sulfur pirit dan sulfur sulfat karena kedua sulfur ini tidak berikatan dengan
komponen penyusun batubara. Didalam surfaktan yang kita gunakan terdapat 2 alkil
hidrofobik dan satu alkil hidrofilik.Karena senyawa sulfur merupakan senyawa
hidrofobik (non polar) maka kedua alkil hidrofobik tersebut yang akan mengikat
sulfur sulfat dan sulfur pirit.Pada gambar 3 dibawah ini ditunjukan gugus hidrofobik
surfaktan yang telah berikatan dengan sulfur sulfat dan sulfur pirit.

Gambar 4. Surfaktan Setelah Mengikat Sulfur


Setelah surfaktan telah mengikat sulfur bebas (anorganik) pada
batubara,kemudian surfaktan yang sudah mengikat sulfur tersebut akan keluar dari
batubara karena adanya gaya fluidisasi di luar permukaan batubara
( pengangkutan ).Sehingga kadar sulfur pada batubara dapat berkurang.

2.7 Ekstraksi Padat Cair

Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 21
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable

Mineral atau hasil tambang di alam biasanya ditemukan dalam keadaan yang
tidak murni, atau tercampur dengan senyawa lain. Untuk dapat digunakan pada proses
selanjutnya. Senyawa tersebut biasanya diperlukan dalam keadaan murni, sehingga
perlu adanya pemisahan senyawa-senyawa tersebut. Salah satu metode yang
digunakan dalam proses pemisahan itu adalah ekstraksi. Ekstraksi bertujuan untuk
mengeluarkan satu komponen campuran dari zat padat ataupun zat cair dengan
bantuan suatu pelarut.
Ada empat faktor penting yang harus diperhatikan dalam operasi ekstraksi(leaching) :
1. Ukuran partikel
Ukuran partikel mempengaruhi kecepatan ektraksi. Semakin kecil ukuran
partikel maka areal terbesar antara padatan terhadap cairan memungkinkan
terjadi kontak secara tepat. Semakin besar partikel, maka cairan yang akan
mendifusi akan memerlukan waktu yang relatif lama.
2. Faktor pengaduk
Semakin cepat laju putaran partikel akan semakin terdistribusi dalam
permukaan kontak akan lebih luas terhadap pelarut. Semakin lama waktu
pengadukan berarti difusi dapat berlangsung terus dan lama pengadukan harus
dibatasi pada harga optimum agar dapat optimum agar konsumsi energy tidak
terlalu besar. Pengaruh faktor pengadukan ini hanya ada bila laju pelarutan
memungkinkan.
3. Temperatur
Pada banyak kasus,kelarutan material yang akan diekstraksi akan meningkat
dengan temperatur dan menambah kecepatan ekstraksi.
4. Pelarut

Pemilihan pelarut yang baik adalah pelarut yang sesuai dengan viskosita yang
cukup rendah agar sirkulasinya bebas. Umumnya pelarut murni akan
digunakan meskipun dalam operasi ekstraksi konsentrasi dari solute akan
meningkat dan kecepatan reaksi akan melambat, karena gradient konsentrasi
akan hilang dan cairan akan semakin viskos pada umumnya. [8]

2.8 Variabel Desulfurisasi pada Batubara

Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 22
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable

Dalam pengaplikasian desulfurisasi batubara berdasarkan pengertian leaching


tersebut, variable yang bisa digunakan yaitu hanya ukuran partikel saja. Ukuran
partikel batubara akan mempengaruhi sudut kontak dengan cairan
pencucinya(surfaktan), semakin kecil ukuran partikel batubara semakin besar pula
sudut kontak antara partikel batubara dan cairan pencucinya. Dalam penelitian kali ini
menggunakan metode spray untuk proses pencucian batubaranya. Adapun factor-
faktor lain yang bisa mempengaruhi proses pencucian batubara dengan metode spray
yaitu : konsentrasi cairan pencuci (surfaktan),laju aliran surfaktan,waktu pencucian
batubara,diameter sprayer.

