Anda di halaman 1dari 38

BAB 4

ASPEK TERMODINAMIKA
EKSTRAKSI UNSUR
Kompetensi Dasar:

Memahami metoda-metoda ekstraksi unsur dan aspek


termodinamika yang mempengaruhinya.

Indikator:

Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa diharapkan dapat:


1. Menjelaskan beberapa metoda ekstraksi unsur.
2. Menjelaskan aspek termodinamika ekstraksi unsur

4.1 Pendahuluan
4.2 Ekstraksi Unsur

Di alam, sebagian besar unsur-unsur berada dalam


keadaan senyawa, namun ada beberapa unsur berada dalam
keadaan campuran dengan unsur lain. Keberadaan senyawa,
kelimpahan unsur dan karakteristik unsur sangat menentukan
pemilihan metoda pemisahan atau teknik ekstraksinya.
Beberapa metoda pemisahan atau metoda ekstraksi unsur
adalah sebagai berikut:
61
Zarlaida Fitri, Kimia Anorganik II
4.2.1 Pemisahan mekanis unsur yang terdapat dalam
keaadaan alamiahnya

Ternyata banyak juga unsur yang terdapat sebagai unsur


bebasnya. Unsur-unsur ini tetap dalam keadaan alamiahnya
karena mereka tidak reaktif. Hanya unsur-unsur yang paling
kurang reaktif dari logam, seperti golongan tembaga, timah,
emas, dan platina, yang terdapat dalam jumlah yang signifikan
sebagai unsur alamiah.
1) Emas ditemukan dalam bentuk alamiahnya sebagai butiran
dalam quartz, sebagai gumpalan emas, dan dalam lumpur
di bantalan sungai. Emas mempunyai massa jenis 19,3
gcm-3, yang jauh lebih tinggi dari batuan atau lumpur yang
bercampur dengannya, sehingga emas dapat dipisahkan
dengan pendulangan (‘panning’). Akhir-akhir ini emas
lebih sering diekstrak melalui pembentukan amalgam
dengan air raksa. Perak dan tembaga kadang-kadang juga
ditemukan dalam bentuk alamiah sebagai ‘gumpalan’
(nugget). Ketiga logam ini adalah logam mulia atau tidak
reaktif.
2) Paladium dan platina juga ditemukan sebagai logam
alamiah. Selain itu aliase alami dari golongan platina (Pt)
juga ditemukan seperti ruthenium, rhodium, paladum,
osmium, iridium dan platina.
3) Tetesan cairan air raksa ditemukan bersama dengan
cinnabar HgS.
4) Non logam yang terdapat sebagai unsur dalam kulit bumi
adalah dari golongan karbon dan belerang, tetapi atmosfer
terdiri dari nitrogen, oksigen, dan gas mulia.

62
Zarlaida Fitri, Kimia Anorganik II
5) Intan ditemukan di bumi dan diperoleh melalui pemisahan
secara mekanis dari sejumlah besar tanah dan batuan.
Cadangan (deposit) terbesar terdapat di Australia, Zaire,
Botswana, Rusia, dan Afrika Selatan.
6) Cadangan belerang juga ditemukan dalam tanah di
Lousiana (USA), Polandia, Meksiko dan Rusia. Sulfur
diektraksi dengan proses Frash. Sejumlah kecil selenium
dan tellurium kadang bercampur bersama sulfur.
7) Atmosfer terdiri dari sekitar 78% nitrogen, 22% oksigen
dan sisanya gas mulia argon, helium dan neon. Unsur-
unsur ini dapat dipisahkan melalui distilasi fraksional dari
udara cair. Helium juga ditemukan dari deposit gas alam.

4.2.2 Metode Dekomposisi Termal

Beberapa senyawa akan terurai menjadi unsur


penyusunnya hanya dengan pemanasan.
1) Sejumlah hidrida akan terurai dengancara ini, tetapi
karena hidrida biasanya terbuat dari logamnya, proses ini
tidak menguntungkan. Hidrida arsin AsH3 dan stibin SbH3
diproduksi dalam tes Marsh’, dimana senyawa arsen dan
senyawa antimon dikonversi menjadi hidrida dengan
Zn/H2SO4 dan hidrida gas terdekomposisi memberikan
cermin perak dari logam dengan melewatkan hidrida
melalui tabung yang dipanaskan.

2) Natrium azida NaN3, terurai menghasilkan natrium dan


nitrogen murni pada pemanasan perlahan-lahan (gentle
heating) tetapi harus dilakukan dengan hati-hati karena
azida bersifat mudah meledak. Metoda ini tidak digunakan

63
Zarlaida Fitri, Kimia Anorganik II
secara komersil, tetapi berguna untuk membuat sejumlah
kecil nitrogen murni di laboratorium.

2 NaN3 2 Na + 3 N2

3) Iodida merupakan halida yang paling rendah


kestabilannya, dan proses van Arkel-de-Boer telah
digunakan untuk memurnikan sejumlah kecil zirkonium
dan boron. Senyawa yang tidak murni dipanaskan dengan
iodin, menghasilkan iodida ZrI4 atau BI3. Senyawa ini
diurai dengan melewatkan gas pada filamen tungsten
(wolfram) atau tantalum yang dipanaskan dengan listrik.
Unsur Zr atau B akan terkumpul pada filamen dan iodin
dapat dipakai ulang. Filamennya bertambah besar dan
akhirnya Zr atau B dilepas dari filamen, dan sejumlah
kecil Zr atau B dengan kemurnian yang tinggi diperoleh.

4) Sebagian besar oksida stabil hingga suhu lebih dari


1000°C tetapi logam dibawah hidrogen pada deret
elektrokomia (deret Volta) terurai dengan cukup mudah.
Jadi HgO dan Ag2O terurai bila dipanaskan. Mineral
cinnabar HgS dipanggang dalam udara untuk memperoleh
oksida, yang kemudian terurai bila dipanaskan. Residu
perak dari laboratorium dan proses fotografi dikumpulkan
sebagai AgCl dan direaksikan dengan Na2CO3,
menghasilkan Ag2CO3. Senyawa ini akan terurai bila
dipanaskan, pertama menjadi AgO dan kemudian menjadi
Ag.

2 HgO 2 Hg + O2

64
Zarlaida Fitri, Kimia Anorganik II
Ag2CO3 CO2 + Ag2O 2 Ag + ½O2

5) Oksigen dapat dihasilkan dari pemanasan hidrogen


peroksida, barium peroksida, perak oksida, atau kalium
klorat3.

