Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul.................................................................................................. i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ iii
DAFTAR TABEL............................................................................................. iv
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah................................................................................. 1
1.3. Pembatasan Masalah................................................................................ 1
1.4. Tujuan Penulisan...................................................................................... 2
1.5. Metode Penelitian.................................................................................... 2

BAB 2. LANDASAN TEORI


2.1. Tembaga.................................................................................................. 3
2.2. Karakteristik Tembaga............................................................................. 4
2.3. Keberadaan ............................................................................................ 6
2.4. Pemanfaatan ............................................................................................ 6

BAB 3. PENGOLAHAN BIJIH TEMBAGA


3.1. Proses Liberasi (Peremukan)................................................................... 8
3.2. Proses Flotasi (Pengapungan).................................................................. 8
3.3. Dewatering ............................................................................................ 10

BAB 4. EKSTRAKSI METALURGI


4.1............................................................................................Pirometalurgi
.............................................................................................................
4.2.........................................................................................Hidrometalurgi
.............................................................................................................
4.3.......................................................................................Elektrometalurgi
.............................................................................................................

BAB 5. PENUTUP
5.1...............................................................................................Kesimpulan
.............................................................................................................19
5.2.........................................................................................................Saran
.............................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR
Halaman

2
Gambar 2.1. Native Copper.................................................................... 3
Gambar 2.2. Kawat Tembaga.................................................................. 7
Gambar 2.3. Pemanfaatan Tembaga Sebagai Pipa.................................. 7
Gambar 3.1. Proses Flotasi Berlangsung................................................ 8
Gambar 3.2. Mekanisme Flotasi............................................................. 9
Gambar 4.1. Bassemer Converter........................................................... 14
Gambar 4.2. Diagram Alir Pengolahan-Pemurnian Bijih Tembaga........ 15
Gambar 4.3. Elektrolisis Tembaga .................................................. 17

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Mineral-Mineral Tembaga...................................................... 6
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ore merupakan suatu kumpulan dari satu atau lebih mineral yang
daripadanya dapat diperoleh/diambil mineral logam yang bernilai ekonomis
berdasarkan kajian saat itu. Pengambilan unsur logam dari dalam ore
membutuhkan berbagai tahapan, diantaranya terlebih dahulu ditambang, diolah,
dan kemudian diekstraksi .
Salah satu logam yang memiliki banyak peran dalam kehidupan manusia
adalah tembaga. Tembaga merupakan salah satu logam yang sangat penting dan
berperan besar dalam sejarah manusia dan termasuk logam yang pertama kali
ditambang. Tembaga sudah digunakan sejak 10.000 tahun yang lalu. Sama halnya
dengan logam lain, tembaga juga berasal dari suatu mineral logam yang mana
mineral logam tersebut berasosiasi dalam bentuk ore dengan mineral - mineral
lainnya, sehingga untuk mendapatkan logamnya, ore tersebut juga harus di proses
sedemikian rupa. Oleh karena itu penting mengetahui proses proses dari masing
masing tahapan pengambilan mineral logam dari dalam suatu ore agar dapat
memberikan informasi pemerosesan suatu ore, mineral, dan kemudian
memperoleh logam dan memanfaatkannya.

1.2. Perumusan Masalah


Dalam penulisan laporan ini, permasalahan yang ingin dibahas oleh penulis
adalah, Bagaimana proses pengolahan dan pengekstraksian mineral tembaga
hingga didapatkan logam tembaga murni 99,99% ?

1.3. Pembatasan Masalah


Hanya membahas proses pengolahan dan proses ekstraksi metalurgi dari
salah satu mineral sulfida tembaga saja.

1.4. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari laporan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui proses
pengolahan dan pengekstraksian mineral tembaga hingga didapatkan logam
tembaga murni 99,99%
1.5. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan studi literatur dan mencari informasi di
berbagai sumber di internet.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tembaga
Tembaga adalah salah satu logam yang sangat penting dan berperan besar
dalam sejarah manusia dan termasuk logam yang pertama kali ditambang.
Tembaga sudah digunakan sejak 10.000 tahun yang lalu. Sebuah kalung tembaga
yang ditemukan di Irak diperkirakan dibuat pada masa 9500 SM.

