Anda di halaman 1dari 28

PROFIL TEMBAGA(II) NITRAT &

APLIKASINYA
March 10, 2014 ansarikimia Leave a comment

Tembaga(II) nitrat, Cu(NO3)2, ialah suatu senyawa anorganik yang membentuk zat padat kristal
biru. Tembaga nitrat anhidrat membentuk kristal biru-hijau dan menyublim dalam suasana
vakum pada suhu 150-200 °C. Tembaga nitrat juga terjadi sebagai lima hidrat yang berbeda,
yang paling umum ialah trihidrat dan heksahidrat.   Bahan ini lebih umum biasa ditemui dalam
perdagangan daripada di laboratorium.

Nama IUPAC-nya Tembaga(II) nitrat; nama lainnya Kupri nitrat. Adapun sifat-sifatnya adalah:

 Rumus molekul: Cu(NO3)2


 Berat molekul: 187,5558 gr/mol (anhidrat); 241,60 gr/mol (trihidrat)
 Penampilan: Kristal biru (higroskopik)
 Densitas: 3,05 gr/cm3 (anhidrat); 2,32 gr/cm3 (trihidrat)
2,07 gr/cm3 (heksahidrat)
 Titik lebur: 256 °C (anhidrat, terurai); 114,5 °C (trihidrat); 26,4 °C (heksahidrat, terurai)
 Titik didih: 170 °C (trihidrat, terurai)
 Kelarutan dalam air: Trihidrat, 137,8 gr/100 mL (0 °C); 1270 gr/100 mL (100 °C)
 Kelarutan dalam pelarut lain: Hidrat—sangat larut dalam etanol, air, dan ammonia; tidak
larut dalam etil asetat.
 Struktur Kristal: Ortorombik (anhidrat); rombohedral (hidrat)
 Bahya utama: Iritasi, oksidator

Sintesis dan Reaksi

Tembaga nitrat hidrat dapat dibuat melalui hidrasi bahan anhidrat atau lewat perlakuan logam
tembaga dengan larutan encer atau perak nitrat atau asam nitrat pekat:

Cu + 4 HNO3 → Cu(NO3)2 + 2 H2O + 2 NO2

Bentuk Cu(NO3)2 anhidrat saat logam tembaga diolah dengan N2O4:

Cu + 2 N2O4 → Cu(NO3)2 + 2 NO
Dehidrasi yang diupayakan dari setiap tembaga(II) nitrat hidrat melalui pemanasan selain upaya
oksida, bukan Cu(NO3)2 yang terbentuk. Pada suhu 80 °C, hidratnya diubah menjadi “tembaga
nitrat basa” (Cu2(NO3)(OH)3), yang mengubah menjadi CuO pada suhu 180 °C. Mengeksploitasi
reaktivitas ini, tembaga nitrat dapat digunakan untuk menghasilkan asam nitrat melalui
pemanasan senyawa ini hingga dekomposisi dan melewatkan asap ini secara langsung ke dalam
air. Metoda ini serupa dengan tahap akhir dalam proses Ostwald. Persamaan ini adalah:

2 Cu(NO3)2 → 2 CuO + 4 NO2 + O2

3NO2 + H2O → 2HNO3 + NO

Struktur Tembaga Nitrat

Tembaga(II) nitrat anhidrat

Tembaga(II) nitrat anhidrat telah dikristalkan dalam dua solvat-bebas polimorf. α- dan β-
Cu(NO3)2 sepenuhnya jaringan polimer koordinasi 3D. Bentuk alfa hanya memiliki satu
lingkungan Cu, dengan koordinasi [4+1], tetapi bentuk beta memiliki planar empat persegi.
Solvat nitrometan juga memiliki fitur “koordinasi [4+ 1]”, dengan empat ikatan pendek Cu-O
dari sekitar 200 pm dan satu ikatan lebih panjang pada 240 pm. Mereka adalah polimer
koordinasi, dengan rantai pusat tembaga(II) dan gugus nitrat yang tidak terbatas. Dalam fasa gas,
fitur tembaga(II) nitrat dua ligan nitrat bidentat. Dengan demikian, evaporasi mensyaratkan zat
padat “mengkertak” untuk memberikan molekul tembaga(II) nitrat.

Tembaga(II) nitrat hidrat

Lima hidrat telah dilaporkan: monohidrat (Cu(NO3)2·H2O), seskuihidrat (Cu(NO3)2·1.5H2O),


hemipentahidrat (Cu(NO3)2·2.5H2O),  trihidrat (Cu(NO3)2·3H2O), dan heksahidrat (Cu(H2O)6]
(NO3)2). Hexahydrate menarik karena jarak Cu-O semuanya sama, tidak  mengungkapkan efek
biasa distorsi Jahn-Teller yang dinyatakan karakteristik kompleks oktahedral Cu(II). Non-efek
ini  disebabkan oleh ikatan hidrogen yang kuat yang membatasi elastisitas ikatan Cu-O.

Aplikasi

Tembaga(II) nitrat menemui berbagai aplikasi, terutama adalah konversi menjadi tembaga(II)
oksida, yang digunakan sebagai katalis untuk berbagai proses dalam kimia organik. Larutannya
digunakan dalam bahan tekstil dan polishing untuk logam-logam lain. Tembaga nitrat ditemui
dalam beberapa pembuatan petasan. Tembaga nitrat sering digunakan di laboratorium sekolah
untuk menunjukkan reaksi kimia sel volta.

Sintesis Organik

Tembaga nitrat, dalam kombinasinya dengan anhidrida asetat, ialah satu reagen/pereaksi yang
efektif untuk nitrasi senyawa aromatik, pada apa yang dikenal sebagai “kondisi Menke”, sebagai
hutang budi dari ahli kimia Belanda yang menemukan bahwa logam nitrat adalah pereaksi yang
efektif untuk nitrasi. Tembaga nitrat hidrat yang diserap pada tanah lempung (clay)
mengupayakan reagen yang disebut “Claycop”. Menghasilkan tanah liat berwarna biru yang
digunakan sebagai bubur, misalnya untuk oksidasi tiol untuk disulfida. Claycop juga digunakan
untuk mengkonversi ditioasetal menjadi karbonil. Reagen  terkait  berdasarkan montmorillonit
telah terbukti berguna untuk nitrasi senyawa aromatic.

Pengolahan Tembaga
Pada pengolahan biji tembaga, pada proses mill  menghasilkan konsentrat tembaga dan
emas dari bijih yang ditambang dengan memisahkan mineral berharga dari pengotor yang
menutupinya. Langkah-langkah utamanya adalah penghancuran, penggilingan, pengapungan,
dan pengeringan. Penghancuran dan penggilingan mengubah besaran bijih menjadi ukuran pasir
halus guna membebaskan butiran yang mengandung tembaga dan emas untuk proses pemisahan
dan untuk menyiapkan ukuran yang sesuai ke proses selanjutnya. Pengapungan (Flotasi) adalah
proses pemisahan yang digunakan untuk menghasilkan konsentrat tembaga-emas. Bubur
konsentrat (slurry) yang terdiri dari bijih yang sudah halus (hasil gilingan) dan air dicampur
dengan reagen dimasukkan ke dalam serangkaian tangki pengaduk yang disebut dengan
sel flotasi, di mana penambahan udara dipompa ke dalamslurry tersebut.