2 H2O2 2 H2O + O2

2 BaO2 2 BaO + O2

2 Ag2O 2 Ag + O2

2KClO3 2 KCl + 3 O2

4.2.3 Metode Penggantian Satu Unsur dengan Unsur


lainnya

Pada prinsipnya setiap unsur dapat digantikan dari


larutannya dengan unsur lain yang lebih tinggi dalam deret
elektrokimia. Metoda ini tidak dapat diterapkan pada unsur
yang mudah bereaksi dengan air, dan agar lebih ekonomis
harus melibatkan pengorbanan dari unsur yang lebih murah
untuk memperoleh unsur yang lebih mahal.

1) Bijih tembaga yang terlalu sedikit dalam CuS untuk


diekstrak melalui pemanggangan di udara biasanya
dibiarkan terkena udara dan hujan untuk membentuk
larutan CuSO4. Ion Cu2+ dirubah menjadi logam Cu
dengan mengorbankan besi bekas yang berubah menjadi
Fe2+ karena besi berada di atas tembaga dalam deret
elektrokimia.

65
Zarlaida Fitri, Kimia Anorganik II
Fe + Cu2+ Fe2+ + Cu

2) Kadmium terdapat dalam jumlah kecil bersama bijih seng.


Seng diperoleh melalui elektrolisis larutan ZnSO4, yang
mengandung sedikit CdSO4. Setelah beberapa lama jumlah
Cd2+ menjadi banyak, dan karena Zn di atas Cd pada deret
elektrokimia, sedikit logam Zn dikorbankan untuk
mendapatkan logam Cd. Logam Zn kemudian diperoleh
kembali melalui elektrolisis.

Zn + Cd2+ Zn2+ + Cd

3) Air laut mengandung ion Br-. Klorin berada di atas


bromin dalam deret elektrokimia, dan bromin dapat
diperoleh dengan melewatkan klorin ke dalam air laut.

Cl2 + 2 Br - 2 Cl - + Br2

4.2.4 Metode Reduksi Kimia pada Temperatur Tinggi

Banyak proses komersil dilakukan dengan metoda ini.


Karbon dapat digunakan untuk mereduksi sejumlah oksida dan
senyawa–senyawa lain, dan karena murah dan tersedia banyak
karbon, metode ini banyak digunakan. Kelemahan metode ini
adalah dibutuhkan suhu tinggi, tanur hembus, dan banyak
logam bereaksi dengan karbon membentuk karbida. Beberapa
contoh:

66
Zarlaida Fitri, Kimia Anorganik II
1) Reduksi dengan Karbon

Tanur hembus
Fe2O3 + C 120°C Fe + CO

ZnO + C Zn + CO
Tanur listrik
Ca3(PO4)2 + C P + CO
2000°C
MgO + C Mg + CO
Tanur listrik
PbO + C Pb + CO

2) Reduksi dengan logam lain

Jika suhu yang dibutuhkan untuk mereduksi oksida


menyebabkan prosesnya tidak praktis dan biaya yang terlalu
mahal, reduksi dapat dilakukan dengan menggunakan logam
yang memiliki elektropositif tinggi seperti aluminium, yang
membebaskan sejumlah energi (1675 kJmol-1) pada
oksidasinya menjadi Al2O3. Hal ini merupakan dasar dari
proses termit.

3 Mn3O4 + 8 Al 9 Mn + 4 Al2O3

B2O3 + Al 2 B + Al2O3

Cr2O3 + Al 2 Cr + Al2O3

67
Zarlaida Fitri, Kimia Anorganik II
Magnesium dan natrium dapat juga digunakan dengan cara
yang sama untuk mereduksi oksida. Dalam kasus tertentu
dimana oksidanya terlalu stabil untuk direduksi, logam
elektropositif digunakan untuk mereduksi halida.
Proses Kroll
1000-1150°C
TiCl4 + 2 Mg Ti + 2 MgCl2
Proses IMI
TiCl4 + 4 Na Ti + 2 NaCl

3) Auto-reduksi
Beberapa logam terdapat sebagai bijih sulfida ( contoh:
PbS, CuS dan Sb2S3) yang dapat dipangganga di udara untuk
mengkonversi sebagian menjadi oksida, dan kemudian
dipanggang lebih lanjut tanpa udara, yang menyebabkan auto-
reduksi.
CuO Dipanggang tanpa udara
CuS Dipanggang di udara + Cu + SO2
CuS

4) Reduksi oksida dengan hidrogen

Co3O4 + 4 H2 3Co + 4 H2O

GeO2 + 2 H2 Ge + 2 H2O

NH4[MoO4] + 2 H2 Mo + 4 H2O + NH3

NH4[WO4] + 2 H2 W + 4 H2O + NH3

68
Zarlaida Fitri, Kimia Anorganik II
Metode ini tidak luas dipakai karena banyak logam bereaksi
dengan hidrogen pada suhu tinggi, membentuk hidrida. Hal ini
juga beresiko terjadi ledakan dari hidrogen dan oksigen dalam
udara.

4.2.5 Metode Reduksi secara Elektrolisis

Kemungkinan pereduksi yang paling kuat adalah


elektron. Setiap material ionik dapat dielektrolisis dan reduksi
terjadi di katoda. Metode ini merupakan metoda yang paling
baik, dan memberikan produk yang paling murni, tetapi listrik
mahal.

Elektrolisis dapat dilakukan:


1) Dalam larutan yang mengandung air
Bila produk tidak bereaksi dengan air, elektrolisis dapat
dilakukan dengan mudah dan murah dalam larutan air.
Tembaga dan seng diperoleh dari elektrolisis larutan
garam sulfatnya.

2) Dalam pelarut lain


Elektrolisis dapat dilakukan dalam pelarut selain air.
Fluorin bereaksi dengan air, dan fluorin diproduksi melalui
elektrolisis KHF2 yang dilarutkan dalam HF anhidrat.
(Reaksi ini mempunyai banyak masalah teknis karena HF
korosif, hidrogen yang dihasilkan di katoda harus
dipisahkan dari fluorin yang dihasilkan di anoda atau akan
terjadi ledakan, air tidak boleh ada dalam reaksi, dan juga
fluorin yang dihasilkan sangat reaktif yang akan merusak
anoda dan tempat reaksi).