Gambar 2.1. Native Copper

Tembaga (Cuprum) memperoleh namanya dari bahasa Latin, Cyprium,


yang berasal dari nama pulau Siprus di mana ia pertama kali dihasilkan. Cyprium
kemudian disingkat menjadi Cuprum. Tembaga berperan besar dalam peradaban
manusia terutama pada Zaman Perunggu (3000-1000 SM). Pada masa tersebut
tembaga dipadukan dengan timah menjadi perunggu. Perunggu kemudian diolah
menjadi berbagai macam peralatan, senjata, koin, instrumen musik dan perhiasan.
Di dalam tabel periodik unsur, temabaga memiliki lambang Cu dan nomor
atom 29. Lambangnya berasal dari bahasa Latin Cuprum. Tembaga merupakan
konduktor panas dan listrik yang baik. Selain itu unsur ini memiliki korosi yang
cepat sekali. Tembaga murni sifatnya halus dan lunak, dengan permukaan
berwarna jingga kemerahan. Tembaga dicampurkan dengantimah untuk membuat
perunggu.
Ion Tembaga (II) dapat larut ke dalam air, di mana fungsi mereka dalam
konsentrasi tinggi adalah sebagai agen anti bakteri, fungus, dan bahan tambahan
kayu. Dalam konsentrasi tinggi maka tembaga akan bersifat racun, tapi dalam
jumlah sedikit tembaga merupakan nutrien yang penting bagi kehidupan manusia
dan tanaman tingkat rendah. Di dalam tubuh, tembaga biasanya ditemukan di
bagian hati, otak, usus, jantung, dan ginjal.

2.2. Karakteristik Tembaga


2.2.1. Karakter Fisik
Karakter fisik dari unsur tembaga diantaranya :
1) Tembaga yang tepat berada pada titik lelehnya akan tetap berwarna
merah muda.
2) Tembaga, perak, dan emas berada pada unsur golongan 11 pada
tabel periodik dan mempunyai sifat yang sama: mempunyai satu
elektron orbital-s pada kulit atom d dengan sifat konduktivitas
listrik yang baik.
3) Sifat lunak tembaga dapat dijelaskan oleh konduktivitas listriknya
yang tinggi (59,6106 S/m) dan oleh karena itu juga mempunyai
konduktivitas termal yang tinggi (kedua tertinggi) di antara semua
logam murni pada suhu kamar.
4) Bersama dengan sesium dan emas (keduanya berwarna kuning)
dan osmium (kebiruan), tembaga adalah satu dari empat logam
dengan warna asli selain abu-abu atau perak. Tembaga murni
berwarna merah-oranye dan menjadi kemerahan bila kontak
dengan udara.
5) Tembaga memiliki sifat mudah ditempa dan bersifat mulur
sehingga mudah dibentuk menjadi pipa, lembaran tipis dan kawat.
6) Memiliki masa jenis 8.94 gr/cm3
7) Titik lebur pada 1357.77 K,1084.62 C,1984.32 F
8) Titik didih 2835 K,2562 C,4643 F
9) Kalor peleburan 13.26 kJmol1
10) Kalor penguapan 300.4 kJmol1
11) Kapasitas kalor 24.440 Jmol1K1
2.2.2. Karakter Kimia
Karakter kimia dari tembaga diantaranya :
1) Tembaga tidak bereaksi dengan air, namun ia bereaksi perlahan
dengan oksigen dari udara membentuk lapisan coklat-hitam tembaga
oksida. Berbeda dengan oksidasi besi oleh udara, lapisan oksida ini
kemudian menghentikan korosi berlanjut. Lapisan verdigris
(tembaga karbonat) berwarna hijau dapat dilihat pada konstruksi-
konstruksi dari tembaga yang berusia tua, seperti pada Patung
Liberty. Tembaga bereaksi dengan sulfida membentuk tembaga
sulfida.
2) Tembaga memiliki 29 isotop. 63Cu dan 65Cu adalah isotop stabil,
dengan persentase 63Cu adalah yang terbanyak di alam, sekitar 69%.
Kedua isotop ini memiliki bilangan spin 3/2. Isotop lainnya bersifat
radioaktif, dengan yang paling stabil adalah 67Cu dengan paruh
waktu 61,83 jam. Tujuh isotop metastabil telah diidentifikasi, 68m
Cu adalah isotop dengan paruh waktu terpanjang, 3,8 menit. Isotop
dengan nomor massa diatas 64 dapat meluruh dengan -, sedangkan
untuk nomor massa dibawah 64 meluruh dengan +. 64Cu (paruh
waktu 12,7 jam), meluruh dengan kedua cara.
3) Pada kondisi yang istimewa yakni pada suhu sekitar 300 C tembaga
dapat bereaksi dengan oksigen membentuk CuO yang berwarna
hitam. Sedangkan pada suhu yang lebih tinggi, sekitar 1000 C, akan
terbentuk tembaga(I) oksida (Cu2O) yang berwarna merah.
4) Tembaga tidak bereaksi dengan alkali, tetapi larut dalam amonia oleh
adanya udara membentuk larutan yang berwarna biru dari kompleks
Cu(NH3)4+.
5) Tembaga panas dapat bereaksi dengan uap belerang dan halogen.
Bereaksi dengan belerang membentuk tembaga(I) sulfida dan
tembaga(II) sulfida dan untuk reaksi dengan halogen membentuk
tembaga(I) klorida, khusus klor yang menghasilkan tembaga(II)
klorida.

