Anda di halaman 1dari 10

DESULFURISASI BATUBARA

I.

TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan desulfurisasi serta bagaimana cara melakukan
desulfurisasi
2. Mengetahui metode desulfurisasi

II.

III.

ALAT DAN BAHAN


a. Alat yang digunakan:
1. Satu set peralatan desulfurisasi
2. Oven
3. Magnetic strirrer
4. Hot plate
5. Elektroda grafit
b. Bahan yang digunakan:
1. Sampel batubara
2. H2SO4 250 ml
DASAR TEORI
Desulfurisasi batubara meruakan suatu proses penurunan kadar sulfur dari batubara.

Kandungan sulfur tersebut dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, menyebabkan kerusakan


dan memperpendek umur dari alat produksi. Agar batubara dapat dimanfaatkan lebih banyak
sebagai bahan bakar maka dilakukan proses penurunan kadar sulfur yang biasanya disebut dengan
proses desulfurisasi. Desulfurisasi batubara dibutuhkan tidak hanya untuk meminimalkan
pencemaran lingkungan yang diakibatkan emisi dari sulfur oksida selama pembakaran batubara,
tetapi juga untuk meningkatkan kualitas batubara.
Berdasarkan prosesnya, desulfurisasi batubara dapat dilakukan dengan metode kimia, fisika
dan biologi. Metode fisika terbatas hanya dapat mereduksi jenis sulfur anorganik dalam batubara,
sedangkan sulfur organik tidak dapat direduksi, kecuali bila dilakukan pada suhu yang sangat tinggi
maka sulfur organik memungkinkan juga untuk direduksi. Sedangkan metode kimia dan biologi
dapat mereduksi baik sulfur anorganik maupun sulfur organik dalam batubara, hanya saja metode
biologi menggunakan bantuan mikroba yang bekerja pada suhu rendah sehingga waktu yang
dibutuhkan untuk mereduksi sulfur relatif lama dari metode kimia.
Desulfurisasi Secara Fisika
Beberapa teknologi desulfurisasi secara fisika antara lain :
A. Pemisahan Magnet

Dalam proses pemisahan magnet (magnetic separation) dilakukan atas perbedaan muatan
listrik (paramagnetik) bahan dalam campuran. Sulfur dalam bentuk pirit (FeS 2) memiliki sifat
paramagnetik, dapat melekat pada magnet sehingga dapat dipisahkan dari campuran batubara.
Metode ini sangat sederhana, sebab tidak memerlukan bahan-bahan aditif dan pereaksi kimia,
hanya membutuhkan power untuk menggerakkan magnetdan mengalirkan bahan batubara.
Namun metode ini agak sulit mereduksi abu batubara khususnya jenis abu yang mengandung
logam-logam diamagnetik sehingga fixed carbon dan nilai kalor sulit dipertahankan.
B. Kolam Flotasi
Proses flotasi berlangsung pada suatu sistemyang terdiri dari tiga fasa yaitu fasa gas, caira,
dan padat yang saling berinteraksi sedemikian rupa (dengan tambahan flotation agent) sehingga
terjadi pemaisahan aantara komponen hidrofobik (anti air) dan komponen hidrofilik (suka air)
Suatu partikel yang akan dipisahkan (diapungkan) dalam sistem flotasi, biasanya digunakan
media pengangkut berupa gelembung udara. Partikel ini berukuran halus, bersifat hidrofobik
atau dibuat hidrofobik oleh kolektor (surfaktan) dapat melekat pada permukaan gelembung
udara dengan adanya gaya adhesi.
Untuk memudahkan pemisahan dan flotability, biasanya ditambahkan flotation agent berupa
kolektor ke dalam sistem flotasi, berfungsi sebagai surfaktan dimaksutkan untuk menurunkan
tegangan antara permukaan antara partikel padat-udara, penurunan tegangan tersebut
menyebabkan peningkatan gaya adhesi antara partikel padat dengan permukaan gelembung
udara. Sehingga partikel padat mudah terflotasi dengan gelembung udara.
C. Flokulasi Selektif
Metode ini dikembangkan untuk meningkatkan efisiensi pengurangan kadar sulfur dari
batubara dengan kolom flotasi konvensional. Prinsip pemisahan adalah dengan penambahan
reagent flokulan kedalam kolom flotasi yang secara selektif mampu membentuk flok batubara
sehingga meningkatkan efisiensi pemisahan.
Desulfurisasi Secara Biologi
Beberapa teknlogi desulfurisasi secara biologi antara lain :
A. Desulfurisasi Menggunakan Mikroba
Beberapa industri batubara mengembangkan teknik ini dengan menggunakan campuran
kultur alga dan bakteri yang mempunyai kemampuan untuk mengoksidasi sulfur anorganik dan
organik dalam batubara. Ada tiga jenis bakteri yang biasa digunakan untuk bioksidasi sulfur

dalam pirit, yaitu Meshophiles (Thiobacillus Ferrooxidans), Thermophiles dan Exterm


