Anda di halaman 1dari 23

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/351097152

Coal Technology and Market - Indonesia

Presentation · April 2021


DOI: 10.13140/RG.2.2.30899.96804

CITATIONS READS

0 48

1 author:

Daniel Rio Armanda


Perusahaan Listrik Negara
15 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Energizing Luwuk System View project

magister elektro View project

All content following this page was uploaded by Daniel Rio Armanda on 26 April 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


COAL
TECHNOLOGY
& MARKET
Daniel Rio A.
202010033
SEJARAH SINGKAT
• 315SM sebuah literatur Yunani menunjukan bahwa batubara digunakan sebagai bahan bakar smithery (pandai
besi).
• 9 M batubara ditemukan di Inggris & Jerman
• 12 M batubara ditambang dan disuplai sebagai bahan bakar domestic, yang pajaknya dikenakan pada Dinasti Sung
– Cina.
• 13 M batubara ditambang secara komersial dan digunakan pertama kalinya di New Castle, Inggris. Raja Henry III
mengizinkan penambangan batubara.
• 1769 permintaan batubara meningkat sesuai dengan penemuan mesin uap oleh James Watt. William Murdock
dari Inggris menemukan gas dari batubara.
• 1856 Metode pengumpulan tar dan ammonia dari gas batubara pertama kali ditemukan.
• 1858 Barkin berhasil membuat bahan bakar sintesis dengan tar batubara di Inggris.
• 1906 Fritz Haber menemukan metode untuk mensintesis amonia secara industry dengan gas batubara di Jerman.
• 1913 Bergius menciptakan minyak buatan sesuai dengan penambahan batubara hydrogen cair di Jerman.
• 1923 Metana disintesis di Jerman dengan karbon monoksida dan hydrogen diperoleh dengan gasifikasi batubara.
• 1926 Sintesis Fischer-Tropsch ditemukan dimana minyak disintesis dengan karbon monoksida dan hidrogen
Sumber:
https://www.kideco.co.id/id1/pengetahuan-batubara/
Sumber: https://esdm.go.id
BATUBARA
Merupakan salah satu dari bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen
yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah dari sisa-sisa
tumbuhan dan terbentuk melalui proses pem-batubara-an.
Batubara juga merupakan batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang
kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk.
Berdasarkan tingkat pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, suhu dan waktu,
batubara umumnya dibagi menjadi 5 kelas, yaitu:
1. Antrasit
2. Bituminus
3. Sub-bituminous
4. Lignit
5. Gambut (peat)

Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Batu_bara
TEKNOLOGI BATUBARA BERSIH
(CLEAN COAL TECHNOLOGIES)

Merupakan teknologi yang dikembangkan untuk


memitigasi dampak lingkungan dari penggunaan
batubara.
Ketika batubara digunakan sebagai bahan bakar,
emisi gas buang yang dihasilkan mencakup Sulfur
Dioksida (SO2), Nitrogen Dioksida (NOx), Karbon
Dioksida (CO2) dan senyawa kimia lainnya.
Seluruh gas buang tersebut memiliki dampak
buruk bagi lingkungan dan diketahui telah
menyebabkan gangguan kesehatan, hujan asam
dan perubahan iklim (global warming).
Oleh karena itu, CCT merupakan upaya yang
dilakukan dalam mengurangi atau bahkan
menghilangkan emisi/gas rumah kaca (SO2 , NOx
dan CO2) dari hasil pembakaran batubara.
Pengembangan Teknologi Batubara Bersih
1. Teknologi sebelum pembakaran (Pre-Combustion)
a. Physical Cleaning
b. Chemical atau Biological Cleaning
2. Teknologi selama proses pembakaran (Combustion)
a. Furnace Sorbent Injection (FSI)
b. Atmospheric Fluidized Bed Combustion (AFBC)
c. Pressurized Fluidized Bed Combustion (PFBC)
3. Teknologi sesudah proses pembakaran (Post-Combustion)
a. Flue Gas Desulfurization (FGD)
b. Regenerable Flue Gas Desulfurization Systems
c. Selective Catalytic Reduction (SCR)
Pre-Combustion