a. Ukuran partikel
Untuk batubara bituminous yang memiliki daya apung tinggi, pemulihan
desulfurisasi adalahterbukti berhubungan langsung dengan persentase permukaan
batubara yang tersediauntuk lampiran gelembung dan berbanding terbalik dengan
massa partikel. Tingkat desulfurisasi partikel dapat dianggap baik dari segi massa
partikel danpermukaan batubara tersedia untuk lampiran gelembung dan dapat
dinyatakan dengan hubungan berikut:
di mana : F = f (x) / g (m)
F = partikel tingkat desulfurisasi
f ( x ) = fungsi dari permukaan partikel ,
g ( m ) = fungsi dari massa partikel .
b. Waktu Desulfurisasi
Desulfurisasi batubara meningkat dengan bertambahnya waktu. Hal ini
disebabkan bahwa untuk pemisahan sulfur dari campuran bahan batubara butuh
waktu kontak dengan media hidrofilik. Pada volume konstan, dibutuhkan waktu
sebanding dengan jumlah sulfur dalam batubara, hingga terjadi pemisahan
sempurna atau maksimum. Setelah tercapai waktu optimum makan penambahan
waktu desulfurisasi tidak lagi memberikan penambahan persen removal sulfur
yang signifika (9). Namun sifat hidrofobik dan hidrofilik hampir tidak dipengaruhi
oleh variabel persen padatan, waktu pengkondisian maupun ukuran butiran
batubara.[10]

Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 23
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable

c. Dimensi Kolom
Persen removal sulfur batubara meningkat dengan meningkatnya dimensi
kolom. Fenomena ini dapat dijelaskan bahwa seakin besar nilai dimensi kolom
yang berarti kolom semakin tinggi maka semakin besar pengaruh tekanan di dalam
kolom. Karena hal itu partikel sulfur semakin mudah terpisah dari campuran bahan
batubara karena mendapat tekanan yang relatif lebih besar. Sedangkasn semakin
besar nilai dimensi kolom berarti semakin besar kontak antara aliran surfaktan
dengan batubara dalam kolom,maka semakin besar peluang partikel sulfur untuk
terpisah.[9]
d. Konsentrasi Cairan Pencuci
Pada proses desulfurisasi konsentrasi cairan pencucian dapat mempengaruhi
efektivitas kinerja pada pengurangan kadar sulfur batubara. Dimana salah satu
cairan pencuci yang biasa digunakan ialah surfaktan yang berupa CPO dimana
fungsi CPO yaitu untuk menurunkan tegangan, menyebabkan peningkatan gaya
adhesi antara partikel padat dengan permukaan gelembung udara, sehingga
partikel padat mudah terflotasi bersama dengan udara.[13]

2.9 Proses Ekstraksi Padat Cair


Proses ini dimaksudkan untuk mengeluarkan zat terlarut dari suatu padatan
atau untuk memurnikan padatan dari cairan yang membuat padatan terkontaminasi,
seperti pigmen.
Metode yang digunakan untuk ekstraksi akan ditentukan oleh banyaknya zat
yang larut, penyebarannya dalam padatan, sifat padatan dan besarnya partikel. Jika
zat terlarut menyebar merata di dalam padatan, material yang dekat permukaan akan
pertama kali larut terlebih dahulu. Pelarut, kemudian akan menangkap bagian pada
lapisan luar sebelum mencapai zat terlarut selanjutnya, dan proses akan menjadi lebih
sulit dan laju ekstraksi menjadi turun.
Biasanya proses leaching berlangsung dalam tiga tahap, yaitu:
1. Perubahan fase dari zat terlarut yang diambil pada saat zat pelarut meresap masuk.
2.Terjadi proses difusi pada cairan dari dalam partikel padat menuju keluar.
3. Perpindahan zat terlarut dari padatan ke zat pelarut.

Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 24
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable

2.10 Analisa Batubara


2.10.1 Analisa Batubara Secara Umum
a. Analisis proksimat batubara (coal proximate analysis)
Analisis proksimat batubara bertujuan untuk menentukan kadar Moisture (air
dalam batubara) kadar moisture ini mengcakup pula nilai free moisture serta total
moisture, ash (debu), volatile matters (zat terbang), dan fixed carbon (karbon
tertambat). Moisture ialah kandungan air yang terdapat dalam batubara sedangkan
abu (ash) merupakan kandungan residu non-combustible yang umumnya terdiri dari
senyawa-senyawa silika oksida (SiO2), kalsium oksida (CaO), karbonat, dan mineral-
mineral lainnya,Volatilematters adalah kandungan batubara yang terbebaskan pada
temperatur tinggi tanpa keberadaan oksigen (misalnya CxHy, H2, SOx, dan
sebagainya),
Fixed carbon ialah kadar karbon tetap yang terdapat dalam batubara setelah
volatile matters dipisahkan dari batubara. Kadar fixed carbon ini berbeda dengan
kadar karbon (C) hasil analisis ultimat karena sebagian karbon berikatan membentuk
senyawa hidrokarbon volatile.
b. Analisis Ultimat Batubara (Coal Ultimate Analysis)
Analisis ultimat dilakukan untuk menentukan kadar karbon (C), hidrogen (H),
oksigen (O), nitrogen, (N), dan sulfur (S) dalam batubara. Seiring dengan perkembangan
teknologi, analisis ultimat batubara sekarang sudah dapat dilakukan dengan cepat dan
mudah. Kandungan Oksigen mungkin merupakan indikator yang paling signifikan dari
sifat kimia batubara, yaitu untuk keperluan penerapannya di pembakaran, pencairan, dan
pengkokasan, serta untuk menentukan peringkat.Analisa ultimat ini sepenuhnya
dilakukan oleh alat yang sudah terhubung dengan komputer. Prosedur analisis ultimat ini
cukup ringkas, cukup dengan memasukkan sampel batubara ke dalam alat dan hasil
analisis akan muncul kemudian pada layar komputer. Salah satu metode standar yang
digunakan untuk coal ultimate analysis adalah ASTM D3176-09 Standard Practice for
Ultimate Analysis of Coal and Coke.
c. Kadar Sulphur pada Batubara
Di dalam batubara, sulfur bisa berupa bagian dari material carbonaceous atau
bisa berupa bagian mineral seperti sulfat dan sulfida. Gas sulfur dioksida yang terbentuk

Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 25
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable

selama pembakaran merupakan polutan yang serius. Kebanyakan negara memiliki


peraturan mengenai emisi gas tersebut ke atmosfir. Satu persen adalah limit kandungan
sulfur dalam batubara yang banyak dipakai oleh negara-negara pengguna batubara.
Kandungan yang tinggi dalam coking coal tidak diinginkan karena akan berakumulasi di
dalam cairan logam panas sehingga memerlukan proses desulfurisasi.
Sulfur dalam batubara terdapat dalam tiga bentuk, yaitu pyritic sulphur, sulphate sulphur
dan organic sulphur. Analisis forms of sulphur dilakukan untuk mengetahui komposisi
penyusun sulfur. Organic sulphur terdapat pada seluruh material carbonaceous dalam
batubara dan jumlahnya tidak dapat dikurangi dengan teknik pencucian
Sulfur dalam bentuk pyritic dan sulphate merupakan bagian dari mineral-matter
yang terdapat dalam batubara yang jumlahnya kemungkinan masih dapat dikurangi
dengan teknik pencucian. Persen pyritic dan sulphate sulphur didapat melalui analisis di
laboratorium, sedangkan organic sulphur didapat dengan cara mengurangi % total
sulphur dengan pyritic dan sulphate sulphur (S(o) = TS-S(p)-S(s)).
Terdapatnya sulphate sulphur dalam suatu batubara sering dipergunakan sebagai
penunjuk bahwa batubara tersebut telah teroksidasi, sedangkan pyritic sulphur
dianggapsebagai salah satu penyebab timbulnya spontaneous combustion. Spontaneous
combusition adalah proses terjadinya kebakaran stockpile batubara secara spontan.
Sebelum dilakukan proses pencucian batubara sebaiknya dilakukan analisis forms
of sulphur terlebih dahulu, untuk mengetahui %organic sulphur-nya. Apabila organic
sulphur-nya > 1.00%, kita harus menyadari bahwa sebaik apapun proses pencucian
batubara tersebut, produknya tetap akan mengandung total sulphur > 1.00% sehingga
kita dapat menentukan apakah proses pencucian batubara efektif untuk dilakukan atau
tidak.

d. Nilai kalor batubara (coal calorific value)


Salah satu parameter penentu kualitas batubara ialah nilai kalornya, yaitu
seberapa banyak energi yang dihasilkan per satuan massanya. Nilai kalor batubara
diukur menggunakan alat yang disebut bomb kalorimeter.
Kalorimater bom terdiri dari 2 unit yang digabungkan menjadi satu alat. Unit
pertama ialah unit pembakaran di mana batubara dimasukkan ke dalam bomb lalu

Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 26
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable

diinjeksikan oksigen lalu bomb tersebut dimasukkan kedalam bejana disini batubara
dibakar dengan adanya pasokan udara/oksigen sebagai pembakar. Unit kedua ialah
unit pendingin/kondensor (water handling).[15]