Reagen yang digunakan adalah kapur, pembuih (frother) dan kolektor. Pembuih membentuk
gelembung yang stabil, yang mengapung ke permukaan sel flotasi sebagai buih. Reagen kolektor
bereaksi dengan permukaan partikel mineral sulfida logam berharga sehingga menjadikan
permukaan tersebut bersifat menolak air (hydrophobic). Butir mineral sulfida yang hidrofobik
tersebut menempel pada gelembung udara yang terangkat dari zona slurry ke dalam buih yang
mengapung di permukaan sel. Buih yang bermuatan mineral berharga tersebut, yang menyerupai
buih deterjen metalik, meluap dari bibir atas mesin flotasi kedalam palung (launders) sebagai
tempat pengumpulan mineral berharga. Mineral berharga yang terkumpul didalam palung
tersebut adalah 'konsentrat'. Konsentrat (dalam bentuk slurry, 65% padat menurut berat) dipompa
ke Portsite melalui empat jaringan pipa slurry sepanjang 115 km. Sesampainya di Portsite,
konsentrat ini dikeringkan sampai kandungannya hanya 9% air dan kemudian dikapalkan untuk
di jual.
Pasir yang tak bernilai dikumpulkan di dasar sel flotasi yang terakhir sebagai limbah yang
disebut 'tailing'. Tailing akhir ini disalurkan menuju suatu sistem pembuangan alami yang
mengalir dari Mill menuju Daerah Pengendapan Ajkwa yang diModifikasi (ModADA)
konsentrat yang dihasilkan biasanya berkadar Cu 20-30% tergantung dari bijih dan proses
flotasinya sedangkan ikutannya untuk Emas sekitar 10-30 gpt dan Perak sekitar 30-70 gpt
tergantung kadar logam tersebut dalam bijih. Namun yang bisa dipastikan untuk bijih dengan
kadar bijih >0,5 % maka recovery Cu bisa 85-90% sedangkan Emas dan Perak hanya mengikuti
saja sekitar 75% dan 65%, semakin tinggi recovery Cu maka semakin tinggi juga recovery Au
dan Ag.
Bagi perusahaan yang mempunyai proses peleburan langsung maka konsentrat yang
didapatkan bisa dilebur langsung, namun bagi perusahaan yang tidak mempunyai fasilitas
peleburan biasanya konsentrat dijual dengan harga Internasional dan recovery (diskon) pasar
(tergantung negosiasi juga). Ada beberapa proses yang ada di dunia ini untuk teknologi
peleburan secara continous, salah satunya adalah Mitsubishi Process yang ada di PT. Smelting
Gresik. Teknologi lain adalah Flash Smelter dan Flash Conventer dari Outotek (Outocumpu).
Apapun teknologi yang digunakan, namun yang pasti adalah proses yang diambil adalah proses
oksidasi:
2CuS + 3O2 = 2CuO + 2SO2
CuO + Flux = Cu + Slag
SO2 + H2O + ½ O2 = H2SO4
Tentu saja bukan hanya itu reaksi yang terjadi, banyak mineral lain yang bereaksi namun
intinya tetap sama. Jika dilihat dari reaksi yang kemungkinan tejadi, maka sesungguhnya tidak
ada yang terbuang dari proses peleburan konsentrat tembaga ini. Gas yang dihasilkan bisa
ditangkap untuk dijadikan asam sulfat (H2SO4) untuk dijual ke Pabrik Pupuk, Slag yang
dihasilkan bisa dijadikan campuran semen dan dijual ke Pabrik Semen, Energi yang dihasilkan
dari reaksi exotherm ini digunakan untuk PLTU guna memenuhi kebutuhan proses lebih lanjut.
Sungguh tepat PT. Smelting didirikan di Gresik, dekat dengan PT. Petrokimia dan PT. Semen
Gresik. Selain semua itu, masih juga dihasilkan Anode Slime yang mempunyai kandungan Au,
Ag dan logam jarang dengan kadar yang cukup tinggi. Jadi perbedaan teknologi yang ada adalah
mengenai efisiensi yang dihasilkan saja. Perhatikan bagan peleburan tembaga berikut :
Copper Anode yang dihasilkan masih harus dilakukan electrorefining agar Tembaga yang
dihasilkan menjadi murni. Proses electrorefining mirip dengan electrolisa hanya saja menjadikan
logam campuran sebagai Anoda dan didapatkan logam murni di Katoda, sehingga setelah
dilakukan electrorefining dan peleburan lanjut didapatkan Copper Cathode. Sedangkan sisa yang
ada di anoda disebut dengan “Anode Slime”.
Sampai saat ini belum ada pengolahan Anode Slime di Indonesia dengan Recovery >99,2%
sehingga anode slime yang dihasilkan oleh PT. Smelting pun saat ini masih dimurnikan (dijual)
ke luar negeri. Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk mengambil Au, Ag dan logam
jarang yaitu jalur hidrometalurgi dan jalur paduan piro-hidrometalurgi. Mudah-mudahan ke
depan Indonesia mempunyai dan bisa mengolah dari bijih hingga dihasilkan logam murni baik
Cu, Au, Ag, Pd, Se dll. 

Konfigurasi elektron
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum Diperiksa

Orbital-orbital molekul dan atom elektron

Dalam fisika atom dan kimia kuantum, konfigurasi elektron adalah susunan elektron-elektron
pada sebuah atom, molekul, atau struktur fisik lainnya.[1] Sama seperti partikel elementer lainnya,
elektron patuh pada hukum mekanika kuantum dan menampilkan sifat-sifat bak-partikel maupun
bak-gelombang. Secara formal, keadaan kuantum elektron tertentu ditentukan oleh fungsi
gelombangnya, yaitu sebuah fungsi ruang dan waktu yang bernilai kompleks. Menurut
interpretasi mekanika kuantum Copenhagen, posisi sebuah elektron tidak bisa ditentukan kecuali
setelah adanya aksi pengukuran yang menyebabkannya untuk bisa dideteksi. Probabilitas aksi
pengukuran akan mendeteksi sebuah elektron pada titik tertentu pada ruang adalah proporsional
terhadap kuadrat nilai absolut fungsi gelombang pada titik tersebut.
Elektron-elektron dapat berpindah dari satu aras energi ke aras energi yang lainnya dengan emisi
atau absorpsi kuantum energi dalam bentuk foton. Oleh karena asas larangan Pauli, tidak boleh
ada lebih dari dua elektron yang dapat menempati sebuah orbital atom, sehingga elektron hanya
akan meloncat dari satu orbital ke orbital yang lainnya hanya jika terdapat kekosongan di
dalamnya.

Pengetahuan atas konfigurasi elektron atom-atom sangat berguna dalam membantu pemahaman
struktur tabel periodik unsur-unsur. Konsep ini juga berguna dalam menjelaskan ikatan kimia
yang menjaga atom-atom tetap bersama.

Ada peribahasa yang mengatakan "Gemah ripah Loh Jinawi" yang artinya kekayaan hasil bumi yang
melimpah. Itulah negara Indonesia, negeri timur seberang yang sejak abad ke 16 diserbu oleh negara-
negara barat dalam rangka merkantilisme, kolonialisme dan imperialisme. Tentu saja yang mereka incar
adalah kekayaan negeri timur tersebut. Sudah berjuta-juta ton rempah-rempah dan barang tambang
diangkut ke Eropa. Dan inilah bukti kekayaan barang tambang ada di Indonesia. Barang tambang dan
persebarannya itu meliputi :
(1.) Minyak bumi
Ada banyak tambang minyak bumi di Indonesia. Daerah-daerah penghasil tambang minyak sebagai
berikut :
1. Tambang minyak di pulau Sumatera terdapat di Aceh (Lhoksumawe dan Peureula); Sumatera Utara
(Tanjung Pura); Riau (Sungaipakning, Dumai); dan Sumatera Selatan (Plaju, Sungai Gerong, Muara Enim).
2. Tambang minyak di pulau Jawa terdapat di Wonokromo, Delta (Jawa Timur); Cepu, Cilacap di (Jawa
Tengah); dan Majalengka, Jatibarang (Jawa Barat).
3. Tambang minyak di pulau Kalimantan terdapat di Balikpapan, Pulau Tarakan, Pulau Bunyu dan Sungai
Mahakam (Kalimantan Timur) serta Amuntai, Tanjung, dan Rantau (Kalimantan Selatan)
4. Maluku (Pulau Seram dan Tenggara), serta
5. Irian Jaya (Klamono, Sorong, dan Babo).
(2.) Bauksit (bijih aluminium)
Penambangan bauksit berada di daerah Riau (Pulau Bintan) dan Kalimantan Barat (Singkawang).
(3.) Batu bara
Penambangan batu bara terdapat di Sumatera Barat (Ombilin, Sawahlunto), Sumatera Selatan (Bukit
Asam, Tanjungenim), Kalimantan Timur (Lembah Sungai Berau, Samarinda), Kalimantan Selatan
(Kotabaru/Pulau Laut), Kalimantan tengah (Purukcahu), Sulawesi Selatan (Makassar), dan Papua
(Klamono).
(4.) Besi
Penambangan besi terdapat di daerah Lampung (Gunung Tegak), Kalimantan Selatan (Pulau Sebuku),
Sulawesi Selatan (Pegunungan Verbeek), dan Jawa Tengah (Cilacap).
(5.) Timah
Penambangan timah terdapat di daerah Pulau Bangka (Sungai Liat), Pulau Belitung (Manggara), dan
Pulau Singkep (Dabo).
(6.) Emas
Penambangan emas terdapat di daerah Nangroe Aceh Darussalam (Meulaboh), Riau (Logos), Bengkulu
(Rejang Lebong), Sulawesi Utara (Bolaang Mongondow, Minahasa), Kalimantan Barat (Sambas), Jawa
Barat (Cikotok, Pongkor), dan Freeport (Timika, Papua).
(7.) Tembaga
Penambangan tembaga terdapat di daerah Irian Jaya (Tembagapura).
(8.) Nikel
Ditambang dari daerah Sulawesi Tenggara (Soroako).
(9.) Marmer
Ditambang dari daerah Jawa Timur (Tulungagung), Lampung, Makassar, Timor.
(10.) Mangan
Ditambang dari daerah Yogyakarta (Kliripan), Jawa Barat (Tasikmalaya), dan Kalimantan Selatan
(Martapura).
(11.) Aspal
Ditambang dari daerah Sulawesi Tenggara (Pulau Buton).
(12.) Belerang
Ditambang dari daerah Jawa Barat (Gunung Patuha), Jawa Timur (Gunung Welirang).
(13.) Yodium
Ditambang dari daerah Jawa Tengah (Semarang), Jawa Timur (Mojokerto).

