PENDAHULUAN
Metode peleburan timbal tradisional dari konsentrat bijih galena yang menggunakan
mesin sinter dan tanur tiup pada saat ini telah banyak digantikan oleh proses
peleburan secara langsung yang memiliki keunggulan ditinjau dari aspek biaya modal
dan biaya operasi, penggunaan energi dan efek terhadap lingkungan. Di samping itu
didorong juga oleh adanya peraturan lingkungan yang makin ketat mengenai emisi dan
nilai ambang batas timbal di udara telah mendorong pengembangan proses peleburan
timbal untuk menggantikan kombinasi pabrik sinter dan tanur tiup. Proses baru ini
dikenal sebagai proses peleburan langsung (direct smelting) dan merupakan teknologi
peleburan timbal modern. Teknologi peleburan langsung timbal telah dikembangkan
oleh berbagai perusahaan besar peleburan timbal di dunia seperti QSL, Kivset,
AUSMELT, dan TBRC [1,2].
Teknologi QSL peleburan langsung timbal dari konsentrat dikembangkan oleh
perusahaan peleburan timbal terbesar di Jerman, Berzelius Stolberg Gmbh, yang
pertama kali dikomersialkan pada tahun 1990. Teknologi QSL secara komersial di
dunia saat ini telah digunakan
Rakyat Cina, Kanada (Trial-Cominco Ltd) dan Korea Selatan (Onsan) [3, 4]. Teknologi
ini telah diaplikasikan untuk berbagai proses seperti pengolahan terak, operasi
peleburan dan converting. Teknologi ini didasarkan pada pengumpanan dari atas (topentry), submerged lance system, pemakaian gas alam, proses udara dan oksigen di
bawah permukaan cairan terak. Proses ini mempunyai beberapa kelebihan di
antaranya adalah:
Laju reaksi tinggi dan efisiensi perpindahan massa dan panas sangat baik
1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah karakterisasi sifat fisik dan kimia umpan pelet dan
peleburan serta uji coba operasi alat rancang bangun peleburan bijih galena.
1.4 Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan adalah mendapatkan umpan yang sesuai, yaitu berkadar 60% Pb
untuk
peleburan
dan
parameter
proses
peleburannya
serta
uji/pengecekan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Proses peleburan langsung timbal dengan tanur QSL mempunyai siklus proses yang
terdiri dari dua tahap, yaitu tahap peleburan (peleburan oksida dan sulfida) diikuti oleh
tahap reduksi terak oleh material reduktor seperti material karbon. Reaksi-reaksi yang
berlangsung pada tahap pertama dapat dituliskan sebagai berikut:
PbS + 1,5 O2
PbO + SO2
(2.1.1)
ZnS + 1,5 O2
ZnO + SO2
(2.1.2)
FeS + 1,5 O2
FeO + SO2
(2.1.3)
PbS + 2 O2
PbSO4
(2.1.4)
PbS + O2
Pb + SO2
(2.1.5)
PbS + 2 PbO
3 Pb + SO2
(2.1.5)
PbSO4
(2.1.6)
Tahap kedua adalah reduksi terak. Reaksi-reaksi yang terjadi selama proses reduksi
adalah sebagai berikut:
Fe2O3 + C
2 FeO + CO
(2.1.7)
PbO + C
Pb + CO
(2.1.8)
CO2 + C
2 CO
(2.1.9)
Terak yang terbentuk juga mengandung seng. Ketika timbal dalam terak kurang dari
6%, proses reduksi seng oksida menjadi signifikan dan terjadi volatilisasi logam seng.
Setelah oksidasi, seng pada daerah di atas terak sebagai uap oksida (oxide fume).
Sistem pengendalian proses secara online bisa mengatur komposisi material umpan,
sistem keseimbangan panas dan target kondisi operasi. Permodelan secara metalurgi
telah dikembangkan untuk membantu menentukan kondisi proses yang optimum dan
mendapatkan kestabilan proses.
2.2.
Komposisi Terak
Gambar 2.1.