69
Zarlaida Fitri, Kimia Anorganik II
3) Dalam leburan/lelehannya
Unsur yang bereaksi dengan air sering diekstraksi dari
lelehan garam ioniknya. Lelehan ini biasanya korosif, dan
memerlukan banyak biaya untuk mempertahankan reaksi
pada suhu tinggi. Aluminium diperoleh dari elektrolisis
lelehan campuran Al2O3 dan kriolit Na3[AlF6]. Natrium
dan klorin diperoleh dari elektrolisis lelehan NaCl, dalam
hal ini CaCl2 lebih dua per tiga dari berat ditambahkan
sebagai pengotor untuk menurunkan titik leleh dari 803°C
menjadi 550°C.

Tabel berikut menyajikan secara ringkas tentang


sumber dan teknik ekstraksi beberapa unsur. Silahkan cari
gambar-gambar dari mineral atau batuan tersebut.

Tabel 4.1 Metode Ekstraksi Beberapa Unsur

Unsur Sumber Metode Ekstraksi


Hidrogen  Tersebar sebagai penyusun Skala kecil : Zn + asam
air dan senyawa lain. Skala besar :
 a) 2H2O + C CO2 + 2H2
(pada 1273K)
b) CH4 + H2O CO + 3H2
(pada 1373K)
c) Elektrolisis air
Litium  Spodumene : LiAl(SiO3)2 Elektrolisis lelehan
 Lepidolite : (lithia mica) LiCl/KCl
Natrium  Garam batu : NaCl Elektrolisis lelehan NaOH
 Feldspar : NaAlSi3O8 atau NaCl/CaCl2
 Sendawa Chili : NaNO3
 Boraks : NaB4O7.10H2O
 Berbagai Aminosilikat
 Sendawa (saltpetre) :

70
Zarlaida Fitri, Kimia Anorganik II
Kalium  Carnallite : KCl.MgCl2. H2O Elektrolisis lelehan KCl/CaCl2
 Berbagai Aminosilikat
 Sendawa (saltpetre) : KNO3
Rubidium  Berhubungan dengan K Untuk Rb dan Cs dilakukan
dan Li. dengan pendesakan klorida-
Cesium  Pollucite, cesium nya dengan kalsium :
 Aluminium silikat 2RbCl + Ca 2 Rb + CaCl2
Berilium  Beryl : 3BeO.Al2O3. 6SiO3 Elektrolisis lelehan BeF2/
 Chrysoberyl : BeO. Al2O3 NaF atau mereduksi BeF2
dengan Mg
Magnesiu  Carnallite: KCl.MgCl2. 6H2O Elektrolisis lelehan
m  Magnesite : MgCO3 KCl/MgCl2
 Spinel : MgAl2O4
 Olivine : Mg2SiO4 Reduksi MgO dengan C
Kalsium  Dolomit : CaCO3. MgCO3 Elektrolisis lelehan
 Batu gamping : CaCO3 CaCl2/CaF2
 Gips : CaSO4
 Fluorspar : CaF2
 Apatit : CaF2 . 3Ca3(PO4)2
Stronsium  Strontianite : SrCO3
 Celestine : SrSO4 Elektrolisis lelehan halida
Barium  Witherite : BaCO3 Reduksi oksida dengan Al
 Barytes : BaSO4
Boron  Boraks : Na2B4O7. 10H2O Reduksi termal B2O3 dengan
 Colemannite: Ca2B6O11.5H2O Na, Mg, Al
Aluminium  Bauksit : Al2O3. 2H2O Reduksi elektrolitik Al2O3
 Kriolit : Na3AlF6 yang dilarutkan dalam
 Batuan alumino-silikat lelehan kriolit
Skandium  Thorveitite : Sc2Si2O7
Yttrium  Gadolinite (silikat hitam Elektrolisis lelehan klorida
dan logam dengan besi)
tanah  Xenotime (fosfat)
jarang  Yttrotantalite Samarskite
berat  Fergusonite (kompleks
Eropium – niobate dan tantalat)
Lutesium

71
Zarlaida Fitri, Kimia Anorganik II
Cerium dan  Monazite : fosfat
logam tanah  Cerite : silikat hidrat Elektrolisis lelehan klorida
jarang ringan  Orthite : silika kompleks
Lantanum -
Samarum
Uranium  Pitchblende : U3O8 Reduksi UF4 dengan Ca atau
 Carnolite : K2O. 2UO3. V2O5 Mg
Karbon  Intan, grafit
 Dolomit, kapur Destilasi destruktif batu
 Batu gamping, batu bara bara
Silikon  Kuarsa : SiO2 Reduksi elektro termal SiO2
 Beberapa silikat dan Reduksi SiCl4 oleh Zn atau
alumino - silikat hidrogen
Titanium  Ilmenite : TiO2 . FeO Reduksi TiCl4 oleh Mg
 Rutile : TiO2 (proses Kroll) atau Na
Zirkonium  Baddeleyite : ZrO2 Reduksi ZrCl4 oleh Mg
 Zircon : ZrSiO4
Hafnium  Bersamaan dengan Zr : As untuk Zr
biasanya Hf terdapat jika
kandungan Zr 1-2%
Vanadium  Vanadinite: 3Pb3(VO4)2.PbCl2 Reduksi aluminotermal dari
 Carnolite V2O5
 Patronite : sulfida
Niobium  Niobite : Fe(NbO3)2 Reduksi K2NbF7 atau
mengandung Ta K2TaF7 dengan Na
Tantalum  Tantalite : Fe(TaO3)2 Elektrolisis lelehan K2TaF7
mengandung Nb Ta2O5 + 5TaC 7Ta +5 CO
Krom  Chromite : FeO. Cr2O3 Reduksi Cr2O3 oleh Al atau Si
 Crocoisite : PbCrO4 Elektrolisis larutan larutan
garam Cr(III)
Molibden  Molybdenyte : MoS2 Reduksi MoO3 oleh
 Wulfenite : PbMoO4 hidrogen
Wolfram  Wolframite: FeWO4 / MnWO4 Reduksi WO3 oleh hidrogen
 Scheelite : CaWO4
 Tungstite : WO3
Mangan  Fyrolusite : MnO2 Reduksi Mn3O4 oleh Al atau C
 Hausmannite : Mn3O4

