Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Timbal

Logam merupakan kelompok toksikan yang unik. Logam


dapat ditemukan dan menetap di alam, tetapi bentuk kimianya dapat
berubah akibat pengaruh fisika kimia, biologis atau akibat aktivitas
manusia. Toksisitasnya dapat berubah drastis apabila bentuk
kimianya berubah. Umumnya logam bermanfaat bagi manusia
karena pengggunaannya di bidang industri, pertanian atau
kedokteran. Sebagian merupakan unsur penting karena dibutuhkan
dalam berbagai fungsi biokimia atau faali. Dilain pihak, logam dapat
berbahaya bagi kesehatan bila terdapat dalam makanan, air atau
udara (Darmono,2001).

Logam-logam tertentu sangat berbahaya apabila ditemukan


dalam konsentrasi yang tinggi dalam lingkungan, karena logam
tersebut mempunyai sifat yang merusak jaringan tubuh mahluk
hidup, diantaranya logam Pb (timbal).

Logam timbal telah dipergunakan oleh manusia sejak ribuan


tahun yang lalu (sekitar 6400 SM) hal ini disebabkan logam timbal
terdapat diberbagai belahan bumi, selain itu timbal mudah di
ekstraksi dan mudah dikelola. Unsur ini telah lama diketahui dan
disebutkan di kitab Exodus. Para alkemi mempercayai bahwa timbal
merupakan unsur tertua dan diasosiasikan dengan planet Saturnus.
Timbal alami, walau ada jarang ditemukan di bumi.

Timbal atau yang kita kenal sehari-hari dengan timah hitam


dan dalam bahasa ilmiahnya dikenal dengan kata Plumbum dan
logam ini disimpulkan dengan timbal (Pb). Logam ini termasuk
kedalam kelompok logam-logam golongan IV–A pada tabel periodik
unsur kimia. Mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau
berat (BA) 207,2 adalah suatu logam berat berwarna kelabu
kebiruan dan lunak dengan titik leleh 327°C dan titik didih 1.620°C.
Pada suhu 550-600°C. Timbal (Pb) menguap dan membentuk
oksigen dalam udara membentuk timbal oksida. Bentuk oksidasi
yang paling umum adalah timbal (II). Walaupun bersifat lunak dan
lentur, timbal (Pb) sangat rapuh dan mengkerut pada pendinginan,
sulit larut dalam air dingin, air panas dan air asam. Timbal (Pb)
dapat larut dalam asam nitrit, asam asetat dan asam sulfat pekat.

2.2 Karateristik Timbal

Beberapa sumber menyebutkan bahwa plumbum (Pb)


adalah logam lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat, memiliki
titik lebur rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat kimia yang aktif,
sehingga bisa digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul
perkaratan. Pb dicampur dengan logam lain akan terbentuk logam
campuran yang lebih bagus daripada logam murninya.

Pb adalah logam lunak berwarna abu-abu kebiruan


mengkilat serta mudah dimurnikan dari pertambangan. Pb meleleh
pada suhu 3280C (6620F), titik didih 1.7400C (3.1640F), bentuk
sulfid dan memiliki gravitasi 11,34 dengan berat atom 207,20. Timbal
(Pb) termasuk ke dalam logam golongan IV-A pada tabel periodik
unsur kimia, mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau
berat atom (BA) 207,2.

Timbal termasuk logam berat ”trace metals” karena


mempunyai berat jenis lebih dari lima kali berat jenis air. Bentuk
kimia senyawa Pb yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan
akan mengendap pada jaringan tubuh, dan sisanya akan terbuang
bersama bahan sisa metabolisme.
Menurut Palar (2004), logam timbal (Pb) mempunyai sifat-sifat yang
khusus seperti berikut :

1. Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong


dengan menggunakan pisau atau dengan tangan dan dapat
dibentuk dengan mudah.
2. Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau
karat, sehingga logam timbal sering digunakan sebagai bahan
coating.
3. Mempunyai titik lebur rendah hanya 327,5°C.
4. Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan
logam-logam, kecuali emas dan merkuri.
5. Merupakan pengantar listrik yang baik.

2.3 Ekstrasi Timbal

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan


perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang
berbeda, biasanya air dan yang lainnya pelarut organik.
2.3.1 Ekstraksi Logam Timbal (Pb) dari Mineral Galena (PbS)

Selain pada accu, aplikasi material logam Pb banyak


digunakan sebagai paduan suatu logam lain. Contohnya untuk
paduan dengan material Sn pada kawat solder. Kegunaan
logam Pb adalah untuk menurunkan titik leleh dari kawat
solder. Dengan turunnya nilai titik leleh dari kawat solder,
maka energi yang dibutuhkan untuk melakukan penyolderan
lebih rendah, imbasnya akan menghemat nilai dari cost
production-nya.

