Anda di halaman 1dari 6

PENGOLAHAN TEMBAGA

Tembaga adalah unsur kimia dengan nomor atom 29 dan nomor massa 63,54, merupakan
unsur logam, dengan warna kemerahan. Unsur ini mempunyai titik lebur 1.803 Celcius dan titik
didih 2.595 C. dikenal sejak zaman prasejarah. Tembaga sangat langka dan jarang sekali
diperoleh dalam bentuk murni. Mudah didapat dari berbagai senyawa dan mineral. Penggunaan
tembaga yaitu dalam bentuk logam merupakan paduan penting dalam bentuk kuningan,
perunggu serta campuran emas dan perak. Banyak digunakan dalam pembuatan pelat, alat-alat
listrik, pipa, kawat, pematrian, uang logam, alat-alat dapur, dan industry. Senyawa tembaga juga
digunakan dalam kimia analitik dan penjernihan air, sebagai unsur dalam insektida, cat, obatobatan dan pigmen. Kegunaan biologis untuk runutan dalam organism hidup dan merupakan
unsur penting dalam darah binatang berkulit keras.
Manfaat Penggunaan Tembaga
Sebagai bahan untuk kabel listrik dan kumparan dinamo.
Paduan logam. Paduan tembaga 70% dengan seng 30% disebut kuningan, sedangkan
paduan tembaga 80% dengan timah putih 20% disebut perunggu. Perunggu yang
mengandung sejumlah fosfor digunakan dalam industri arloji dan galvanometer.
Kuningan memiliki warna seperti emas sehingga banyak digunakan sebagai perhiasan
atau ornamen-ornamen. Sedangkan perunggu banyak dijadikan sebagai perhiasan dan
digunakan pula pada seni patung. Kuningan dan perunggu berturut-turut seperti yang
tertera pada gambar.
Mata uang dan perkakas-perkakas yang terbuat dari emas dan perak selalu mengndung
tembaga untuk menambah kekuatan dan kekerasannya. Gambar mata uang yang terbuat
dari emas.
Sebagai bahan penahan untuk bangunan dan beberapa bagian dari kapal.
Serbuk tembaga digunakan sebagai katalisator untuk mengoksidasi metanol menjadi
metanal.
Produksi tembaga sebagian besar dipergunakan dalam industri kelistrikan, karena
tembaga mempunyai daya hantar listrik yang tinggi. Kotoran yang terdapat dalam tembaga akan
memperkecil/mengurangi daya hantar listriknya.

Selain mempunyai daya hantar listrik yang tinggi, daya hantar panasnya juga tinggi; dan
tahan karat. Oleh karena itu tembaga juga dipakai untuk kelengkapan bahan radiator, ketel, dan
alat kelengkapan pemanasan.Tembaga mempunyai sifat dapat dirol, ditarik, ditekan, ditekan tarik
dan dapat ditempa (meleable). Berikut ini tahapan tahapan proses pengolahan tembaga :
A. Pengapungan (flotasi)
Proses pengapungan atau flotasi di awali dengan pengecilan ukuran bijih kemudian
digiling sampai terbentuk butiran halus. Bijih yang telah dihaluskan dimasukkan ke
dalam campuran air dan suatu minyak tertentu. Kemudian udara ditiupkan ke dalam
campuran untuk menghasilkan gelembung-gelembung udara. Bagian bijih yang
mengandung logam yang tidak berikatan dengan air akan berikatan dengan minyak dan
menempel pada gelembung-gelembung udara yang kemudian mengapung ke permukaan.
Selanjutnya gelembung-gelembung udara yang membawa partikel-partikel logam dan
mengapung ini dipisahkan kemudian dipekatkan.
B. Pemanggangan
Bijih pekat hasil pengapungan selanjutnya dipanggang dalam udara terbatas pada suhu
dibawah titik lelehnya guna menghilangkan air yang mungkin masih ada pada saat
pemekatan dan belerang yang hilang sebagai belerang dioksida.
Campuran yang diperoleh dari proses pemanggangan ini disebut calcine, yang
mengandung Cu2S, FeO dan mungkin masih mengandung sedikit FeS. Setelah itu calcine
disilika guna mengubah besi(II) oksida menjadi suatu sanga atau slag besi(II) silikat yang
kemudian dapat dipisahkan. Reaksinya sebagai berikut.
clip_image006
Tembaga(I) sulfida yang diperoleh pada tahap ini disebut matte dan kemungkinan masih
mengandung sedikit besi(II) sulfida
C. Reduksi
Cu2S atau matte yang yang diperoleh kemudian direduksi dengan cara dipanaskan
dengan udara terkontrol, sesuai reaksi
2Cu2S(s) + 3O2(g) 2Cu2O(s) + 2SO2(g)
Cu2S(s) + 2Cu2O(s) 6Cu(s) + SO2(g)
Tembaga yang diperoleh pada tahap ini disebut blister atau tembaga lepuhan sebab
mengandung rongga-rongga yang berisi udara.
D. Elektrolisis
Blister atau tembaga lepuhan masih mengandung misalnya Ag, Au, dan Pt kemudian
dimurnikan dengan cara elektrolisis. Pada elektrolisis tembaga kotor (tidak murni)

