PEMBAHASAN
9
1. Crushing
Kominusi merupakan proses mereduksi bahan galian menjadi
ukuran yang lebih kecil, hal ini bertujuan untuk memisahkan mineral
berharga dengan pengotornya. Pada proses pengolahan tembaga ini
proses mereduksi mineral bijih dari hasil penambangan adalah dengan
menggunakkan mesin Crusher seperti Cone Crusher, Gyratory crusher
dll. Pada proses ini bijih tembaga dihancurkan menjadi ukuran sekitar
kurang lebih 20-30 mm
2. Grinding
Setelah bijih melewati tahap penggerusan, bijih tersebut masuk ke
tahap selanjutnya yaitu proses penggilingan (grinding) untuk
memperoleh ukuran lebih kecil lagi sehingga optimal pada proses
selanjutnya. Pertambangan tembaga jenis sulfida, penggilingan selalu
dilakukan dengan keadaan basah agar mempermudah proses flotasi.
Mesin penggilingan yang biasa digunakan antara lain autogenous mill
dan Ball mill. Pada proses grinding ini bijih tembaga di hancurkan
hingga ukuran kurang lebih 200 mesh.
10
3. Konsentrasi (Flotasi)
11
pemanggangan (roasting) adalah proses pengolahan bijih yang
melibatkan pemanasan bijih tersebut di udara. Padatan bijih akan bereaksi
dengan udara pada suhu tinggi. Umumnya, reaksi yang dilakukan adalah
oksidasi logam sulfida menjadi logam oksida dan sulfur dioksida. Dari proses
konsentrasi diatas maka bahan tersebut dipanggang (roasting) untuk
mengubah besi sulfida menjadi besi oksida, sedangkan tembaga tetap sebagai
sulfida melalui reaksi :
CuFeS2+ 9O2 ----> 2Cu2S+ 2Fe2O3+ 6SO2
Diubahnya besi sulfida menjadi besi oksida adalah agar pada proses
selanjutnya yaitu smelting atau peleburan, tembaga sulfida akan mencair
meninggalkan besi oksida yang bertitik cair lebih tinggi dan akan
ditinggalkan sebagai terak pengotor, sedangkan tembaga yang telah mencair
akan turun kebawah karena berat jenis tembaga yang lebih tinggi dari besi
oksida. Reaksi ini pada umumnya dilakukan pada suhu sekitar 500 derajat
celcius. Pada proses ini kadar tembaga mengalami peningkatan sekitar 40 -
50%
3.1.3 Peleburan
12
Copper matte dipisahkan dari terak berdasarkan perbedaan gravitasi.
Selanjutnya copper matte dipindahkan ke dalam tungku Bassemer Converter
dan secara bersamaan ditiupkan udara sehingga terjadi reaksi redoks yang
menghasilkan tembaga lepuh atau blister copper dengan kadar sekitar 98,9%.
14
Gambar 3.7 Diagram alir Pengolahan Tembaga.
Sumber: (prosidingseminarnasionalteknikkimiaUPN)
3.2 Dampak Akibat Proses Pyrometallurgy
Proses pengolahan bijih tembaga dengan metode Pyrometallurgy ini
memiliki limbah yang dapat berbahaya bagi manusia dan lingkungan sektar yaitu
gas sulfur dioksida (SO2). Gas ini memiliki dampak yang sangat buruk bagi
lingkungan sekitar apabila tidak ditangani dengan baik. Beberapa dampak yang
diakibatkan oleh gas SO2 ini yaitu Menyebabkan iritasi pada system pernafasan,
seperti pada slaput lender hidung, tenggorokan dan saluran udara di paru-paru,
Dapat membunuh jaringan pada daun, Menyebabkan hujan asam dsb.
Selain gas SO2, Namun limbah tersebut apabila diolah dengan baik dapat
menghasilkan produk sampingan yang dapat bermanfaat seperti pengolahan gas
SO2 menjadi asam sulfat sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku pupuk
dan lain sebagainya.
15
Gambar 3.9 Pupuk yang dihasilkan dari pengolahan gas SO2
Sumber: (https://www.scribd.com)
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil Pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
16
DAFTAR PUSTAKA
Untung Sukamto. 2015, “ Proses Pengolahan dan Pemurnian Bijih Tembaga dengan
cara Konvensional dan Biomining” UPN Veteran Yogyakarta.
Caturindo P dkk. 2017, “ Bioleaching pada Tembaga “ Jurusan Biologi Fakultas Sains
dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
http://mheea-nck.blogspot.com/2010/06/ekstraksi-metalurgi.html
http://bungarampaitebu.blogspot.com/2016/04/nyoba-posting.html
https://www.ilmukimia.org/2013/05/ekstraksi-tembaga.html
https://belajarmetalurgi.blogspot.com/2011/02/tugas-pirometalurgi.html
17