Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH METALURGI

METODE EKSTRAKSI MINERAL TEMBAGA

Disusun Oleh :

FADHIL TOMODIHARJO (D1101141008)


MUHAMMAD ABDUL WAHID (D1101141011)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2017
DAFTAR ISI
A. Definisi Tembaga............................................................................................................................. 1
B. Metode Ekstraksi Tembaga ........................................................................................................... 1
a. Pirometalurgi..................................................................................................................................... 1

b. Hidrometalurgi .................................................................................................................................. 2

c. Pengekstraksian Mineral Tembaga dengan Menggunakan Gelombang Mikro dengan


Variasi Daya dan Waktu Radiasi .................................................................................................. 5

KESIMPULAN ......................................................................................................................................... 10
MAKALAH METALURGI METODE EKSTRAKSI MINERAL TEMBAGA

A. Definisi Tembaga
Tembaga (Cu) berasal dari bahasa yunani Kypros atau Siprus berarti merah. Tembaga adalah
salah satu dari dua logam dibumi selain emas yang berwarna merah atau kekuningan, mempunyai
nomor Atom 29 dengan kepadatan 8,92 g/cm . Tembaga murni mencair pada suhu 1083 C dan
akan menjadi uap atau mendidih pada suhu 2567 C pada tekanan normal.
Dalam Sistem Periodik Unsur masuk di golongan IB, satu golongan dengan perak dan emas
yang berarti bahwa tembaga adalah salah satu dari logam mulia, itu karena tingkat kereaktifannya
yang rendah.
Tembaga memiliki sifat-sifat antara lain :
Logam kuat
Mudah ditempa
Tahan terhadap korosi
Penghantar listrik dan panas yang baik (Konduktor)
Logam yang kurang aktif
Bijih tembaga yang sangat penting berupa sulfida seperti kalkosit dan kalkopirit. Tembaga di
alam terdapat sebagai: sulfida, seperti chalcopite, bronit, chalcocite, covelite dan oksida, seperti
cuprite, ferronite.

B. Metode Ekstraksi Tembaga


Proses ekstraksi mineral tembaga menjadi tembaga batang dikenal 2 macan cara, yaitu :
a. Pirometalurgi
Adalah suatu proses pengolahan mineral dengan dasar panas dengan pengolahan tembaga
melalui suatu proses yang bertujuan untuk mengubah pengotor senyawa Sulfida menjadi
Oksida atau disebut dengan proses Roasting. Reaksinya yaitu:

CuFeS2+ 9O2 menjadi 2Cu2S+ 2Fe2O3+ 6SO2

Berdasarkan reaksi diatas, proses Roasting bertujuan untuk mengubah Besi Sulfida
menjadi Besi Oksida sedangkan Tembaga tetap Sulfida. Diubahnya besi sulfida menjadi besi

FADHIL TOMODIHARJO D1101141008 & M. ABDUL WAHID D1101141011 1


oksida adalah agar pada proses selanjutnya yaitu smelting atau peleburan, tembaga sulfida
akan mencair meninggalkan besi oksida yang bertitik cair lebih tinggi dan akan ditinggalkan
sebagai terak pengotor, sedangkan tembaga yang telah mencair akan turun kebawah karena
berat jenis tembaga yang lebih tinggi dari besi oksida.
Adapun urutan prosesnya sebagai berikut:
1. Bijih tembaga dihaluskan dengan alat peremuk batuan
2. Bijih dicampur air sehingga terbentuk slurry
3. Slurry dimasukkan ke tangki sel flotasi dengan tujuan pemisahan dari mineral pengotor
4. Diperoleh konsentrat Cu dalam bentuk Cu dengan kadar tinggi
5. Diproses lanjut dalam pabrik pengawa-airan (dewatering plant) untuk menghilangkan air
dengan: penyaring putar dan pengeringan sampai di dapat konsentrat Cu yang kering
6. Roasting atau pemanggangan bertujuan untuk proses reduksi pengotor
7. Ekstraksi tembaga murni dari konsentrat tembaga dengan dengan: prometalurgi dan
elektrolisis (dengan arus listrik)