dipasang sebagai anoda dan katoda digunakan tembaga murni, dengan elektrolit larutan
tembaga(II) sulfat (CuSO4). Selama proses elektrolisis berlangsung tembaga di anoda
teroksidasi menjadi Cu2+ kemudian direduksi di katoda menjadi logam Cu.
Katoda : Cu2+(aq) + 2e Cu(s)
Anoda : Cu(s) Cu2+(aq) + 2e
Pada proses ini anoda semakin berkurang dan katoda (tembaga murni) makin bertambah
banyak, sedangkan pengotor-pengotor yang berupa Ag, Au, dan Pt mengendap sebagai
lumpur.
Dari tahapan tahapan pengolahan tembaga tersebut secara garis besar atau secara lapangan itu
hamper sama dengan teori diatas. Berikut ini prosesnya secara lapangan : Pada pengolahan biji
tembaga, pada proses mill

menghasilkan konsentrat tembaga dan emas dari bijih yang

ditambang dengan memisahkan mineral berharga dari pengotor yang menutupinya. Langkahlangkah utamanya adalah penghancuran, penggilingan, pengapungan, dan pengeringan.
Penghancuran dan penggilingan mengubah besaran bijih menjadi ukuran pasir halus guna
membebaskan butiran yang mengandung tembaga dan emas untuk proses pemisahan dan untuk
menyiapkan ukuran yang sesuai ke proses selanjutnya. Pengapungan (Flotasi) adalah proses
pemisahan yang digunakan untuk menghasilkan konsentrat tembaga-emas. Bubur konsentrat
(slurry) yang terdiri dari bijih yang sudah halus (hasil gilingan) dan air dicampur dengan reagen
dimasukkan ke dalam serangkaian tangki pengaduk yang disebut dengan sel flotasi, di mana
penambahan udara dipompa ke dalamslurry tersebut.

Reagen yang digunakan adalah kapur, pembuih (frother) dan kolektor. Pembuih membentuk
gelembung yang stabil, yang mengapung ke permukaan sel flotasi sebagai buih. Reagen kolektor
bereaksi dengan permukaan partikel mineral sulfida logam berharga sehingga menjadikan
permukaan tersebut bersifat menolak air (hydrophobic). Butir mineral sulfida yang hidrofobik
tersebut menempel pada gelembung udara yang terangkat dari zona slurry ke dalam buih yang
mengapung di permukaan sel. Buih yang bermuatan mineral berharga tersebut, yang menyerupai
buih deterjen metalik, meluap dari bibir atas mesin flotasi kedalam palung (launders) sebagai
tempat pengumpulan mineral berharga. Mineral berharga yang terkumpul didalam palung
tersebut adalah 'konsentrat'. Konsentrat (dalam bentuk slurry, 65% padat menurut berat) dipompa

ke Portsite melalui empat jaringan pipa slurry sepanjang 115 km. Sesampainya di Portsite,
konsentrat ini dikeringkan sampai kandungannya hanya 9% air dan kemudian dikapalkan untuk
di jual.
Pasir yang tak bernilai dikumpulkan di dasar sel flotasi yang terakhir sebagai limbah yang
disebut 'tailing'. Tailing akhir ini disalurkan menuju suatu sistem pembuangan alami yang
mengalir dari Mill menuju Daerah Pengendapan Ajkwa yang diModifikasi (ModADA)
konsentrat yang dihasilkan biasanya berkadar Cu 20-30% tergantung dari bijih dan proses
flotasinya sedangkan ikutannya untuk Emas sekitar 10-30 gpt dan Perak sekitar 30-70 gpt
tergantung kadar logam tersebut dalam bijih. Namun yang bisa dipastikan untuk bijih dengan
kadar bijih >0,5 % maka recovery Cu bisa 85-90% sedangkan Emas dan Perak hanya mengikuti
saja sekitar 75% dan 65%, semakin tinggi recovery Cu maka semakin tinggi juga recovery Au
dan Ag.
Bagi perusahaan yang mempunyai proses peleburan langsung maka konsentrat yang didapatkan
bisa dilebur langsung, namun bagi perusahaan yang tidak mempunyai fasilitas peleburan
biasanya konsentrat dijual dengan harga Internasional dan recovery (diskon) pasar (tergantung
negosiasi juga). Ada beberapa proses yang ada di dunia ini untuk teknologi peleburan secara
continous, salah satunya adalah Mitsubishi Process yang ada di PT. Smelting Gresik. Teknologi
lain adalah Flash Smelter dan Flash Conventer dari Outotek (Outocumpu). Apapun teknologi
yang digunakan, namun yang pasti adalah proses yang diambil adalah proses oksidasi:
2CuS + 3O2 = 2CuO + 2SO2
CuO + Flux = Cu + Slag
SO2 + H2O + O2 = H2SO4
Tentu saja bukan hanya itu reaksi yang terjadi, banyak mineral lain yang bereaksi namun intinya
tetap sama. Jika dilihat dari reaksi yang kemungkinan tejadi, maka sesungguhnya tidak ada yang
terbuang dari proses peleburan konsentrat tembaga ini. Gas yang dihasilkan bisa ditangkap untuk
dijadikan asam sulfat (H2SO4) untuk dijual ke Pabrik Pupuk, Slag yang dihasilkan bisa dijadikan
campuran semen dan dijual ke Pabrik Semen, Energi yang dihasilkan dari reaksi exotherm ini
digunakan untuk PLTU guna memenuhi kebutuhan proses lebih lanjut. Sungguh tepat PT.