Timah
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
indium ← timah → antimon

G
e

S
n

P
b 50Sn
Tabel periodik
Penampilan
silvery (left, beta) or gray (right, alpha)

Ciri-ciri umum
Nama, lambang, Nomor timah, Sn, 50
atom
Dibaca /ˈtɪn/
Jenis unsur logam pasca-transisi
Golongan, periode, blok 14, 5, p
Massa atom standar 118.710
[Kr] 4d10 5s2 5p2
Konfigurasi elektron
2, 8, 18, 18, 4
Sifat fisika
Fase solid
Massa jenis (mendekati
(white) 7.365 g·cm−3
suhu kamar)
Massa jenis (mendekati
(gray) 5.769 g·cm−3
suhu kamar)
Massa jenis cairan pada t.l. 6.99 g·cm−3
505.08 K, 231.93 °C, 449.47 
Titik lebur
°F
Titik didih 2875 K, 2602 °C, 4716 °F
Kalor peleburan (white) 7.03 kJ·mol−1
Kalor penguapan (white) 296.1 kJ·mol−1
Kapasitas kalor (white) 27.112 J·mol−1·K−1
Tekanan uap
P (Pa) 1 10 100 1 k 10 k 100 k
at T (K) 1497 1657 1855 2107 2438 2893
Sifat atom
Bilangan oksidasi 4, 2, -4 (oksida ampfoter)
Elektronegativitas 1.96 (skala Pauling)
Energi ionisasi pertama: 708.6 kJ·mol−1
ke-2: 1411.8 kJ·mol−1
ke-3: 2943.0 kJ·mol−1
Jari-jari atom 140 pm
Jari-jari kovalen 139±4 pm
Jari-jari van der Waals 217 pm
Lain-lain
Struktur kristal tetragonal
Catatan struktur kristal white
Pembenahan magnetik (gray) diamagnetik[1], (white)
paramagnetik
Keterhambatan elektris (0 °C) 115 nΩ·m
Konduktivitas termal 66.8 W·m−1·K−1
Ekspansi termal (25 °C) 22.0 µm·m−1·K−1
Kecepatan suara (batang (suhu kamar) (rolled)
ringan) 2730 m·s−1
Modulus Young 50 GPa
Modulus Shear 18 GPa
Bulk modulus 58 GPa
Rasio Poisson 0.36
Kekerasan Mohs 1.5
Kekerasan Brinell ~350 MPa
Nomor CAS 7440-31-5
Isotop paling stabil
iso NA Waktu paruh DM DE (MeV) DP
112
Sn 0.97% Sn stabil dengan 62 neutron
114
Sn 0.66% Sn stabil dengan 64 neutron
115
Sn 0.34% Sn stabil dengan 65 neutron
116
Sn 14.54% Sn stabil dengan 66 neutron
117
Sn 7.68% Sn stabil dengan 67 neutron
118
Sn 24.22% Sn stabil dengan 68 neutron
119
Sn 8.59% Sn stabil dengan 69 neutron
120
Sn 32.58% Sn stabil dengan 70 neutron
122
Sn 4.63% Sn stabil dengan 72 neutron
124
Sn 5.79% Sn stabil dengan 74 neutron
126
Sn sisa 2.3×105 thn β−
0.380 126Sb
 l
 b
 s

·r

Timah adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Sn (bahasa Latin:
stannum) dan nomor atom 50. Timah memiliki dua kemungkinan bilangan oksidasi, +2 dan +4
yang sedikit lebih stabil. Timah memiliki 10 isotop stabil, jumlah terbesar dalam tabel periodik.

Unsur ini merupakan logam miskin (logam post-transisi) keperakan, dapat ditempa (malleable),
tidak mudah teroksidasi dalam udara sehingga tahan karat, ditemukan dalam banyak aloy, dan
digunakan untuk melapisi logam lainnya untuk mencegah karat. Timah diperoleh terutama dari
mineral kasiterit yang terbentuk sebagai oksida.

Daftar isi
 1 Tahap Proses Pemurnian Refinery Pengolahan Bijih Timah
o 1.1 Karakterisasi Bijih Timah
o 1.2 Pengolahan Bijih Timah
o 1.3 Tahap Konsentrasi
o 1.4 Tahap Smelting
o 1.5 Tahap Refining
 2 Catatan
 3 Referensi
 4 Pranla luar
 5 Lihat pula

Tahap Proses Pemurnian Refinery Pengolahan Bijih Timah


Karakterisasi Bijih Timah

Bijih timah yang ditambang di Indonesia umumnya adalah dari jenis endapan timah aluvial dan
sering disebut sebagai endapan timah sekunder atau disebut timah placer. Jenis bijih timah ini
sudah terlepas dari endapan induknya yaitu timah primer, dan oleh air diendapkan kembali di
tempat lain yang lebih rendah.

Secara ekonomis, mineral penghasil timah putih adalah kasiterit dengan rumus kimia SnO2,
walaupun ada sebagian kecil timah yang dihasilkan dari sulfida seperti stanit, silindrit, frankeit,
kanfieldit dan tealit. Mineral utama yang terkandung di dalam bijih timah adalah kasiterit,
sedangkan mineral ikutannya adalah pirit, kuarsa, zirkon, ilmenit, galena, bismut, arsenik, stibnit,
kalkopirit, xenotim, dan monasit.

Pengolahan Bijih Timah

Secara garis besar, pengolahan bijih timah menjadi logam timah terdiri dari operasi
konsentrasi/mineral dressing, dan ekstraksi yaitu peleburan atau smelting dan pemurnian atau
refining.

Tahap Konsentrasi

SnO2powder

Tahap konsentrasi bijih timah merupakan operasi peningkatan kadar timah dengan menggunakan
peralatan seperti Jig Concentrator, palong dan meja goyang. Bijih timah yang diolah memiliki
kadar awal sekitar 30 sampai 65 persen Sn. Setelah melalui operasi pemisahan, kadar timah
minimum yang harus tercapai supaya dapat dipergunakan sebagai umpan peleburan tahap
pertama adalah sebesar 70 persen Sn.

Tahap Smelting
Proses smelting merupakan proses reduksi dari konsentrat bijih timah pada temparatur tinggi
menjadi logam timah. Prinsip reduksi adalah melepas ikatan oksigen yang terdapat mineral
kasiterit. Reduktor yang digunakan sebagai pereduksi adalah gas CO. Reaksi yang terjadi selama
proses smelting adalah:

SnO2 + CO = SnO + CO2

SnO + CO = Sn + CO2

Pada proses smelting akan terbentuk lelehan terak dan timah yang tidak saling larut. Slag akan
mengikat pengotor-pengotor yang terdapat di dalam konsentrat. Pengotor yang paling banyak
terdapat di dalam konsentrat timah adalah unsur Fe.

Proses smelting ini terdiri dari dua tahapan. Peleburan tahap pertama adalah peleburan
konsentrat timah yang menghasilkan timah kasar atau crude tin dan terak I (slag). Kadar timah
dalam terak I ini adalah sekitar 20 persen. Tahap ini juga dikenal dengan sebutan peleburan
konsentrat timah karena umpan yang dilebur adalah konsentrat bijih timah.

Terak I kemudian dilebur kembali di peleburan tahap kedua. Peleburan pada tahap dua ini
menghasilkan senyawa Fe-Sn yang disebut hardhead dan terak II dengan kadar Sn kurang
daripada satu persen. Hardhead menjadi bahan baku untuk peleburan tahap satu.

Tahap Refining

Crude tin dari proses peleburan tahap satu kemudian dibawa ke proses selanjutnya yaitu proses
pemurnian. Kandungan timah dalam crude tin adalah Sn >90 persen dan sisanya adalah pengotor
seperti As, Pb, Ag, Fe, Cu, dan Sb.

Pemurnian timah dari pengotornya dapat dilakukan dengan kettle refining, eutectic refining, serta
electrolytic refining. Pemilihan teknologi untuk proses pemurnian adalah berdasarkan tingkat
kemurnian logam timah yang diinginkan. Setelah melewati tahap refining ini, kemurnian logam
timah dapat mencapai 99,93 persen.

Catatan
Jumlah kecil timah dalam makanan kaleng tidak berbahaya bagi manusia. Senyawa timah trialkil
dan triaril berbahaya bagi makhluk hidup dan harus ditangani secara hati-hati. Timah juga
digunakan dalam pembuatan grenjeng rokok (timah putih), pada longsongan peluru (timah
hitam).

 Home

Home » Pertambangan » Profil Aluminium

Profil Aluminium
Irfan Hikari
Add Comment
Pertambangan
Monday, October 17, 2011

Aluminium (atau aluminum,alumunium,almunium,alminium) ialah unsur kimia. Lambang


aluminium ialah Al, dan nomor atomnya 13. Aluminium ialah logam paling berlimpah.

Aluminium bukan merupakan jenis logam berat, namun merupakan elemen yang berjumlah
sekitar 8% dari permukaan bumi dan paling berlimpah ketiga. Aluminium terdapat dalam
penggunaan aditif makanan, antasida, buffered aspirin, astringents, semprotan hidung,
antiperspirant, air minum, knalpot mobil, asap tembakau, penggunaan aluminium foil, peralatan
masak, kaleng, keramik , dan kembang api.

