Oleh
KELOMPOK 9
Sartika ( 1713023016 )
a. Germanium (Ge)
b.Timah ( Sn)
1
tahun. Konsumen timah terbesar yang menggunakan lebih dari separuh produksi
timah di dunia adalah Amerika Serikat yang terpaksa harus mengimpor dari
negara-negara lain. Negara Indonesia termasuk ke dalam pemasok kebutuhan
timah dunia yang cukup besar.
c. Timbal (Pb)
a. Germanium
2
dengan H2SO4 lalu ditambahkan NaOH cair. Hasilnya pada pH 2.4 germanium
dioksida (GeO2) mulai mengendap. Pada pH 3 endapannya mencapai 90% , dan
pada pH 5 mengendap 98%. Zn(OH)2 mulai mengendap pada pH 4 dan terjadi
pengendapan sempurna pada pH 5,5. Selanjutnya konsentrat dipanaskan dengan
HCl untuk menghasilkan GeCl4. Persamaan reaksinya
Δ
GeO2 (s) + 4HCl (aq) GeCl4 (aq) + 2H2O (l)
Δ
Zn(OH)2 (s) + 2HCl (aq) ZnCl2 (aq) + 2H2O (l)
Titik didih GeCl4 83,1ᵒC sedangkan ZnCl2 titik didihnya 756ᵒC. Setelah
fraksinasi lanjut dari GeCl4, kemudian GeCl4 dihidrolisis menjadi GeO2 yang
perlahan-lahan direduksi oleh H2 pada suhu 530oC.
3
b.Timah
Pada proses ini, serbuk bijih timah dibuat menjadi suspensi dalam air.
Kemudian ke dalam suspensi ini disemprotkan udara melalui saluran yang
berlubang lubang dan berputar agar gelembung-gelembung udara yang naik ke
permukaan. Penambahan zat aditif tertentu, seperti minyak ke dalam suspensi
akan mengakibatkan terbentuknya buih atau busa yang menyelimuti bijih timah,
sehingga terbawa ke atas bersama dengan gelembung-gelembung udara. Bijih-
bijih timah yang mengapung kemudian dikumpulkan dengan cara penumpahan
keluar, sedangkan bijih pengotor akan mengendap di dasar wadah.
4
Proses reduksi bijih kasiterit dilaksanakan dengan kondisi tekanan oksigen yang
cukup tinggi untuk mencegah terjadinya reduksi oksida besi pengotor menjadi
logam besi. Lelehan timah yang belum murni dari hasil reduksi dengan karbon
dipisahkan dari logam logam lain yang tidak meleleh dengan cara diaduk dengan
kuat, kemudian dialiri dengan udara atau uap air panas agar bahan pengotor yang
ada teroksidasi kembali. Oksida-oksida pengotor ini pada pengadukan biasanya
akan membentuk film yang mengambang di atas permukaan larutan, sehingga
dapat dipisahkan dari logam timahnya.
c. Timbal
Di alam timbal banyak terdapat sebagai galena (PbS), namun beberapa bijih
lain yang mungkin terbentuk sebagai akibat pengaruh iklim atau cuaca pada
galena adalah sebagai karbonat, kerusit, PbCO3, dan sebagai sulfat angelsit dan
PbSO4. Dalam proses ekstraksinya, mula-mula bijih galena dipekatkan dengan
teknik flotasi buih, selanjutnya ditambahkan sejumlah kwarsa, SiO2, kemudian
diikuti dengan pemanggangan terhadap campuran ini.
Kemudian proses reduksi dilaksanakan dengan batubara coke (C) dan air
kapur, dengan persamaan reaksi utamanya adalah :
5
Maksud penambahan SiO2 sebelum pemanggangan dan penambahan air kapur
pada proses reduksi adalah agar PbSO4 yang mungkin terjadi dalam proses
pemanggangan galena pada suhu tinggi diubah menjadi PbSiO3 oleh karena
hadirnya kwarsa menurut persamaan reaksi :
Silikat ini pada proses reduksi akan diubah oleh air kapur (CaO) menjadi PbO
yang selanjutnya tereduksi oleh batubara menjadi logam timbal dan kapur diubah
menjadi kalsium silikat sebagai kerak atau ampas menurut persamaan reaksi:
Alternatif lain pada proses reduksi adalah pemakaian bijih galena sebagai
reduktor pengganti batubara (coke) :
Sampai dengan tahap ini logam timbal yang dihasilkan masih belum murni,
dan masih mengandung banyak unsur pengotor seperti tembaga, perak, zink,
arsen, antimon, dan bismut. Oleh karena itu, masih perlu proses pemurnian lebih
lanjut yang meliputi beberapa tahap seperti diuraikan berikut ini.
