OLEH
KELOMPOK 1 :
KELAS A
TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017
i
RINGKASAN
M. Wahyu Akbar, Dwi Putri Suryani, Miftahur Rahma, Yulian Fauzi Aldi; Dosen
oleh IR. A. Taufik Arief, MS.
RINGKASAN
Ekstraksi metalurgi adalah proses pemisahan dari suatu konsentrat yang diambil
dari suatu bijih melalui eksploitasi , dimana dari konsentrat tersebut yang diambil
hanya logamnya saja . dengan perkataan lain ekstraksi metalurgi adalah suatu
proses pengolahan dalam pekerjaan metalurgi untuk mengekstrak (mengeluarkan
atau mendapatkan) suatu logam dari dalam persenyawaannya. Ada banyak mineral
yang dapat diolah karena mempunyai nilai yang ekonomis. Salah satunya adalah
mineral timah.
Mineral timah merupakan sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
simbol Sn (bahasa Latin: stannum) dan nomor atom 50. Unsur ini merupakan logam
miskin keperakan, dapat ditempa ("malleable"), tidak mudah teroksidasi dalam
udara sehingga tahan karat, ditemukan dalam banyak aloy. Mineral timah dapat
digunakan dalam kebutuhan sehari – hari seperti : digunakan untuk membuat kaleng
kemasan, seperti untuk roti, susu, cat, dan buah serta melapisi kaleng yang terbuat
dari besi dari perkaratan, digunakan untuk membuat paduan logam (alloy),
misalnya perunggu (campuran timah, tembaga, dan seng), campuran timah dan
timbal sebagai solder untuk menggabung pipa atau sirkuit listrik, sebagai bahan
amalgam gigi, dapat digunakan dalam lapisan kontainer baja berlapis timah,
sebagai bahan pembungkus umum untuk makanan dan obat-obatan, paduan
niobium-timah digunakan untuk magnet superkonduksi, Timah oksida digunakan
untuk keramik dan sensor gas.
Proses produksi mineral timah melibatkan serangkaian proses yang terbilang rumit
yakni pengolahan mineral ( peningkatan kadar timah/proses fisik dan disebut juga
upgrading ), persiapan material yang akan dilebur, proses peleburan, proses refining
dan proses pencetakan logam timah.
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang mana atas berkat
rahmat, taufik dan hidayah – NYA jua lah sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas besar mata kuliah Ekstraksi Metalurgi yang berjudul “Processing dan
Peleburan Timah” dengan baik dan tepat waktu.
iii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul
Ringkasan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Pembatasan Masalah
1.4 Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.5 Metode Penulisan
BAB 2 Case Study Analysys Terkait Processing dan
Peleburan/Refining di Indonesia
2.1 Studi Kasus
BAB 3 Tinjauan Pustaka
3.1 Mineral Timah
3.1.1 Pengertian Timah
3.1.2 Sifat – sifat Fisik dan Kimia Timah
3.1.3 Bentuk Timah
3.1.4 Proses Terbentuknya Timah
3.1.5 Mineral Utama dan Mineral Ikutan pada Timah
3.2 Penambangan Timah
3.3 Manfaat Timah
BAB 4 Processing dan Peleburan Timah
4.1 Pengertian Ekstraksi Metalurgi
4.2 Pengolahan Timah
4.2.1 Washing atau Pencucian
4.2.2 Pemisahan Berdasarkan Ukuran atau Screening / Sizing
dan uji kadar
4.2.3 Pemisahan Berdasarkan Berat Jenis
4.2.4 Pengolahan Tailing
4.2.5 Proses Pengeringan
4.2.6 Klasifikasi
4.2.7 Pemisahan Mineral Ikutan
4.3 Pengolahan Pre- Smelting
4.3.1 Preparasi Material
4.3.2 Penimbangan Komposisi
4.4 Peleburan (Smelting)
4.4.1 Peleburan Bijih Timah
4.4.2 Peleburan Slag
4.5 Proses Refining (Pemurnian)
iv
4.5.1 Pemurnian Fe
4.5.2 Pemurnian Cu
4.5.3 Pemurnian Pb
4.5.4 Pemurnian As
4.6 Pencetakan
BAB 5 Penutup
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Daftar Pustaka
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar Timah 3.1 Timah
Gambar 3.2 Cassiterite
Gambar 3.3 Stannite
Gambar 3.4 Penambangan Timah
Gambar 4.1 Alur Tahapan Pengolahan (Processing) Timah
Gambar 4.2 Tempat Pencucian Timah
Gambar 4.3 Alat Jig Yuba
Gambar 4.4 Peleburan Bijih Timah
Gambar 4.4 Pemisahan Timah Cair dan Slag di Foreheart
Gambar 4.5 Pencetakan Timah
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Data Sifat Fisik dan KimiaTimah
Tabel 4.1 Kandungan Unsur dalam Sample
Tabel 4.2 Kandungan Unsur dalam Antrasit
Tabel 4.3 Kandungan Unsur dalam Batu Kapur
vii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2. Bagaimana proses pengolahan timah?