2.3. Keberadaan
Tembaga terdapat di bumi dalam bentuk tembaga native atau mineral
misalnya berbentuk tembaga sulfida kalkopirit dan kalkosit, tembaga karbonat
azurit dan malasit dan mineral tembaga(I) oksida kuprit.
Tembaga kadang-kadang ditemukan secara alami, seperti yang ditemukan
dalam mineral-mineral seperti cuprite, malachite, azurite, chalcopyrite, dan
bornite. Deposit bijih tembaga yang banyak ditemukan di AS, Chile, Zambia,
Zaire, Peru, dan Kanada. Deposit tembaga dapat diklasifikasikan dalam lima tipe,
yaitu: deposit porfiri, urat, dan replacement, deposit stratabound dalam batuan
sedimen, deposit masif pada batuan volkanik, deposit tembaga nikel dalam
intrusi/mafik, serta deposit nativ. Umumnya bijih tembaga di Indonesia terbentuk
secara magmatik. Pembentukan endapan magmatic dapat berupa proses
hidrotermal atau metasomatisme. Bijih-bijih tembaga yang penting adalah bersifat
sulfida, oxida-oxidanya, dan karbonat. Dari mereka, tembaga diambil dengan cara
smelting, leaching, dan elektrolisis.
Tabel 2.1. Mineral mineral tembaga

2.4. Pemanfaatan
Penggunaan tembaga terbesar adalah untuk kabel listrik (60%), atap dan
perpipaan (20%) dan mesin industri (15%). Tembaga biasanya digunakan dalam
bentuk logam murni, tapi ketika dibutuhkan tingkat kekerasan lebih tinggi maka
biasanya dicampur dengan elemen lain untuk membentuk aloi. Sebagian kecil
tembaga juga digunakan sebagai suplemen nutrisi dan fungisida dalam pertanian.
Contoh pemanfaatan tembaga dalam berbagai bidang tersebut diantaranya:
a) Sebagai bahan untuk kabel listrik dan kumparan dinamo.
b) Paduan logam. Paduan tembaga 70% dengan seng 30% disebut kuningan,
sedangkan paduan tembaga 80% dengan timah putih 20%
disebut perunggu. Perunggu yang mengandung sejumlah fosfor digunakan
dalam industri arloji dan galvanometer. Kuningan memiliki warna seperti
emas sehingga banyak digunakan sebagai perhiasan atau ornamen-
ornamen. Sedangkan perunggu banyak dijadikan sebagai perhiasan dan
digunakan pula pada seni patung. Kuningan dan perunggu berturut-turut
seperti yang tertera pada gambar
c) Mata uang dan perkakas-perkakas yang terbuat dari emas dan perak selalu
mengndung tembaga untuk menambah kekuatan dan kekerasannya.
Gambar mata uang yang terbuat dari emas:
d) Sebagai bahan penahan untuk bangunan dan beberapa bagian dari kapal.
e) Serbuk tembaga digunakan sebagai katalisator untuk mengoksidasi
metanol menjadi metanal.