Mula-mula logam timbal yang dihasilkan dari lelehan selama beberapa waktu
pada temperatur dibawah titik leleh tembaga, sehingga tembaga pengotor akan
mengkristal dan dapat dipisahkan. Tahap berikutnya, udara ditiupkan dari atas
permukaan lelehan timbal sehingga pengotor seperti arsen dan antimon akan
diubah menjadi arsenat dan antimonat atau oksidanya, termasuk bismut sebagai
buih di atas permukaan dapat dipisahkan dengan disendoki ke luar. Selanjutnya,
untuk memisahkan pengotor seperti emas atau perak ditambahkan kira-kira 1-2 %
zink agar pengotor ini larut dalam lelehan zink. Campuran ni kemudian
6
didinginkan secara perlahan dari sekitar 480ᵒC menjadi 420ᵒC, sehingga logam
emas atau perak akan terbawa dalam zink yang akan mengkristal dulu untuk
dipisahkan dari lelehan timbal. Jika terdapat kelebihan zink, dapat dipisahkan
dengan teknik penyulingan hampa pada suhu rendah.
Sifat Fisik Ge Sn Pb
Jari- jari ion (pm) 53 (Ge 4+) 74 (Sn 4+) 78 (Pb 4+)
7
Densitas (20 oC)/g cm-3 5,323 5,769 11,342
Potensial elektroda
(200C)/ ohm cm
Pada logam golongan 14, dalam satu golongan dari atas ke bawah nomor
atom semakin besar sehingga massa atom juga semakin besar. Hal ini
menyebabkan jari-jari atom dan jari-jari ionnya semakin besar. Jadi, pada logam
golongan 14 seiring dengan bertambahnya nomor atom dari atas kebawah dalam
satu golongan maka jari-jari atom dan jari-jari ionnya akan bertambah semakin
besar.
Titik leleh pada logam golongan 14 dari atas ke bawah dalam satu
golongan semakin kecil bila mengikuti tren yang seharusnya. Namun, titik leleh
timbal justru lebih besar bila dibandingkan dengan timah padahal seharusnya titik
leleh timbal lebih kecil daripada timah. Hal ini dikarenakan timah memiliki
struktur kristal tetragonal yang merupakan susunan kemas tidak rapat, sedangkan
timbal memiliki struktur kristal fcc (kubus berpusat muka) yang merupakan
susunan kemas rapat. Susunan kemas kristal yang semakin rapat menyebabkan
titik leleh yang semakin tinggi.
8
Tetragonal fcc
Titik didih golongan 14 dari atas ke bawah akan semakin turun kecil. Hal
ini disebabkan karena jari-jari atom yang semakin besar sehingga jarak antara
pusat kation dengan awan elektron semakin jauh. Jika jarak antara pusat kation
dengan awan elektron semakin jauh maka ikatannya menjadi semakin lemah.
Untuk memutuskan ikatan tersebut, energi yang diperlukan semakin kecil,
sehingga titik didihnya akan semakin kecil.
Pada logam golongan 14 dalam satu golongan dari atas ke bawah energi
ionisasinya semakin kecil. Namun,energi ionisasi timbal lebih besar dari pada
timah, hal ini disebabkan karena muatan inti efektif (Zeff) timbal lebih besar
daripada timah.
Afinitas elektron pada logam golongan 14 dari atas ke bawah dalam satu
golongan semakin menurun. Hal ini dikarenakan nomor atomnya semakin besar,
maka jarak antara inti ke tingkat energi terluar semakin jauh sehingga kemampuan
daya tarik inti untuk berikatan dengan elektron lain semakin lemah.
9
Germanium dalam senyawaannya dapat memiliki tingkat oksidasi +2 dan
+4. Tingkat oksidasi +4 lebih stabil. Timah dalam senyawaannya dapat memiliki
tingkat oksidasi +2 dan +4 dan keduanya stabil sedangkan timbal juga memiliki
tingkat oksidasi +2 dan +4. Namun, pada timbal tingkat oksidasi +2 yang lebih
stabil.