72
Zarlaida Fitri, Kimia Anorganik II
Teknesium  Sedikit di alam biasanya Reduksi amonium perteknat
diisolasi dari hasil oleh H2
pemecahan inti
Renium  Melibdenite mengandung Reduksi amonium perrhenat
20 ppm Re dan sumber oleh H2
logam yang mahal
Besi  Magnetite : Fe3O4 Reduksi oksida oleh CO
 Haematite : Fe2O3 pada tanur tinggi
 Firit : FeS2
Kobalt  Bergabung dengan Cu dan Reduksi oksida oleh C atau
Ni sebagai sulfida dan gas air
arsenida
 Smaltite : CoAs2
Nikel  Terdapat dalam Reduksi oksida dengan C,
pentlandite: besi sulfida dilanjutkan dengan
mengandung sampai 3% Ni pemurnian elektrolitik.
 Garnierite : silika Mg dan Proses karbonil Mond
Ni yang dihasilkan oleh 453K
pencuacaan Ni(CO)4 Ni + CO
 Millerite : NiS 333K

Rutenium  Sebagai logam : aliasi Residu dari proses nikel


Rodium osmium. karbonil, dibuat senyawa
Paladium  0,5 ppm dalam besi sulfida murninya. Kemudian
Osmium yang mengandung nikel dilakukan penguraian secara
Iridium (sumber utama). termal : PdCl2 (NH3)2
 Bijih langka : Braggite : PdS menjadi Pd, dan (NH4)2PtCl6
Platinum  Sperrylite : PtAs2 menjadi Pt
Tembaga  Copper pyrites : CuFeS2 Oksidasi parsial bijih sulfida:
 Cuprite : Cu2O 2Cu2O + Cu2S 6Cu + SO2
 Malachite: CuCO3.Cu(OH)2 Pelindian (leaching)dengan
 Logam bebas H2SO4 diikuti elektrolisis.
Perak  Argentite : Silfide Pelindian bijih sulfida
 Horn silver : AgCl dengan natrium sianida.
 Logam bebas Pembentukan Ag(CN)2-
kemudian Ag diendapkan
dengan Zn

73
Zarlaida Fitri, Kimia Anorganik II
Emas  Logam bebas Pelindian sianida seperti
 Sedikit terdapat dalam pada Ag
bijih firit
Seng  Seng blende, wurtzite : ZnS Untuk Zn dan Cd, bijih
 Calamine : ZnCO3 sulfida dipanggang menjadi
Kadmium  Terdapat dalam bijih seng oksida kemudian direduksi
dalam jumlah kecil dengan C.
Raksa  Cinnabar : HgS Penguraian termal :
HgS + O2 Hg + SO2
Galium  Berada dalam seng blende Dihasilkan pada ekstraksi Zn.
dan bauksit dalam jumlah Elektrolisis bauksit yang
kecil. dilindi alkali
Indium  Berada dalam seng blende In dan Tl diperoleh dengan
dan cassiterite dalam mengelektrolisis atau
jumlah kecil reduksi kimia debu
Talium  Ditemukan di dalam firit pembakaran firit
Germanium  Di dalam seng blende Reduksi GeO2 dengan H2
 Bijih jarang : kompleks
sulfida, 4Ag2S . GeS2
Timah  Cassiterite : SnO2 Reduksi SnO2 dengan C
Timbal  Galena : PbS Pemanggangan sulfida
menjadi oksida, kemudian
direduksi dengan C
Fosfor  Apatite : CaF2. 3Ca3(PO4)2 Reduksi arkus listrik oleh
 Chlorapatite : CaCl2. karbon dengan adanya SiO2
Ca3(PO4)2 (untuk membentuk kalsium
silikat)
Arsen  Nickel glance : NiAsS Pemanggangan bijih tanpa
 Mispickel : FeAsS ada udara
Antimon  Stibnite : Sb2S3 Reduksi sulfida dengan besi
Bismut  Bismuth glance : Bi2S3 Reduksi oksida oleh karbon
 Bismuthtite : Bi2O3
Belerang  Sebagai unsur bebas Belerang bebas diubah
 Sebagai sulfida dan sulfat melalui pelelehan endapan
di bawah tanah kemudian
ditekan ke permukaan oleh
cairan panas (proses Frash)

74
Zarlaida Fitri, Kimia Anorganik II
Selenium  Ditemukan dalam bijih- Reduksi senyawanya
dan bijih yang mengandung dengan SO2
Telurium belerang
Fluorin  Fluorspar : CaF2 Elektrolisis campuran
 Kriolit : Na3AlF6 lelehan KF/HF
Klorin  Sebagai ion klorida dalam Elektrolisis air laut
air laut.
 Sebagai padatan klorida
Bromin  Ditemukan dalam air laut Pendesakan oleh klorin :
dan garam MgBr2 + Cl2 MgCl2 + Br2
Iodin < 0,1 ppm dalam air laut Reduksi iodat dengan
tetapi banyak dalam bisulfit
rumput laut . Sebagai iodat
NaIO3 dalam chilea nitrate

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode


Ekstraksi
Jenis proses yang digunakan secara komersil untuk
ekstraksi unsur tertentu bergantung pada beberapa faktor:
 Apakah unsur cukup tidak reaktif sehingga ada dalam
keadaan bebasnya?
 Apakah senyawa-senyawanya stabil terhadap panas?
 Apakah senyawanya ada dalam bentuk senyawa ionik
dan apakah unsurnya stabil dalam air? Jika keduanya
benar, apakah ada unsur yang murah di atasnya pada
deret elektrokima yang dapat dikorbankan untuk
menggantikannya dalam larutan?
 Apakah unsurnya terdapat sebagai bijih sulfida yang
dapat dipanggang, atau bijih oksida yang dapat
direduksi dengan menggunakan karbon yang lebih
murah dibanding Mg, Al, atau Na?

75
Zarlaida Fitri, Kimia Anorganik II
 Jika semua metode di atas tidak bisa dilakukan,
elektrolisis biasanya dapat dilakukan pada senyawa
ionik tetapi listrik mahal. Jika unsur stabil dalam air,
elektrolisis larutannya lebih mudah dan lebih murah
dibanding elektrolisis leburan garamnya.

4.3 Aspek Termodinamika dari Proses Reduksi


Kelayakan terjadinya reaksi reduksi dan oksidasi secara
termodinamika dievaluasi berdasarkan nilai perubahan energi
bebas Gibbs, ∆Gɵ. Jika nilai ∆Gɵ negatif maka reaksi akan
berlangsung spontan atau makin memungkinkan reaksi dapat
berlangsung. Sebaliknya, jika nilai ∆Gɵ positif maka reaksi
tidak spontan atau tidak dapat berlangsung pada keadaan
dimana ∆Gɵ ditentukan. Energi bebas Gibbs standar, ∆Gɵ
dipengaruhi oleh temperatur T dan berhubungan dengan nilai
konstanta kesetimbangan, K.

