Anda di halaman 1dari 6

UJI PEMAHAMAN MATERI

PERTEMUAN 1 : PENGENALAN BAHAN / MATERIAL


Mata Kuliah Sistem Perawatan Mesin
Dosen Pengampu: Muhamad Cahyadi, S.T.,M.T.
Nama : Akbar Sari Ajung
NIM : 201010350002
Mata Kuliah : Sistem Perawatan Mesin
Dosen : Muhamad Cahyadi, S.T.,M.T.
)* : Diisi oleh Mahasiswa

PETUNJUK:
 Bacalah materi pertemuan ke-1 dengan topik: “Pengenalan Bahan / Material”.
 Jawablah pertanyaan di bawah ini secara berurutan.
 Kirimkan ke Uji Pemahaman Materi.

PERTANYAAN:

1. Sebutkan dan jelaskan tujuan pengujian mekanis ?


2. Sebutkan dan jelaskan sifat mekanis, fisik dan kimia material ?
3. Sebut dan jelaskan pengaplikasian dari logam bukan besi (min. 3) ?
4. Jelaskan urutan pembuatan alumunium, nikel dan tembaga ?
5. Sebut dan jelaskan tentang baja karbon ?

Jawaban :
1. Untuk mendapatkan sifat-sifat mekanik suatubahan, yaitu kelakuan atau respon
material terhadap pembebanan mekanik.
Pengujian mekanik terdiri dari :
•Pengujian tarik
•Pengujian kekerasan
•Pengujian tumbuk
•Pengujian kelelahan
•Pengujian mulur

2. Sifat Mekanik. Sifat mekanik material, diartikan sebagai respon ataupun


perilaku yang ditunjukkan oleh suatu material tertentu terhadap pembebanan
yang diberikan, yang berupa gaya, torsi atau gabungan keduanya. Pada
prakteknya pembebanan pada material sendiri akan terbagi dua, yaitu
pembebanan statik dan pembebanan dinamik. Perbedaan antara keduanya hanya
pada fungsi waktu dimana beban statik tidak dipengaruhi oleh fungsi waktu
sedangkan beban dinamik dipengaruhi oleh fungsi dan waktu.
Sifat Fisik. Sifat fisik adalah material yang bukan disebabkan oleh pembebanan
seperti pengaruh pemanasan, pendinginan dan pengaruh arus listrik yang lebih
mengarah pada struktur material. Contoh : temperatur cair, konduktivitas panas
dan panas spesifik.

Sifat kimia. Sifat kimia atau teknologi yaitu kemampuan material untuk dibentuk
atau diproses. Sifat kimia termasuk ke dalam sifat instrinsik. Contoh kereaktifan
zat, proses perkaratan.

3. Ikatan ion (Ikatan ion (atau ikatan elektrokovalen) adalah jenis ikatan
kimia yang dapat terbentuk antara ionion logam dengan non-logam (atau ion
poliatomik seperti amonium) melalui gaya tarik-menarik elektrostatik. Dengan
kata lain, ikatan ion terbentuk dari gaya tarik-menarik antara dua ion yang
berbeda muatan.) - Ikatan kovalen (Ikatan kovalen adalah sejenis ikatan kimia
yang dikarakterisasikan oleh pasangan elektron yang saling terbagi (kongsi
elektron) di antara atom-atom yang berikatan.) - Ikatan logam natrium (Logam
cenderung memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi sehingga memberikan
kesan kuatnya ikatan yang terjadi antara atom-atomnya.)

4. Aluminium dengan proses brayer:

a. Tahap ekstraksi atau tahap digestion merupakan tahap pertama dalam


proses Bayer. Bauksit dan natrium hidroksida diumpankan secara
terpisah ke dalam autoclaves, tubular reactor, dan steel vessel. Kondisi
operasi tahap ini adalah pada temperatur 140 oC dan tekanan 34 atm.
Alumina hidrat yang terdapat di dalam bauksit larut di dalam natrium
hidroksida dan menghasilkan natrium aluminat (NaAlO2).

b. Tahap kedua dari proses Bayer adalah tahap pemisahan natrium aluminat
dengan red mud. Larutan natrium aluminat difiltrasi untuk memisahkan
red mud. Red mud ditambahkan flokulan untuk meningkatkan settling
rate, kemudian dipindahkan dengan menggunakan thickener yang
berdiameter besar. Partikel – partikel padat yang terkandung dalam red
mud dipisahkan dengan filter press. Sedangkan, aluminium yang masih
terdapat di dalam red mud didaur ulang dengan menggunakan counter
current 18 decantation. Red mud ditambah dengan kapur (Ca(OH)2)
untuk causticization supaya terbentuk natrium hidroksida dan kalsium
karbonat.