3. Bagaimana proses peleburan timah?
2
1.3 Pembatasan Masalah
Pada penulisan makalah ini, penulis membatasi masalah menjadi :
1. Pengertian timah, sifat fisik dan kimia timah, bentuk timah, proses
pembentukan timah, mineral utama dan mineral ikutan timah, tahapan
penambangan timah dan manfaat timah.
2. Tahapan pengolahan timah.
3. Tahapan peleburan timah
3
BAB 2
CASE STUDY ANALYSYS TERKAIT PROCESSING DAN
PELEBURAN / REFINING DI INDONESIA
4
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
6
yang rendah, dapat ditempa ("malleable"), mempunyai sifat konduktivitas panas
dan listrik yang tinggi, relatif lunak, tahan karat dan memiliki titik leleh yang rendah
dan memilki struktur kristal yang tinggi. Jika struktur ini dipatahkan, terdengar
suara yang sering disebut (tangisan timah) ketika sebatang unsur ini dibengkokkan.
Timah merupakan unsur ke-49 yang paling banyak terdapat di kerak bumi
dimana timah memiliki kandungan 2 ppm jika dibandingkan dengan seng 75 ppm,
tembaga 50 ppm, dan 14 ppm untuk timbal (Tabel 3.1).
Sifat Nilai
Nomor atom 50
Unsur ini memiliki 2 bentuk alotropik pada tekanan normal. Jika dipanaskan,
timah abu-abu (timah alfa) dengan struktur kubus berubah pada 13.2 derajat Celcius
menjadi timah putih (timah beta) yang memiliki struktur tetragonal. Ketika timah
didinginkan sampai suhu 13,2 derajat Celcius, ia pelan-pelan berubah dari putih
menjadi abu-abu. Perubahan ini disebabkan oleh ketidakmurnian (impurities)
seperti aluminium dan seng, dan dapat dicegah dengan menambahkan antimoni atau
bismut. Timah abu-abu memiliki sedikit kegunaan.
7
Timah dapat dipoles sangat licin dan digunakan untuk menyelimuti logam
lain untuk mencegah korosi dan aksi kimia. Lapisan tipis timah pada baja digunakan
untuk membuat makanan tahan lama.Campuran logam timah sangat penting. Solder
lunak, perunggu, logam babbit, logam bel, logam putih, campuran logam bentukan
dan perunggu fosfor adalah beberapa campuran logam yang mengandung timah.
Timah dapat menahan air laut yang telah didistilasi dan air keran, tetapi
mudah terserang oleh asam yang kuat, alkali dan garam asam. Oksigen dalam suatu
solusi dapat mempercepat aksi serangan kimia-kimia tersebut. Jika dipanaskan
dalam udara, timah membentuk Sn2, sedikit asam, dan membentuk stannate salts
dengan oksida. Garam yang paling penting adalah klorida, yang digunakan sebagai
agen reduksi. Garam timah yang disemprotkan pada gelas digunakan untuk
membuat lapisan konduktor listrik. Aplikasi ini telah dipakai untuk kaca mobil yang
tahan beku. Kebanyakan kaca jendela sekarang ini dibuat dengan mengapungkan
gelas cair di dalam timah cair untuk membentuk permukaan datar (proses
Pilkington).
Baru - baru ini, campuran logam kristal timah-niobium menjadi
superkonduktor pada suhu sangat rendah, menjadikannya sebagai bahan konstruksi
magnet superkonduktif yang menjanjikan. Magnet tersebut, yang terbuat oleh
kawat timah-niobium memiliki berat hanya beberapa kilogram tetapi dengan baterai
yang kecil dapat memproduksi medan magnet hampir sama dengan kekuatan 100
ton elektromagnet yang dijalankan dengan sumber listrik yang besar.