∆Gɵ = -RT lnK

Diagram yang menghubungkan nilai ∆Gɵ dengan suhu


untuk oksida biji logam menggunakan karbon pada temperatur
tinggi dikenal sebagai diagram Ellingham seperti yang tertera
pada Gambar 4.1 berikut ini. Pada diagram tersebut dapat
ditentukan temperatur minimum agar oksida logam dapat
direduksi secara spontan oleh karbon. Dalam reaksi reduksi
oksida logam menjadi logam karbon atau karbon monoksida
mengalami oksidasi.

76
Zarlaida Fitri, Kimia Anorganik II
2 CO (g) + O2 (g) 2 CO2 (g) ∆Gɵ (CO, CO2)
C(s) + O2 (g ) CO2 (g) ∆Gɵ (C, CO2)
2 C(s) + O2 (g) 2 CO(g) ∆Gɵ (C, CO)
Jadi reaksi reduksi oksida logam dengan C menjadi CO2 dapat
ditulis sebagai berikut:
C(s) + 2/x MOx (s ) 2/x M(l) + CO2 (g)
ɵ ɵ ɵ
∆G = ∆G (C, CO2) - ∆G (MOx, M)
∆Gɵ= ∆Gɵ (oksidasi) - ∆Gɵ (reduksi)

Agar reaksi dapat berlangsung spontan rnaka nilai ∆Gɵ oksida


logam harus lebih besar dari ∆Gɵ (C, CO2), atau ∆Gɵ (C, CO2)
harus lebih negatif dibandingkan ∆G° oksida logam.
Dengan menggunakan diagram Ellingham maka reaksi
reduksi oksida logam oleh karbon akan berlangsung spontan
jika kurva oksida logam berada di atas ∆Gɵ oksidasi
karbon.

77
Zarlaida Fitri, Kimia Anorganik II
Gambar 4.1 Diagram Ellingham; korelasi antara temperatur T
dan energi bebas Gibbs ∆Gɵ

Contoh:
Berapa temperatur minimum agar ZnO dapat direduksi
menjadi logam oleh karbon? Bagaimana reaksi secara umum
untuk temperatur ini?
Jawab:
Dari diagram Ellingham, kurva ZnO berada di atas kurva
oksidasi C menjadi CO pada temperatur 950°C, maka di atas
temperatur ini secara termodinamika reaksi dapat berlangsung.
78
Zarlaida Fitri, Kimia Anorganik II
Reaksi yang terlibat sebagai berikut:
2 C(s) + O2 (g ) 2 CO(g)
2 Zn(l) + O2 (g ) 2 ZnO(s)
Secara keseluruhan:
2 C(s) + 2 ZnO(s ) 2 Zn(l) + 2 CO(g)
Disederhanakan:
C(s) + ZnO(s ) Zn(l) + CO(g)
Latihan :
Dengan menggunakan diagram Ellingham, berapa suhu
minimum agar oksida MgO dapat direduksi menjadi logam
magnesium menggunakan karbon sebagai reduktor?

4.4 Aspek Termodinamika dari Proses Reduksi secara


Elektrolisis
Beberapa proses reduksi dengan menggunakan karbon
sebagai reduktor tidak ekonomis. Seperti nampak pada diagram
Ellingham, dimana dibutuhkan hingga suhu 2000°C bila Al2O3
direduksi dengan karbon sehingga cara elektrolisis menjadi
alternatif. Elektrolisis dapat terjadi jika terdapat perbedaan
potensial yang cukup besar antara potensial kimia di dalam
sistem larutan dengan potensial listrik di sirkuit luar.
Kelayakan elektrolisis juga dapat ditentukan secara
termodinamika berdasarkan nilai energy bebas Gibbs ∆Gɵ.
Hubungan antara energi bebas Gibbs ∆Gɵ dengan potensial (E)
dinyatakan dengan persamaan
∆Gɵ= -nFE
Dimana n merupakan jumlah mol electron yang ditransfer dan
F adalah konstanta Faraday (F=96490 C mol-1). Total energi
bebas Gibbs pertukaran dari pasangan proses internal dan
eksternal adalah:
79
Zarlaida Fitri, Kimia Anorganik II
∆Gɵ + ∆Gɵ (external process) = ∆Gɵ – nFE

ext =eksternal

Contoh soal:
Perkirakan berapa beda potensial minimum diperlukan untuk
mereduksi Al2O3 dengan karbon menjadi CO pada 500°C.

Jawab:
Energi bebas Gibbs untuk dekomposisi

2/3 Al2O3 4/3 Al + O2

Dari Diagram Ellingham yang merupakan energi bebas per mol


O2 ialah, ∆Gɵ +960 kJ.
Bilangan oksidasi Al dalamAl2O3 adalah +3 dan turun menjadi
nol atau Alº, yang berarti:
4/3 Al3+ mempunyai muatan + = 4/3 (+3) = +4
memerlukan
4 mol elektron untuk menetralisir muatan;
maka

= =2,5 V

Jadi pada 500°C, beda potensial paling sedikit harus ada


minimal 2,5 V agar reaksi reduksi dapat berlangsung.
Latihan:

80
Zarlaida Fitri, Kimia Anorganik II
Perkirakan beda potensial minimum yang diperlukan untuk
mereduksi TiO2 menjadi titanium secara elektrolisis.

Dalam prakteknya biji aluminum atau bauxite dapat


dianggap sebagai campuran dari oksida asam SiO2, dan oksida
amfoter Al2O3 dan Fe2O3 (termasuk dalam jumlah sedikit
TiO2). Dengan penambahan NaOH maka aluminium dan
silikon terpisah dan besi. Karena Fe(OH)3 mengendap
sedangkan aluminium dan silikon hidroksida larut dalam
larutan basa. Netraliasasi larutan dengan CO2 menyebabkan
Al(OH)3 mengendap sedangkan silikon tetap dalam larutan.
Maka aluminium hidroksida dapat terpisah dari bahan
pengotomya. Al(OH)3 dilarutkan dalam lelehan kriolit
(Na3AlF6) sebelum direduksi secara elektrokimia. Proses mi
memerlukan 4,5 V dengan kuat arus 1 A cm-3 yang merupakan
energi listrik yang cukup besar.