Gambar 2.2. Kawat tembaga

Gambar 2.3. Pemanfaatan tembaga sebagai pipa


BAB 3
Pengolahan Bijih Tembaga

2.2. Proses Liberasi (Peremukan)


Proses ini biasanya dilakukan di wilayah eksploitasi bijih
tembaga/tambang itu sendiri. Pabrik Pengolahan (mill) menghasilkan
konsentrat tembaga dari bijih yang ditambang melalui pemisahan mineral
berharga dari pengotornya (proses konsentrasi). Langkah-langkah utamanya
adalah penghancuran (crushing), penggerusan (grinding/milling),
pengapungan (flotasi), dan pengeringan (drying). Penghancuran dan
penggerusan mengubah bongkah bijih menjadi berukuran halus.
Penghalusan ukuran butir berfungsi untuk membebaskan butiran (liberasi)
yang mengandung tembaga dan emas, serta untuk proses pemisahan dan
menyiapkan ukuran yang sesuai dengan proses selanjutnya (konsentrasi dan
ekstraksi).
Proses crushing (peremukan) ada berbagai type yang kita kenal saat
ini diantaranya gyratory dan jaw crusher, selanjutnya dilakukan
penggerusan/ penghalusan biasanya sampai 75 mikronmeter/200 mesh
menggunakan ball mill (bola besi)

3.2. Proses Flotasi (Pengapungan)


Bijih yang sudah halus diolah selanjutnya melalui proses flotasi, yaitu untuk
menghasilkan konsentrat tembaga. Permukaan mineral yang bersifat hydrophobic
atau aerophilic (menolak air) dipisahkan dengan yang bersifat hydrophilic atau
aerophobic (menerima air). Pada proses pengapungan (flotasi), bubur konsentrat
(slurry) yang terdiri dari bijih yang sudah halus (hasil gilingan) dicampur dengan
reagen, kemudian dimasukkan ke dalam rangkaian tangki pengaduk yang disebut
sel flotasi, secara bersamaan dipompakan udara ke dalam slurry tersebut.

Gambar 3.1. Proses flotasi berlangsung


Gambar 3.2. Mekanisme Flotasi

Reagen yang digunakan berupa kapur, pembuih (frother) dan kolektor.