Smelting didirikan di Gresik, dekat dengan PT. Petrokimia dan PT. Semen Gresik. Selain semua
itu, masih juga dihasilkan Anode Slime yang mempunyai kandungan Au, Ag dan logam jarang
dengan kadar yang cukup tinggi. Jadi perbedaan teknologi yang ada adalah mengenai efisiensi
yang dihasilkan saja. Perhatikan bagan peleburan tembaga berikut :
Copper Anode yang dihasilkan masih harus dilakukan electrorefining agar Tembaga yang
dihasilkan menjadi murni. Proses electrorefining mirip dengan electrolisa hanya saja menjadikan
logam campuran sebagai Anoda dan didapatkan logam murni di Katoda, sehingga setelah
dilakukan electrorefining dan peleburan lanjut didapatkan Copper Cathode. Sedangkan sisa yang
ada di anoda disebut dengan Anode Slime.
Sampai saat ini belum ada pengolahan Anode Slime di Indonesia dengan Recovery >99,2%
sehingga anode slime yang dihasilkan oleh PT. Smelting pun saat ini masih dimurnikan (dijual)
ke luar negeri. Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk mengambil Au, Ag dan logam
jarang yaitu jalur hidrometalurgi dan jalur paduan piro-hidrometalurgi. Mudah-mudahan ke
depan Indonesia mempunyai dan bisa mengolah dari bijih hingga dihasilkan logam murni baik
Cu, Au, Ag, Pd, Se dll.
Berikut ini contoh proses pengolahan bijih tembaga pada PT. Newmont Nusa Tenggara :

Dari crusher, bijih batuan diangkut dengan ban berjalan sepanjang enam kilometer ke
pabrik pengolahan yang disebut konsentrator. Di konsentrator, mineral berharga dipisahkan dari

batuan pembawa melalui proses penggerusan dan flotasi. Bijih batuan, setelah dicampur dengan
air laut, kemudian digerus menggunakan dua penggerus yang disebut Semi Autogenous (SAG)
mill dan empat buah ball mill. Setelah keluar dari ball mill, partikel halus yang terkandung dalam
slurry kemudian dipompa ke seperangkat tangki cyclone untuk pemisahan akhir partikel bijih.
Bubur bijih halus dari tangki cyclone dialirkan ke sejumlah tangki untuk diambil kandungan
mineral berharganya. Tangki ini disebut sel flotasi. Proses flotasi ini tidak menggunakan bahan
kimia secara berlebihan sehingga aman dan membantu meminimalkan dampak lingkungan.
Secara fisika, proses ini memisahkan mineral berharga dari batuan pembawa dengan
menggunakan gelembung udara dan reagent dalam jumlah kecil. Terdapat dua jenis reagent yang
ditambahkan dalam proses flotasi di tangki. Jenis pertama akan mengikat mineral berharga,
sedangkan jenis kedua berfungsi untuk menstabilkan gelembung yang terbentuk oleh proses
pengadukan.
Saat gelembung udara naik, mineral berharga atau konsentrat akan ikut terangkat ke
permukaan. Lapisan gelembung ini diselimuti oleh mineral berharga yang berbentuk seperti
pasir. Lapisan yang terapung di permukaan sel flotasi inilah yang disebut konsentrat.
Dari sel flotasi, konsentrat dikirim ke tangki penghilangan kadar garam yang disebut
CCD (counter-current decantation). Di dalam tangki ini air laut dibuang dan konsentrat
dikentalkan dengan cara mengalirkan air tawar secara berlawanan arah. Air tawar menggantikan
air laut dan konsentrat mengendap di dasar tangki. Konsentrat kemudian mengalir melalui pipa
sepanjang 17,6 km menuju ke fasilitas filtrasi atau penyaringan di Benete. Konsentrat cair ini
ditampung dalam tangki besar dan diaduk terus menerus untuk menghindari terjadinya
pengendapan. Konsentrat kemudian disaring untuk membuang kandungan air dalam konsentrat
sampai dengan 91%, menggunakan udara bertekanan. Setelah proses penyaringan, konsentrat
akan berupa bubuk batuan halus atau pasir dan disimpan dalam gudang untuk menunggu
pengapalan. Pemuatan konsentrat ke kapal menggunakan fasilitas ban berjalan.
Konsentrat akhirnya dikapalkan ke sejumlah pabrik peleburan dalam negeri yakni ke PT
Smelting di Gresik, Jawa Timur maupun ke luar negeri (Jepang, Korea Selatan, India, Eropa)
untuk menjalani proses pemisahan dan pengambilan logam berharga, yaitu tembaga, emas dan
perak.

Anda mungkin juga menyukai