4.5 Aspek Termodinamika dari Unsur diekstrak secara


Oksidasi

Halogan merupakan unsur yang paling penting diekstrak


secara oksidasi. Contoh reaksi oksidasi halogen:

2Cl-(aq) +2H2O(l) 2OH-(aq) + H2(aq) + Cl2(g) ∆Gɵ=+422kJ

nilai ∆G° positif, yang berarti tidak spontan. Jika


disubstitusikan pada persamaan di atas maka diperoleh
minimum beda potensial yang dibutuhkan 2,2 V (sebab n=2
pada reaksi tersebut). Dengan kata lain reaksi ini tidak dapat

81
Zarlaida Fitri, Kimia Anorganik II
berlangsung tanpa ada energi dari luar misalnya energi listrik
seperti dalam proses elektrolisis.
Beda potensial 2,2 V lebih besar dibandingkan dengan beda
potensial pada elektrolisis air. Dalam metoda elektrolisis, air
terurai menjadi H2 dan O2 dengan ∆Gɵ = +414 kJ.

2H2O(l) 2H2(g) +O2(g) ∆Gɵ = +414 kJ

Dan persamaan di atas maka beda potensial minimum yang


diperlukan untuk elektrolisis air adalah 1,2 V (n = 4 mol
elektron yang terlibat). Reaksi elektrolisis air tergolong lambat
dibandingkan reduksi ion klor menjadi gas klor. Juga dikatakan
bahwa elektrolisis air memiliki over potensial yang tinggi.

Pada industri klor-alkali yaitu elektrolisis air laut untuk


menghasilkan gas Cl, dan NaOH, produk yang dihasilkan
selain gas klor dan NaOH juga gas H2 sedangkan O2 sangat
sedikit. Hal ini disebabkan sumber O2 hanya dari elektrolisis
air yang lebih lambat atau disebut memiliki ovenpotensial yang
tinggi.

4.6 Sel Elektrolisis

Sel elektrolisis ini banyak digunakan untuk mengekstrak


logam yang aktif dari senyawanya. Sel elektrolisis juga
digunakan misalnya pada penyepuhan logam, pengisian aki
(batere basah), dan pembuatan gas H2, O2, Cl2, dan lain-lain.

82
Zarlaida Fitri, Kimia Anorganik II
Reaksi kimia pada sel elektrolisis:
1) Ketentuan untuk sel bentuk lelehan (tanpa adanya H2O)
sebagai pelarut.
Lelehan garam jika dielektrolisis maka kation logam
direduksi menjadi logam dan anionnya dioksidasi menjadi
gas.
2) Ketentuan sel dalam bentuk larutan dan menggunakan
elektroda inert misalnya Pt/C. Inert = tidak bereaksi.
(i) Garam yang kationnya golongan utama, jika
dielektrolisis, H20 tereduksi sedangkan kation logam tetap
dalam bentuk ion. Sedangkan garam dan golongan unsur
transisi yang direduksi adalah kation logam transisi
menjadi logam transisi tersebut.
(ii) Anion yang mengandung oksigen (NO3-, SO42- dll)
yang dioksidasi adalah H2O,sedangkan anion yang tidak
mengandung oksigen (Cl-. Br-, dll) yang dioksidasi adalah
anion tersebut menjadi gas diatomik.
3) Ketentuan untuk sel dalam bentuk larutan dengan elektroda
bukan inert seperti Fe, Cu, Zn, dll.
(i) H2O tereduksi sedangkan kation logam tetap dalam
bentuk ion
(ii) Pada anion, yang dioksidasi adalah elektrodanya
menjadi ion-ion.

4.7 Hukum Faraday

Faraday merumuskan banyaknya zat yang dihasilkan


pada reaksi elektrolisis:

W= e. f
83
Zarlaida Fitri, Kimia Anorganik II
dimana: W = massa zat (gram)
e = massa ekivalen
f = jumlah arus dalam Faraday

dimana: n = banyaknya electron yang diterima/dilepaskan


t = waktu dalam detik
i = kuat arus dalam satuan Ampere
F = tetaan Faraday, 1F = 96500 Coulomb

Kemudian Faraday membuat percobaan reaksi elektrolisis


dengan penggunaan arus listrik dan waktu yang sama yang
disusun secara seri, maka rumus Faraday II adalah:

Contoh:
1) Tentukan massa logam Ag (Ar = 108) jika arus listrik
sebesar 0,2 Faraday dialirkan pada larutan tersebut?
2) Tentukan massa logam Cu (Ar = 63,5) jika listrik 20
ampere dialirkan selama 965 detik pada larutan CuSO4.
3) Arus listrik yang dialirkan pada larutan AgNO3
mengendapkan 10,8 g logam Ag. Jika arus dalam waktu
yang sama dialirkan pada larutan ZnSO4. Tentukan
banyaknya logam Zn (Ar = 65) yang mengendap.
84
Zarlaida Fitri, Kimia Anorganik II
Korosi
Korosi merupakan proses oksidasi suatu logam. Dalam
kehidupan sehari-hari lebih dikenal dengan perkaratan. Contoh
karat besi adalah Fe2O3.nH2O peristiwa korosi merupakan
pristiwa elektrolisis yang melibatkan reaksi:
Reaksi di katoda: O2 + 2H2O + 4e 4 OH-
Reaksi di anoda : Fe Fe2+ + 2 e

OH- bereaksi dengan H+ yang ada di alam membentuk H2O,


ion Fe2+ dengan mudah teroksidasi menjadi Fe3+. Penyebab
karat adalah oksigen dari udara atau dalam air dibantu oleh air
serta dikatalisis oleh H+ (elektrolit).

Pencegahan korosi:
1) Melapisi permukaan logam dengan zat yang sukar
ditembus air dan O2.
2) Melapisi logam dengan logam lain yang lebih tahan
karat. Misalnya melapisi besi dengan perak.
3) Menghubungkan dengan logam yang lebih mudah
teroksidasi. Proses mi dikenal proteksi katodik.
Umumnya logam Mg ditanam sebagian dalam tanah,
kemudian dihubungkan dengan besi, maka yang
teroksidasilmengalami korosi adalah Mg. Setelah Mg
habis teroksidasi maka besi pula yang mulai berkarat
jika Mg tidak diganti.