Sistem PbO-SiO2+CaO-FeO+Fe2O3 dengan CaO/SiO2 = 1% berat dan FeO/Fe2O3 =
0.5 % berat.
Komposisi terak yang terjadi selama tahap peleburan disajikan pada Tabel 2.1.
Pb
40-60
Zn
5-15
SiO2
10-20
CaO
5-10
FeO + Fe2O3
10-30
Skema umum proses QSL peleburan timbal ditunjukkan pada Gambar 2.2.
Konsentrat galena, bahan imbuh, bahan bakar batu bara tambahan, daur ulang debu
bahan imbuh, dan komponen umpan lain dicampur (b) dalam kondisi basah
membentuk gumpalan (pelet) sebagai umpan tunggal ke reaktor QSL. Reaktor QSL
adalah tabung silinder mendatar dan terlapis bata tahan api di bagian dalam yang
terbagi oleh dinding pemisah antara bagian reaksi oksidasi (c) dan reaksi reduksi terak
(d). Dimensi tanur skala pabrik untuk 10 ton konsentrat per jam (30.000 ton timbal per
tahun) adalah 2.5 m diameter dan panjang 22 m yang terbagi sepanjang 7 m untuk
zona oksidasi dan 15 m zona reduksi.
Produk oksidasi proses QSL adalah terak kadar tinggi timbal, gas sulfur dioksida
(SO2), flue dust, dan bulion timbal. Besaran timbal yang dihasilkan dalam zona
oksidasi dipengaruhi oleh kadar timbal dalam konsentrat dan pembaharuan umpan.
Terak dari zona oksidasi mengalir melalui underflow port dalam reaktor dengan dinding
pemisah ke dalam zona reduksi terak (d). Bullion timbal dikeluarkan melalui syphon
timbal pada sisi reaktor.
perbedaan berat jenis material (jigging dan shaking table) dan perbedaan sifat
permukaan material (flotasi). Metode flotasi dapat mencapai efesiensi perolehan lebih
tinggi yang dapat memisahkan timbal dan seng serta mineral pengotor lainnya.
Tahapan prosesnya meliputi peremukan (crushing), penggerusan (grinding), flotasi
(flotation) dan pengeringan konsentrat. Flotasi bijih galena selalu diterapkan sebagai
tahap pertama dalam proses pemisahan terhadap bijih galena-seng dan galena-seng-
tembaga. Perolehan metode flotasi untuk bijih galena dapat dicapai sebesar 90-95%
dengan kadar galena dalam konsentrat sebesar 95-98%_PbS.
Proses flotasi bijih galena, proses pertama adalah mensuspensi ukuran partikel bijih
yang halus hasil proses penggerusan (grinding) baik dengan ball mill ataupun rod mill,
ukuran partikel yang baik lebih kecil dari 0.25 mm, dalam air. Pengenceran pulp
suspension ini dapat bervariasi dari 5 hingga 40%-padatan (berat). Udara kemudian
ditiupkan melalui pulp ini dalam sel atau tangki flotasi, yang sebelumnya ditambahkan
berbagai bahan kimia dan diaduk dengan baik, partikel mineral yang diinginkan
menempel pada gelembung udara (bubble) dan terbawa ke permukaan membentuk
lapisan gelembung mineralisasi yang stabil yang kemudian diambil. Partikel yang tidak
diinginkan (gangue) tidak terpengaruh (terendapkan) dan tersisa dalam pulp.
Konsentrat galena yang diperoleh dari proses flotasi mengandung sekurangkurangnya 50%-PbS. Selanjutnya dijadikan sebagai umpan proses peleburan
(smelting process). Diharapkan recovery dalam konsentrat 90-95 % Pb dengan kadar
antara 95-98 % Pb.
Pada kasus bijih galena-seng, mineral logam umumnya dipisahkan dalam dua tahap
proses. Pertama seng sulfida ditenggelamkan jika timbal sulfdida akan diapungkan.
Tahap pemisahan selanjutnya penambahan reagen untuk mengaktifkan seng sulfida
yang kemudian diapungkan. Sejumlah reagen kimia yang digunakan dalam proses ini
meliputi seng sulfat, natrium sianida atau natrium sulfida untuk menekan seng dan
tembaga sulfat untuk mengaktifkannya.