Timbel bersifat lembek-lemah dengan titik leleh 327°C, namun sering disebut
sebagai logam berat. Istilah ini digunakan karena timbel memiliki densitas yang
sangat besar yaitu 11,342 g cm-1 jauh lebih tinggi daripada kerapatan tertinggi
bagi logam transisi pertama yaitu 8,92 gram/cm3 untuk tembaga.
a. Oksigen
Germanium teroksidasi menjadi GeO2 di udara
10
Timah bereaksi dengan oksigen pada suhu tinggi menghasilkan SnO2.
Δ
Sn(s) + O2(g) SnO2(s)
Timbal bereaksi dengan oksigen membentuk timbal (II) oksida pada suhu
600-800 0C
Δ
2Pb (s) + O2(g) 2PbO(s)
b. Nitrogen
Germanium, timah dan timbal tidak bereaksi dengan nitrogen
c. Hidrogen
Germanium bereaksi dengan gas hidrogen menghasilkan GeH4
Ge(s) + 2H2 (g) → GeH4(s)
d. Halogen
Germanium bereaksi langsung dengan halogen membentuk GeX4
Ge(s) + 2X2(g) → GeX4 (s) X = F, Cl, Br, I
Berikut reaksinya :
Ge(s) + 2F2(g) → GeF4(s)
Ge(s) + 2Cl2(g) → GeCl4(s)
Ge(s) + 2Br2(g) → GeBr4(s)
Ge(s) + 2I2(g) → GeI4(s)
Timah dapat bereaksi dengah unsur halogen. Timah bereaksi dengan Cl2
dan Br2 pada suhu rendah serta dengan F2 dan I2 pada suhu tinggi.
11
Δ
Sn (s) + 2Br2(g) Sn Br4(s)
Sn (s) + 2I2(g) SnI4(s)
Pada suhu kamar timbal bereaksi dengan F2 membentuk PbF2 dan Cl2
membentuk PbCl2 dengan pemanasan.
Δ
Pb(s) + Cl2(g) PbCl2(s)
e. Air
Germanium tidak bereaksi dengan air.
Pada suhu biasa timah tidak bisa bereaksi dengan air. Tetapi dapat
bereaksi dengan uap air membentuk SnO2 dan H2.
f. Asam/Basa
Reaksi dengan asam
Germanium tidak bereaksi dengan asam
Logam Timbal bereaksi perlahan dengan HCl dan bereaksi cepat dengan
HNO3
12
Logam Timah bereaksi langsung dengan basa kuat dalam keadaan panas
Δ
Sn (s) + 2 KOH + 4H2O K2[Sn(OH)6] (aq) +2 H2 (g)
a. Hidrida
Hidrida germanium
Dalam golongan 14, dari atas ke bawah cenderung sukar membentuk
hidrida. Hal ini dikarenakan dari atas ke bawah sifat kovalennya semakin rendah.
Hidrida germanium disebut germana. Germana memiliki rumus umum GenH2n+2
yang dikenal sebagai gas tidak berwarna atau cairan yang mudah menguap untuk
n=1-5. Germana memiliki sifat fisik dan reaksi-reaksi kimia yang mirip dengan
silana (SiH4). GeH4 umumnya dibuat dari reaksi GeCl4 dengan LiAlH4 dalam eter
atau bahkan lebih baik dengan mereaksikan GeO2 dengan larutan NaBH4.
Persamaan reaksinya sebagai berikut:
GeH4 tidak bereaksi dengan udara dan tidak terpengaruh oleh larutan
asam atau larutan basa 30%. Bertindak sebagai asam dalam larutan NH 3
membentuk NH4+dan ion GeH3-.
Hidrida Timah
Timah membentuk dua hidrida (stanana) yaitu SnH 4 dan Sn2H6. Namun,
hidrida timah yang stabil hanya SnH4. Reduksi dari SnCl4 dengan LiAlH4
menghasilkan SnH4 sebesar 80-90%. Sn2H6 bahkan kurang stabil, dan homolog
tinggi belum diperoleh.