Kapur berfungsi untuk mengatur pH. Pembuih membentuk gelembung stabil yang
tidak mudah pecah. Gelembung-gelembung mengapung ke permukaan sel flotasi
sebagai buih. Reagen kolektor bereaksi dengan permukaan partikel mineral
sulfida logam berharga, sehingga menjadikan permukaan tersebut bersifat
menolak air (hydrophobic). Butir mineral sulfida tersebut menempel pada
gelembung udara yang terangkat dari zona slurry ke dalam buih yang mengapung
di permukaan. Buih bermuatan mineral berharga tersebut yang menyerupai buih
deterjen berkilap metalik akan meluap dari bibir atas mesin flotasi dan masuk ke
dalam palung (launders) sebagai tempat pengumpulan mineral berharga. Mineral
berharga yang terkumpul di dalam palung tersebut adalah konsentrat. Konsentrat
(dalam bentuk slurry, 65% solid). Selanjutnya konsentrat dikeringkan sampai
kandungan airnya tinggal 9%.
Emas kasar dan bebas, tidak bereaksi dengan baik pada proses flotasi. Emas
tersebut dipisahkan dan diambil dengan menggunakan konsentrator (misalnya
Knelson), yaitu sebuah sistem pengambilan yang juga berfungsi sebagai
pemisahan, dilakukan secara gravitasi dan menggunakan daya sentrifugal. Dengan
demikian, perolehan emas dari bijih akan mengalami peningkatan. Bahan yang tak
bernilai ekonomi terkumpulkan di dasar sel flotasi, sebagai limbah yang disebut
tailing. Tailing ini disalurkan menuju areal pembuangan (tailing dump).
Pada umumnya konsentrat tembaga dari hasil proses flotasi mengandung
beberapa unsur dengan kisaran kadar: 30% Cu, 30 ppm Au, 50 ppm Ag, 30% S,
25% Fe, 15% gangue minerals yang selanjutnya dilebur dan dimurnikan.

3.3. Dewatering
Kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi kandungan air yang ada pada
konsentrat yang diperoleh dengan proses basah, misalnya proses konsentrasi
gravitasi dan flotasi. Atau suatu proses pengambilan solid/padatan dari suatu
pulp/cairan atau suatu proses pemisahan antara padatan dengan cairan.
Langkah langkah yang dapat dilakukan dalam proses pengambilan solid
dilakukan dengan 3 cara yaitu :
1. Thickening, dilakukan dengan pengendapan partikel partikel dalam suatu
pulp, sehingga menghasilkan persen solid sebesar 50 60 %.
2. Filtering, dilakukan dengan jalan menyaring, sehingga di dapatkan persen
solid sebesar 60 80 %.
3. Drying, dilakukan dengan jalan pemanasan, sehingga didapatkan persen
solid sebesar 80 100 %.

3.3.1. Pengentalan / Pemekatan (Thickening)


Konsentrat yang berupa lumpur dimasukkan ke dalam bejana bulat.
Bagian yang pekat mengendap ke bawah disebut underflow, sedangkan
bagian yang encer atau airnya mengalir di bagian atas disebut overflow.
Kedua produk itu dikeluarkan secara terus menerus (continuous).
Peralatan yang biasa dipakai adalah :
a. Rake thickener.
b. Deep cone thickener.
c. Free flow thickener.

3.3.2. Cara Penapisan / Pengawa-airan (Filtration)


Dengan cara pengentalan kadar airnya masih cukup tinggi, maka
bagian yang pekat dari pengentalan dimasukkan ke penapis yang disertai
dengan pengisapan, sehingga jumlah air yang terisap akan banyak.
Dengan demikian akan dapat dipisahkan padatan dari airnya.
Peralatan yang dipakai adalah :
a. Vacuum (suction) filters yang terdiri dari :
- intermitten, misalnya Moore leaf filter.
- Continuous ada beberapa tipe, yaitu :
*Bentuk silindris / tromol (drum type), misalnya : Oliver filter,
Dorrco filter.
*Bentuk cakram (disk type) berputar, contohnya : American
filter.
*Bentuk lembaran berputar (revolving leaf type), contohnya :
Oliver filter.
*Bentuk meja (desk type), misalnya : Caldecott sand table filter.
b. Pressure filter, misalnya :
- Merrill plate and frame filter
- Kelly pressure filter
- Burt revolving filter