Thermophiles (Acidanius Brierleyl dan Metallosphaera Sedula).
Bakteri ini menggunakan reaksi oksidasi pirit sebagai sumber energi Oksidasi Fe+2 dan S-2
menjadi Fe+3 dan SO4 -2 berdasarkan reaksi berikut (Thomas,1995) :
4Fe+2 + 8SO4-2 + 4H+

4FeS2 + 15O2 + 2H2O

Total sulfur yang dapat direduksi dengan metode desulfurisasi mikroba diatas mencapai
97%. Namun banyak variabel yang sangat peka dan harus dikontrol ketat seperti pH dan suhu
(Andrews and Maczuga, 1984). Jenis mikroba Brevibacterium sp.DO Pseudomonas aeruginosa
OS1 juga bisa digunakan untuk desulfurisasi batubara, khususnya jenis sulfur organik.
B. Desulfurisasi Kombinasi Metode Flotasi dan Mikroba
Metode ini menggunakan bakteri besi (iron bacteria) yang berfungsi sebagai katalis untuk
mengoksidasi sulfur pirit. Secara konvensional proses desulfurisasi batubara dengan mikroba ini
memerlukan waktu lama (sekitar 1 minggu) untuk memisahkan sulfur dari batubara secara
efektif, namun kombinasi metode flotasi dan leaching dengan menggunakan mikroba sebagai
katalis, waktu pemisahan bisa dipercepat. Secara konvensional proses leaching sulfur pirit
dalam batubara dengan katalis bakteri besi berlangsung sebagai berikut :
2FeS2 + 7O2 + 2H2O

2FeSO4 + 2H2SO 4

2FeSO4 + O 2 + H2SO4

Fe2(SO4)3 + H2O

FeS2 + Fe2(SO4)3

3FeSO4 + 2S

2S + O2 + 2H2O

2H2SO4

Desulfurisasi Secara Kimia


Beberapa teknlogi desulfurisasi secara kimia antara lain :
A. Desulfurisasi Menggunakan Etanol
Metode ini efektif untuk mengurangi sulfur anorganik dan sulfur organik dalam batubara,
telah dikembangkan sampai tahap pilot plant dengan proses alir (continous process). Jenis
reaktor yang digunakan berupa fluidized bed dan moving bed.
B. Desulfurisasi Dengan Oksidasi Selektif

Proses desulfurisasi dilakukan dalam reaktor fluidisasi pada suhu antara 650800F dengan
menggunakan uap dan udara. Proses yang dikembangkan oleh Battle Columbus Devision
mampu mengurangi kadar sulfur total sebesar 95% dengan kehilangan panas rata-rata sebesar
15%. Gas SO2 yang dihasilkan proses ini kemudian diproses lebih lanjut dalam unit DeSOx.
Oleh Palmer et al (1994) melakukan desulfurisasi batubara menggunakan oksidasi selektif
dengan campuran pereaksi hidrogen peroksida dan asam asetat yang akan membentuk asan
peroksi asetat secara in situ. Kelebihan pereaksi ini mampu mereduksi semua kandungan sulfur
anorganik dan sebagian sulfur organik dalam batubara.
C. Desulfurisasi Menggunakan Asam Sulfonat Triflorometan (TFMS)
Metode ini menggunakan pelarut organik (toluena) dan asam sulfonat triflorometan (TFMS)
sebagai katalis. Metode ini dikembangkan hanya untuk mengurangi kadar sulfur organik yang
sulit dipisahkan dengan metode konvensional. Proses desulfurisasi dilakukan dalam reaktor
slury pada suhu sekitar 200C. Pada konsentrasi TFMS 45,2 % mmol/g batubara diperoleh
tingkat desulfurisasi 48,7%.
D. Desulfurisasi Menggunakan Larutan Barium Klorida
Metode ini umumnya hanya efektif untuk menghilangkan sulfur anorganik terutama pirit,
berdasarkan reaksi sebagai berikut :
FeS2 + 2BaCl2 + 22H2O