13
Hidrida Timbal
Timbal membentuk hidrida (plumbana) dengan rumus PbH4. Namun
senyawa ini tidak stabil karena mudah kehilangan sau atom hidrogennya.
b. Halida
Halida Germanium
Ge, Sn, dan Pb membentuk 2 jenis halida yaitu MX 2 dan MX4. GeF2 berupa
volatil padatan putih dari GeF4 pada bubuk Ge di 150-3000. GeC12 berwarna
Kuning Pucat dapat diperoleh pada suhu 3000 atau dengan dekomposisi termal
dari GeHCl3 pada 700. Reaksi khas ini dirangkum dalam skema berikut :
GeBr2 dibuat dengan mereduksi GeBr4 atau GeHBr3 dengan Zn, atau
dengan mereaksikan HBr dengan Ge dengan suhu 400°C, yang merupakan
padatan kuning, (titik leleh 122°C), yang merupakan reaksi disproporsionasi
antara Ge dengan GeBr4 pada suhu 150 0C dengan menambahkan HBr pada suhu
40oC dan hidrolisis dengan Ge(OH)2 yang berwarna kuning. Persamaan reaksinya
sebagai berikut.
Pembuatan GeI2 yang paling baik adalah dengan cara mereduksi GeI4 dengan
larutan H3PO2 pada larutan HI untuk mencegah hidrolisis, sublimasi untuk
memberikan kristal orange kuning yang bercahaya, kristal ini stabil diudara dan
disproporsionasi terjadi hanya ketika pemanasan pada suhu sekitar 550 0C. GeI2
dapat dioksidasi menjadi GeI4 dalam larutan KI/HCl.
14
Halida Timah
SnF4 (berbentuk kristal higroskopis) dibuat dari SnCl 4 dan HF. SnX4 lainnya
dapat terbentuk langsung dari unsur-unsurnya. SnF 2 diperoleh dari penguapan
larutan SnO DI 40% larutan HF.
SnBr2 adalah padatan putih dengan titik leleh 216°C dan titik didih 620°C,
memiliki struktur berlapis namun untuk detailnya tidak diketahui. SnI 2terbentuk
saat Sn dipanaskan dengan I2 di asam klorida 2M.
Halida Timbal
PbX2 lebih stabil daripadaPbX4. PbX4 (mp 870 K) dapat dibuat dengan reaksi
F2 atau halogen fluorida dengan senyawa Pb (II), misalnya Pb(NO3)2. Timbal(II)
klorida (PbCl2) berupa padatan putih yang sukar larut dalam air, tetapi larut dalam
air panas. Garam ini dapat diperoleh dari interaksi langsung unsur-unsurnya.
Timbel(II) klorida juga dapat diperoleh dari reaksi antara timbel(II) oksida dengan
asam klorida, atau dari reaksi pengendapan ion Pb2+ oleh ion Cl-.
c. Oksida
Oksida Germanium
Germanium monoksida diperoleh dari reaksi GeCl2 dengan NH4OH, atau
dengan memanaskan Ge(OH)2 yang diperoleh dari GeCl2 dan air. GeO mengalami
disproprsionasi pada suhu tinggi sebagai berikut :
Δ
2GeO GeO2 + Ge
Oksida Timah
Timah(II) (Stano oksida/SnO) berupa serbuk hitam atau hijau bergantung pada
cara pembuatannya. Oksida ini dibuat dengan mereaksikan larutan panas senyawa
timah(II) dengan larutan karbonat atau dengan memanaskan timah (II) oksalat
tanpa udara
15
Sn(COO)2(s) → SnO(s) + CO2(g) + CO(g)
Timah(II) oksida bereaksi dengan asam membentuk ion Sn2+, dan dengan
basa kuat membentuk ion stanit, [Sn(OH)4]2-. Jadi, SnO menunjukkan sifat
amfoterik. Dengan melepaskan satu molekul air, ion stanit [Sn(OH) 4]2- sering
ditulis dengan formula SnO22- (hal ini analog dengan ion aluminat).
Timah (IV) merupakan timah yang dibakar dalam udara akan mengalami
oksidasi berkelanjutan membentuk stani oksida yang berwarna kuning ketika
panas dan menjadi putih setelah dingin. Hal ini menunjukkan bahwa timah,
maupun timah (II) mudah teroksidasi. Oleh karena itu, reaksi timah dengan asam
nitrat pekat (oksidator kuat) juga menghasilkan stani oksida (dan gas NO2).