c. Presipitasi dilakukan untuk memisahkan aluminium hidroksida


(Al(OH)3). Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah : NaAlO2 + 2 H2O
→ Al(OH)3 + NaOH Presipitasi Al(OH)3 tidak terjadi dengan
sendirinya, sehingga presipitasi dilakukan dengan cara menambahkan
kristal aluminium hidroksida untuk menginisiasi presipitasi

Nikel
1. Kominusi suatu proses untuk mengubah ukuran suatu bahan galian
menjadi lebih kecil, hal ini bertujuan untuk memisahkan atau melepaskan
bahan galian tersebut dari mineral pengotor yang melekat bersamanya.
2. Sizing merupakan proses pemilahan bijih yang telah melalui proses
kominusi sesuai ukuran yang dibutuhkan. Kegiatan Sizing meliputi
Screening yaitu Salah satu pemisahan berdasarkan ukuran adalah proses
pengayakan (screening).
3. Drying proses untuk membuang seluruh kandung air dari padatan yang
berasal dari konsentrat dengan cara penguapan (evaporization/
evaporation).
4. Calcining tujuannya untuk menghilangkan kandungan air di dalam bijih,
mereduksi sebagian nikel oksida menjadi nikel logam, dan sulfidasi.
Setelah proses drying, bijih nikel yang tersimpan di gudang bijih kering
pada dasarnya belumlah kering secara sempurna, karena itulah tahapan
ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan air bebas (Moisture
Content) dan air kristal (Crystalized Water) yang biasa dijumpai adalah
Serpentine (3MgO.2SiO2.2H2O) dan Goethite (Fe2O3.H2O) serta
mereduksi nikel oksida menjadi nikel logam. Proses ini berlansung dalam
tanur reduksi. Bijih dari gudang dimasukkan dalam tanur reduksi dengan
komposisi pencampuran menggunakan ratio tertentu untuk menghasilkan
komposisi silika magnesia dan besi yang sesuai dengan operasional tanur
listrik. Selain itu dimasukkan pula batubara yang berfungsi sebagai bahan
pereduksi pada tanur reduksi maupun pada tanur pelebur.
5. Peleburan di tanur listrik untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/ reduksi
sehingga terbentuk fasa lelehan matte dan Slag. Kalsin panas yang keluar
dari tanur reduksi sebagai umpan tanur pelebur dimasukkan kedalam
surge bin lalu kemudian dibawa dengan transfer car ke tempat
penampungan. Furnace bertujuan untuk melebur kalsin hingga terbentuk
fase lelehan matte dan slag. Dinding furnace dilapisi dengan batu tahan
api yang didinginkan dengan media air melalui balok tembaga. Matte dan
slag akan terpisah berdasarka berat jenisnya. Slag kemudian diangkut
kelokasi pembuangan dengan kendaraan khusus.
6. Pengkayaan di tanur pemurni untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte
dari sekitar 27 persen menjadi di atas 75 persen. Matte yang memiliki
berat jenis lebih besar dari slag diangkut ke tanur pemurni / converter
untuk menjalani tahap pemurnian dan pengayaan. Proses yang terjadi
dalam tanur pemurni adalah peniupan udara dan penambahan sililka.
Silika ini akan mengikat besi oksida dan membentuk ikatan yang
memiliki berat jenis lebih rendah dari matte sehingga menjadi mudah
untuk dipisahkan.
7. Granulasi dan pengemasan mengubah bentuk matte dari logam cair
menjadi butiran-butiran yang siap diekspor setelah dikeringkan dan
dikemas. Matte dituang kedalam tandis sembari secara terus menerus
disemprot dengan air bertekanan tinggi. Proses ini menghasilkan nikel
matte yang dingin yang berbentuk butiran-butiran halus. Butiran-butiran
ini kemudian disaring, dikeringkan dan siap dikemas.
8. Penggunaan Nikel digunakan dalam: campuran logam-logam bukan besi
(non ferrous alloys), baja tahan karat (stainless stell), baja jenis lain,
melapisi logam-logam (electroplating), campuran yang tahan akan listrik
dan suhu tinggi, besi tuang, katalisator, keramik, magnet, dan lain-lain.