8
daya timah putih pada jalur timah yang menempati Kepulauan Riau hingga Bangka-
Belitung. Jalur ini dapat dikorelasikan dengan “Central Belt” di Malaysia dan
Thailand (Mitchel, 1979). Sumber timah yang terbesar yaitu sebesar 80% berasal
dari endapan timah sekunder (alluvial) yang terdapat di alur-alur sungai, di darat
(termasuk pulau-pulau timah), dan di lepas pantai. Endapan timah sekunder berasal
dari endapan timah primer yang mengalami pelapukan yang kemudian terangkut
oleh aliran air, dan akhirnya terkonsentrasi secara selektif berdasarkan perbedaan
berat jenis dengan bahan lainnya. Endapan alluvial yang berasal dari batuan granit
lapuk dan terangkut oleh air pada umumnya terbentuk lapisan pasir atau kerikil.
Mineral utama yang terkandung pada bijih timah adalah cassiterite (SnO2). Batuan
pembawa mineral ini adalah batuan granit yang berhubungan dengan magma asam
dan menembus lapisan sedimen (intrusi granit). Pada tahap akhir kegiatan intrusi,
terjadi peningkatan konsentrasi elemen di bagian atas, baik dalam bentuk gas
maupun cair, yang akan bergerak melalui pori-pori atau retakan. Karena tekanan
dan temperatur berubah, maka terjadilah proses kristalisasi yang akan membentuk
deposit dan batuan samping.
Timah tidak ditemukan dalam unsur bebasnya dibumi akan tetapi diperoleh
dari senyawaannya. Timah pada saat ini diperoleh dari mineral cassiterite atau
tinstone. Cassiterite merupakan mineral oksida dari timah SnO2, dengan kandungan
timah berkisar 78%. Contoh lain sumber biji timah yang lain dan kurang mendapat
perhatian daripada cassiterite adalah kompleks mineral sulfide yaitu stanite
(Cu2FeSnS4) merupakan mineral kompleks antara tembaga-besi-timah-belerang
dan cylindrite (PbSn4FeSb2S14) merupakan mineral kompleks dari timbale-timah-
besi-antimon-belerang dua contoh mineral ini biasanya ditemukan bergandengan
dengan mineral logam yang lain seperti perak.
Cassiterite banyak ditemukan dalam deposit alluvial/alluvium yaitu tanah
atau sediment yang tidak berkonsolidasi membentuk bongkahan batu dimana dapat
dapat mengendap di dasar laut, sungai, atau danau. Alluvium terdiri dari berbagai
macam mineral seperti pasir, tanah liat, dan batu-batuan kecil. Hampir 80%
produksi timah diperoleh dari alluvial/alluvium atau istilahnya deposit sekunder.
Diperkirakan untuk mendapatkan 1 Kg Cassiterite maka sekitar 7 samapi 8 ton biji
timah/alluvial harus ditambang disebabkan konsentrasi cassiterite sangat rendah.
9
Dibumi timah tersebar tidak merata akan tetapi terdapat dalam satu daerah geografi
dimana sumber penting terdapat di Asia tenggara termasuk china, Myanmar,
Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Hasil yang tidak sebegitu banyak diperoleh dari
Peru, Afrika Selatan, UK, dan Zimbabwe.
10
Gambar 3.2 Cassiterite
Stannite mengandung sekitar 28% timah, 13% besi, 30% tembaga, dan 30%
belerang. Stannite berwarna biru hingga abu-abu. Cylindrite merupakan mineral
sulfonat yang mengandung timah, timbal, antimon, dan besi. Rumus mineral ini
adalah Pb2Sn4FeSb2S14.
11
ini. Warna cylindrite adalah abu-abu metalik dengan spesifik gravity 5,4. Pertama
kali ditemukan di Bolivia pada tahun 1893.
13
BAB 4
PROCESSING DAN PELEBURAN TIMAH
14
peleburan ditambah dengan fluks, yaitu suatu bahan yang mengikat pengotor
dan membentuk zat yang mudah mencair, yang disebut terak.
3. Pemurnian
Pemurnian (refining) adalah penyesuaian komposisi kotoran dalam logam
kasar. Beberapa cara pemurnian antara lain elektrolisis, destilasi, peleburan.