Seperti halnya stano oksida, stani oksida juga bereaksi dengan asam, dan
basa membentuk ion stanat [Sn(OH)6]2- yang juga sering ditulis dengan formula
SnO32-, menurut persamaan reaksi
16
SnO2 (s) + 2 OH-(aq) + 2 H2O (l) [Sn(OH)6]2- (aq)
Oksida Timbal
Ada 3 macam oksida timbal yang penting yaitu PbO yang berwarna kuning,
PbO2 yang berwarna coklat dan Pb3O4 yang berwarna merah. Timbal (II) oksida,
dapat diperoleh dari pemanasan timbal dengan udara diatas 600°C
Δ
2 Pb (s) + O2 (g) 2 PbO (s)
Pb3O4 dapat diperoleh dari oksidasi PbO dalam udara terbuka dengan
pemanasan pada temperatur sekitar 400-500 0C, menurut persamaan reaksi:
6PbO(s) + O2(g) → 2Pb3O4(s)
Kuning merah
17
didukung oleh reaksinya dengan asam nitrat yang menghasilkan timbel(II) nitrat
dan endapan timbel(IV) oksida:
Pb3O4(s) + 4HNO3(aq) → PbO2(s) + Pb(NO3)2 (aq) + 2H2O(l)
d.Hidroksida
Hidroksida Germanium
Hidroksida Timah
18
Senyawaan hidroksida timah(IV) berupa timah(IV) hidroksida.
Timah (IV) hidroksida tidak dikenal, melainkan terbentuk sebagai ion
kompleks stanat yang dapat diperoleh dari reaksi langsung timah dengan
basa kuat dalam keadaan panas, menurut persamaan reaksi :
Hidroksida Timbal
a. Germanium
Adapun kegunaan germanium adalah sebagai berikut :
1. Kristal germanium digunakan pada alat detektor frekuensi radio
yang tinggi dan sinyal-sinyal radar
2. Kristal germanium digunakan pada pembuatan piranti
semikonduktor, seperti transistor
3. Germanium oksida digunakan dalam pembuatan kaca optik dan
pengobatan anemia.
4. Dalam senyawanya germanium digunakan sebagai agen kemotrapi
19
5. Digunakan sebagai lensa kamera wide-angle dan microscope
objectives
b. Timah
Adapun kegunaan unsur dan senyawaan timah adalah sebagai berikut:
1. Dalam bentuk lembaran, timah digunakan untuk lapisan pelindung
kaleng atau bejana dari tembaga agar lebih kuat dan tahan abrasi
karena dari uap SnCl4 dihembuskan pada permukaan kaca atau
gelas yang baru terbentuk yang kemudian akan bereaksi dengan
molekul air pada permukaan kaca atau gelas membentuk lapisan
SnO2, lapisan tipis SnO2 ini dapat memperkuat kaca atau gelas
seperti pada kacamata.
2. Lapisan tebal dari SnO2 digunakan sebagai lapisan penghantar arus
listrik dan juga digunakan pada kaca jendela pada kocpit pesawat
terbang. Yaitu dengan aliran arus listrik akan terjadi panas pada
kaca yang selanjutnya akan mencegah terjadinya pengembunan uap
air pada kaca jendela kocpiy tersebut.
3. SnCl4 juga digunakan sebagai katalisator dalam reaksi organik
seperti pada pembuatan asam asetat, asam oksalat, dan asam
stearat.
4. Digunakan sebagai logam campuran perunggu, dengan kadar Sn
sebanyak 5-10%
5. Digunakan untuk perekat komponen elektronika pada PCB (timah
solder) bahan solder yang terbentuk dari Sn-Pb dengan kadar Sn
sebanyak 2-63%, bergantung pada penggunaannya. Dimana solder
ternyata mempunyai titik leleh yang lebih rendah daripada titik
leleh logam aslinya
6. Dicampur dengan titanium dan digunakan dalam industri aerospace
dan bahan insektisida
7. Timah digunakan sebagai bahan aditif sikat gigi untuk mencegah
terjadinya lubang pada gigi, karena timah mempunyai sifat
amfoterik bereaksi kuat dengan asam kuat dan basa kuat.