3.3.3. Pengeringan (Drying)


Yaitu proses untuk membuang seluruh kandung air dari padatan
yang berasal dari konsentrat dengan cara penguapan
(evaporization/evaporation). Peralatan atau cara yang dipakai ada
bermacam-macam, yaitu :
a. Hearth type drying/air dried/air baked, yaitu pengeringan yang
dilakukan di atas lantai oleh sinar matahari dan harus sering diaduk
(dibolak-balik).
b. Shaft drier, ada dua macam, yaitu :
- Tower drier, material (mineral) yang basah dijatuhkan di dalam
saluran silindris vertikal yang dialiri udara panas (80oC - 100oC).
- Rotary drier, material yang basah dialirkan ke dalam silinder
panjang yang diputar pada posisi agak miring dan dialiri udara
panas yang berlawanan arah.
c. Film type drier (atmospheric drum drier) ; silinder baja yang di
dalamnya dialiri uap air (steam). Jarang dipakai.
d. Spray drier, material halus yang basah dan disemburkan ke dalam
ruangan panas ; material yang kering akan terkumpul di bagian
bawah ruangan. Cara ini juga jarang dipakai.
BAB 4
EKSTRAKSI METALURGI

4.1. Pirometalurgi
Ore/bijih tembaga yang sangat penting adalah sulfide ore, karena pada
umumnya mempunyai kadar relatif tinggi. Mineral penting pada bijih tembaga
biasanya adalah: Chalcosite (Cu2S), Chalcopyrite (CuFeS2), Bornite
(Cu2CuSFeS), Covelite (CuS); disamping itu ada karbonat misalnya Malachite
(CuCO3 Cu(OH)) dan azurite (2CuCO3 Cu(OH)2). Oleh karena itu, pada bijih
tembaga banyak dilakukan ekstraksi metalurgi pada mineral dalam senyawa
sulfida, pada pembahasan ini dilakukan pada mineral Chalcopyrite (CuFeS2)
Logam dalam mineral akan mudah diekstrak dari suatu bijih menggunakan
metode Pyrometallugy apabila mineralnya dalam senyawa oksida. Oleh karena
itu, pada bijih tembaga senyawa sulfide agar dapat diekstrak dengan
Pyrometallurgi, maka logam pengotor maupun logam utamanya harus diubah
dulu menjadi senyawa oksida dengan proses Pemanggangan (Roasting).

4.1.1. Pemanggangan (Roasting)


Pemanggangan biasanya dilakukan setelah proses pengapungan
(flotasi) dan dewatering. Konsentrat kemudian dipanggang dalam udara
terbatas pada suhu dibawah titik lelehnya untuk menghilangkan air
yang mungkin masih ada pada saat pemekatan dan belerang yang hilang
sebagai belerang dioksida.
2Cu2FeS(s) + 4O2 2Cu2S(s) + 2FeO(s) + 3SO2(s)
Campuran yang diperoleh dari proses pemanggangan ini
disebut calcine, yang mengandung Cu2S, FeO dan mungkin masih
mengandung sedikit FeS. Setelah itu calcine disilika guna mengubah
besi(II) oksida menjadi suatu sanga atau slag besi(II) silikat yang
kemudian dapat dipisahkan. Reaksinya sebagai berikut :
FeO(s) + SiO2 FeSiO3
Tembaga(I) sulfida yang diperoleh pada tahap ini disebut matte dan
kemungkinan masih mengandung sedikit besi(II) sulfida
4.1.2. Peleburan (Smelting)
Konsentrat bijih yang sudah melalui pemanggangan kemudian
dilebur dalam Reverberatory Furnace hingga mencair dan terpisah
menjadi 2 (dua) lapisan. Lapisan bawah berupa copper matte,
mengandung Cu2S dan besi cair, sedangkan lapisan atas merupakan
terak silikat yang mengandung FeSiO3. Copper matte dipisahkan dari
terak berdasarkan perbedaan gravitasi.
Selanjutnya copper matte (68% Cu) dipindahkan ke dalam tungku
Bassemer Converter dan secara bersamaan ditiupkan udara sehingga
terjadi reaksi redoks yang menghasilkan tembaga lepuh yang masih
mengandung rongga-rongga yang berisi udara. (blister copper, 98,9%
Cu). Blister Copper masih mengandung sejumlah unsur-unsur besi,
belerang, seng, nikel, arsen dsb. sehingga blister ini harus diproses
ulang (refining) yang pelaksanaannya dapat dilakukan pada Bassemer
Converter.
2Cu2S(s) + 3O2(g) 2Cu2O(s) + 2SO2(g)
Cu2S(s) + 2Cu2O(s) 6Cu(s) + SO2(g)