2BaSO4 + FeCl2 + 14H2O +7H2

Reduksi sulfur organik tidak efektif dengan pereaksi ini karena BaCl 2 merupakan oksidator
lemah. Disamping itu, sulitnya pemisahan endapan BaSO 4 yang terbentuk diproses ini menjadi
problem lain sehingga metode ini kurang dikembangkan.
E. Desulfurisasi Menggunakan Oksidator Besi Sulfat atau Besi Klorida
Metode ini cukup efektif untuk mengurangi kadar sulfur khususnya sulfur anorganik (pirit)
dalam batubara. Prinsip utama desulfurisasi ini adalah dengan meggunakan reaksi oksidasireduksi. Keuntungan proses ini adalah larutan Fe2(SO4)3 memungkinkan direcovery untuk di
reuse sehingga bisa menghemat biaya produksi, tetapi laju reaksinya relatif lambat pada suhu
kamar
FeS2 + Fe2(SO4)3
2S + O2 + 2H2O
2FeSO4 + O2 + H2SO4

3FeSO4 + 2S
2H2SO 4
Fe2(SO4)3 + H2O

Demikian juga menggunakan oksidator besi (III) klorida memungkinkan mereduksi sulfur
anorganik dalam batubara, dengan suhu reaksi berkisar 120-150C.
F. Desulfurisasi Menggunakan Pereaksi Asam H2O2 / H2SO4, HCL dan HNO3
Pereaksi asam HCl, HNO3 dan H2O2/H2SO4 terbukti dapat mereduksi sulfur dalam batubara
high sulphur pada suhu reaksi 80C. Larutan hidrogen peroksida, H 2O2 yang diencerkan
kedalam larutan encer H2SO4 0,1 N secara kimia bereaksi dengan material sulfur yang
terkandung dalam batubara. Reaksi ini berlangsung dalam suasana asam, dimana hidrogen
peroksida mengoksidasi mineral-mineral sulfida (dalam bentuk pyrit) yang dapat digambarkan
dengan reaksi berikut :
Fe2+ + 2SO42- + 2H+

FeS2 + 7/2 O2 + H2O


Fe2+ + 1/4 O2 + H+
Fe3+ + 3H2O

Fe3+ + 1/2 H2O


Fe(OH)3 + 3H+

FeS2 + 15/4 O2 + 7/2 H2O

2H2SO4 + Fe(OH)3

(1)
(2)
(3)
(4)

Persamaan reaksi (1) menunjukkan oksidasi dari kristal pirit oleh oksigen, persamaan reaksi
(2). menunjukkan oksidasi dari ferrous iron (Fe 2+) menjadi Ferric iron dan persamaan reaksi (3).
menunjukkan hidrolisis ferric iron dan pengendapannya menjadi besi hidroksida Fe(OH) 3. Bila
ketiga persamaan tersebut dijumlah akan memberikan hubungan stokiometri secara menyeluruh
seperti pada persamaan reaksi (4).

IV.

LANGKAH KERJA
A. Tahap-tahap percobaan:
1. Merangkai alat elektrolisis
2. Melakukan preparasi sampel batubara
Melakukan pengecilan ukuran butir
Melakukan pengadukan sampel
Melakukan pembagian sampel
Melakukan pengeringan sampel pada temperature 110C selama jam
Mendinginkan sampel didalam desikator
3. Tahap percobaan
Langkah-langkah yang dilakukan adalah:
a. Melakukan analisa kandungan sulfur dan nilai kalor sampel batubara sebelum
dielektrolisis
b. Memasukkan H2SO4 dengan konsentrasi bervariasi yaitu 0,1 M; 0,2 M; 0,3 M
sebanyak masing-masing 250 ml
c. Memasukkan sampel batubara sebanyak 20 gr kedalam reactor

d. Memasukkan elektroda kedalam reactor


e. Mengatur tegangan pada voltmeter lalu menghidupkan stopwatch dengan variasi
waktu
f. Memisahkan antara

batubara dari larutan elektrolisis dengan melakukan

penyaringan menggunakan kertas saring


g. Mengeringkan batubara pada temperature 110C selama jam
h. Mendinginkan sampel didalam desikator
i. Melakukan analisa kandungan sulfur dan nilai kalor sampel batubara
V.

DATA PENGAMATAN
Waktu

Konsentrasi H2SO4 (M)

30
45
60
30
45
60
30
45
60

VI.

0,1

20

0,2

20

0,3

20

PERHITUNGAN
Pembuatan larutan
1. H2SO4 0,1 M
x x 1000
M2
=
BM
1,84
=

gr
x 0,98 x 1000
ml
gr
98,08
mol

= 18,385 M
V1. M1
1000 ml x 0,1 M
V2
2. H2SO4 0,2 M
V1. M1
1000 ml x 0,2 M
V2
3. H2SO4 0,3 M
V1. M1
1000 ml x 0,3 M
V2

Massa (gr)
Awal

= V2. M2
= V2 x 18,385 M
= 5,44 ml
= V2. M2
= V2 x 18,385 M
= 10,87 ml
= V2. M2
= V2 x 18,385 M
= 16,44 ml

Akhir

VII.