20
8. SnO2 yaitu oksida timah digunakan sebagai ampelas atau
penggosok permata
9. SnS2 yaitu sulfida timah dipakai pada industri pewarnaan dan
proses penyepuhan (bahan imitasi)
10. Digunakan dalam industri keramik, yaitu oksida timahnya SnO 2
yang digunakan sebagai campuran glasir sekaligus memberi warna
kuning SnO2-V2O5, warna biru abu-abu SnO2-Sb2O5, dan warna
merah muda SnO2-Cr2O3.
c. Timbal
Adapun kegunaan unsur dan senyawaan timbal sebagai berikut :
1. Timbel digunakan sebagai bahan pengisi baterai dan pelapis kabel
listrik
2. Digunakan dalam pipa, tank dan alat sinar X
3. Timbal digunakan sebagai bingkai-bingkai kaca berwarna yang
dibentuk sebagai lukisan pada jendela kaca, karena timbel dapat
membentuk lapisan timbal oksida atau timbal karbonat yang
melapisi secara kuat, sehingga reaksi tidak akan berlanjut.
4. Timbal juga digunakan pada industri cat, misalnya pada PbCrO4
berwarna kuning yang banyak digunakan untuk cat pewarna jalan
atau bahan plastik, PbMoO4 yang berwarna merah orange, PbO
berwarna kuning kenari, dan 2PbCO3.Pb (OH)2 memberi warna
putih.
5. Dalam industri keramik PbSi2O5 yang tak berwarna digunakan
untuk melapisi glasir.
6. Pb3O4 yang merupakan campuran Pb (II) dan Pb (IV) atau
2PbO.PbO2 berfungsi sebagai penghambat korosi sehingga sering
juga digunakan sebagai cat dasar
7. Senyawa tetraethyllead (TEL) dengan rumus kimia (C2H5)4Pb yang
merupakan senyawa organologam yang mempunyai titik didih
rendah, yang digunakan sebagai bahan anti anti knocking karena
sifatnya yang dapat menaikkan angka oktan bahan bakar minyak
21
hingga mencapai 80. Namun ternyata TEL memiliki dampak buruk
bagi lingkungan dengan mencemari udara, senyawa Pb yang
dihasilkan dari pembakaran pada mesin kendaraan sangat
berbahaya dan jika masuk edalam tubuh manusia dapat
menimbulkan gangguan pada syaraf dan sistem peredaran darah.
22
GOLONGAN 15
a.Bismuth (Bi)
Bismut dapat diperoleh dari bijihnya dengan proses sederhana, yaitu dengan
cara dipanggang untuk memperoleh oksidanya Bi2O3, selanjutnya direduksi
dengan besi, karbon , atau dengan H2. Karena bismut memiliki titik leleh yang
rendah , memiliki kelarutan yang sangat rendah dibawah Fe,dan stabilitas
oksidatif yang cukup tinggi di udara , Bismut bisa dilebur dan dicor (seperti
Pb/Timbal) dalam besi dan baja kapal. Selain itu bismut juga dapat diperoleh dari
produk suatu proses pemurnian dari unsur Pb (timbal), Cu (tembaga), Sn (timah),
Ag (perak), dan Au (emas).
23
3. Sifat Fisik dan Kecenderungannya Logam Golongan 15
Sifat Fisik Bi
I 703,3
II 1610
III 2466
IV 4370
V 5400
Potensial elektroda/V
E0 (M2+/M)/V -
Bismut memiliki titik leleh pada suhu 271oC, dan memiliki mendidih pada
suhu 1560oC. Bismut merupakan logam dengan sifat yang paling diamagnetik dan
merupakan logam yang lemah. Bismut dalam senyawaannya berada dalam
tingkat oksidasi +3 dan +5. Senyawaan dengan tingkat oksidasi +5 (NaBiO3, BiF5)
24
bersifat oksidator kuat. Tingkat Oksidasi +5 jarang ditemukan karena untuk
berikatan membentuk suatu senyawa dengan bilangan oksidasi +5 memerlukan
energi yang lebih besar sehingga bismut lebih sering ditemukan dalam bentuk +3.
a.Oksigen
Δ
4Bi(s) + 3O2(g) 2Bi2O3(s)
b.Nitrogen
Bismut tidak bereaksi dengan nitrogen
c.Hidrogen
Bismut dapat dengan hidrogen membentuk BiH3, yang merupakan suatu senyawa
yang kurang stabil. Pada suhu di atas 228K senyawa tersebut akan terurai kembali
menjadi Bi dan H2.