2.3.2 Raw Material

Timbal (Pb) adalah suatu logam transisi yang non reaktif.


Pb dalam bentuk ore dapat berupa galena (PbS) 86%Pb,

Cerussite (PbCO3) 77%Pb, Anglesite (PbSO4) 68%Pb. Namun


yang akan dibahas adalah untuk mendapatkan Pb dari mineral
bijih galena (PbS). Didalam Galena hanya terdapat 10% Pb,
yang kemudian di Explor hingga memperoleh 3% Pb. Lalu
dilakukuan proses Froth Flotation sehingga mendapatkan 70%
Pb.
2.3.3 Proses Pengolahan Timbal

Skema praktis pengekstraksian logam Pb dapat dilihat


di gambar 3. Mineral yang biasanya digunakan untuk
diekstrak Pb-nya adalah mineral galena. Keberadaan galena
di bumi ini selalu berikatan dengan material logam lainnya,
seperti zinc, Au dan Ag. Untuk mendapatkan logam Pb yang
murni, mineral galena harus di melewtai tahap ore dressing.
Tujuan ore dressing adalah untuk meningkatkan kadar.
Mineral galena dengan pengikatnya lainnya dinaikkan dari
sekitar 3% Pb menjadi 40-70% Pb. Ore Dressing melewati
tahap crushing, grinding dan kemudian dilakukan
konsentrasi. Metode konsentrasi yang digunakan adalah
froth flotation, yaitu metode pemisahan dengan
memanfaatkan sifat responnya terhadap larutan (biasanya
air).

Ekstraksi logam Timbal yang secara konvensional


adalah lewat jalur Pirometallurgi, biasanya dapat
menghasilkan pencemaran udara dalam bentuk emisi gas
SO2, uap, dan debu logam Timbal. Ada 4 tahap
pirometalurgi untuk mendapatkan logam timbal, yaitu:

 Roasting
 Smelting
 Converting
 Refining
a. Metode Roasting yang dipakai adalah blast roasting atau
sintering, untuk melakukan proses desulfurisasi. Reaksi
kimia yang terjadi pada Roasting adalah:

2PbO + PbS → 3Pb + SO2

PbS + 3/2 O2 → PbO +SO2

PbS + PbSO4 → 2Pb+2SO2

b. Proses smelting merupakan proses konsentrasi dimana


pengotor yang terdapat dalam timbal dipisahkan di
dalam slag. Proses timbal dibagi menjadi 2 :
 Smelting timbal hasil roasting
Smelting timbal hasil roasting biasanya
menggunakan blast furnace yang menggunakan
bahan bakar kokas dengan bantuan udara yang
dialirkan, sehingga membakar kokas menjadi gas
CO Reaksi yang terjadi adalah :

PbO + CO →Pb + CO2

CO2+C→2CO

Pada proses smelting ini terjadi


pembentukan matte dan speiss, yang terbentuk dari
elemen-elemen seperti Cu, Fe, Co dan Ni, yang
bergabung dengan S dan As. Bath terbagi menjadi 3
zone, yaitu paling atas slag, kemudian matte dan
speiss dan di dasar timbal cair. Matte dan speiss
masih dapat direcovery untuk diambil logam-logam
yang berharga
 Smelting timbal yang tidak di roasting

Pada Smelting Timbal (Pb) yang tidak di


Roasting penghilangan S dilakukan dengan
menggunakan dapur listrik. Reaksi yang terjadi
pada dapur listrik adalah :

2 PbS + 3 O2 = 2 PbO + 2 SO2

PbS + 2 PbO = 3 Pb + 3 O2

Kokas ditambahkan untuk mengurangi kadar


PbO pada slag yang terbentuk. Dari proses smelting
dihasilkan lead bullion (kadar 96%-99%), slag, dan
gas. Slag ini disebut Dross karena masih memilikki
kadar logam lain yang cukup tinggi.

c. Proses Converting adalah tahap terakhir untuk


menghilangkan S. Tahap ini juga terjadi pemilahan
dross dan matte dari timbal yang telah tereduksi. Dross
dan matte direcycle kembali ke smelting furnace,
sedangkan Pb mentah tanpa S diambil dan menuju
tahap refining
d. proses Refining dilakukan untuk meningkatkan kadar
Pb. ada 2 metode dalam proses Refining, yaitu:
 Electrolitic refining
Proses electrolytic refining dikenal dengan ”Betts
Process” yang menghasilkan timbal bebas bismuth
dengan kemurnian 99,999%. Anoda yang
digunakan adalah ”softened lead” atau timbal yang
telah dilunakkan. Elektrolit yang digunakan adalah
timbal fluosilikat (PbSiF6) dan 8 - 15 % asam
hidrofluosilik (H2SiF6). Maka, logam Pb akan
menempel pada katoda sedangkan pada anoda
akan menempel pengotor dalam bentuk lumpur.
 Fire refining
Proses ini dilakukan dalam reverberatory furnace,
untuk menghilangkan impuritis dilakukan dengan jalan
mengoksidasi blister copper, sehingga impuritis yang
teroksidasi akan terbentuk menjadi slag. Proses ini
melalui dua tahap :
Tahap I : merupakan tahap oksidasi terhadap impuritis
yang dilakukan dengan jalan meniupkan udara melalui
pipa dan dimasukkan molten metal kedalam tanur. Hal
ini dilakukan agar lubang udara tidak tersumbat. Tahap
pertama ini disebut sebagai tahap oksidasi atau disebut
tahap flapping.
Tahap II. Pada tahap ini dinamakan tahap reduksi atau
poling. Proses ini lebih ditekankan pada copper oksigen
yang ditambahkan coke, green timber dan oksigen yang
tinggal bersama tembaga diharapkan tinggal 0,025 -
0,05 % saja. Hasilnya dicetak sebagai anoda atau
bentuk komersial lainnya.

2.4 Manfaat Timah Hitam

a) Timbal digunakan dalam accu dimana accu ini


banyak dipakai dalam bidang automotif.
b) Timbal dipakai sebagai agen pewarna dalam bidang
pembuatan keramik terutama untuk warna kuning dan
merah.
c) Timbal dipakai dalam industri plastic PVC untuk
menutup kawat listrik.
d) Timbal dipakai sebagai proyektil untuk alat tembak dan
dipakai pada peralatan pancing untuk pemberat disebakan
timbale memiliki densitas yang tinggi, harganya murah dan
mudah untuk digunakan.
e) Lembaran timbal dipakai sebagai bahan pelapis
dinding dalam studio musik
f) Timbal dipakai untuk pelindung alat-alat kedokteran,
laboratorium yang menggunakan radiasi misalnya sinar X.
g) Timbal cair dipergunakan sebagai agen pendingin
dalam peralatan reactor yang menggunakan timbale sebagai
pendingan.
h) Kaca timbale mengandung 12-28% Pb dimana
dengan adanya Pb ini akan mengubah karakteristik optis
dari kaca dan mereduksi transmisi radiasi.
i) Timbal banyak dipakai untuk elektroda pada
peralatan elektrolisis.
j) Timbal digunakan untuk solder untuk industri
elektronik.
k) Timbal dipakai dalam berbagai kabel listrik
bertegangan tinggi untuk mencegah difusi air dalam kabel.
l) Timbal ditambahkan dalam peralatan yang terbuat
dari kuningan agar tidak licin dan biasanya digunakan
dalam peralatan permesinan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Timbal atau yang kita kenal sehari-hari dengan timah hitam dan
dalam bahasa ilmiahnya dikenal dengan kata Plumbum dan logam
ini disimpulkan dengan timbal (Pb). Logam ini termasuk kedalam
kelompok logam-logam golongan IV–A pada tabel periodik unsur
kimia. Mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau berat
(BA) 207,2 adalah suatu logam berat berwarna kelabu kebiruan
dan lunak dengan titik leleh 327°C dan titik didih 1.620°C. Pada
suhu 550-600°C. Timbal (Pb) menguap dan membentuk oksigen
dalam udara membentuk timbal oksida. Bentuk oksidasi yang
paling umum adalah timbal (II). Walaupun bersifat lunak dan
lentur, timbal (Pb) sangat rapuh dan mengkerut pada
pendinginan, sulit larut dalam air dingin, air panas dan air asam.
Timbal (Pb) dapat larut dalam asam nitrit, asam asetat dan asam
sulfat pekat.
2. Beberapa sumber menyebutkan bahwa plumbum (Pb)
adalah logam lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat,
memiliki titik lebur rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat
kimia yang aktif, sehingga bisa digunakan untuk melapisi
logam agar tidak timbul perkaratan.
3. Ekstraksi logam Timbal yang secara konvensional adalah
lewat jalur Pirometallurgi, biasanya dapat menghasilkan
pencemaran udara dalam bentuk emisi gas SO2, uap, dan
debu logam Timbal. Ada 4 tahap pirometalurgi untuk
mendapatkan logam timbal, yaitu:
 Roasting
 Smelting
 Converting
 Refining
Daftar Pustaka

Habashi, Fatih: Handbook of Extractive Metallurgy, Vol II, Wiley-VCH, Weinheim:


1990

Slide Kuliah Metalurgi Ekstraksi 1, Prof. Dr. Ir. Johny Wahyuadi Soedarsono, DEA,
Departemen Teknik Metalurgi dan Material, Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

Lecture Notes: ChemicalPrinciples of Materials Production, Prof. Dr. Yavuz


A.TOPKAYA.
http://www.niki-timah.com/2010/01/apa-itu-
timah.html#!/2010/01/apa-itu-timah.html

Anda mungkin juga menyukai