2.10.2 Analisa Setelah Dilakukan Penelitian


Di dalam batubara terdapat sulfur organik(terikat) dan sulfur
anorganik(bebas). Dalam analisis ultimat ditentukan total sulfur (TS) yang mewakili
semua bentuk sulfur dalam batubara. Penentuan masing-masing bentuk sulfur atau
forms of sulfphur tidak termasuk dalam analisis ultimat.
Standar ISO 334-1975 dan ISO 351-1975 memberikan dua cara penentuan
sulfur total, masing-masing cara Eschka dan high temperature combustion. Dalam
cara kedua, yaitu cara High Temperature combustion (HTM). Cara ini lebih cepat
bila dibandingkan dengan cara Eschka, tetapi dengan cara ini akan diperoleh
penjumlahan persentase sulfur dan klor.
Selain penentuan sulfur cara HTM yang diakhiri dengan titrasi, dapat pula
diakhiri dengan mendeteksi gas sulfur dioksida menggunakan instrumen, misalnya
dengan Leco sulfur determinator SC 132.
Dalam standar ASTM 3177 diberikan cara penentuan total sulfur dari larutan
hasil penentuan calorific value yang disebut cara bomb washing. Setelah penentuan
calorific value selesai, larutan sisa diambil dan ditentukan total sulfurnya
menggunakan cara Eschka.

Gambar 5. Furnace Total Sulfur HTM Carbolite

Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 27
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable

Metode diatas merupakan metode analisis sulfur secara total yang mana sulfur
yang di ukur merupakan sulfur bebas dan sulfur terikat. Selain analisis sulfur tersebut
terdapat juga analisis kandungan sulfur yang cara analisisnya lebih mudah.Salah satu
alat yang digunakan untuk analisis kandungan sulfur total pada batubara yaitu
spektofotometer uv-vis.Spektofotometer uv-vis merupakan salah satu alat dalam
kimia analisis yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara
kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya.

Gambar 6. Spektrofotometer uv-vis

Pada penelitian kali ini kandungan sulfur yang ditinjau yaitu kandungan sulfur
bebas pada batubara.Sehingga kandungan sulfur bebas dalam batubara dapat di
analisis menggunakan alat spektrofotometer uv-vis.Yang pengujian sampelnya dapat
dilakukan di Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 28
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

3.1. Bahan Penelitian

3.1.1. Bahan Utama

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian kali ini yaitu batubara dari
Sumatra Selatan dengan kadar sulfur awal sebesar 884,3 ppm

3.1.2. Bahan Tambahan

Bahan tambahan yang digunakan dalam penelitian kali ini yaitu Aquadest dan
Biosurfaktan yang berasal dari sintesis alga coklat (Sargassum sp)

3.2. Alat-alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah sebagai berikut :

Gambar 7. Rangkaian Alat Penelitian

Keterangan :

Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 29
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable

1. Bak penampung surfaktan


2. Pompa
3. Pipa
4. Kran
5. Penyangga
6. Flowmeter
7. Nossel sprayer
8. Kolom pencucian
9. Bak penampung limbah

3.3. Cara Kerja Penelitian

3.3.1. Perlakuan Pendahuluan

Kotoran yang terdapat didalam bahan baku batubara dibersihkan dari sisa-sisa
ranting, pasir, tanah dan kotoran lainnya kemudian batubara dikecilkan ukurannya
menggunakan crusher. Bahan baku batubara dipisahkan berdasarkan ukurannya
dengan diameter -+3-4 mesh.Kemudian membuat campuran antara surfaktandan
airdengan konsentrasi0 gram/liter , 0.0625 gram/liter , 0.125 gram/liter , 0.1875
gram/liter , 0.375 gram/liter.Setelah itu melakukan kalibrasi flowmeter untuk
menentukan laju aliran surfaktan yang akan digunakan yaitu 750 ; 1250 ; 1500 ; 2500 ;
3750 (mL/menit)

3.3.2. Proses desulfurisasi menggunakan spray


Prosedur dalam proses spray dilakukan melalui beberapa tahapan proses diantaranya
proses dengan variasi laju alir surfaktan dan variasi konsentrasi surfaktan. A.Variasi
Laju Aliran Surfaktan
Langkah pertama yaitu melakukan pengecekan alat spray yang akan
digunakan. Setelah itu bahan baku batubara dengan ukuran -+ 3-4 cm dan ditimbang
sebesar 100gram.Pada variasi laju aliran kali ini digunakan konsentrasi surfaktan
dengan perbandingan surfaktan dan air 0.25gram/liter. Bahan baku batubara yang
telah dibersihkan dan ditimbang tersebut dimasukan ke dalam tempat kolom
pencucian. Kemudian menyalakan pompa di dalam bak penampung dan mengatur
laju aliran surfaktan dengan cara mengubah presentase bukaan kran dan membaca
laju aliran surfaktan dengan alat flowmeter dengan 5 variasi laju aliran yaitu yaitu
750 ; 1250 ; 1500 ; 2500 ; 3750 (mL/menit) .Pengaturan laju aliran ini bisa menggunakan

Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 30
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable

sampel terlebih dahulu sebelum batubara dimasukan dalam kolom pencucian.Setelah


selesai mengatur laju aliran,surfaktan dimasukan ke dalam bak,kemudian menyalakan
pompa kembali.Batubara di dalam kolom pencucian akan di spray oleh surfaktan
selama beberapa waktu.Proses desulfurisasi telah selesai apabila surfaktan didalam
bak penampung sudah habis.Setelah proses desulfurisasi selesai kemudian mengambil
batubara dalam kolom pencucian untuk proses pengeringan.Pengeringan batubara
hasil pencucian dilakukan dengan bantuan sinar matahari.Proses pengeringan
berakhir apabila berat batubara yang dikeringkan sudah konstan.Setelah itu,batubara
hasil pengeringan diambil untuk kemudian di analisa kadar sulfurnya.

B. Variasi Konsentrasi Surfaktan


Langkah pertama yaitu melakukan pengecekan alat spray yang akan
digunakan. Setelah itu bahan baku batubara dengan ukuran -+ 3-4 cm dan ditimbang
sebesar 100gram.Pada variasi konsentrasi kali ini digunakan laju aliran surfaktan
sebesar 750 ml/menit.Bahan baku batubara yang telah dibersihkan dan ditimbang
tersebut dimasukan ke dalam tempat kolom pencucian. Kemudian menyalakan pompa
di dalam bak penampung dan mengatur laju aliran surfaktan dengan cara mengubah
presentase bukaan kran dan membaca laju aliran surfaktan dengan alat flowmeter
sebesar 750 ml/menit Setelah selesai mengatur laju aliran,surfaktan dimasukan ke
dalam bak dengan 5 variasi konsentrasi dengan perbandingan surfaktan dan air yaitu0
gram/liter , 0.0625 gram/liter , 0.125 gram/liter , 0.1875 gram/liter , 0.375
gram/liter,kemudian menyalakan pompa kembali.Batubara di dalam kolom pencucian
akan di spray oleh surfaktan selama beberapa waktu.Proses desulfurisasi telah selesai
apabila surfaktan didalam bak penampung sudah habis.Setelah proses desulfurisasi
selesai kemudian mengambil batubara dalam kolom pencucian untuk proses
pengeringan.Pengeringan batubara hasil pencucian dilakukan dengan bantuan sinar
matahari.Proses pengeringan berakhir apabila berat batubara yang dikeringkan sudah
konstan.Setelah itu,batubara hasil pengeringan diambil untuk kemudian di analisa
kadar sulfurnya.

3.3.3. Tahapan analisis hasil

Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 31
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable

Tahapan selanjutnya adalah analisis hasil karakteristik dari setiap sulfur yang
dihasilkan.Sulfur yang dianalisis yaitu sulfur bebas (S) atau sulfur anorganik saja
karena proses ini merupakan proses pencucian.

3.4. Diagram Alir Penelitian

Bahan baku batubara Analisa 1 Kadar Sulfur

Crusher Pengecilan ukuran,


+- 3-4 cm

Variasi laju alirsurfaktan Proses


Variasi konsentrasi surfaktan Desulfurisasi
Batubara

Pengeringan
Sinar Matahari batubara hasil
pencucian dan
Penimbangan
sampai berat
konstan

Batubara Hasil Analisa 2: kadar


(kering) sulfur

Gambar 8. Diagram Alir Penelitian

Keterangan :

Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 32
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable

Variasi laju aliran surfaktan (mL/menit) = (750 ; 1250 ; 1500 ; 2500 ; 3750)

Variasi konsentrasi surfaktan(gram/liter)= 0; 0.0625; 0.125; 0.1875; 0.375

3.5 Analisis Hasil


3.5.1 Analisis Kandungan Sulfur
Analisis kandungan sulfur bebas dilakukan dengan alat spectrometer UV-
VIS ,analisis data dilakukan di LPPT UGM Yogyakarta.Analisis dilakukan dengan
mengambil 1 gram sampel yang telah dihaluskan ditambah 10 ml HNO 3 : HCLO4 ( 1 :
1) (v/v). Campuran dipanaskan di dalam hotplate hingga jernih dan timbul asap
putih . Menyaring campuran dan filtratnya diambil kemudian ditambahkan 25 ml
aquadest. Mengambil 1 ml campuran filtrat dan ditambah 1ml larutan kondisi,
kemudian tambahkan dalam 10 ml aquadest. Menuangkan campuran dalam tabung
reaksi dan di uji dengan spektrofotometer.

Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 33
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini, bahan baku batubara yang digunakan dalam proses
desulfurisasi merupakan bahan yang telah disamakan ukurannya dan dibersihkan dari
kotoran yang tidak mendukung pada penelitian. Sebelum dilakukan desulfurisasi,
hasil analisa batubara memiliki hasil sebagai berikut:
Tabel 4. Hasil Analisa Batubara Pra Desulfurisasi

Berat Sampel (gr) 100


Kandungan sulfur 884,3
(ppm)

4.1 Desulfurisasi Variasi Laju Aliran Surfaktan


Pada penelitian ini dilakukan percobaan dengan variasi variabel laju aliran air
pencuci yang mengandung surfaktan terhadap perubahan kandungan sulfur yang
terdapat pada batubara ,dengan perbandingan 1 gram surfaktan dilarutkan dalam 4 L
air, dengan massa batubara 100 gram ,ukuran diameter 3 4 cm dan suhu 29 oC.
Setelah dilakukan proses desulfurisasi, maka didapatkan pembahasan hasil yang akan
ditampilkan pada sub dibawah ini :
Tabel 5. Hasil desulfurisasi dalam berbagai variasi laju aliran surfaktan dan air.

Penurunan % Penurunan
Laju Alir Kadar Sulfur Kadar Sulfur
No Kadar KadarSulfur(%
(mL/menit) Hasil(ppm) Awal(ppm)
Sulfur(ppm) )

1 750 248,28 884,3 636,02 71,923

2 1250 469,82 884,3 414,48 46,870

3 1500 653,54 884,3 230,76 26,095

Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 34
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable

4 2500 742,01 884,3 142,29 16,090


5 3750 749,51 884,3 134,79 15,242

80

70
% Penurunan Kadar Sulfur

60
f(x) = 65241.47 x^-1.04
R = 0.92
50

40

30

20

10

0
500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

Laju Alir (ml/menit)

Gambar 9. Pengaruh Berbagai Variasi Laju Aliran Surfaktan Dan Air Terhadap %
Sulfur Yang Terpisah.

Pada variasi laju aliran surfaktan dan air di dapatkan % sulfur terpisah
terbanyak pada laju alir 750 ml/menit dengan penurunan hingga mencapai 71,9 %,
lalu dilakukan analisa kandungan sulfur :
Tabel 6. Hasil analisa batubara pada % sulfur terpisah terbanyak dengan batubara
mula-mula

Batubara Kandungan sulfur (ppm)


mula - mula 884,3
hasil maksimum
248,28
(750 ml/menit)

Sulfur merupakan salah satu pengotor pada batubara. Sulfur yang berkurang
dari hasil Spray ini dibandingkan terhadap kandungan sulfur batubara sebelum
dispray.Pada variasi laju aliran ini menunjukkan bahwa pengurangan kadar sulfur
batubara meningkat dengan berkurangnya laju aliran campuran air dan surfaktan.
% sulfur terpisah maksimum pada laju aliran larutan 750 ml/menit dengan
konsentrasi surfaktan 0,25 gram/liter yang dapat menurunkan kadar sulfur hingga

Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 35
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable

71,92%. Hal ini disebabkan bahwa untuk pemisahan sulfur dari batubara
membutuhkan waktu kontak dengan media hidrofilik (air) dan hidrofobik
(surfaktan). Pada volume konstan, dibutuhkan waktu sebanding dengan jumlah
sulfur dalam batubara, hingga terjadi pemisahan sempurna atau maksimum.[3]

Laju aliran campuran 750 ml/menit merupakan laju aliran surfaktan paling kecil
dibanding variasi laju aliran lainnya,maka pada laju alir 750 ml/menit memiliki
waktu kontak dengan batubara paling lama .Semakin sedikit laju aliran surfaktan
maka semakin lama waktu kontak antara campuran surfaktan dan air dengan
batubara sehingga semakin banyak sulfur yang dapat terpisah dari batubara
tersebut.