Aluminium merupakan konduktor listrik yang baik. Terang dan kuat. Merupakan konduktor
yang baik juga buat panas. Dapat ditempa menjadi lembaran, ditarik menjadi kawat dan
diekstrusi menjadi batangan dengan bermacam-macam penampang. Tahan korosi.

Aluminium digunakan dalam banyak hal. Kebanyakan darinya digunakan dalam kabel
bertegangan tinggi. Juga secara luas digunakan dalam bingkai jendela dan badan pesawat
terbang. Ditemukan di rumah sebagai panci, botol minuman ringan, tutup botol susu dsb.
Aluminium juga digunakan untuk melapisi lampu mobil dan compact disks.

Aluminium adalah logam yang berwaarna putih perak dan tergolong ringan yang mempunyai
massa jenis 2,7 gr cm –3.Sifat-sifat yang dimilki aluminium antara lain :

1. Ringan, tahan korosi dan tidak beracun maka banyak digunakan untuk alat rumah tangga
seperti panci, wajan dan lain-lain.
2. Reflektif, dalam bentuk aluminium foil digunakan sebagai pembungkus makanan, obat, dan
rokok.

3. Daya hantar listrik dua kali lebih besar dari Cu maka Al digunakan sebagai kabel tiang listrik.

4. Paduan Al dengan logam lainnya menghasilkan logam yang kuat seperti Duralium (campuran
Al, Cu, mg) untuk pembuatan badan peswat.

5. Al sebagai zat reduktor untuk oksida MnO2 dan Cr2O3.

Aluminium terdapat melimpah dalam kulit bumi, yaitu sekitar 7,6 %. Dengan kelimpahan
sebesar itu, aluminium merupakan unsur ketiga terbanyak setelah oksigen dan silikon, serta
merupakan unsur logam yang paling melimpah. Namun, Aluminium tetap merupakan logam
yang mahal karena pengolahannya sukar. Mineral aluminium yang bernilai ekonomis adalah
bauksit yang merupakan satu-satunya sumber aluminium. Kriloit digunakan pada peleburan
aluminium, sedang tanah liat banyak digunakan untuk membuat batu bata, keramik. Di
Indonesia, bauksit banyak ditemukan di pulau Bintan dan di tayan (Kalimantan Barat).

Pengolahan Alumininum

Aluminium dibuat menurut proses Hall-heroult yang ditemukan oleh Charles M. Hall di Amerika
Serikat dan Paul Heroult tahun 1886. Pengolahan aluminium dan bauksit meliputi 2 tahap :

1. Pemurnian bauksit untuk meperoleh alumina murni.

2. Peleburan / reduksi alumina dangan elektrolisis

Pemurnian bauksit melalui cara :

a. Ba direaksikan dengana NaOH(q) . Aluminium oksida akan larut membentuk NaCl(OH)4.

b. Larutan disaring lalu filtrat yang mengandung NaAl(OH)4 diasamkan dengan mengalirkan gas
CO2 Al mengendap sebagai Al(OH)3

c. Al(OH)3 disaring lalu dikeringkan dan dipanaskan sehingga diperoleh Al2O3 tak berair. Bijih
–bijih Aluminium yang utama antara lain:

- bauksit

- mika

- tanah liat

Peleburan Alumina

Peleburan ini menggunakan sel elektrolisis yang terdiri atas wadah dari besi berlapis grafit yang
sekaligus berfungsi sebagai katode (-) sedang anode (+) adalah grafit. Campuran Al2O3 dengan
kriolit dan AlF3 dipanaskan hingga mencair dan pada suhu 950 C kemudian dielektrolisis . Al
yang terbentuk berupa zat cair dan terkumpul di dasar wadah lalu dikeluarkan secara periodik ke
dalam cetakan untuk mendapat aluminium batangan (ingot). Anode grafit terus menerus
dihabiskan karena bereaksi dengan O2 sehingga harus diganti dari waktu ke waktu. Untuk
mendapat 1 Kg Al dihabiskan 0,44 anode grafit. 2Al2O3 +3C 4Al + 3CO2

Beberapa nijih Al yang utama :

1. Bauksit (Al2O3. 2H2O)

2. Mika (K-Mg-Al-Slilkat)

3. Tanah liat (Al2Si2O7.2H2O)

Aluminium ada di alam dalam bentuk silikat maupun oksida, yaitu antara lain :

- sebagai silikat misal feldspar, tanah liat, mika

- sebagai oksida anhidrat misal kurondum (untuk amril)

- sebagai hidrat misal bauksit

- sebagai florida misal kriolit.

Penggunaan Aluminium

Beberapa penggunaan aluminium antara lain:

1. Sektor industri otomotif, untuk membuat bak truk dan komponen kendaraan bermotor.

2. untuk membuat badan pesawat terbang.

3. Sektor pembangunan perumahan;untuk kusen pintu dan jendela.

4. Sektor industri makanan ,untuk kemasan berbagai jenis produk.

5. Sektor lain, misal untuk kabel listrik, perabotan rumah tangga dan barang kerajinan.

6. Membuat termit, yaitu campuran serbuk aluminium dengan serbuk besi (III) oksida,
digunakan untuk mengelas baja ditempat, misalnya untuk menyambung rel kereta api. Beberapa
senyawa Aluminium juga banyak penggunaannya, antara lain:

1. Tawas (K2SO4.Al2(SO4)3.24H2O)

Tawas mempunyai rumus kimia KSO4.AL2.(SO4)3.24H2O. Tawas digunakan untuk


menjernihkan air pada pengolahan air minum.

2. Alumina (Al2O3)

Alumin dibedakan atas alfa0allumina dan gamma-allumina. Gamma-alumina diperoleh dari


pemanasan Al(OH)3 di bawah 4500C. Gamma-alumina digunakan untuk pembuatan aluminium,
untuk pasta gigi, dan industri keramik serta industri gelas. Alfa-allumina diperoleh dari
pemanasan Al(OH)3 pada suhu diatas 10000C. Alfa-allumina terdapat sebagai korundum di alam
yang digunakan untuk amplas atau grinda. Batu mulia, seperti rubi, safir, ametis, dan topaz
merupakan alfa-allumina yang mengandung senyawa unsur logam transisi yang memberi warna
pada batu tersebut. Warna-warna rubi antara lain:

- Rubi berwarna merah karena mengandung senyawa kromium (III)

- Safir berwarna biru karena mengandung senyawa besi(II), besi(III) dan titan(IV)

- Ametis berwarna violet karena mengandung senyawa kromium (III) dan titan (IV)

- Topaz berwarna kuning karena mengandung besi (III)

Timah (perusahaan)
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

PT Timah (Persero) Tbk

Logo Timah
Jenis BUMN / Publik
Simbol saham IDX: TINS
Industri/jasa Pertambangan
Didirikan 1968
Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka
Kantor pusat
Belitung, Indonesia
Tokoh Insmerda Lebang (Presiden Komisaris)
penting Wachid Usman (Direktur Utama)
Produk Timah
Pemilik Pemerintah Indonesia
Situs web timah.com
PT Timah (Persero) Tbk atau disingkat PT TIMAH adalah Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang bergerak di bidang pertambangan atau eksplorasi timah. Perusahaan ini adalah
penghasil timah dunia terbesar pada tahun 2008.

Daftar isi
 1 Sejarah
 2 Logam timah
 3 Eksplorasi
 4 Penambangan Lepas Pantai
 5 Penambangan Darat
 6 Pengolahan
 7 Peleburan
 8 Distribusi dan Pemasaran
 9 Lihat pula
 10 Pranala luar

Sejarah
PT Timah (Persero) Tbk mewarisi sejarah panjang usaha pertambangan timah di Indonesia yang
sudah berlangsung lebih dari 200 tahun. Sumber daya mineral timah di Indonesia ditemukan
tersebar di daratan dan perairan sekitar pulau-pulau Bangka, Belitung, Singkep, Karimun dan
Kundur.

Di masa kolonial, pertambangan timah di Bangka dikelola oleh badan usaha pemerintah kolonial
"Banka Tin Winning Bedrijf" (BTW). Di Belitung dan Singkep dilakukan oleh perusahaan
swasta Belanda, masing-masing Gemeeenschappelijke Mijnbouw Maatschappij Biliton (GMB)
dan NV Singkep Tin Exploitatie Maatschappij (NV SITEM).

Setelah kemerdekaan R.I., ketiga perusahaan Belanda tersebut dinasionalisasikan antara tahun
1953-1958 menjadi tiga Perusahaan Negara yang terpisah. Pada tahun 1961 dibentuk Badan
Pimpinan Umum Perusahaan Tambang-tambang Timah Negara (BPU PN Tambang Timah)
untuk mengkoordinasikan ketiga perusahaan negara tersebut, pada tahun 1968, ketiga perusahaan
negara dan BPU tersebut digabung menjadi satu perusahaan yaitu Perusahaan Negara (PN)
Tambang Timah.