(Jakson, 1986).
Proses ekstraksi metalurgi timah termasuk kedalam proses pyrometalurgi
artinya tahapan menggunakan suhu yang sangat tinggi yaitu diatas 10000C.
15
berat jenis, pengolahan tailing, proses pengeringan, klasifikasi, pemisahan mineral
ikutan (Gambar 4.1).
4.2.6 Klasifikasi
Bijih – bijih timah selanjutnya akan dilakukan proses – proses
pemisahan/klasifikasi lanjutan yakni: klasifikasi berdasarkan ukuran butir dengan
screening; klasifikasi berdasarkan sifat konduktivitasnya dengan High Tension
separator; Klasifikasi berdasarkan sifat kemagnetannya dengan Magnetic
separator; Klasifikasi berdasarkan berat jenis dengan menggunakan alat seperti
shaking table, air table dan multi gravity separator (untuk pengolahan
terak/tailing).
18
4.3 Proses pre-smelting
Setelah dilakukan proses pengolahan mineral dilakukan proses pre-smelting
yaitu proses yang dilakukan sebelum dilakukannya proses peleburan, misalnya
preparasi material, pengontrolan dan penimbangan sehingga untuk proses
pengolahan timah akan efisien.
19
Tabel 4.1 Kandungan Unsur dalam Sample
Sn 72,0
Fe 1,5
Pb 0,02
As 0,012
Cu 0,005
S 0,55
Antrasit yang diperlukan sebagai reduktor harus memenuhi syarat yang telah
ditentukan diantaranya Fixed Carbon, Ash, Total Moisture, Volatile Matter, dan
Sulfur (Tabel 4.2).
Ash 8 % (max)
Sulfur 1 % (max)
Batu kapur dalam proses peleburan timah berfungsi sebagai flux atau bahan
pengikat kotoran harus mengandung CaO yang tinggi dengan kandungan unsur
20
lainnya rendah. Kandungan unsur dalam batu kapur yaitu: CaO, CO2, MgO, SiO2,
Fe2O3, S, H2O, P (Tabel 4.3).
21
penimbangan komposisi dilakukan dengan timbangan Electrycally Drive
Batch Scale yang bergerak di rel dengan kapasitas 10 ton. Alat ini
dilengkapi dengan dua buah container untuk menampung curahan material
dari bunker, bahan baku yang telah ditimbang kemudian dimasukkan dalam
hopper tanur pantul tetap dengan crane.
Proses penimbangan dilakukan dari bunker material masing-masing yang
beratnya dapat dipantau dari ruang kontrol. Material dicampur dalam kubel dan
diangkat dengan crane untuk dicurahkan dalam hopper tanur.
22
3. Untuk mendapatkan recovery peleburan yang setinggi tingginya karena
peleburan timah ini memerlukan biaya yang besar, sehingga setiap langkah
kerja harus efektif.
Bijih timah dan bahan sirkulasi seperti debu, dross, hardhead serta antrasit,
batu kapur dalam bunker komposisi ditimbang dengan Electrically Drive Batch
Scale yang bergerak diatas rel, alat ini dilengkapi dengan buah kontainer untuk
menampung material dari bunker.
Selesai penimbangan, material dimasukkan ke dalam hopper, dilakukan
mixing agar material yang akan dilebur menjadi homogen. Material yang telah
homogen tersebut ditempatkan dalam hopper - hopper tanur dengan melalui bukaan
valve material dicharge kedalam tanur. Setiap charge kurang dari 35 dan 20
komposisi. Dalam peleburan bijih timah diperlukan udara kurang dari 6.000 m3/jam
dan temperatur peleburan lebih kurang 1100-1350oC. Udara pembakaran diambil
dari atmosfer menggunakan axial fan refrigerator yang berkapasitas maksimum
23
10.000 m3/jam. Minyak yang dipakai untuk pembakaran dalam tanur adalah minyak
jenis FO (Fuel Oil).
Pada temperatur diatas 700oC gas CO akan lebih stabil daripada gas CO2
sehingga pada temperatur operasi akan diperoleh gas CO. Selain faktor, faktor
isapan yang berperan dalam pembentukan CO. Dengan isapan tekanan dalam tanur
menjadi kecildan jumlah oksigen didalam tanur sangat terbatas, sehingga gas CO2
akan bereaksi dengan antrasit membentuk CO yang akan mereduksi oksida oksida
dalam tanur.
Gas gas yang dihasilkan selama proses peleburan berlangsung dihisap keluar
dari tanur menuju gerbong. Setiap tanur mempunyai dua buah refrigerator yang
bekerja secara bergantian sesua dengan pergantian sparay nozzle. Fuel gas hasil
pembakaran dimanfaatkan untuk pemanasan refrigerator lainnya sampai temperatur
mencapai 400 - 600oC dan tekanan operasi dalam tanur berkisar -0,01 in H2O
sampai dengan -0,02 in H2O.
Empat jam setelah charge dilakukan Tapping yaitu pengeluaran material hasil
peleburan untuk mengeluarkan timah cair. Temperatur pada saat tapping
dipertahankan sekitar 1200oC, setelah itu tiap jam dilakukan rabbling yaitu
pengadukan material dalam tanur merata. Setelah material mencair semua
dilakukan tapping C atau tapping akhir terakhir untuk mengeluarkan timah cair dan
slagnya yang ditampung dalam fore heart. Fore Heart ini dibagi dua bagian yang
dipisahkan oleh weir sekat pemisah, dimana pada bagian bawahnya ada saluran
yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya. Pemisahan di foreheart
didasarkan pada perbedaan berat jenis antara timah cair dengan slag (Gambar 4.4).
26
Anoda : Sn Sn2+ + 2e (oksidasi) .....(4.1)
Katoda : Sn2+ + 2e Sn (reduksi) .....(4.2)
Sn (anoda) Sn (katoda) .....(4.3)
4.5.1 Pemurnian Fe
Cara untuk menghilangkan besi didasarkan pada sifat besi yang membentuk
persenyawaan dengan timah pada temperaut tinggi. Bila bijih yang dilebur
mengandung besi, maka timah kasar yang dihasilkan akan mengandung besi pula
karena timah dan besi mempunyai sifat kimia yang hampir sama. Persenyawaan
yang terbentuk ada dua macam yaitu : FeSn dengan 32% Fe dan FeSn2 dengan 19%
Fe.
Selanjutnya dari ketel stirring timah cair dipindahkan ke ketel pindah agar
pemurnian lebih sempurna. Timah cair yang sudah memenuhi persyaratan terhadap
unsur unsur pengotornya, dipindahkan ke ketel cetak yang langsung dicetak
menjadi logam timah. Pada temperatur 800oC akan terjadi pengendapan FeSn dan
bila pendinginan dilanjutkan maka pengendapan FeSn yang halus semakin banyak,
sementara timah akan bertambah murni. Pada suhu 400oC akan terbentuk
28
persenyawaan baru, kristal FeSn akan bereaksi dengan cairan timah disekelilingnya
membentuk FeSn2.
4.5.2 Pemurnian Cu
Untuk mengurangi kadar Cu dalam timah cair ditambahakan sulfur (S) selain
dengan Cu sulfur juga bereaksi dengan Fe.
Partikel Cu2S dan FeS akan terngkat ke permukaan cairan logam karena berat
jenisnya rendah dan dipisahkan dari cairan logam timah. Penambahan sulfur
tergatung dari banyaknya pengotor dalam timah cair.
4.5.3 Pemurnian As
Untuk mengurangi kadar As dalam timah kasar perlu ditambahkan dengan
aluminium sehingga terjadi reaksi pembentukan AlAs dengan titik lebur 1700oC.
Antimon akan membentuk AlSb dengan titik lebur 1050-1080o. Kedua kristal
tersbut mudah sekali mengapung karena brat jenisnya lebih kecil dibanding logam
timah. Untuk mempercepat reaksi dilakukan pengadukan dan menaikkan
temperatur hingga 400oC diketel rafinasi. komposisi AlAs dalam dross
dipermukaan logam cair sulit untuk dipisahkan sehingga perlu dilakukan polling
dengan mnghembuskan udara ke dalam logam cair kurang lebih 5 jam. Dengan
adanya polling maka Al yang masih tertinggal teroksidasi menjadi Al2O3.
4.5.4 Pemurnian Pb
Untuk pemurnian Pb dengan memanfaatkan diagram dua fasa PbSn. Pada
temperatur eutetic, dengan perbandingan PbSn lebih kurang 40-60%, maka PbSn
pada kondisi cair, sedangkan Sn dalam bentuk solid. Cara kerja crystallizer
berdasarkan titik lebur Pb 185oC dan Sn 232oC. Paduan logam PbSn dipanaskan
melalui blade pada temperatur dianatara titik lebur kedua logam tersebut.