ANALISA PERCOBAAN
Berdasarkan percobaan desulfurisasi batubara dengan metode elektrolisis yang
ditinjau dari pengaruh waktu elektrolisis yaitu selama 30 menit, 45 menit dan 60 menit
dengan konsentrasi larutan elektrolit H2SO4 yaitu 0,1 M; 0,2 M dan 0,3 M. Batubara yang
digunakan ialah batubara jenis lignit dengan ukuran 170 mesh. Tujuan dari desulfurisasi ini
adalah pengurangan maupun penghilangan kandungan sulfur (belerang) didalam batubara.
Dimana kandungan sulfur tersebut dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, menyebabkan
korosi dan memperpendek umur pemakaian alat.
Metode yang digunakan pada percobaan desulfurisasi batubara ini adalah dengan
metode elektrolisis, sel elektrolisis adalah sel yang menggunakan arus listrik atau menghasilkan
reaksi redoks yang diinginkan. Elektrolisis sulfur menggunakan elektrolit H 2SO4 yang secara
kimia akan bereaksi dengan material sulfur yang terkandung dalam batubara. Elektroda yang
digunakan adalah grafit dan stainless steal. Dimana kaidah elektrolisis ialah zat yang terbentuk
dari hasil reaksi ini akan melekat pada batang katoda, jika zat yang dihasilkan berbentuk gas.
Apabila zat hasil reaksi berfase gas maka akan keluar sebagai gelembung-gelembung gas
disekitar batang katoda yang selanjutnya akan ke permukaan sel elektrolisis. Waktu elektrolisis
dan konsentrasi elektrolit merupakan factor yang mempengaruhi elektrolisis. Semakin lama
waktu elektrolisis maka proses elektrolisis akan berjalan dengan optimal. Semakin besar
konsentrasi suatu larutan pereaksi maka akan semakin besar pula reaksinya. Pada elektrolisis
sulfur terdapat reaksi yang terjadi pada larutan elektrolit.

Reaksi yang terjadi pada larutan elektrolit :


H2SO4
2H+ + SO42Katoda : 2H+ (aq) + 2eAnoda : 2H2O (l)
2H2O (l)

H2 (g)
4H+ (aq) + O2 (g) + 4eO2 (g) + 2 H2(g)

Eo= 0
Eo= -1,23
Eo= -1,23

Reaksi yang terjadi pada sulfur :


FeS2
Katoda :
Anoda :

Fe2+ + S222+

Fe (aq) + 2e
S22Fe2+ (aq) + S22-

Fe (s)
2S (g) + 2eFe (s) + 2S (g)

Eo= -0,44
Eo= +2,58
Eo= +2,44

Pereaksi H2SO4 terbukti dapat mereduksi sulfur dalam batubara high sulfur pada suhu
reaksi 180C. pada percobaan ini belum dapat dianalisa pengurangan kadar sulfur yang dihasilkan,
dikarenakan instrument yang digunakan untuk menganalisa sulfur belum siap digunakan.

VIII.

KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Desulfurisasi batubara adalah penanganan pengurangan kadar sulfur dari batubara


2. Elektrolisis sulfur dapat menggunakan elektrolit asam sulfat dan elektroda grafit dan
stainless steal
IX.

DAFTAR PUSTAKA
Mheaa.

2016.

Desulfurisasi

Batubara,

online

(http://mheea-

nck.blogspot.co.id/2011/01/desulfurisasi-batubara.html), diunduh tanggal 25 september


2016.
Wikipedia. 2016. Desulfurisasi, online (http://id.wikipedia.org/wiki/Desulfurisasi), diunduh
tanggal 25 september 2016.

GAMBAR ALAT

LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM TEKNOLOGI PEMANFAATAN BATUBARA
DESULFURISASI BATUBARA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3

Agrivina Abel Novira

061440410766

Ahmad Buhori

061440410767

Indri Mayang Sari

06144041077

Muhammad Hanif Fatin

061440410777

Rian Fernando

0614404107

Yenni Komala Sari

061440410787

KELAS : 5 EG.A
DOSEN PEMBIMBING : Ir. Sahrul Effendy, M.T.

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
PRODI TEKNIK ENERGI
2016

Anda mungkin juga menyukai