Gambar 4.1. Bassemer Converter


Gambar 4.2. Diagram Alir Pengolahan-Pemurnian Bijih Tembaga

4.2. Hidrometalurgi
Metoda ini ini dilakukan dengan cara melarutkan (leaching) bijih-bijih
tembaga ke dalam suatu larutan tertentu, kemudian tembaga dipisahkan dari bahan
ikutan lainnya (kotoran).
a. Untuk meleaching bijih tembaga yang bersifat oksida/karbonat,
digunakan asam sulfat (H2SO4), seperti ditunjukkan pada reaksi:
CuCO3 . Cu (OH)2 + 2 H2SO4 2 CuSO4 + CO2 + 3H2O
b. Untuk meleaching bijih yang bersifat sulfida atau native digunakan ferri
sulfat (Fe2(SO4)3), seperti bijih chalcosite:
Cu2S + 2Fe2(SO4)3 CuSO4 + 4FeSO4 + S
Untuk bijih chalcopyrite dan bornite, reaksinya berjalan lambat dan tidak
dapat larut seluruhnya. Setelah hasil leaching dipisahkan dari bagian-bagian yang
tidak dapat larut, kemudian larutan ini diproses secara elektrolisa
(elektrometalurgi), sehingga didapatkan tembaga murni. Adapun prosesnya adalah
sebagai berikut :
a. Mula-mula batuan tembaga dihancurkan hingga menjadi halus sampai
mess tertentu.
b. Selanjutnya tempatkan pada suatu tabung yang terbuat dari bahan tahan
asam ( plastik, fiber, dll) lalu ditambah air dengan ukuran tertentu.
c. Kemudian tambahkan asam sulfat (H 2SO4) pekat sambil diaduk agar
terbentuk larutan tembaga sulfat (CuSO4.5H2O) .
d. Setelah terbentuk larutan tembaga sulfat pindahkan pada suatu tabung
elektrolisis yang bertujuan untuk mengambil ion tembaga dari larutan
tembaga sulfat yang terbentuk pada proses pengasaman.
e. Secara bertahap ambil tembaga yang menempel pada katoda, dan
tembaga hasil dari katoda adalah tembaga murni.
f. Selanjutnya tembaga hasil dari katoda siap untuk proses peleburan pada
tungku peleburan tembaga yang mampu menghasilkan suhu 1300 C.

4.3. Elektrometalurgi
Proses pengolahan bijih dengan tenaga listrik (electrometallurgy)
mempunyai prinsip seperti pada eloktrolisa dan electrothermis. Pada proses ini
kecuali diperlukan arus listrik sebagai sumber energi juga diperlukan elektroda
(electrodes) dan cairan elektrolit (electrolyte).

Elektroda harus memiliki sifat-sifat :