Physical Cleaning Chemical/Biological Cleaning


Atau pembersihan batubara secara fisik Adalah pembersihan batubara secara
sebelum pembakaran dilakukan dengan kimia maupun biologi yang dilakukan
cara memecahkan batubara ke dalam untuk menghilangkan kotoran yang
bongkahan yang lebih kecil, kemudian terikat secara organik (organic sulfur)
dipisahkan dari kotoran seperti partikel pada batubara.
tanah, batu dan pyrite. Salah satu metode pembersihan kimia
Metode ini tidak bia menghilangkan sulfur yang menjanjikan adalah molten caustic
yang secara organik terikat dengan leaching. Metode tsb menggunakan
batubara, juga tidak bisa membuang Natrium dan Kalium panas yang dapat
nitrogen dari batubara. melumerkan sulfur dan bahan lainnya dari
batubara.
Pembersihan secara biologi menggunakan
bakteri atau enzyme untuk “memakan”
sulfur dalam batubara tersebut.
Combustion
Furnace Sorbent Injection Atmopheric Fluidized Bed Pressurized Fluidized Bed
(FSI) Combustion (AFBC) Combustion (PFBC)
Adalah suatu teknik sederhana Adalah teknologi untuk boiler Memiliki prinsip yang sama
untuk menghilangkan sulfur pada sektor industri (10 s/d 25 dengan AFBC, namun boilernya
melalui penginjeksian bahan MW) dan dioperasikan di atas
penghisap (sorbent) seperti tekanan 10 atmosfir. dioperasikan di bawah tekanan
kapur ke dalam tungku Proses ini dapat mengurangi 10 atmosfir.
(furnace) pembakaran pembentukan Nox dan
batubara, sehingga hasilnya Unit kecil PFBC cocok dibangun
bereaksi untuk membentuk membuang sampai 90% emisi
SO2. pada daerah yang mempunyai
Kalsium Sulfat (CaSO4) yang keterbatasan ruang lokasi dan
kemudian dikumpulkan AFBC juga menghasilkan limbah
bersama abu terbang (fly ash) tambahan yang sulit untuk pengaturan konstruksi.
dalam alat pengenali partikel. ditangani dalam peralatan
Metode ini memiliki pengendali partikel.
kekurangan karena tingginya
limbah alkaline (sorbent yang
bercampur dengan abu).
Post-Combustion
Flue Gas Desulfurization Regenerable Flue Gas Selective Catalytic
(FGD) Desulfurization Systems Reduction (SCR)
Menggunakan kapur sebagai Sistem ini menggunakan Teknik ini menggunakan
alkaline sorbent untuk berbagai macam prinsip fisika Amonia sebagai zat pengurang
menggosok SO2 dari emisi pada dan kimia serta memperoleh
utilitas. sulfur hasil samping sebagai (reducing agent) yang
Pada FGD basah, sorbent terdapat konsentrat SO2 . diinjeksikan ke aliran gas di
dalam slurry yang berhubungan Keuntungan utama dari system cerobong dalam suat katalis
dengan flue gas dalam bejana ini adalah tidak adanya antara boiler dan pemanas
reaksi di bagian bawah alat produksi limbah dan sedikit udara.
pengendali partikel. limbah cair, serta sedikitnya
bahan penghisap (sorbent) Teknik SCR ini dapat
Pada FGD kering, bejana reaksi yang dibutuhkan.
ditempatkan pada bagian atas mengurangi emisi NOx di atas
alat pengendali partikel. 60% – 80%
Slurry kapur mengering sebagai
reaksi dengan gas di cerobong
yang panas, kemudian hasil cairan
dikumpulkan dalam bejana dan
dalam alat pengendali partikel
Konversi Batubara
1. Integrated Gasification Combined Cycle (IGCC)
Merupakan kombinasi gasifikasi batubara yang terintegrasi
dari paduan dua tahapan proses, yaitu teknologi gasifikasi
batubara (coal gasification) yang menggunakan batubara
untuk membuat gas sintetis (syngas) dan teknologi combined
cycle yang merupakan metode paling efisien untuk
memproduksi listrik.
Pertama, proses gasifikasi mengubah batubara ke bentuk gas
melalui oksidasi parsial, gas tersebut dikenal sebagai gas
sintetis (syngas) yang terdiri dari karbonmonoksida dan
hydrogen, kemudian gas tersebut didinginkan dan komponen
CO2 dan sulfur dibuang.
Tahapan kedua, gas yang telah bersih dari kotoran dibakar
dalam gas turbin konvensional untuk memproduksi energi
listrik dan gas buang panas yang diperoleh digunakan untuk
mendidihkan air, sehingga diperoleh uap untuk turbin uap
yang juga memproduksi energi listrik.
2. Integrated Gasification Fuel Cell (IGFC)
Menggunakan syngas yang diproduksi oleh gasifier untuk
menggerakan molten carbonate fuel cell untuk turbin
pembakaran sehingga mampu berpotensi meningkatkan
seluruh efisiensi di atas 45%.
Bersama gas pembakaran, perpaduan kimia dan panas yang
optimal dari fuel cell dan catalytic gasifier dapat meningkatkan
efisiensi pembangkitan lebih tinggi lagi bahkan bisa mencapai
55%.
Coal -> DMM
(DME, Methanol, MEG)
Coal -> UDP
(Urea, DME, Polypropylene)
Teknologi Coal Flash Drying
(CFD) saat ini sudah tahap
pilot plant 500 kg/jam

Teknologi pencairan batubara (Direct Coal Liquifaction Technology)


Upgrade tar dari limbah gasifikasi batubara
menjadi bahan bakar minyak

Sistem gasifikasi untuk menghasilkan gas sintetik dengan


bahan baku batubara
Kebijakan yang ambisius dalam mengurangi bauran listrik dari PLTU
Batubara (CFSPP) menjadi kunci pemenuhan Paris Agreement

Proyeksi emisi gas rumah kaca (GRK) PLTU Proyeksi emisi PLTU berdasarkan RUPTL 2019-2028
berdasarkan RUPTL 2019-2028 dengan adanya intervensi kebijakan

Untuk membatasi emisi gas rumah kaca (GRK) PLTU agar sesuai dengan jalur 1,5°C,kebijakan moratorium
pembangunan PLTU Batubara dan mempensiunkan PLTU Batubara lebih awal (di bawah 20 tahun) akan
menjadi kunci.

Sumber:
Indonesia Energy Transition Outlook 2021 – Institute for Essential Services Reform (IESR)
Produksi batubara Indonesia tetap melebihi target di tengah
turunnya permintaan batubara global

Sumber:
Minerba one data (MODI), BPS (2020)
Indonesia Energy Transition Outlook 2021 – Institute for Essential Services Reform (IESR)
Bertentangan dengan trend global, Indonesia mendorong konsumsi
batubara dalam negeri melalui PLTU dan hilirisasi batubara

Sumber:
Indonesia Energy Transition Outlook 2021 – Institute for Essential Services Reform (IESR)
Bauran EBT di pembangkitan listrik semakin meningkat di masa pandemi,
namun masih didominasi batubara

Sumber:
Kementrian ESDM (DJK dan DJEBTKE)
Indonesia Energy Transition Outlook 2021 – Institute for Essential Services Reform (IESR)
TERIMA KASIH

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai