Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PROSES PEMANFAATAN BIJIH TEMBAGA MENJADI TEMBAGA MURNI

Disusun untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Pemanfaatan dan Konservasi Sumber Daya Alam
(TKK3265)

Disusun Oleh:
ANNISA SALSABILA
19/440281/TK/48608

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2022
A. PENAMBANGAN BIJIH TEMBAGA
Bijih tembaga yang terdapat di alam, umumnya berwujud copper oxide atau copper sulfide,
mengandung tembaga murni dengan kadar 1%. Melalui pemrosesan, hasil akhir tembaga yang
diperoleh berupa lembaran dengan kemurnian 99,99% yang biasa disebut katoda. Katoda ini yang
kemudian dimanfaatkan untuk pembuatan produk sehari-hari. Pemrosesan bijih tembaga berupa
copper oxide menggunakan metode hidrometalurgi, sedangkan copper sulfide menggunakan
pirometalurgi dikarenakan perbedaan zat kimia yang dikandung keduanya.
Bijih tembaga copper oxide berjumlah lebih banyak di dekat permukaan, diklasifikasikan
sebagai bijih level rendah, dengan konsentrasi tembaga yang lebih rendah. Dengan demikian,
untuk memperoleh konsentrasi tembaga murni tertentu, pemrosesan copper oxide
membutuhkanbijih lebih banyak, namun dengan biaya yang lebih rendah. Sedangkan bijih tembaga
copper sulfide berjumlah lebih sedikit di dekat permukaan, namun memiliki konsentrasi tembaga
yang lebih tinggi. Dengan demikian, untuk memperoleh konsentrasi tembaga murni tertentu,
pemrosesan copper sulfide membutuhkan bijih yang lebih sedikit, namun dengan biaya yang lebih
mahal. Pertimbangan terkait pemrosesan mana yang lebih menguntungkan dilakukan oleh
perancang penambangan.

Gambar 1. Pemrosesan Bijih Tembaga Oksida dan Sulfida menjadi Tembaga Kemurnian
99,99%
Sumber: superfund.arizona.edu
Langkah pertama dari pemrosesan bijih tembaga sama untuk kedua jenis bijih tembaga,
yaitu penambangan dan transportasi. Penambangan bijih tembaga biasanya dilakukan dengan
penambangan terbuka (open-pit mining), yakni beberapa stepped benches digali lebih dalam dan
semakin dalam seiring waktu. Untuk mengambil bijih, seperangkat mesin digunakan untuk
melubangi batuan keras, lalu bahan peledak disisipkan dalam lubang bor untuk meledakkan dan
memecahkan batuan. Hal ini menghasilkan batuan-batuan besar yang siap diangkat oleh truk,
konveyor, kereta, maupun shuttle car menuju primary crusher untuk mengecilkan ukuran bijih
dari semula seukuran boulder menjadi batuan sebesar bola golf.

1
B. PEMROSESAN BIJIH TEMBAGA
1. Hidrometalurgi
Copper oxide umumnya diproses menggunakan hidrometalurgi. Proses ini
menggunakan larutan berbasis air untuk mengekstrak dan memurnikan tembaga dari bijih
copper oxide pada suhu ruang, biasanya melalui tiga tahapan: heap leaching, ekstraksi solven,
dan electrowinning.
a. Heap Leaching
Proses ini biasa digunakan untuk bijih dengan kemurnian rendah yang secara
ekonomis, tidak baik apabila pemrosesannya menggunakan penggilingan. Jadi, setelah
penambangan, transportasi, dan penghancuran menjadi batuan sebesar bola golf, bijih
ditumpuk di atas lapisan yang tidak dapat ditembus (impenetrable) dan agak miring.
Reagen leacing (asam sulfat dilute) disemprotkan di bagian atas tumpukan lalu mengalir
turun melalui tumpukan sembari melarutkan tembaga dari bijih. Larutan hasil leaching ini
dikumpulkan dalam kolam kecil. Tembaga yang kita peroleh melalui proses ini biasanya
memiliki konsentrasi 60% – 70%.
b. Ekstraksi Solven
Dua cairan yang tidak saling melarutkan (immiscible) diaduk dan dibiarkan
untuk terpisah, menyebabkan tembaga bergerak dari satu cairan ke cairan yang lain.
Larutan hasil leaching dari proses ini dicampur dengan solven. Tembaga kemudian
berpindah dari larutan hasil leaching menuju solven. Dua cairan tadi akhirnya terpisah
berdasarkan solubilitas (kelarutan), dengan tembaga yang sudah berada di solven dan
residu (impurities) tertinggal di larutan hasil leaching. Larutan hasil leaching sisa ini
ditambah asam lalu dialirkan penyemprot pada proses heap leaching.

Gambar 2. Heap Leaching dan Ekstraksi Solven


Sumber: superfund.arizona.edu

2
c. Electrowinning
Proses ini merupakan salah satu tipe elektrolisis. Arus listrik mengalir melalui
anoda inert (elektroda positif) dan larutan tembaga dari langkah sebelumnya yang berperan
sebagai elektrolit. Ion tembaga positif (kation) keluar dari larutan dan menempel pada
katoda (elektroda negatif) sebagai tembaga 99,99%.

Gambar 3. Electrowinning
Sumber: superfund.arizona.edu
2. Pirometalurgi
Proses ekstraksi dan purifikasi (pemurnian) logam menggunakan aplikasi panas. Proses
ini menggunakan beberapa langkah fisis dan suhu tinggi untuk mengekstrak dan memurnikan
tembaga dari bijih copper sulfide. Pemrosesan ini melalui 4 tahap: froth flotation, penebalan,
smelting, dan elektrolisis.
a. Froth Flotation
Setelah tahap penambangan, transportasi, dan penghancuran menjadi seukuran bola
golf, bijih diproses lanjutan pada mill yang menggunakan penghancur sekunder. Bijih
seukuran bola golf dikecilkan ukurannya dengan penghancur menjadi kerikil, hingga
akhirnya menjadi pasir. Setelah bijih tembaga hancur, cairan ditambahkan untuk membuat
slurry (gangue). Slurry kemudian dimasukkan dalam tangki dan proses lanjutan froth
flotation digunakan untuk memisahkan mineral tembaga dari gangue. Reagen kimia
ditambahkan pada slurry yang mengikat partikel tembaga untuk membuatnya hidrofobik.
Pipa digunakan untuk meniupkan udara dari bagian bawah tangki untuk membentuk
gelembung udara yang akan naik ke permukaan sembari membawa partikel copper sulfide.
b. Penebalan
Buih-buih pada bagian atas tangki dituangkan ke tangki-tangki besar bernama
thickener. Gelembung udara pecah dan padatan dalam larutan buih akan turun dan berada
di bagian bawah tangki. Padatan ini kemudian disaring untuk menghilangkan air berlebih
yang dapat digunakan kembali pada pemrosesan tambahan bijih sulfida. Produk final dari

3
proses ini adalah kombinasi 30% tembaga dan logam lain, konsentrasi tembaga dikirim
menuju smelter.
c. Smelting
Pada smelter, suhu tinggi digunakan untuk memurnikan bijih melalui beberapa
tahap. Konsentrat tembaga mulanya dikirim menuju furnace untuk dipanaskan dengan
suhu 2300 0F dan dikonversi menjadi lelehan. Cairan yang dipanaskan ini selanjutnya
dituang pada furnace slag-settling. Hasil furnace ini mengandung 58% – 60% tembaga.
Hasil furnance kemudian dimasukkan dalam furnace lain yang disebut converter untuk
membakar besi dan sulfur yang terrsisa. Produk disebut sebagai tembaga blister yang
mengandung 98% tembaga, lalu dibawa menuju anoda smelter. Tembaga blister berwarna
kuning, yang ketika oksigen dalam tembaga dibakar menggunakan anoda smelter, berubah
menjadi biru-hijau.
d. Elektrolisis
Anoda digantung dalam tangki besar yang penuh dengan larutan elektroda
tembaga sulfat dan asam sulfat. Lembaran tipis tembaga murni, yang disebut katoda,
digantung di antara anoda. Arus listrik diberikan sehingga ion tembaga positif (kation)
meninggalkan anoda (elektroda positif) dan bergerak dalam larutan elektrolit menuju
katoda (elektroda negatif). Logam lain dan kotoran (impurities) juga meninggalkan anoda
tetapi mengendap di bawah tangki atau tetap berada di larutan elektrolit. Setelah kurang-
lebih 14 hari elektrolisis, anoda perlahan menghilang dan katoda tembaga kini memiliki
kemurnian 99,99%. Katoda dikeluarkan dari tangki, lalu dibersihkan dengan air untuk
mencegah reaksi lanjutan.