b. Hidrometalurgi
Hidrometalurgi adalah suatu proses pengolahan tembaga dari batuan alam dengan berdasar
pada air sebagai pengolahnya, namun maksud air adalah bukan air biasa melainkan air yang
telah dicampur dengan suatu asam tertentu sebagai reduktor.
Pada proses ini dipakai suatu asam sebagai reduktor yaitu asam sulfat (H2SO4) yang mudah
didapatkan dan rendah biaya pengolahan. Dipakainya asam sulfat sebagai pereduktor adalah
bertujuan untuk membentuk tembaga sulfat (CuSO4.5H2O). Tembaga adalah suatu unsur yang
sangat mudah membentuk sulfida. Maka dari itu asam sulfat dipakai sebagai pilihan.
Adapun prosesnya adalah sebagai berikut :
Mula-mula batuan tembaga dihancurkan hingga menjadi halus sampai mess tertentu.
Selanjutnya tempatkan pada suatu tabung yang terbuat dari bahan tahan asam ( plastik,
fiber, dll) lalu ditambah air dengan ukuran tertentu.
Kemudian tambahkan asam sulfat pekat sambil diaduk agar terbentuk larutan tembaga
sulfat (CuSO4.5H2O) .
Setelah terbentuk larutan tembaga sulfat pindahkan pada suatu tabung elektrolisis yang
bertujuan untuk mengambil ion tembaga dari larutan tembaga sulfat yang terbentuk pada
proses pengasaman.
Secara bertahap ambil tembaga yang mene mpel pada katoda, dan tembaga hasil dari katoda
adalah tembaga murni.
Selanjutnya tembaga hasil dari katoda siap untuk proses peleburan pada tungku peleburan
tembaga yang mampu menghasilkan suhu 1300 C.

1. Metode Heap Leach Hydrometalurgy


Tujuan dari proses heap leaching adalah untuk melarutkan/ meleaching tembaga
menjadi fasa cairan dari bijih sehinga didapatkan kadar tembaga yang diharapkan sebagai
feed untuk proses Solvent ekstraksi . Untuk mencapai tujuan ini dapat digunakan leaching
dua tingkat atau dikenal dengan two step leach. Di bawah kondisi operasi normal, leaching
dua tahap ini bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi tembaga yang terkandung di
dalam larutan leaching untuk memaksimalkan kadar tembaga dalam proses SX.
Urutan pengekstraksian tembaga dengan metode Heap Leaching adalah sebagai berikut :
1) Pada awalnya batuan yang sudah diketahui memiliki kandungan tembaga yang
cukup memadai untuk dilakukan pengolahan secara flotasi atau dijadikan
konsentrat secara massal dilakukan pemetaan hal ini bertujuan untuk memisahkan
kadar tembaga secara kasar dan mengetahui jenis batuannya.
2) Selanjutnya dilakukan penambangan dan diteruskan ke alat crusher yang bertujuan
untuk mereduksi ukuran batuan yang paling sesuai dengan jenis & batuan tersebut
3) Selanjutnya dilakukan pembuatan heap / tumpukan
4) Setelah itu dipasangkan pipa-pipa kecil untuk pengaliran larutan sulfat dengan
konsentrasi berkisar 40 gram/liter dan sulfat pun secara perlahan melarutkan
tembaga yang mana larutannya ditampung sebagai PLS.
5) Larutan kumpulan yang mengandung tembaga (PLS) dicampurkan dengan
pengaduk kecepatan tinggi menggunakan Solvent Organic, senyawa ini merupakan
turunan karbohidrat dan aldehid dengan konsentrasi berkisar 30% pelarutnya
menggunakan kerosin alias minyak tanah jadinya akan terbentuk 2 fase setelah
proses mixing tadi yaitu fase organic (sebutan 30% acorga 70% kerosine) dan
aqueous alias larutan yang kandungan tembaganya sudah berkurang akibat
mengikat bersama organic namun keuntungannya kondisi aqueous ini masih
bersifat asam dengan pengurangan asam berkisar 1-2% dan larutan ini disebut
Rafinat /ILS.
6) Selanjutnya raffinate atau Intermediate Leach Solution (ILS) dialirkan ke
gundukan/leach kembali melalui system irigasi untuk melindih/me-leaching
tembaga dari bijih. Larutan akan tersaring melalui gundukan/heap dan terkumpul
pada lapisan drainase dan dialirkan langsung ke pipa off flow bergantung pada
kadar dari laurtan off flow. Pipa off flow dapat mengalirkan secara langsung ke ILS
atau PLS. dari water drain ini nantinya akan dikumpulkan ke kolam masing masing.
7) Selanjutnya organic yang mengandung kaya tembaga secara gamblang fase organik
tadi dapat dimixing kembali menggunakan larutan asam sulfat dengan konsentrasi
lebih tinggi kisaran 190g/L dan hasilnya tembaga kembali ke fase larutan bukan
organik dan fase organik pun dikembalikan ke proses sebelumnya untuk kembali
mengikat tembaga dan proses itupun berjalan terus menerus dan sambung
menyambung dan bisa dikatakan proses ini re-usable.
8) Setelah tembaga yang amat kaya dalam larutan asam sulfat 190 g/L berkisar 40-50
g/L bisa langsung dielektrolisis deh dengan katoda terbuat dari stainless steel dan
timbal dan anoda larutan kaya tembaga tersebut.
9) Dihasilkan tembaga murni dengan kadar sampai 99.9% hasil elektroplating.

Gambar Alur Metode Heap Leaching Tembaga


Gambar Proses Heap Leaching Tembaga
(Anonim a, 2017)

c. Pengekstraksian Mineral Tembaga dengan Menggunakan Gelombang Mikro


dengan Variasi Daya dan Waktu Radiasi
Proses ekstraksi tembaga yang selama ini dilakukan kebanyakan masih menggunakan
metode konvensional yang dirasa metode-metode tersebut masih kurang efisien.
Contohnya proses ekstraksi yang menggunakan proses pyrometalurgi (proses ekstraksi
yang dilakukan pada temperatur tinggi). Dimana pada proses ini memiliki beberapa
kelemahan misalnya menghabiskan bahan bakar yang sangat banyak, prosesnya memakan
waktu yang cukup lama dan sangat kompleks. Selain itu, kerugian yang terbesar dari proses
ini adalah dihasilkannya gas SO2 (Sulfur Dioksida) yang sangat berbahaya dan dapat
menyebabkan hujan asam yang merusak lingkungan.

Kedua, proses ekstraksi secara hydrometalurgi (proses ekstraksi yang dilakukan pada
temperatur yang relatif rendah dengan cara pelindian media cairan). Proses hydrometalurgi
memiliki kelemahan seperti tidak semua mineral dapat diproses melalui metode ini dan
waktu pelarutannya memerlukan waktu yang lama. Sehingga diperlukan suatu alternatif
proses yang lebih efisien dan ramah terhadap lingkungan. Dengan latar belakang hal
tersebut kini saatnya dikembangkan metode-metode ekstraksi yang ramah lingkungan,
mempunyai nilai efisiensi tinggi dan harga produksi rendah. (Davenport dkk,2002)
Sebuah metode ekstraksi yang belakangan ini dikembangkan para ahli metalurgi ialah
metode ekstraksi tembaga dengan pemanfaatan energi panas gelombang mikro dari
microwave. Metode ini dapat menghasilkan logam tembaga murni yang diekstraksi baik
dari konsentrat maupun langsung dari bijih tembaga. Dimana pada metode ini panas
dibangkitkan secara internal akibat getaran molekul-molekul target oleh gelombang mikro.
Karena karakter gelombang mikro yang dapat menembus molekul target, maka pemanasan
dengan gelombang mikro berlangsung secara serentak. Oleh karena itu pemanasan dengan
menggunakan gelombang mikro dapat berlangsung sangat cepat. Berbagai penelitian
penggunaan gelombang mikro pada proses ekstraksi metalurgi secara langsung
menunjukkan bahwa gelombang mikro sangat efektif karena mengasilkan panas yang
stabil dan tidak menimbulkan limbah seperti ekstraksi yang menggunakan media pemanas
konvensional.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui mekanisme proses ekstraksi tembaga dari bentuk
ore menggunakan energi gelombang mikro, mengetahui pengaruh variasi dan variasi waktu
penyinaran sample terhadap peningkatan persentase kandungan tembaga.
Alat yang digunakan dalam proses reduksi yaitu Microwave oven 2450 MHz, cawan
dengan volume 30 ml dan batu tahan api. Pada penelitian ini digunakan variabel daya
penyinaran dan waktu radiasi dengan gelombang mikro. Dimana daya yang digunakan
sebesar 1000 dan 2000 Watt dan waktu radiasinya ialah selama 40, 50, dan 60 menit.
Berikut adalah diagram alur penelitiannya :
Gambar Diagram Alur Penelitian
Dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara kenaikan persentase Cu dengan
variasi input daya dan waktu penyinaran gelombang mikro maka dilakukan uji XRF pada
ore Cu yang telah diekstraksi. Hasil Uji XRF pada ekstraksi mineral kalkopirit dengan
berbagai daya yang berbeda dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.
Tabel 4. Hasil uji XRF kalkopirit
setelah proses ekstraksi