Dengan diberlakukannya Undang-undang No. 9 Tahun 1969 dan Peraturan Pemerintah No. 19
Tahun 1969, pada tahun 1976 status PN Tambang Timah dan Proyek Peleburan Timah Mentok
diubah menjadi bentuk Perusahaan Perseroan (Persero) yang seluruh sahamnya dimiliki oleh
Negara Republik Indonesia dan namanya diubah menjadi PT Tambang Timah (Persero).

Krisis industri timah dunia akibat hancurnya the International Tin Council (ITC) sejak tahun
1985 memicu perusahaan untuk melakukan perubahan mendasar untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Restrukturisasi perusahaan yang dilakukan dalam kurun 1991-1995,
yang meliputi program-program reorganisasi, relokasi Kantor Pusat ke Pangkalpinang,
rekonstruksi peralatan pokok dan penunjang produksi, serta penglepasan aset dan fungsi yang
tidak berkaitan dengan usaha pokok perusahaan.

Restrukturisasi perusahaan berhasil memulihkan kesehatan dan daya saing perusahaan,


menjadikan PT Timah (Persero) Tbk layak untuk diprivatisasikan sebagian. PT Timah (Persero)
Tbk melakukan penawaran umum perdana di pasar modal Indonesia dan internasional, dan
mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta, Bursa Efek Surabaya, dan the London Stock
Exchange pada tanggal 19 Oktober 1995. Sejak itu, 35% saham perusahaan dimiliki oleh
masyarakat dalam dan luar negeri, dan 65% sahamnya masih dimiliki oleh Negara Republik
Indonesia.

Untuk memfasilitasi strategi pertumbuhan melalui diversifikasi usaha, pada tahun 1998 PT
Timah (Persero) Tbk melakukan reorganisasi kelompok usaha dengan memisahkan operasi
perusahaan ke dalam 3 (tiga) anak perusahaan, yang secara praktis menempatkan PT Timah
(Persero) Tbk menjadi induk perusahaan (holding company) dan memperluas cakupan usahanya
ke bidang pertambangan, industri, keteknikan, dan perdagangan.

Saat ini PT Timah (Persero) Tbk dikenal sebagai perusahaan penghasil logam timah terbesar di
dunia dan sedang dalam proses mengembangkan usahanya di luar penambangan timah dengan
tetap berpijak pada kompetensi yang dimiliki dan dikembangkan.

Logam timah
Timah merupakan logam dasar terkecil yang diproduksi yaitu kurang dari 300.000 ton per tahun,
dibandingkan dengan produksi aluminium sebesar 20 juta ton per tahun.

Timah digunakan dengan berbagai cara di pabrik timah, solder dan pabrik kimia; mulai dari baju
anti api, sampai dengan pembuatan stabiliser pvc, pestisida dan pengawet kayu. Di pabrik timah
digunakan untuk kemasan bersaing dengan aluminium, namun pasar kemasan cukup besar bagi
keduanya dengan masing-masing keunggulannya. Kaleng lapis timah lebih kuat dari kaleng
aluminium, sehingga menjadi keunggulan bagi produk makanan kaleng.

Peningkatan terbesar dalam permintaan timah baru-baru ini adalah karena tekanan lingkungan
yang meminta pabrik solder memangkas kandungan lead pada solder, sehingga membuat
kandungan timah dalam solder meingkat dari 30% menjadi hampir 97% hal ini merupakan
peningkatan konsumsi yang besar.

Eksplorasi
Mulai tahun 1996, perusahaan menggunakan peralatan berteknologi modern yaitu Global
Positioning System (GPS) untuk melengkapi fasilitas kegiatan dan aktivitas eksplorasi. Hal ini
sangat membantu meningkatkan efisiensi dan keakuratan dari pemetaan dan pengukuran. Data
dari tes laboratorium dan GPS disimpan di dalam komputer untuk memproduksi dan
menghasilkan peta geologis yang sangat tinggi keakuratannya bagi pertambangan yang
sistematis dan efisien.
Penambangan Lepas Pantai
Perusahaan mengoperasikan armada kapal keruk untuk operasi produksi di daerah lepas pantai
(off shore). Armada kapal keruk mempunyai kapasitas mangkok (bucket) mulai dari ukuran 7
cuft sampai dengan 24 cuft. Kapal keruk dapat beroperasi mulai dari kedalaman 15 meter sampai
50 meter di bawah permukaan laut dan mampu menggali lebih dari 3,5 juta meter kubik material
setiap bulan. Setiap kapal keruk dioperasikan oleh karyawan yang berjumlah lebih dari 100
karyawan yang waktu bekerjanya terbagi atas 3 kelompok dalam 24 jam sepanjang tahun.

Hasil produksi bijih timah dari kapal keruk diproses di instalasi pencucian untuk mendapatkan
kadar minimal 30% Sn dan diangkut dengan kapal tongkang untuk dibawa ke Pusat Pengolahan
Bijih Timah (PPBT) untuk dipisahkan dari mineral ikutan lainnya selain bijih timah dan
ditingkatkan kadarnya hingga mencapai persyaratan peleburan yaitu minimal 70-72% Sn.

Penambangan Darat
Produksi penambangan darat yang berada di wilayah Kuasa Pertambangan (KP) perusahaan
dilaksanakan oleh kontraktor swasta yang merupakan mitra usaha dibawah kendali perusahaan.
Hampir 80% dari total produksi perusahaan berasal dari penambangan di darat mulai dari
Tambang Skala Kecil berkapasitas 20 m3/jam sampai dengan Tambang Besar berkapasitas 100
m3/jam.

Proses penambangan timah alluvial menggunakan pompa semprot (gravel pump).Setiap


kontraktor atau mitra usaha melakukan kegiatan penambangan berdasarkan perencanaan yang
diberikan oleh perusahaan dengan memberikan peta cadangan yang telah dilakukan pemboran
untuk mengetahui kekayaan dari cadangan tersebut dan mengarahkan agar sesuai dengan
pedoman atau prosedur pengelolaan lingkungan hidup dan keselamatan kerja di lapangan. Hasil
produksi dari mitra usaha dibeli oleh perusahaan sesuai harga yang telah disepakati dalam Surat
Perjanjian Kerja Sama.

Pengolahan
Untuk meningkatkan kadar bijih timah atau konsentrat yang berkadar rendah, bijih timah
tersebut diproses di Pusat Pencucian Bijih Timah (Washing Plant). Melalui proses tersebut bijih
timah dapat ditingkatkan kadar (grade) Sn-nya dari 20 - 30% Sn menjadi 72% Sn untuk
memenuhi persyaratan peleburan. Proses peningkatan kadar bijih timah yang berasal dari
penambangan di laut maupun di darat diperlukan untuk mendapatkan produk akhir berupa logam
timah berkualitas dengan kadar Sn yang tinggi dengan kandungan pengotor (impurities) yang
rendah.

Peleburan
Perusahaan mengoperasikan 12 tanur , 10 tanur berada di daerah Mentok, Bangka dan 2 tanur
berada di daerah Kundur. Proses peleburan merupakan proses melebur bijih timah menjadi
logam Timah. Untuk mendapatkan logam timah dengan kualitas yang lebih tinggi, maka harus
dilakukan proses pemurnian terlebih dahulu dengan menggunakan suatu alat pemurnian yang
disebut crystallizer.

Produk yang dihasilkan berupa logam timah dalam bentuk balok atau batangan dengan skala
berat antara 16 kg sampai dengan 26 kg per batang. Produk yang dihasilkan juga dapat dibentuk
sesuai permintaan pelanggan (customize) dan mempunyai merek dagang yang terdaftar di
London Metal Exchange (LME).

Distribusi dan Pemasaran


Kegiatan pemasaran mencakup kegiatan penjualan dan pendistribusian logam timah.
Pendistribusian logam timah hampir 95% dilaksanakan untuk memenuhi pasar di luar negeri atau
ekspor dan sebesar 5% untuk memenuhi pasar domestik. Negara tujuan ekspor logam Timah
antara lain adalah wilayah Asia Pasifik yang meliputi Jepang, Korea, Taiwan, Cina dan
Singapura, wilayah Eropa meliputi Inggris, Belanda, Perancis, Spanyol dan Italia serta Amerika
dan Kanada.

Tahap Proses Pengolahan Bijih Timah


Karakterisasi Bijih Timah
Bijih  timah yang ditambang di Indonesia umumnya adalah dari jenis endapan timah aluvial dan
sering disebut sebagai endapan timah sekunder atau disebut timah placer.  Jenis bijih timah ini
sudah terlepas dari endapan induknya yaitu timah primer, dan oleh air diendapkan kembali di
tempat lain yang lebih rendah.

Secara ekonomis, mineral penghasil timah putih adalah kasiterit dengan rumus kimia SnO2,
walaupun ada sebagian kecil timah yang dihasilkan dari sulfida seperti stanit, silindrit, frankeit,
kanfieldit dan tealit.

Mineral utama yang terkandung di dalam bijih timah adalah kasiterit, sedangkan mineral
ikutannya adalah pirit, kuarsa, zirkon, ilmenit, galena, bismut, arsenik, stibnit, kalkopirit,
xenotim, dan monasit.

Pengolahan Bijih Timah


Secara garis besar, pengolahan bijih timah menjadi logam timah dapat dilihat pada gambar di
bawah. Pengolahan terdiri dari operasi konsentrasi/mineral dressing, dan ekstraksi yaitu 
peleburan atau smelting dan pemurnian atau refining.
Diagram Alur Proses Pengolahan Bijih Timah

Tahap Konsentrasi
Tahap konsentrasi bijih timah merupakan operasi peningkatan kadar timah dengan menggunakan
peralatan seperti Jig Concentrator, palong dan meja goyang. Bijih timah yang diolah memiliki
kadar awal sekitar 30 sampai 65 persen Sn.

Setelah melalui operasi pemisahan, kadar timah minimum yang harus tercapai supaya dapat
dipergunakan sebagai umpan peleburan tahap pertama adalah sebesar 70 persen Sn.

Tahap Smelting
Proses smelting merupakan proses reduksi dari konsentrat bijih timah pada temparatur tinggi
menjadi logam timah. Prinsip reduksi adalah melepas ikatan oksigen yang terdapat mineral
kasiterit. Reduktor yang digunakan sebagai pereduksi adalah gas CO. Reaksi yang terjadi selama
proses smelting adalah:

SnO2 + CO = SnO + CO2

SnO + CO = Sn + CO2

Pada proses smelting  akan terbentuk lelehan terak dan timah yang tidak saling larut. Slag akan
mengikat pengotor-pengotor yang terdapat di dalam konsentrat. Pengotor yang paling banyak
terdapat di dalam konsentrat timah adalah unsur Fe.

Proses smelting ini terdiri dari dua tahapan. Peleburan tahap pertama adalah peleburan
konsentrat timah yang menghasilkan timah kasar atau crude tin dan terak I (slag). Kadar timah
dalam terak I ini adalah sekitar 20 persen. Tahap ini juga dikenal dengan sebutan peleburan
konsentrat timah karena umpan yang dilebur adalah konsentrat bijih timah.

Terak I kemudian dilebur kembali di peleburan tahap kedua. Peleburan pada tahap dua ini
menghasilkan senyawa Fe-Sn yang disebut hardhead dan terak II dengan kadar Sn kurang
daripada satu persen.  Hardhead menjadi bahan baku untuk peleburan tahap satu.

Tahap Refining
Crude tin dari proses peleburan tahap satu kemudian dibawa ke proses selanjutnya yaitu proses
pemurnian. Kandungan timah dalam crude tin adalah  Sn >90 persen dan sisanya adalah
pengotor seperti  As, Pb, Ag, Fe, Cu, dan Sb.

Pemurnian timah dari pengotornya dapat dilakukan dengan kettle refining, eutectic refining, serta
electrolytic refining. Pemilihan teknologi untuk proses pemurnian adalah berdasarkan tingkat
kemurnian logam timah yang diinginkan. Setelah melewati tahap refining ini, kemurnian logam
timah dapat mencapai 99,93 persen.

Metode pengolahan timah


24 Jan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber daya alam termasuk sumber
daya mineral logam. Kesadaran akan banyaknya mineral logam ini mendorong bangsa Indonesia
untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam tersebut secara efisien. Dalam pemanfaatanya,
tentu saja menggunakan berbagai metode dan teknologi sehingga dapat diperoleh hasil yang
optimal dengan hasil yang optimal dengan keuntungan yang besar, biaya produksi yang seminim
mungkin serta ramah lingkungan.
Pengolahan timah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat tidak lepas dari peran reaksi kimia
fisika. Pencucian maupun pemisahan pada timah merupakan nagian dari proses yang melibatkan
reaksi-reaksi kimia fisika.
Oleh karena itu, proses pemurnian timah untuk memperoleh hasil yang ekonomis perlu di kaji
dan dipelajari dari segi kimia fisika.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian tersebut diatas, tulisan ini secara khusus akan membahas
permasalahan :

1. Penjelasan dasar mengenai timah ?

2. Bagaimana cara pengolahan timah ?

1.3. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu intuk dapat memahami proses-proses yang dilakukan
untuk memperoleh timah yang ekonomis, mulai dari pencucian, pemisahan, pengolahan, sampai
pada pencatakan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Timah


Timah adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki symbol Sn (bahasa Latin:
stannum) dan nomor atom 50. Unsur ini merupakan logam miskin keperakan, dapat ditempa
(“malleable”), tidak mudah teroksidasi dalam udara sehingga tahan karat, ditemukan dalam
banyak aloy, dan digunakan untuk melapisi logam lainnya untuk mencegah karat. Timah
diperoleh terutama dari mineral cassiterite yang terbentuk sebagai oksida.
Timah adalah logam berwarna putih keperakan, dengan kekerasan yang rendah, berat jenis 7,3
g/cm3, serta mempunyai sifat konduktivitas panas dan listrik yang tinggi. Dalam keadaan normal
(13 – 1600C), logam ini bersifat mengkilap dan mudah dibentuk.
Timah terbentuk sebagai endapan primer pada batuan granit dan pada daerah sentuhan batuan
endapan metamorf yang biasanya berasosiasi dengan turmalin dan urat kuarsa timah, serta
sebagai endapan sekunder, yang di dalamnya terdiri dari endapan alluvium, elluvial, dan
koluvium.
2.2. Sifat dan Bentuk Timah

2.2.1. Sifat Timah


a. Timah termasuk golongan IV B dan mempunyai bilangan oksidasi +2 dan +4.
b. Timah merupakan logam lunak, fleksibel, dan warnanya abu-abu metalik.
c. Timah tidak mudah dioksidasi dan tahan terhadap korosi disebabkan
terbentuknya lapisan oksida timah yang menghambat proses oksidasi lebih jauh. Timah
tahan terhadap korosi air distilasi dan air laut, akan tetapi dapat diserang oleh asam kuat, basa,
dan garam asam. Proses oksidasi dipercepat dengan meningkatnya kandungan oksigen dalam
larutan.
d. Jika timah dipanaskan dengan adanya udara maka akan terbentuk SnO2.
e. Timah ada dalam dua alotrop yaitu timah alfa dan beta. Timah alfa biasa disebut timah abu-
abu dan stabil dibawah suhu 13,2 C dengan struktur ikatan kovalen seperti diamond. Sedangkan
timah beta berwarna putih dan bersifat logam, stabil pada suhu tinggi, dan bersifat sebagai
konduktor.
f. Timah larut dalam HCl, HNO3, H2SO4, dan beberapa pelarut organic seperti asam asetat asam
oksalat dan asam sitrat. Timah juga larut dalam basa kuat seperti NaOH dan KOH.
g. Timah umumnya memiliki bilangan oksidasi +2 dan +4. Timah(II) cenderung memiliki sifat
logam dan mudah diperoleh dari pelarutan Sn dalam HCl pekat panas.
h. Timah bereaksi dengan klorin secara langsung membentuk Sn(IV) klorida.
i. Hidrida timah yang stabil hanya SnH4.
2.2.2. Bentuk Timah

Unsur ini memiliki 2 bentuk alotropik pada tekanan normal. Jika dipanaskan timah abu-abu
(timah alfa) dengan struktur kubus berubah pada 13.2°C menjadi timah putih (timah beta) yang
memiliki struktur tetragonal. Ketika timah didinginkan pada suhu 13.2°C, ia pelan pelan berubah
dari putih menjadi abu-abu. Perubahan ini disebabkan ketidakmurnian ( impurities ) seperti
alumunium dan seng, dan dapat dicegah dengan menambahkan antimony atau bismut.
Jika dipanaskan dalam udara, timah membentuk Sn2, sedikit asam, dan membentuk stannate
salts dengan oksida.
2.3. Keberadaan Timah di Alam 
Timah tidak ditemukan dalam unsur bebasnya dibumi akan tetapi diperoleh dari senyawaannya.
Timah pada saat ini diperoleh dari mineral cassiterite atau tinstone. Cassiterite merupakan
mineral oksida dari timah SnO2, dengan kandungan timah berkisar 78%. Contoh lain sumber biji
timah yang lain dan kurang mendapat perhatian daripada cassiterite adalah kompleks mineral
sulfide yaitu stanite (Cu2FeSnS4) merupakan mineral kompleks antara tembaga-besi-timah-
belerang dan cylindrite (PbSn4FeSb2S14) merupakan mineral kompleks dari timbale-timah-besi-
antimon-belerang dua contoh mineral ini biasanya ditemukan bergandengan dengan mineral
logam yang lain seperti perak. Timah merupakan unsur ke-49 yang paling banyak terdapat di
kerak bumi dimana timah memiliki kandungan 2 ppm jika dibandingkan dengan seng 75 ppm,
tembaga 50 ppm, dan 14 ppm untuk timbal. Cassiterite banyak ditemukan dalam deposit
alluvial/alluvium yaitu tanah atau sediment yang tidak berkonsolidasi membentuk bongkahan
batu dimana dapat dapat mengendap di dasar laut, sungai, atau danau. Alluvium terdiri dari
berbagai macam mineral seperti pasir, tanah liat, dan batu-batuan kecil. Hampir 80% produksi
timah diperoleh dari alluvial/alluvium atau istilahnya deposit sekunder. Diperkirakan untuk
mendapatkan 1 Kg Cassiterite maka sekitar 7 samapi 8 ton biji timah/alluvial harus ditambang
disebabkan konsentrasi cassiterite sangat rendah.
Dibumi timah tersebar tidak merata akan tetapi terdapat dalam satu daerah geografi dimana
sumber penting terdapat di Asia tenggara termasuk china, Myanmar, Thailand, Malaysia, dan
Indonesia. Hasil yang tidak sebegitu banyak diperoleh dari Peru, Afrika Selatan, UK, dan
Zimbabwe.

2.4. Senyawa Timah


• Timah, Senyawaan yang terpenting adalah SnF2 dan SnCl2, yang diperoleh dengan pemanasan
Sn dengan hf dan hcl gas.
• Fluoridanya cukup larut dalam air dan digunakan dalam pasta gigi yang mengandung fluorida.
Air menghidrolisis SnCl2 menjadi klorida yang bersifat basa, tetapi dari larutan asam encer
SnCl2.2H2O dapat terkristalisasi. Kedua halidanya larut dalam larutan yang mengandung ion
halida berlebihan, jadi:
SnF2 + F- = SnF3- pK»1
SnCl2 + Cl- = SnCl3- pK»1
• Dalam larutan akua fluorida, SnF3- adalah spesies yang utama, tetapi ion-ion SnF+ dan
Sn2F5 dapat dideteksi.
• Halida larutan dalam pelarut donor seperti aseton, piridin, atau DMSO, menghasilkan adduct
peramidal, SnCl2OC(CH3)2.
• Ion Sn2+ yang sangat peka terhadap udara, terjadi dalam larutan asam perklorat, yang dapat
diperoleh dengan reaksi Cu(ClO4)2 + Sn Hg Cu + Sn2+ + 2 ClO4-.

2.5. Reaksi-reaksi Timah


Timah putih adalah timah yang mudah dibentuk. ada suhu 13,2°C, secara perlahan, timah putih
berubah menjadi tepung yang bewarna abu-abu yang disebut timah abu-abu. Bila timah putih
yang dipanaskan akan menjadi sangat rapuh yang disebut timah rapuh. Timah putih dipakai
sebagai pelapis kaleng agar mengkilap dan tahan korosi. Timah juga dipakai sebagai logam
campuran dalam perunggu (tembaga dan timah) dan sebagai logam solder (campuran timah
dengan timbal). Timah lebih mudah teroksidasi dibandingkan besi, sehingga tidak dapat dipakai
sebagai pelindung besi.
• Bilangan oksidasi timah dalam senyawa adalah +2 dan +4. Logam ini dapat teroksidasi oleh
asam yang bukan pengoksidasi menjadi +2.
Sn + 2HCl SnCl2 + H¬2
• Akan tetapi dengan pengoksidasi kuat, logam timah teroksidasi, menjdi +4.
Sn + 4 HNO3 SnO2 + 4NO2 + 2 H2O.
• Reaksi timah dengan Cl2 menghasilkan SnCl2.
Sn + Cl2 SnCl2
• Logam Sn larut dalam basa membentuk ion stannit, Sn(OH)42-
Sn + 2OH + 2H2O Sn(OH)42- + H2(Senyawa timah, seperti SnF2 dipakai dalam bahan pasta
gigi. Senyawa (C4H9)3SnO dipakai sebagai fungisida, yaitu zat pembasmi fungi (jamur).

2.6. Proses Pengolahan Timah


Timah diolah dari bijih timah yang didapatkan dari batuan atau mineral timah ( kasiterit SnO2 ).
Proses produksi logam timah dari bijinya melibatkan serangkaian proses yang terbilang rumit
yakni pengolahan mineral ( peningkatan kadar timah/proses fisik dan disebut juga upgrading ),
persiapan material yang akan dilebur, proses peleburan, proses refining dan proses pencetakan
logam timah. Pemakaian timah biasanya dalam bentuk paduan timah yang dikenal dengan nama
timah putih yakni campuran 80% timah, 11 % antimony dan 9% tembaga serta terkadang
ditambah timbal. Timah putih ini terutama dipakai untuk peralatan logam pelindung dan pipa
dalam industri kimia, industri bahan makanan dan untuk menyimpan bahan makanan.
Proses pengolahan timah ini bertujuan sesuai dengan namanya yaitu meningkatkan kadar
kandungan timah dimana Bijih timah diambil dari dalam laut atau lepas pantai dengan
penambangan atau pengerukan setelah itu dilakukan pembilasan dengan air atau washing dan
kemudian diisap dengan pompa. Bijih timah hasil dari pengerukan biasanya mengandung 20 – 30
% timah. Setelah dilakukan proses pengolahan mineral maka kadar kandungan timah menjadi
lebih dari 70 %, sedangkan bijih timah hasil penambangan darat biasanya mengandung kadar
timah yang sudah cukup tinggi >60%.
Adapun Proses pengolahan mineral timah ini meliputi banyak proses, yaitu :
• Washing atau Pencucian
Pencucian timah dilakukan dengan memasukkan bijih timah ke dalam ore bin yang berkapasitas
25 drum per unit dan mampu melakukan pencucian 15 ton bijh per jam. Di dalam ore bin itu
bijih dicuci dengan menggunakan air tekanan dan debit yang sesuai dengan umpan.
• Pemisahan berdasarkan ukuran atau screening/sizing dan uji kadar
Bijih yang didapatkan dari hasil pencucian pada ore bin lalu dilakukan pemisahan berdasarkan
ukuran dengan menggunakan alat screen,mesh, setelah itu dilakukan pengujian untuk
mengetahui kadar bijih setelah pencucian. Prosedur penelitian kadar tersebut adalah
mengamatinya dengan mikroskop dan menghitung jumlah butir dimana butir timah dan
pengotornya memiliki karakteristik yang berbeda sehinga dapat diketahui kadar atau jumlah
kandungan timah pada bijih.