4.6 Pencetakan
Pencetakan ingot timah (Gambar 4.5) dilakukan secara manual dan otomatis.
Peralatan pencetakan secara manual adalah melting kettle dengan kapasitas 50 ton,
29
pompa cetak and cetakan logam. Proses ini memakan waktu 4 jam /50 ton, dimana
temperatur timah cair adalah 2700C. Sedangkan proses pencetakan otomatis
menggunakan casting machine, pompa cetak, dan melting kettleberkapasitas 50 ton
dengan proses yang memakan waktu hingga 1 jam/60 ton. Langkah – langkah
pencetakan:
1. Timah yang siap dicetak disalurkan menuju cetakan.
2. Ujung pipa penyalur diatur dengan menletakkannya diatas cetakan pertama
pada serinya, aliran timah diatur dengan mengatur klep pada piapa penyalur.
3. Bila cetakan telah penuh maka pipa penyalur digeser ke cetakan berikutnya
dan permukaan timah yang telah dicetak dibersihkan dari drossnya dan segera
dipasang capa pada permukaan timah cair.
4. Kecepatan pencetakan diatur sedemikian rupa sehingga laju pendinginan
akan merata sehingga ingot yang dihasilkan mempunyai kulitas yang bagus
atau sesuai standar.
5. Ingot timah yang telah dingin disusun dan ditimbang.
30
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Timah adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
symbol Sn (bahasa Latin: stannum) dan nomor atom 50. Unsur ini merupakan
logam miskin keperakan, dapat ditempa (“malleable”), tidak mudah teroksidasi
dalam udara sehingga tahan karat, ditemukan dalam banyak aloy, dan digunakan
untuk melapisi logam lainnya untuk mencegah karat. Timah diperoleh terutama dari
mineral cassiterite yang terbentuk sebagai oksida. Manfaat timah dalam kehidupan
sehari-hari yaitu digunakan sebagai pelapis dalam kaleng kemasan makanan,
digunakan dalam pembuatan bola lampu, sampai pada penggunaan pada alat-alat
olah raga.
Proses pengolahan mineral timah ini meliputi banyak proses, yaitu : Washing
atau Pencucian, Pemisahan berdasarkan ukuran atau screening/sizing dan uji kadar,
Pemisahan berdasarkan berat jenis, Pengolahan tailing, Proses Pengeringan,
Klasifikasi timah, Pemisahan Mineral Ikutan. Sedangkan proses ekstraksi
metalurgy timah melalui beberapa tahapan yaitu: Proses pre-smelting, Proses
Peleburan (Smelting), Proses Refining (Pemurnian), dan diakhiri dengan
Pencetakan.
5.2 Saran
Saran jawaban yang dapat diberikan untuk studi kasus yang ada pada bab 2
antara lain:
1. Peleburan dross dan hardhead dapat dilakukan secara terpisah dari bijih
timah dengan penambahan pasir silika pada temperatur 1300oC.
2. Pasir silika dalam percobaan peleburan dross dan hardhead berfungsi untuk
membuat kondisi asam dalam tanur dan menurunkan temperatur titik lebur
slag.
31
3. Slag dominan dengan persenyawaan oksida membentuk sistem CaO-FeO-
SiO2.
4. Kadar Sn dalam slag akan minimal pada keasaman 1,25 – 1,5 yang diperoleh
dari perbandingan jumlah oksigen pada SiO2 dengan oksigen pada FeO dan
CaO.
5. Kadar Sn dalam timah kasar lebih besar dari 97% dan kadar logam Fe dalam
timah kasar 2,35%.
6. Slag yang dihasilkan dari percobaan peleburan dross dan hardhead adalah
96,199% sedangkan Sn yang losses dalam slag 1,76%.
7. Komposisi yang tepat untuk melebur 500 gram dross dan 500 hardhead
adalah 200 gram antrasit, 25 gram silika, 15 batu kapur dengan temperatur
1300oC serta waktu kampanye 10 jam.
8. Reaksi pada peleburan bijih timah merupakan reaksi berkebalikan dan
berulang untuk membentuk logam timah.
32
DAFTAR PUSTAKA
33