Gambar 4. Elektrolisis
Sumber: superfund.arizona.edu

4
C. DIAGRAM PEMROSESAN BIJIH TEMBAGA MENJADI TEMBAGA MURNI OLEH
THE SEPON COPPER PROJECT

Gambar 5. Diagram Proses Alir Tembaga Sepon


Sumber: Sherrit, dkk. (2005)
Unit proses Tembaga Sepon ini didesain untuk memproduksi katoda tembaga dari deposit
mineral tembaga sekunder, terutama kalkosit. Bijih mineral ini dihancurkan lalu digiling dalam
larutan asam. Bijih hasil penggilingan ini di-leaching untuk memperoleh tembaganya melalui
serangkaian tangki berpengaduk. Residu dari leaching pada tekanan atmosferis ini mengalami
penebalan dan larutan hasil leaching (pregnant leach solution atau PLS) yang mengalir secara
overflow dari thickener diproses melalui ekstraksi solven untuk mendapatkan tembaga. Sedangkan
aliran residu padatan dicuci secara counter-current pada sirkuit dekantasi, pirit terapung dari residu,
sebelum dibuang ke fasilitas penyimpan tailing. Konsentrat pirit direaksikan melalui oksidasi
bertekanan untuk memproduksi asam sulfat dan ion besi (ferric) yang akan digunakan untuk
leaching tembaga.
Pada tahapan leaching atmosferik, sekitar 90% tembaga berhasil diekstrak dari bijih.
Leaching ini menggunakan asam sulfat dan kecepatan reaksinya ditingkatkan secara signifikan
oleh keberadaan ion besi (ferric). Leaching tembaga mengikuti persamaan reaksi berikut.

5
Gambar 6. Reaksi Kimia Leaching Tembaga
Sumber: Sherrit, dkk. (2005)
Ferric sulfat, terkonsumsi melalui reaksi leaching tembaga, diregenerasi dengan adanya
oksigen. Autoclave vent gas dan udara disemprotkan ke dalam tangki leaching atmosferis untuk
mendapatkan senyawa tersebut.

Gambar 7. Reaksi Regenerasi Ferric Sulfat


Sumber: Sherrit, dkk. (2005)
Residu dari leaching atmosferis diapungkan untuk mendapatkan kembali tembaga sulfida
yang belum bereaksi dan pirit. Reaksi oksidasi atau leaching utama yang terjadi di dalam autoklaf
adalah sebagai berikut.

Gambar 8. Reaksi Oksidasi atau Leaching dalam Autoklaf


Sumber: Sherrit, dkk. (2005)
Larutan ferrous sulfat yang dipompa ke dalam autoklaf untuk mempertahankan suhu operasi
dioksidasi menjadi ferric sulfat.

Gambar 9. Oksidasi Ferrous Sulfat


Sumber: Sherrit, dkk. (2005)

6
DAFTAR PUSTAKA

Sherrit, R., Pavlides, A. G., dan Weekes, B. L., 2005, “Design and Commissioning of the Sepon Copper
Pressure Oxidation Circuit”, First Extractive Metallurgy Operators’ Conference.

Superfund Research Center University of Arizona, 2022, “Copper Mining and Processing: Processing
Copper Ores”, https://superfund.arizona.edu/resources/learning-modules-english/copper-mining-
and-processing/processing-copper-ores

Anda mungkin juga menyukai