• Pemisahan berdasarkan berat jenis


Proses pemisahan ini menggunakan alat yang disebut jig Harz.bijih timah yang mempunyai berat
jenis lebih berat akanj mengalir ke bawah yang berarti kadar timah yang diinginkan sudah tinggi
sedangkan sisanya, yang berkadar rendah yang juga berarti mengandung pengotor atau gangue
lainya seperti quarsa , zircon, rutile, siderit dan sebagainya akan ditampung dan dialirkan ke
dalam trapezium Jig Yuba.
• Pengolahan tailing
Dahulu tailing timah diolah kembali untuk diambil mineral bernilai yang mungkin masih tersisa
didalam tailing atau buangan. Prosesnya adalah dengan gaya sentrifugal. Namun saat ini proses
tersebut sudah tidak lagi digunakan karena tidak efisien karena kapasitas dari alat pengolah ini
adalah 60 kg/jam.
• Proses Pengeringan
Proses pengeringan dilakukan didalam rotary dryer. Prinsip kerjanya adalah dengan memanaskan
pipa besi yang ada di tengah – tengah rotary dryer dengan cara mengalirkan api yang didapat dari
pembakaran dengan menggunakan solar.
• Klasifikasi
Bijih – bijih timah selanjutnya akan dilakukan proses – proses pemisahan/klasifikasi lanjutan
yakni:
klasifikasi berdasarkan ukuran butir dengan screeningü
klasifikasi berdasarkan sifat konduktivitasnya dengan High Tension separator.ü
klasifikasi berdasarkan sifat kemagnetannya dengan Magnetic separator.ü
Klasifikasi berdasarkan berat jenis dengan menggunakan alat seperti shaking table , air table dan
multi gravity separator(untuk pengolahan terak/tailing).ü
• Pemisahan Mineral Ikutan
Mineral ikutan pada bijih timah yang memiliki nilai atau value yang terbilang tinggi seperti
zircon dan thorium( unsur radioaktif ) akan diambil dengan mengolah kembali bijih timah hasil
proses awal pada Amang Plant. Mula – mula bijih diayak dengan vibrator listrik berkecepatan
tinggi dan disaring/screening sehingga akan terpisah antara mineral halus berupa cassiterite dan
mineral kasar yang merupakan ikutan. Mineral ikutan tersebut kemudian diolah pada air table
sehingga menjadi konsentrat yang selanjutnya dilakukan proses smelting, sedangkan tailingnya
dibuang ke tempat penampungan. Mineral – mineral tersebut lalu dipisahkan dengan high
tension separator –pemisahan berdasarkan sifat konduktor – nonkonduktornya atau sifat
konduktivitasnya. Mineral konduktor antara lain: Cassiterite dan Ilmenite. Mineral nonconductor
antara lain: Thorium, Zircon dan Xenotime. Lalu masing – masing dipisahkan kembali
berdasarkan kemagnetitanya dengan magnetic separation sehingga dihasilkan secara terpisah,
thorium dan zircon.
• Proses pre-smelting
Setelah dilakukan proses pengolahan mineral dilakukan proses pre-smelting yaitu proses yang
dilakukan sebelum dilakukannya proses peleburan, misalnya preparasi material,pengontrolan dan
penimbangan sehingga untuk proses pengolahan timah akan efisien.
• Proses Peleburan ( Smelting )
Ada dua tahap dalam proses peleburan :
– Peleburan tahap I yang menghasilkan timah kasar dan slag/terak.
– Peleburan tahap II yakni peleburan slag sehingga menghasilkan hardhead dan slag II.
Proses peleburan berlangsung seharian –24 jam dalam tanur guna menghindari kerusakan pada
tanur/refraktori. Umumnya terdapat tujuh buah tanur dalam peleburan. Pada tiap tanur terdapat
bagian – bagian yang berfungsi sebagai panel kontrol: single point temperature recorder, fuel oil
controller, pressure recorder, O2 analyzer,multipoint temperature recorder dan combustion air
controller. Udara panas yang dihembuskan ke dalam mfurnace atau tanur berasal dari udara luar /
atmosfer yang dihisap oleh axial fan exhouster yang selanjutnya dilewatkan ke dalam regenerator
yang mengubahnya menjadi panas.
Tahap awal peleburan baik peleburan I dan II adalah proses charging yakni bahan baku –bijih
timah atau slagI dimasukkan kedalam tanur melalui hopper furnace. Dalam tanur terjadi proses
reduksi dengan suhu 1100 – 15000C.unsure – unsure pengotor akan teroksidasi menjadi senyawa
oksida seperti As2O3 yang larut dalam timah cair. Sedangkan SnO tidak larut semua menjadi
logam timah murni namun adapula yang ikut ke dalam slag dan juga dalam bentuk debu
bersamaan dengan gas – gas lainnya. Setelah peleburan selesai maka hasilnya dimasukkan ke
foreheart untuk melakukan proses tapping. Sn yang berhasil dipisahkan selanjutnya dimasukkan
kedalam float untuk dilakukan pendinginan /penurunan temperatur hingga 4000C sebelum
dipindahkan ke dalam ketel.sedangkan hardhead dimasukkan ke dalm flame oven untuk diambil
Sn dan timah besinya.
• Proses Refining ( Pemurnian )
– Pyrorefining
Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan panas diatas titik lebur sehingga material yang
akan direfining cair, ditambahkan mineral lain yang dapat mengikat pengotor atau impurities
sehingga logam berharga dalam hal ini timah akan terbebas dari impurities atau hanya memiliki
impurities yang amat sedikit, karena afinitas material yang ditambahkan terhadap pengotor lebih
besar dibanding Sn. Contoh material lain yang ditambahkan untuk mengikat pengotor: serbuk
gergaji untuk mengurangi kadar Fe, Aluminium untuk untuk mengurangi kadar As sehingga
terbentuk AsAl, dan penambahan sulfur untuk mengurangi kadar Cu dan Ni sehingga terbentuk
CuS dan NiS. Hasil proses refining ini menghasilkan logam timah dengan kadar hingga 99,92%
(pada PT.Timah). Analisa kandungan impurities yang tersisa juga diperlukan guina melihat
apakah kadar impurities sesuai keinginan, jika tidak dapat dilakukan proses refining ulang.
– Eutectic Refining
Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan crystallizer dengan bantuan agar parameter proses
tetap konstan sehingga dapat diperoleh kualitas produk yang stabil. Proses pemurnian ini
bertujuan mengurangi kadar Lead atau Pb yang terdapat pada timah sebagai pengotor
/impuritiesnya. Adapun prinsipnya adalah berhubungan dengan temperatur eutectic Pb- Sn, pada
saat eutectic temperature lead pada solid solution berkisar 2,6% dan aakan menurun bersamaan
dengan kenaikan temperatur, dimana Sn akan meningkat kadarnya. Prinsip utamnya adalah
dengan mempertahankan temperatur yang mendekati titik solidifikasi timah.
– Electrolitic Refining
Yaitu proses pemurnian logam timah sehingga dihasilkan kadar yang lebih tinggi lagi dari
pyrorefining yakni 99,99%( produk PT. Timah: Four Nine ). Proses ini melakukan prinsip
elektrolisis atau dikenal elektrorefining.Proses elektrorefining menggunakan larutan elektrolit
yang menyediakan logam dengan kadar kemurnian yang sangat tinggi dengan dua komponen
utama yaitu dua buah elektroda –anoda dan katoda –yang tercelup ke dalam bak
elektrolisis.Proses elektrorefining yang dilakukan PT.Timah menggunakan bangka four nine
(timah berkadar 99,99% ) yang disebut pula starter sheetsebagai katodanya, berbentuk plat tipis
sedangkan anodanya adalah ingot timah yang beratnya berkisar 130 kg dan larutan elektrolitnya
H2SO4. proses pengendapan timah ke katoda terjadi karena adanya migrasi dari anoda menuju
katoda yang disebabkan oleh adanya arus listrik yang mengalir dengan voltase tertentu dan tidak
terlalu besar.
• Pencetakan
Pencetakan ingot timah dilakukan secara manual dan otomatis. Peralatan pencetakan secara
manual adalah melting kettle dengan kapasitas 50 ton, pompa cetak and cetakan logam. Proses
ini memakan waktu 4 jam /50 ton, dimana temperatur timah cair adalah 2700C. Sedangkan
proses pencetakan otomatis menggunakan casting machine, pompa cetak, dan melting
kettleberkapasitas 50 ton dengan proses yang memakan waktu hingga 1 jam/60 ton.
Langkah – langkah pencetakan:
1. Timah yang siap dicetak disalurkan menuju cetakan.
2. Ujung pipa penyalur diatur dengan menletakkannya diatas cetakan pertama pada serinya,
aliran timah diatur dengan mengatur klep pada piapa penyalur.
3. Bila cetakan telah penuh maka pipa penyalur digeser ke cetakan berikutnyadan permukaan
timah yang telah dicetak dibersihkan dari drossnya dan segera dipasang capa pada permukaan
timah cair.
4. Kecepatan pencetakan diatur sedemikian rupa sehingga laju pendinginan akan merata
sehingga ingot yang dihasilkan mempunyai kulitas yang bagus atau sesuai standar.
5. Ingot timah ynag telah dingin disusun dan ditimbang.

2.7. Kegunaan Timah


Data pada tahun 2006 menunjukkan bahwa logam timah banyak dipergunakan untuk
solder(52%), industri plating (16%), untuk bahan dasar kimia (13%), kuningan & perunggu
(5,5%), industri gelas (2%), dan berbagai macam aplikasi lain (11%).
Akibat dari petumbuhan permintaan, kegunaan baru dari timah ditemukan. Masalah lingkungan,
keselamatan dan kesehatan mempengaruhi kegunaan timah. Hasil dari riset yang sedang
dilakukan di Internatioanal Tin Research Institude Ltd., lembaga yang dibiayai industri, banyak
pasar baru untuk timah sedang dikembangkan.
• Timah dalam kimia
Industri kimia adalah konsumen timah yang paling cepat berkembang. Permintaan sangat kuat
untuk peralatan rumah tangga dan cat industri, pada plastik dan lapisan tanpa belerang yang
digunakan industri teknik (tembaga, perunggu dan fosfor perunggu diantara yang lainnya).
Contoh aplikasi komersil adalah pelapisan timah pada kawat dan kabel tembaga dan pembuatan
bentuk-bentuk timah tempa.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
• Timah adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki symbol Sn (bahasa
Latin: stannum) dan nomor atom 50. Unsur ini merupakan logam miskin keperakan, dapat
ditempa (“malleable”), tidak mudah teroksidasi dalam udara sehingga tahan karat, ditemukan
dalam banyak aloy, dan digunakan untuk melapisi logam lainnya untuk mencegah karat. Timah
diperoleh terutama dari mineral cassiterite yang terbentuk sebagai oksida.
• Adapun Proses pengolahan mineral timah ini meliputi banyak proses, yaitu :
o Proses Pengolahan Mineral Timah
Washing atau Pencucian§
Pemisahan berdasarkan ukuran atau screening/si§zing dan uji kadar
Pemisahan berdasarkan berat jenis§
Pengolahan tailing§
Proses Pengeringan§
Klasifikasi timah§
Pemisahan Mineral Ikutan§
o Proses pre-smelting
o Proses Peleburan ( Smelting )
o Proses Refining ( Pemurnian )
Pyrorefining§
Eutectic Refining§
Electrolitic Refining§
o Pencetakan
• Adapun manfaat timah dalam kehidupan sehari-hari yaitu digunakan sebagai pelapis dalam
kaleng kemasan makanan, digunakan dalam pembuatan bola lampu, sampai pada penggunaan
pada alat-alat olah raga.

DAFTAR PUSTAKA

http://revival44.wordpress.com/2010/03/02/logam-besi/
http://metal-hamzah.blog.friendster.com/2008/04/pengolahan-bijih-timah/
http://moslemchemistry.blogspot.com/2011/04/besi.html
http://www.encangirul.com/2011/04/proses-ekstraksi-timah-dari-ore.html
http://www.chem-is-try.org/
http://rimayantisihite.blogspot.com/2011/03/timah.html
http://www.ypb97.com/2010/02/proses-pemurnian-mineral.html

Anda mungkin juga menyukai