85
Zarlaida Fitri, Kimia Anorganik II
4.8 Persamaan Nernst
Potensial reduksi standar diukur pada kondisi standar
sehingga energi bebas Gibbs pun juga dalam kondisi standar
yaitu 25°C. Potensial sel dan energi bebas Gibbs pada kondisi
tidak standar, ditentukan dengan persamaan:

Dimana Q adalah:
aA + bB aA’ + bB’
A-A’(oksidasi) B-B’ (reduksi)

Karena ∆G= -nFE dan = -nFE


Maka:

Persamaan ini disebut persamaan Nernst. Reaksi akan


spontan jika E positif.

Pada keadaan kesetimbangan E=0 da Q= K sehingga

Pada keadaan standar 25°C, nilai (RT/F)x 2,303 = 0,059V,


persamaan menjadi:

86
Zarlaida Fitri, Kimia Anorganik II
Contoh soal:
Apakah potensial reduksi H+/H2 dipengaruhi oleh pH pada
kondisi tekanan hidrogen 1 bar dan temperatur 25°C?
Jawab:
Setengah reaksi:
2H+ (aq) + 2e H2(g) Eɵ = 0,00 V

Potensial reduksi H+/H2 dipengaruhi oleh pH.

Latihan: Tentukan potensial untuk mereduksi MnO4- (1M)


menjadi Mn2+ (1M) dalam larutan netral (pH=7) pada keadaan
standar.

87
Zarlaida Fitri, Kimia Anorganik II
4.9 Faktor Kinetik
Overpotensial (potensial lebih)
Logam yang mempunyai potensial reduksi negatif
secara teoritis dapat mereduksi 2H+ menjadi H2, karena
potensial reduksi (H+/H2) = 0,00 Volt. Tetapi sebenarnya
belum pasti reaksi dapat berlangsung secara nyata. Tidak ada
satu teori yang berlaku umum yang dapat memperkirakan
apakah suatu reaksi redoks berlangsung cepat walaupun secara
termodinamika dikatakan berlangsung. Namun
kecenderungannya bahwa jika potensial reduksi > 0,6 V untuk
transfer satu electron dapat dinyatakan reaksi tersebut
berlangsung cepat walaupun terdapat beberapa pengecualian.
Keberadaan overpotensial dapat menjelaskan alas an
mengapa beberapa logam mereduksi asam dan bukan
mereduksi molekul air. Logam seperti Fe dan Zn memiliki
potensial reduksi negative tetapi potensialnya cukup kecil
untuk memenuhi kebutuhan overpotensial dalam larutan netral
(pH=7). Selisih potensial E(H+/H2) - E(Fe2+/Fe) dapat
diperbesar dengan cara menurunkan pH dari pH 7 ke pH asam
atau pH<7. Jika selisihnya melebihi nilai overpotensial maka
reduksi dapat berlangsung dengan kecepatan yang lebih tinggi.

Contoh:
Apakah memungkinkan Fe dioksidasi menjadi Fe2+ (1M)
dalam larutan netral (pH=7) dan kondisi suhu 25°C dan
tekanan 1 bar?

Jawab:
Karena dalam soal dikaitkan dengan pH yang berarti
keterlibatan H+ maka reaksi tersebut:
88
Zarlaida Fitri, Kimia Anorganik II
Jadi walau pun E positif dan secara termodinamika
berlangsung spontan tapi nilai E < 0,6 untuk transfer 1 mol
electron, reaksi ini tergolong lambat dalam skala laboratorium.
Oksidasi besi merupakan proses korosi yang berlangsung
lambat.

Latihan:
Jika permukaan magnesium selalu dibersihkan dan oksidanya
apakah magnesium cepat teroksidasi dalam air pada pH 7?

89
Zarlaida Fitri, Kimia Anorganik II
4.10 Kestabilan Redoks dalam Air

Bereaksi dengan air


Air dapat bertindak sebagai oksidator yaitu dalam
prosesnya tereduksi menjadi H2 dan OH-. Selain itu air dapat
juga berperan sebagai reduktor dimana air teroksidasi menjadi
O2 dan H+. Zat yang stabil secara termodinamika dalam air
harus mempunyai potensial di antara batas kedua proses ini.

Teroksidasi oleh air


Reaksi logam dengan air atau dengan asam sebenarnya
merupakan oksidasi logam oleh air atau ion H+:

M(s) + 2H2O(l) M2+(aq) + H2(g) + 2 OH-(aq)

M(s) + 2H+ M2+(aq) + H2(g)

M adalah logam blok s selain Be, atau unsur deret pertama dan
golongan 4 (IVB) hingga golongan 7 (VIIB) (Ti, V, Cr, Mn).
Sejumlah logam yang lain juga berlangsung seperti reaksi di
atas tetapi jumlah elektron yang ditransfer berbeda-beda.
Contoh dan golongan 3 (IIIB):
Sc(s) + 6H+(aq) 2Sc3+(aq) + 3H2(g)

Jika potensial reduksi logam negatif, maka logam tersebut


semestinya mengalami oksidasi dalam larutan 1 molar asam
dengan membebas gas H2. Tetapi faktor overpotensial selalu
menjadi pertimbangan.
Walaupun Mg dan Al dalam lingkungan uap air secara
temodinamika dapat mengalami oksidasi atau korosi, tetapi
90
Zarlaida Fitri, Kimia Anorganik II
kenyataanya logam mi tahan bertahun-tahun atau lambat
mengalami korosi. Logam jenis mi berbeda dengan besi yang
oksidanya (karat besi) mudah terlepas sehingga korosi
berlagsung terus menerus. Oksida logam (karat) Mg danAl
tidak mudah terlepas dari permukaan dan sekaligus melindungi
permukaan logam yang berada di bawahnya sehingga proses
oksidasi atau korosi menj adi tertahan atau pasif.

Tereduksi oleh air


Seperti dijelaskan di atas bahwa air dapat juga berperan
sebagai reduktor melalui setengah reaksi:

2H2O(l) 4H+(aq) + O2(g) + 4 e-

yang merupakan kebalikan dari setengah reaksi reduksi

4H+(aq) + O2(g) + 4 e- 2H2O(l) Eɵ = 1,23 V

Walaupun kebanyakan logam teroksidasi dalam air tetapi


logam seperti Co3+ justru tereduksi oleh air. Hal ini
disebabkan potensial reduksi Co3+/ Co2+ =1,82 V yang berarti
lebih besar dari potensial reduksi air (E= 1,23 V). Reaksi ion
kobalt (III) dalam air sebagai berikut:

4Co3+(aq) + 2H2O(l) 4Co2+ (aq) + O2(g) + 4H+(aq) Eɵ = 0,59 V

nilai Eɵ = 0,59 V mendekati tercapainya overpotensial yang


sudah diketahui yaitu 0,6 V, maka netralisasi reaksi di atas
meyebabkan reaksi semakincepat sebab H+ berkurang maka
reaksi semakin mengarah ke kanan.
91
Zarlaida Fitri, Kimia Anorganik II
Medan Kestabilan Air
Kestabilan logam dalam air (yang berarti tidak
teroksidasi atau tereduksi) dengan mudah oleh air selain
ditentukan oleh potensial reduksi masing-masing logam dan
juga kondisi lain seperti overpotensial dan pH. Medan atau
daerah kestabilan air dapat diartikan sebagai kawasan dimana
logam/zat dapat stabil dalam air. Secara ringkas, medan
kestabilan air digambarkan dalam bentuk diagram seperti
gambar 4.2. Potensial reduksi air dipengaruhi oleh pH;

Zat yang memiliki potensial lebih tinggi dan persamaan di atas


pada pH yang sama maka dapat direduksi oleh air.

Reduksi air menjadi H2 terjadi berdasarkan setengah reaksi:

92
Zarlaida Fitri, Kimia Anorganik II
Zat yang memiliki potensial reduksi lebih kecil dari persamaan
di atas, akan dapat mereduksi air menjadi H2. Pada Gambar 4.2
dapat dilihat bahwa jika potensial reduksi logam dalam air
berada pada misalnya 0-0,8 V maka logam tersebut stabil
(tidak mudah dioksidasi dan direduksi oleh air) dalam air pada
pH 4-9.

93
Zarlaida Fitri, Kimia Anorganik II
Gambar 4.2: Sumbu vertikal potensial reduksi redoks dalam
air, garis tebal atas dapat mengoksidasi air, garis tebal bawah
dapat mereduksi air, garis miring atas dan bawah jika
overpotensial turut diperkirakan. Garis putus-putus rentang pH
untuk air normal, bagian yang diarsir merupakan medan
kestabilan air alami.

4.11 Disproporsionasi dan konporporsionasi


Karena Eɵ (Cu+/ Cu) =+ 0,52 V and Eɵ (Cu2+, Cu) = +0,16 V
keduanya terletak di daerah medan kesetabilan air. Ion Cu+
tidak mengoksidasi manpun mereduksi air. Namun. demikian
Cu+ tidak stabil dalam air karena mengalami disproporsionasi
(auto redoks) yaitu reaksi dimana bilangan oksidasi suatu unsur
94
Zarlaida Fitri, Kimia Anorganik II
naik dan turun secara simultan (bersamaan), seperti pada
reaksi:

Biloks turun

Cu+(aq) + Cu+(aq) Cu2+(aq) + Cu(s)


Biloks naik

Reaksi mi secara termodinamika berlangsung spontan


karena Eɵ = 0,52 V - 0, 16 V= + 0,36 V. Demikian juga nilai K
sangat besar yang menunjukkan jika pun dalam keadaan
kesetimbangan, arahnya ke kanan atau ke arah terbentuknya
hasil reaksi:

Selain tembaga contoh lainnya adalah asam hipokiorit, HOC1


(aq) yang juga mengalami disproporsionasi:

+1
+5

5 HOCl(aq) C12(g) + ClO3-(aq) + 2 H2O(1) + H+(aq)


0
+1

95
Zarlaida Fitri, Kimia Anorganik II
Kebalikan disproporsionasi adalalah comproporsionasi.
Dalam comproporsionasi, dua zat dari unsur yang sama dan
memiliki bilangan oksidasi berbeda membentuk suatu produk
yang unsurnya mempunyai bilangan oksidasi intermediate
(peralihan). Sebagai contoh:

Ag2+(aq) + Ag(s) 2Ag+(aq) Eɵ =1,18 V

Nilai Eɵ =1,18 V menunjukkan Ag2+ dalam laritan segera


berubah menjadi Ag+.

Soal latihan:
Jelaskan apakah reaksi redoks berikut mi mengalami
disproposionasi:

a) 2H+(aq) + Cu2O (s) Cu(s) + Cu2+ (aq)

b) Cl2(g) + 2 OH- (aq) ClO-(aq) + Cl- (aq) + H2O(l)

c) H+(aq) + 3NO2- (aq) NO3- (aq) + 2NO2 (g) + H2O(l)

4.12 Diagram Latimer

Diagram yang paling sederhana yang dapat menunjukkan


perubahan bilangan oksidasi zat yang tereduksi serta potensial
reduksinya diperkenalkan oleh Wendell Latimer dan diagram
tersebut dikenal sebagai diagram Latimer. Spesi-spesi yang
96
Zarlaida Fitri, Kimia Anorganik II
diurut dengan makin menurunnya biloks dan potensial
reduksinya ditulis diantara spesi yang berubah biloksnya.
Contoh diagram Latimer untuk klor dalam suasana asam
adalah:

+1,20V +1,18V +1,70V +1,63V +1,36V

ClO4- ClO3- ClO2 HClO Cl2 Cl-


+7 +5 +3 +1 0 -1

Bilangan oksidasi biasanya ditulis di atas atau di bawah


lambang unsur.
Dengan menggunakan diagram Latimer dapat ditulis reaksi
reduksi dan potensial reduksi standarnya. Misalnya:

+1,20V

ClO4- ClO3-

Disetarakan:
ClO4- (aq)+2H+(aq)+2e ClO-(aq) + Cl- (aq) + H2O(l) Eɵ =1,20V

Potensial reduksi untuk reaksi yang tidak berdekatan misalnya


ClO4- menjadi ClO2 dapat dihitung dengan menggabungkan
kedua reaksi sehingga potensial reduksinya juga dapat
dihitung.

Contoh:
Tentukan potensial reduksi ClO- menjadi Cl- dalam larutan
asam dengan menggunakan diagram Latimer.

97
Zarlaida Fitri, Kimia Anorganik II
Jawab:
Dari diagram Latimer, ClO- diambil dari HClO dan kemudian
berubah menjadi Cl2, kemudian Cl2 menjadi Cl-.

HClO (aq) + H+(aq) + e Cl2(g) + H2O(l) Eɵ = +1,67 V

½ Cl2 (g)+ e Cl- (aq) Eɵ = + 1,36V

Maka potensial reduksi ClO- menjadi Cl- adalah

Latihan: Hitunglah potensial reduksi HClO3 menjadi HClO.

98
Zarlaida Fitri, Kimia Anorganik II

Anda mungkin juga menyukai