Pada pengujian ini juga melakukan pengujian Scanning Electron Microscope SEM-EDX
dari mineral kalkopirit dengan tujuan untuk mengetahui struktur mikro dan mengetahui
persebaran dari mineral tembaga dari hasil proses ekstraksi. Selain dapat digunakan untuk
melakukan pengujian struktur mikro, SEM juga dapat digunakan untuk menguji komposisi
kimia pada daerah yang terdapat unsur Cu. Karena SEM yang digunakan telah terintegrasi
dengan EDX(Energy Dispersi X-RAY Spectrometry). Sehingga dapat digunakan untuk
mengetahui persebaran unsur Cu pada sampel yang telah dilakukan proses ekstraksi.

Gambar a) Hasil SEM 40 Menit


b) Hasil SEM 50 Menit
c) Hasil SEM 60 Menit
Hasil dari penelitian ini bahwa persentase tembaga mengalami peningkatan seiring dengan
peningkatan daya yang digunakan proses ekstraksi dan lama penyinaran dengan gelombang
mikro. Pada proses dengan daya 1000 watt dan waktu radiasi 40, 50 dan 60 menit didapatkan
kenaikan persentase Cu masing-masing menjadi 23,6%, 27,6% dan 29,57%. Sedangkan pada
daya 2000 Watt didapatkan persentase Cu masing-masing 30,3%, 31,7% dan 22,8%.
(Aminuddin, Pintowantoro, 2012)
KESIMPULAN

Tembaga merupakan salah satu dari dua logam di bumi selain emas yang berwarna merah
atau kekuningan. Mempunyai Nomor atom 29. tembaga murni mencair pada suhu 1083oC
dan menjadi uap pada suhu 2567oC.
Bijih tembaga di alam terdapat sebagai sulfide dan oksida. Sulfida seperti chalcopirite,
bornit, chalcocite, covelite dan oksida, seperti cuprite, ferronite.
Metode Ekstraksi Tembaga ada 2, yaitu : Pyrometalurgi dan Hydrometalurgi. namun,
mulai di lakukan penelitian dengan cara pengekstrasian mineral tembaga dengan
menggunakan gelombang mikro dengan variasi daya dan waktu radiasi
DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin, Nur R, Pintowantoro, S. 2012 Studi Proses Ekstraksi Mineral Tembaga


Menggunakan Gelombang Mikro Dengan Variasi Daya dan Waktu Radiasi Jurusan Teknik
Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh November,
Surabaya.
Anonim a, 2017 https:// http://kumpul-bacaan.blogspot.co.id/2014/07/pengambilan-dan-
pemurnian-tembaga-dari.html (Diakses : 27 September 2017)

Davenport W.G, dkk. 2002. Extractive Metallurgical Of Copper. Oxford: Pergamon.

Anda mungkin juga menyukai