2.5 Deskripsi Proses Peleburan Timbal QSL
Peleburan konsentrat galena di tanur QSL dilakukan dalam dua tahap: peleburan
oksidasi dan peleburan reduksi. Konsentrat bijih galena, batu kapur (limes stone) dan
senyawa silikat (sodium silicate) dicampur dan dibentuk menjadi pelet dan kemudian
diumpankan ke dalam tanur melalui sistem pengumpan. Pengumpan konsentrat
melalui lance bersama dengan oksigen/udara, peleburan dapat dilakukan dengan
kontrol secara autogenous. Reaksi oksidasi (zona oksidasi) yang berlangsung dapat
dituliskan sebagai berikut:
PbS + O2
Pb + SO2
(2.1.10)
(2.1.11)
Peleburan berlanjut, terak yang dihasilkan dari reaksi oksidasi dialirkan ke zona
reduksi. Tahap reduksi dimulai dengan penambahan serbuk batubara untuk mereduksi
timbal dalam terak ke tingkat yang dihasilkan. Terak akhir dapat dikeluarkan.
Reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut:
PbO + CO Pb + CO2
(2.1.12)
C + CO2
2CO
(2.1.13)
Reaksi ini bersifat endotermis, karenanya panas harus diberikan melalui burner oil
/oksigen.Terak akhir yang dihasilkan akan mempunyai kandungan Pb antara 2-5%,
besaran ini sangat dipengaruhi oleh seng (Zn) yang terkandung. Reaksi reaksi yang
mungkin dapat berlangsung dan harga energi bebas pembentukannya dapat dilihat di
Lampiran 3.
Bagan alir proses peleburan langsung bijih galena dan neraca masa serta proses
lanjut yaitu pemurnian (refining) secara skematik disajikan pada Gambar 2.4.
BAB III
PROGRAM KEGIATAN
Program kegiatan rancang bangun peleburan bijih galena ramah lingkungan meliputi :
Penyiapan umpan sebagai bahan baku peleburan :
-
BAB IV
METODOLOGI
10
Hasil pembakaran pada temperature 900 oC, selama waktu 20 menit sudah mulai
menyinter dan pada waktu 40 menit seluruh percontoh pelet yang ada sudah
menyinter semuanya dan kemungkinan sudah terbentuk PbO atau Pb. Untuk hal
tersebut perlu menunggu hasil analisis XRD dan mineralogi serta hasil analisis kimia.
Susunan alat percobaan pemanggangan timbal sulfida ditunjukkan pada Gambar 4.1.
11
CaO
Carbon (C)
Pelet 1
Pelet 2
12
On - Off
13
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Hasil Percobaan
5.1.1
Analisis kimia bahan baku yang digunakan sebagai umpan untuk pengkajian yang
akan dilakukan, telah dilakukan tahap pengerjaan preparasi hingga mempunyai ukuran
butiran -100 mesh. Unsur-unsur yang dianalisis kimia dari percontoh bijih galena
hanya terhadap unsur logam dasar yang sangat berpengaruh terhadap kemurnian
logam timbal, yaitu unsur tembaga, seng dan besi serta kandungan total sulfur.
Pembuatan pellet dilakukan pada alat peletizer. Alat dijalankan sambil berputar sedikit
demi sedikit bijih galena yang sudah dicampur karbon aktif dan kapur ditaburkan
sedikit demi-sedikit sambil disemprotkan air dan berulang-ulang sehingga terjadi
butiran pelet yang diinginkan. Setelah selesai lalu dikeringkan di dalam open hingga
kering.
Bijih timbal tersebut mempunyai komposisi kimia seperti disajikan pada Tabel 5.1.
Cu
Zn
S-total
Ca
Fe
17,34
0,0810
13,08
17,69
0,182
9,61
14
15
Gambar 5.1.
Tabel 5.2. Hasil analisis produk leburan dengan XRD dan fotomikrograf
Suhu
o
Waktu
Komposisi leburan
( C)
(menit)
Logam Pb
PbO
PbS
900
60
Tidak ada
Tidak ada
Ada
1000
60
Tidak ada
Tidak ada
Ada
No.LAB. &
Kode Conto
Pirit
Sfalerit
Kalkopirit
Mangan
Mineral
pengotor
6244/09/111-
47
12
15
17
42
14
12
23
900/60#
2
6245/09/111900/60#
Berdasarkan hasil uji SEM peleburan galena pada temperatur 900 0C selama 1 jam
dengan komposisi 1:1:1 menunjukkan galena yang sudah teroksidasi, dan telah
terbentuk Pb = 11,68 % dan PbO 12,58 %.
16
Hasil X-ray mapping mendeteksi adanya unsur Pb, Cu, Fe, Zn, Al dan Si. Empat unsur
pertama kemungkinan berasal dari mineral sulfida galena, kalkopirit dan pirit serta
spalerit.
Fe terlihat lebih dominan dibandingkan dengan Pb dan Fe. Al dan Si kemungkinan
berasal dari mineral lempung, Komposisi masing-masing unsur pada partikel uji
terlampir.
Gambar 5.2. Skematik pembagian zona peleburan : zona reduksi dan zona oksidasi
17
dilanjutkan sampai 1150 oC, ditempuh dalam waktu 125 menit dan menghabiskan solar
63 liter. Uji coba pembakaran dilanjutkan sampai 1200 oC kebutuhan solar 69 liter
dengan waktu 164 menit, lalu burner dimatikan .
Pada pemanasan atau pembakaran ini pengujian temperatur hanya berdasarkan
panas termocople yang ada di panel listrik yang tertera dan tidak dilakukan kontrol
pembanding karena belum mendapatkan alat kalibrasi pembanding.
18
Dari hasil uji coba pembakaran setelah dilihat dua hari berikutnya, tungku tidak
mengalami pecah atau retak sehingga tungku dianggap baik. Hasil monitor
pembakaran tungku oksidasi di atas ditabelkan (lihat tabel 5.4.).
Waktu (menit)
900
51
18
Stabil/tidak retak
950
63
23
Stabil/tidak retak
1.000
75
37
Stabil/tidak retak
1.050
88
45
Stabil/tidak retak
1.100
105
56
Stabil/tidak retak
1.150
125
63
Stabil/tidak retak
1.200
164
69
Stabil/tidak retak
19
Temperatur
Waktu (menit)
900
62
26
Stabil/tidak retak
950
73
35
Stabil/tidak retak
1.000
85
49
Stabil/tidak retak
1.050
101
62
Stabil/tidak retak
1.100
121
76
Stabil/tidak retak
1.150
148
86
Stabil/tidak retak
1.200
181
97
Stabil/tidak retak
20
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Bijih timbah sulit diperoleh dengan kadar tinggi (60 % Pb), sehingga perlu adanya
peralatan kominusi (pengecilan ukuran butir) dan upgrading (konsentrasi secara
gravity).
Hasil analisis X-RD dan mineralogi terhadap hasil uji coba laboratorium
menunjukkan bahwa peleburan pelet pada suhu 900oC waktu 60 menit belum
terbentuk PbO dan Pb walaupun pelet sudah menyinter.
Hasil SEM sulfida (S) sudah habis/hilang dan mengindikasikan adanya fasa PbO =
12,58 % dan fasa logam Pb = 11,68 %
Tungku QSL dapat dioperasikan hingga temperatur 1200 oC, dan waktu
pencapaiannya adalah 181 menit dengan konsumsi solar 97 liter.
6.2. Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
1. M. Sibony, N. Basin and J. Lecadet, 2000. The lead bath smelting process in
Nordenham, Germany
2. Lead and Zinc Smelting, 2007. Diunduh dari
http://www.ifc.org/ifcext/enviro.nsf/Content/EnvironmentalGuldelines
3. Burton, D.J., 1981, An overview of occupational exposure control technologi in non
ferrous smelting, American Journal of Industrial Medicine, hal. 293-305.
4. Dutrizac, J.Ea., Ramachandr, V. dan Gonzales, J.A., 2000, Lead-Zinc 2000, TMS
5. http://www.britanica.com/ERchecked/topic/485833/QSL-process
6. Lee, Y. dan Choi, C., 1995, Behavior of lead and impurities in QSL lead smelting, An
International Symposium on the Extraction and Applications Zinc and Lead.
7. Kerle-Oshmer Encyclopedia 2005.
22
Hasil difraksi sinar-X bijih galena hasil oksidasi pada temperatur 900 oC
(perbandingan 1:1:1)
23
24
Hasil difraksi sinar-X bijih galena hasil oksidasi pada temperatur 1000 oC
(perbandingan 1:2:1)
25
26
27
28
29
30
31
32
LAMPIRAN 3
No.
Reaksi - Reaksi
G0 (kal/mol)
-46824 + 18,648 T
12304,8 11,016 T
PbO(l) = PbO(g)
54768 30 ,72 T
Pb(l) = Pb(g)
47436 23.52 T
S2 + O2(g) = SO2(g)
-86976 + 17.376 T
-66780.8 + 20.78 T
-80020 + 27.3 T
-79020 + 27.58 T
-53910 + 19.65 T
10
-14112 + 4.692 T
11
Sb(l) = Sb(g)
56820 24.56 T
12
Sb(l) = Sb2(g)
20750 + 11.2 T
13
-1460 1.88 T
14
-6430 2.39 T
15
As(l) = As(g)
66180 27.11 T
16
As(l) = As2(g)
16660 13.64 T
17
4350 2.66 T
18
-6990 3.19 T
19
Bi(l) = Bi(g)
45860 23.86 T
20
Bi(l) = Bi2(g)
21670 11.17 T
21
-1090 1.75 T
22
1830 1.85 T
23
-20957 + 2.15 T
24
42725 26.784 T
25
-10474 + 9.15 T
26
-39557 + 11.412 T
33
DAFTAR ISI
S A R I ..............................................................................................................
ii
iii
iii
BAB I
PENDAHULUAN ...............................................................................
1.1.
1.2.
1.3.
Tujuan ...............................................................................................
1.4.
1.5.
BAB II
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
BAB III
BAB IV
METODOLOGI .................................................................................
10
4.1.
10
4.2.
12
BAB V
14
5.1.
14
5.2.
17
BAB VI
21
6.1.
Kesimpulan .......................................................................................
21
6.2.
Saran .................................................................................................
21
22
23
27
34
DAFTAR TABEL
Tabel
2.1.
4.1.
12
5.1.
14
5.2.
16
5.3.
16
5.4.
19
5.5.
20
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
4.1.
11
5.1.
15
5.2.
16
5.3.
17
5.4.
18
35
KATA PENGANTAR
Laporan ini merupakan hasil pelaksanaan kegiatan penelitian Tim Rancang Bangun
Peleburan Bijih Galena Ramah Lingkungan, lanjutan 2008. Laporan 2009 meliputi
kegiatan uji coba karakterisasi peleburan bijih galena atau uji coba reduksi pelet
dengan perbandingan dan suhu tertentu, dihembuskan oksigen pada tanur tube
Furnace dan uji coba pengoperasian tanur hasil rancang bangun dengan beban
kosong/tanpa umpan bijih galena.
Kegiatan ini seluruhnya dilakukan di Laboratorium Puslitbang tekMIRA dan Sentra
Percontohan Pengolahan Mineral di Cipatat, Bandung, sedangkan pengambilan
sampel bijih galena dilakukan di Jawa Barat.
Kegiatan penelitian ini dibiayai oleh DIPA Departemen Energi dan Sumberdaya
Mineral, tahun anggaran 2009.
Kepada semua pihak yang telah membantu dan bekerjasama dalam kegiatan
penelitian ini, kami ucapkan terima kasih.
Harapan kami, semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat yang sebesarbesarnya terutama bagi industri pertambangan bijih galena yang memperhatikan
aspek efisiensi dan lingkungan.
Bandung,
Desember 2009
36