Tembaga

a. Tahap kominisi: Membebaskan atau meliberasi mineral-mineral


tembaga dari ikatan zat-zat pengotornya dengan cara operasi
peremukan dan penggerusan. Target dari Proses Pembuatan Tembaga
ini ialah ukuran partikel bijih yang bisa memperoleh tingkat recoveri
maksimal ketika tahap Konsentrasi Flotasi.
b. Tahab Konsentrasi Flotasi: Setelah ukurannya sesuai, dilanjutkan
dengan tahap pemisahan mineral atau konsentrasi.Memisahkan
mineral-mineral Cu-Fe-S dan Cu-S pengotoran yang cukup efektif
dengan melakukan metode flotasi. Dengan menggunakan metode ini,
bisa meningkatkan kadar tembaga di konsentrat menjadi 30 %.
c. Tahap Matte Smelting: Masuk ketahap ini konsentrat tembaga
dileburkan berupa lelehan matte. Proses peleburan ini dalam keadaan
oksidatif menghasilkan lelehan matte (sulfida yang kaya akan
tembaga serta sedikit mengandung besi) dan slag (lelehan dari
campuran oksida besi dan oksida logam pengotor serta fulk), gas
buang. Tahap ini menghasilkan matte yang kandungan tembaganya
setara 45% sampai 75%.
d. Tahap Konversi Matte: Tahap Konversi Matte menjadi blister
copper, melalui dioksidasi dan kandungan meningkat menjadi 90
%.Concerter dihembuskan udara melewati sejumlah tuyeres yang
terendam dalam lelehan. Dalam proses ini ditambakanpula oksigen
murni, silika sebagai fliks, revert dan scrap. Slag yang akan
dihasilkan memiliki senyawa besi –silika.
e. ahap Fire refining: proses ini biasa disebut pemurnian dilakukan
dalam rotaryfurnace, reverberatory-furnace, heart-furnace yang bisa
diteliti dengan 2 tahap. Tahap pertama, oksidasi selektif kepada
sulfur dan elemen pengotor. Tahap kedua, deoksidasi guna
penurunan kandungan oksigen dalam tembaga. Tahap fire refining di
atas sanggup memperoleh logam tembaga yang mempunyai
kandungan 99 %. Proses selanjutnya, melakukan pelarutan tembaga
secara elektrokimia melalui tembaga anode dan mengendapkannya
kembali di permukaan katode. Mineral-mineral pengotor yang
terdapat pada tembaga anode mengapung ke permukaan dan tidak
mengendap. Proses Pembuatan Tembaga yang terakhir ini ialah
tahapan Elektrorefining.

5. Baja karbon adalah material logam yang Baja karbon adalah material logam yang
terbentuk dari unsur utama Fe dan unsur kedua yang berpengaruh pada sifat-
sifatnya kedua yang berpengaruh pada sifat sifatnya adalah karbon.

Dalam proses pembuatan baja akan ditemukan pula penambahan


kandungan unsur kimia lain seperti sulfur (S), fosfor (P), slikon (Si), mangan
(Mn) dan unsur kimia lainnya sesuai dengan sifat baja yang diinginkan. Baja
karbon memiliki kandungan unsur karbon dalam besi sebesar 0,2% hingga
2,14%, dimana kandungan karbon tersebut berfungsi sebagai unsur pengeras
dalam struktur baja.
baja karbon rendah merupakan baja dengan kandungan unsur karbon
dalam sturktur baja kurang dari 0,3% C. Baja karbon rendah ini memiliki
ketangguhan dan keuletan tinggi akan tetapi memiliki sifat kekerasan dan
ketahanan aus yang rendah.
baja karbon sedang merupakan baja karbon dengan persentase
kandungan karbon pada besi sebesar 0,3% C – 0,59% C. Baja karbon ini
memiliki kelebihan bila dibandingkan dengan baja karbon rendah, baja karbon
sedang memiliki sifat mekanis yang lebih kuat dengan tingkat kekerasan yang
lebih tinggi dari pada baja karbon rendah.
baja karbon tinggi yang memiliki kandungan karbon sebesar 0,6% C –
1,4% C. Baja karbon tinggi memiliki sifat tahan panas, kekerasan serta kekuatan
tarik yang sangat tinggi akan tetapi memiliki keuletan yang lebih rendah sehingga
baja karbon ini menjadi lebih getas. Baja karbon tinggi ini sulit diberi perlakuan
panas untuk meningkatkan sifat kekerasannya, hal ini dikarenakan baja karbon
tinggi memiliki jumlah martensit yang cukup tinggi sehingga tidak akan
memberikan hasil yang optimal pada saat dilakukan proses pengerasan
permukaan

Anda mungkin juga menyukai