Bi2(s) + 3H2(g) ⇄ 2BiH3(s)
d.Halogen
Bismut bereaksi dengan halogen menghasilkan BiX3
2Bi(s)+ 3X2(g)→ 2BiX3(s) X = F, Cl, Br, I
e.Air
Bismut bereaksi dengan air pada suhu tinggi membentuk bismut (III)
trioksida.
25
2Bi(s) + 3H2O(g) → Bi2O3(s) + 3H2(g)
f.Asam/Basa
Reaksi dengan asam
Bismut larut dalam asam sulfat pekat atau asam nitrat, untuk membentuk
larutan yang mengandung Bismut (III). Reaksi dengan asam klorida dalam
kehadiran oksigen maka akan menghasilkan bismut (III) klorida.
4Bi (s) + 3O2(g) + 12HCl (aq) → 4BiCl3 (aq) + 6H2O (l)
a.Hidrida
Bismutina (BiH3) sangat tidak stabil dan pertama kali terdeteksi pada jejak
212
menit oleh F. Paneth menggunakan teknik radiokimia melibatkan Bi2Mg3.
Percobaan ini, dilakukan pada tahun 1918, adalah salah satu aplikasi yang
paling awal dari percobaan tracer radiokimia dalam kimia. Bismut hidrida
terbentuk pada suhu -45°C oleh disproporsionasi dari MeBiH2 atau
Me2BiH,yang terbentuk dari reaksi yang sesuai dengan organobismut halida
dengan agen pereduksi seperti NaBH4 atau LiAlH4. Dapat juga dibuat dengan
reaksi paduan Mg / Bi dengan HCl atau BiCl 3 dengan LiAlH4 disuhu rendah.
Titik didih telah diperkirakan menjadi 16,8◦C dan entalpi pembentukan 277
kJ mol-1..
b.Halida
Reaksi dari unsur bismut dengan halogen pada suhu tinggi menjadi
BiX3. Trihalida BiF3, FeCl3, FeBr3 dan BiI3 semua padatan pada 298 K.
26
Reaksi BiF3 dengan F2 pada suhu 880K menghasilkan BiF5. BiF5 adalah
satu-satunya Bi (V) halida yang dikenal.
Bismut dioksidasi oleh F2(g) menjadi BiF3, dengan konversi
menjadi BiF5 terjadi pada suhu di atas 600°C. BiF5 merupakan
pengoksidasi yang sangat kuat dan agen fluorinating. Bismuth (III) halida
memiliki kelembaban yang sensitif dan mudah dikonversi ke dalam
oksihalida BiOX. Penambahan ammonium hidroksida menghasilkan
pembentukan larutan Bi(OH)3, yang mudah terdehidrasi menjadi oksida.
BiX3(s)+ H2O(l) BiOX(s)+ 2HX(aq)
c.Oksida
Bismut terbakar di udara menjadi Bi2O3, suatu oksida yang berwarna kuning,
bersifat basa, dan menghasilkan ion BiO+dan Bi3+ jika dilarutkan dalam
larutan asam.
d.Hidroksida
Bismut trihidrat (Bi2O3.3H2O atau Bi(OH)3) paling mudah dibuat dengan
menambahkan larutan garam bismut yang mengandung gliserol ke dalam
Natrium Hidroksida NaOH lalu menambahkan asam nitrat atau asam
asetat untuk menetralkan kelebihan ion OH-. Produk yang terbentuk sering
terkontaminasi oleh jejak garam bismut yang digunakan dan dengan ion
karbonat.
27
diare. Senyawa bekerja dengan cara menurunkan kecepatan aliran
cairan dan elektrolit didalam usus, mengurangi peradangan pada
dinding usus, serta membunuh mikroorganisme penyebab diare.
4. Digunakan pada alat ukur listrik karena rendahnya titik leleh aloi
dengan Pb Sn Cd
5. Bismut mengembang 3.22% jika dipadatkan. Sifat ini membuat
campuran logam bismut cocok untuk membuat cetakan tajam
barang-barang yang dapat rusak karena suhu tinggi
6. Banyak produk kosmetik seperti lipstik, eyeshadow dan cat kuku
mengandung senyawa bismut oksiklorida (BiOCl), suatu bubuk
seperti mutiara yang membuat produk kosmetik mengkilap.
7. Magnet permanen yang kuat bisa dibuat dari campuran bismanol
(MnBi)
28
DAFTAR PUSTAKA
Shriver dan Atkins. 2010. Inorganic Chemistry. Great Britain : Oxford University
Press
29