NO :5
KELAS : XII KI 1
Nomor atom: 29
Titik lebur: 1083 °C
Titik didih: 2595 °C
1) Tembaga merupakan logam yang berwarna kunign seperti emas kuning dan keras bila
tidak murni.
2) Mudah ditempa (liat) dan bersifat mulur sehingga mudah dibentuk menjadi pipa,
lembaran tipis dan kawat.
1) Tembaga merupakan unsur yang relatif tidak reaktif sehingga tahan terhadap korosi. Pada
udara yang lembab permukaan tembaga ditutupi oleh suatu lapisan yang berwarna hijau
yang menarik dari tembaga karbonat basa, Cu(OH)2CO3.
2) Pada kondisi yang istimewa yakni pada suhu sekitar 300 °C tembaga dapat bereaksi
dengan oksigen membentuk CuO yang berwarna hitam. Sedangkan pada suhu yang lebih
tinggi, sekitar 1000 ºC, akan terbentuk tembaga(I) oksida (Cu2O) yang berwarna merah.
3) Tembaga tidak diserang oleh air atau uap air dan asam-asam nooksidator encer seperti
HCl encer dan H2SO4 encer. Tetapi asam klorida pekat dan mendidih menyerang logam
tembaga dan membebaskan gas hidrogen. Hal ini disebabkan oleh terbentuknya ion
kompleks CuCl2¯(aq) yang mendorong reaksi kesetimbangan bergeser ke arah produk.
AsamAsam sulfat pekatpun dapat menyerang tembaga.
5) Tembaga tidak bereaksi dengan alkali, tetapi larut dalam amonia oleh adanya udara
membentuk larutan yang berwarna biru dari kompleks Cu(NH3)4+.
6) Tembaga panas dapat bereaksi dengan uap belerang dan halogen. Bereaksi dengan
belerang membentuk tembaga(I) sulfida dan tembaga(II) sulfida dan untuk reaksi dengan
halogen membentuk tembaga(I) klorida, khusus klor yang menghasilkan tembaga(II) klorida.
Kandungan tembaga dalam bijih berkisar antara 0,4 persen hingga 2,0 persen. Bijih dengan
kadar tembaga sekitar 0,4 persen umumnya dieksploitasi dengan cara tambang terbuka,
sedangkan bijih dengan kadar tembaga sekitar satu sampai dua persen dieksploitasi dengan
cara tambang dalam.
Selain bijih tembaga, tembaga murni juga diproduksi dari proses daur ulang atau recycling
scrap tembaga murni dan paduan-paduan tembaga.
Mineral tembaga dalam bentuk sulfida umumnya diproduksi dengan jalur pirometalurgi
yaitu peleburan dan pemurnian pada temperatur tinggi atau pyrorefining, dan dilanjutkan
dengan electrorefining.
Mineral tembaga dalam bentuk oksida, karbonat, silikat dan sulfat ditemukan di alam dalam
jumlah kecil. Bijih tembaga ini umumnya diproduksi dengan jalur hidrometalurgi. Dalam
Perkembangannya, jalur hidrometalurgi juga digunakan untuk mengolah sebagian bijih
sulfida, khususnya Cu2S.
1. Tahap Kominisi
Tahap kominusi terdiri dari operasi peremukan dan penggerusan. Tujuan proses
peremukan dan penggerusan adalah untuk membebaskan atau meliberasi mineral-mineral
tembaga dari ikatan mineral-mineral pengotornya.
Target ukuran dari tahap kominusi adalah ukuran partikel bijih yang dapat menghasilkan
tingkat recoveri tembaga yang maksimal saat proses konsentrasi flotasi.
2. Tahap Konsentrasi Flotasi
Setelah mencapai ukuran yang cocok atau sesuai ukuran target, maka tahap selanjutnya
adalah Tahap pemisahan mineral atau konsentrasi. Pemisahan mineral-mineral Cu-Fe-S dan
Cu-S dari pengotornya dilakukan dengan metoda flotasi. Pemisahan dengan cara flotasi
merupakan metode yang cukup efektif.
Tahap konsentrasi bijih tembaga dengan metoda flotasi dapat meningkatkan kadar tembaga
di Konsentrat menjadi sekitar 30 persen.
Pada tahap ini konsentrat tembaga dilebur menjadi lelehan matte. Proses peleburan
dilakukan dalam suasana yang oksidatif. Proses ini menghasilkan lelehan matte, lelehan slag
dan gas buang.
Matte merupakan lelehan sulfida yang kaya akan tembaga dengan mengandung sedikit besi,
sedangkan slag adalah lelehan yang terdiri dari campuran oksida besi dan oksida logam
pengotor serta fluks (silika). Proses smelting ini menghasilkan matte dengan kandungan
tembaga sekitar 45 – 75 persen.
Suasana oksidatif dalam tanur peleburan diperoleh dengan menginjeksikan udara yang
diperkaya oksigen atau oxygen-enriched air.
Pada tahap ini matte dikonversi menjadi tembaga blister atau blister copper. Pada tahap
ini, matte dioksidasi menjadi tembaga blister, dan kandungan tembaga naik menjadi sekitar
90 persen.
Fire refining adalah proses pemurnian yang dilakukan terhadap tembaga blister. Proses
fire refining dilakukan dalam rotary furnace, reverberatory furnace atau hearth furnace yang
dapat ditilting. Tahapan ini dilakukan dalam 2 tahap. Tahap satu adalah oksidasi selektif
terhadap sulfur dan elemen pengotor lainnya, dan tahap kedua adalah deoksidasi untuk
penurunan kandungan oksigen dalam tembaga. Proses fire refining mampu menghasilkan
logam tembaga yang memiliki kandungan tembaga sekitar 99 persen.
6. Tahap Electrorefining
Dari proses Electrorefining ini dihasilkan logam tembaga dengan kandungan Cu > 99.99
persen.