4.2 Desulfurisasi variasi konsentrasi surfaktan


Pada penelitian ini dilakukan percobaan dengan variasi variabel
konsentrasi jumlah surfaktan terhadap perubahan kandungan sulfur yang
terdapat pada batubara ,dengan laju alir 750 ml/menit, karena pada percobaan
sebelumnya yang telah kami lakukan di dapat hasil yg maksimal sehingga laju
alir tersebut kami gunakan untuk percobaan pada variasi jumlah konsentrasi
sufaktan in , dengan massa batubara 100 gram ,ukuran diameter 3 4 cm dan
suhu 29oC. Setelah dilakukan proses desulfurisasi, maka didapatkan pembahasan
hasil yang akan ditampilkan pada sub dibawah ini :
Tabel 7. Hasil desulfurisasi dalam berbagai variasi jumlah konsentrasi surfaktan.

%
Kadar Kadar Penurunan
Penurunan
No Konsentrasi(gram/liter) Sulfur Sulfur Kadar
Kada
Hasil(ppm) Awal(ppm) Sulfur(ppm)
Sulfur(%)
1 0 857,95 884,3 26,35 2,979
2 0,0625 840,22 884,3 44,08 4,984
3 0,125 644,22 884,3 240,08 27,149

4 0,1875 336,53 884,3 547,77 61,943


5 0,375 158,41 884,3 725,89 82,086

Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 36
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable

90
80 f(x) = 45.12 ln(x) + 128.71
% Penurunan Kadar Sulfur 70 R = 0.96

60
50
40
30
20
10
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4

Konsentrasi (gr/L)

Gambar 10. Pengaruh Berbagai Variasi Jumlah Konsentrasi Surfaktan % Sulfur


Yang Terpisah

Pada variasi jumlah konsentrasi surfaktan di dapatkan % sulfur terpisah


terbanyak pada konsentrasi 0,375gram/liter dengan penurunan hingga mencapai
82.08 %, lalu dilakukan analisa kandungan sulfur :
Tabel 8. Hasil analisa batubara pada % sulfur terpisah terbanyak dengan batubara
mula-mula

Batubara Kandungan sulfur (ppm)


mula - mula 884,3
hasil maksimum
(0,375 gram/liter 158,41
surfaktan)

Hasil percobaan menggunakan variasi konsentrasi surfaktan ini


dibandingkan terhadap kandungan sulfur batubara sebelum dilakukan percobaan.
Pada percobaan ini menunjukkan bahwa pengurangan kadar sulfur batubara
meningkat dengan bertambahnya konsentrasi surfaktan.% sulfur yang terpisah
maksimal pada konsentrasi surfaktan 0,375 gram/liter dengan laju aliran 750
mL/menit yang dapat menurunkan kadar sulfur sebesar 82,06%.Semakin besar

Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 37
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable

konsentrasi surfaktan maka surfaktan yang berkontak dan masuk ke dalam


batubara semakin banyak sehingga gugus hidrofobik pada surfaktan akan
semakin banyak mengikat sulfur di dalam batubara sehingga sulfur yang dapat
dipisahkan semakin banyak.Karena pada konsentrasi 0,0625 gram/liter hanya
dapat memisahkan 4,98 % kadar sulfur pada batubara.Pada saat konsentrasi
surfaktan 0 gram/liter atau bisa disebut sebagai air murni dapat menurunkan
kadar sulfur sebesar 2,97% hal ini terjadi karena air memang dapat menurunkan
kadar sulfur pada batubara tetapi kadar yang dapat diturunkan hanya sedikit
sehingga dibutuhkan reagen yang dapat membantu menurunkan kadar sulfur
yang lebih besar,misalnya surfaktan.Jadi semakin banyak konsentrasi surfaktan
maka semakin banyak sulfur yang dapat dipisahkan dari batubara.

Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 38
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan berupa desulfurisasi batubara dengan
pengaruh konsentrasi surfaktan dan pengaruh laju alir surfaktan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada desulfurisasi variasi laju alir surfaktan dengan laju alir surfaktan 750
ml/menit dengan konsentrasi 0,25 gram/liter didapatkan penurunan kadar
sulfur sebesar 71,92%
2. Pada desulfurisasi variasi konsentraasi surfaktan jumlah surfaktan 0,375
gram/liter dan kecepatan yang sama 750 ml/menit didapatkan penurunan
kadar sebesar 82,06 %.
3. Setelah dilakukan proses desulfurisasi kandungan sulfur dalam batubara
menjadi 0,16% sehingga batubara yang telah dilakukan desulfurisasi ini
memenuhi standar parameter maksimal sulfur yang digunakan untuk industri
semen yaitu kadar sulfur maksimal sebesar 0,8 % dan pada industri PLTU
yang kadar sulfurnya maksimal 0,4%.

5.2 Saran
Untuk penelitian selanjutnya perlu menggunakan konsentrasi yang lebih tinggi
dan ukuran batubara yang lebih kecil agar didapatkan penurunan kadar sulfur yang
lebih tinggi.

Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 39
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable

DAFTAR PUSTAKA

[1] Artiningsih A.dkk . 2015 Studi Penentuan Kandungan Sulfur (Sulphur


Analysis) Dalam Batubara PT Geoservices Samarinda Kalimantan Timur.
Jurnal Geomine, vol 02.
[2] Nukman dan Suhardjo Poertadji., 2006. Pengurangan Kadar Abu Dan
Sulfur Pada Batubara Sub Bitumonus Dengan Metode Aglomerasi Air-
Minyak Sawit. Jurnal Sains Materi Indonesia. Program Pascasarjana Ilmu
Material, FMIPA-UI, Jakarta
[3] Andi aladin.,2009. Penentuan Rasio Optimum Campuran CPO: Batubara
Dalam Desulfurisasi dan Deashing Secara Flotasi Sistem Kontinyu. Jurnal
rekayasa proses,vol 3,no 2, Makassar.
[4] Samit Mukherjee, S. Mahiuddin, and P. C. Borthakur., 2001.
Demineralization and Desulfurization of Subbituminous Coal with
Hydrogen Peroxide, Jorhat 785006 (ASSAM), India. Energy & Fuels
2001, 15, 1418 1424.
[5] Ali Ahmed, Naseer Ahmad, Rizwan Shah, M. Naeem Bhatti, Mahmood
Saleem., 2008. Coal Desulfurization by Solvent Leaching Methods.
Journal of Faculty of Engineering & Technology, 2007-2008, pages 47-56.
Institute of Chemical Engineering & Technology, University of the Punjab,
54590- Lahore.
[6] Rosen, M. J., 1976, Surfactants and Interfacial Phenomena, Jhon Wiley
and sons, New York, 1-5.
[7] Reningtyas Renung, Mahreni.,2015 Biosurfaktan Eksergi vol XII,no 2
,ISSN:1410-394X. Universitas Pembangunan Nasional Veteran
Yogyakarta.
[8] Budhikarjono, Kusno, 1996, Diktat Kuliah Alat Industri Kimia, edisi
pertama, pp. 99 - 101, Institut Sepuluh Nopember, Surabaya.

Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 40
Desulfurisasi Batubara Menggunakan Surfaktan Biodegradable

[9] Roesyadi, Achmad dkk.2005. Karakterisasi, Desulfurisasi dan Deashing


Batubara Asal Sulawesi secara Flotasi. Jurnal terakreditasi Nasional
Media Teknik UGM Yogyakarta.
[10] Subandrio, dkk. 2010. Aplikasi Metode Flotasi Buih Untuk Pencucian
Batubara Peringkat Rendah. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia
Kejuangan. Yogyakarta.
[11] Ehsani, Mohammad Reza . 2006 Desulfurization of Tabas Coals Using
Chemical Reagents vol. 25, No.2 .Chemical Engineering Department,
Isfahan University of Technology, P. O. Box 84156, Isfahan, I.R. IRAN
[12] Mahreni dan Renung Reningtyas. 2015 , Pembuatan Surfaktan Di Alkil
Karbohidrat dari Alga. ISSN 1693-4393,Universitas Pembangunan
Nasional Veteran Yogyakarta.
[13] Kirk, R.E., and Othmer, D.F., 1949, Encyclopedia of Chemical
Technology,The Interscience Encyclopedia Inc., New York.
[14] Muchjidin. 2006 Pengendalian Mutu dalam industri Batubara.
Bandung:ITB.
[15] Simorangkir Tiffani A.2013.Analisis Proximate, Analisis Ultimate dan
Analisis Miscellaneous Pada Batubara.Teknik PertambanganInstitut
Teknologi Medan : Medan.
[16] www.apbi-icma.org (Indonesian Coal Mining Association)
[17] www.indoenergi.com
[18] www.wikipedia.org
[19] www.esdm.go.id

Guntoro (121130013)
Anggara Setya Wibawa (121130020) 41

Anda mungkin juga menyukai