1. Konduktor listrik yang baik.
2. Potensial yang terbentuk di sekitar elektroda harus rendah.
3. Tidak mudah bereaksi dengan metal yang lain dan tidak membentuk
campuran yang dapat mengganggu proses elektrolisa.
Bila elektroda itu padat, ada syarat tambahan agar proses elektrolisa
berlangsung memuaskan, yaitu harus :
1. Mudah diperoleh atau disiapkan dengan murah.
2. Tahan korosi dalam zat larut.
3. Stabil, kuat dan tidak mudah terkikis (resistance to abrasion).
4. Harus murah harganya.
Elektrolit harus memiliki sifat-sifat :
1. Memiliki daya hantar ion yang tinggi.
2. Tidak mudah terurai atau bereaksi (high chemical stability).
3. Memiliki daya larut yang tinggi bagi metal yang diinginkan.
Proses Electrometallurgy digunakan untuk memurnikan blister copper (98%
Cu) menjadi 99,95 % Cu dan memisahkan tembaga dengan emas dan perak. Shell
terbuat dari beton dilapisis dengan timbal. Anoda terbuat dari tembaga yang akan
dimurnikan, disusun dalam shell / tangki berselang seling dengan katoda yang
terbuat dari lembaran tipis tembaga murni masing-masing seberat 10 lbs.
Elektrolit terbuat dari campuran 4 % tembaga dengan 16 % asam sulfat dengan
pemanasan 140F. Anoda dialiri arus positif sedangkan katoda dialiri arus negatif.
Arus listrik yang digunakan adalah arus DC, sehingga diperlukan alat DC
Regulated Power Supply dengan pengatur Voltage dan Ampere. Pada umumnya
voltage yang dibutuhkan ialah 0,30 0,35 V, sedangkan current densitynya antara
15 20 ampere/ft2. Pada saat proses berlangsung shell dipanaskan antara 50-60 oC
agar arus listrik tidak terhambat. Diagram singkat elektrolisis tembaga adalah
sebagai berikut :

Gambar 4.3. Elektrolisis Tembaga


Pada katoda, ion tembaga (II) diubah menjadi tembaga.
Cu2+ + 2 e- Cu (s)
Pada anoda, tembaga diubah menjadi larutan sebagai ion tembaga (II).
Cu (s) Cu2+ + 2 e-
Pengotor pada anoda akan terendapkan menjadi lumpur anoda (anode
sludge). Sedangkan katoda akan ditempeli oleh tembaga murni.
Pada akhirnya unsur-unsur dan mineral ikutan dalam konsentrat yang
diolah, menjadi bagian dari by product yang terdiri atas gas buang SO2, lumpur
anoda (anode slime), terak besi (slag) dan gipsum. Limbah gas SO2 tersebut
diproses lebih lanjut menjadi asam sulfat yang dapat digunakan sebagai bahan
baku pupuk, sedangkan terak besi dan gipsum digunakan sebagai bahan baku
industri semen. Lumpur anoda mengandung emas berkadar 3,25% dan 6,25 %
perak.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diperoleh dari bab-bab sebelumnya, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Dari
dapat
bahwauraian
mineral
tembaga
konvensional
beberapa
yaitu
gravity
flotasi,
concentration,
roasting,
pengubahan,
metode,
metode
digunakan
proses
dan
Sedangkan
tetap
tetapi
pengolahan
nikel,
chrom,
bahwa
mineral
melalui
gravity
flotasi,
roasting,
Umumnya
ekstraksi
metode,
ketiga
tersebut,
yang
digunakan
proses
tembaga
tetapi
1.sesuai
yaitu
concentration,
dewatering,
pengubahan,
elektrolisis. diatas
disimpulkan
pengolahan
untuk
secara
yang
peleburan
mangan,
lainnya.
dapat dan pada
pemurnian
digunakan
pengolahan-
dipakai melalui
tahap,
dewatering,
elektrolisis.
Umumnya
ekstraksi dapat
Pyrometallurgy,
Hydrometallurgy
Namun dan
proses
yaitu
Electrometallurgy.
dari ketiga
tersebut,
bijih
metode
pada
lain-
disimpulkan
pengolahan
untuk
konvensional
tahap, secara
beberapa
dapat
yaitu
Pyrometallurgy,
Namun dari
metode
peleburan
Hydrometallurgymetode
pemurnian
pada
Electrometallurgy.
dan
metode
Sedangkan
tetap digunakan
pengolahan-
dipakai
pengolahan
nikel,
chrom, mangan,
dan
kinerjadengan
dilakukan
pompa laju
dan
proses
bijih
pada
lain-
optimasi
ESPproduksi
dari
terpasang,maka
28 buah sumur
didapatkan
optimal. yangmerupakan
Tembaga aktif
15 berproduksi
buah sumur karena
yang empat
satu dari
dengan warna asli selain abu-abu atau perak dengan warnaHasil
perlu
belumlogam
merah-orange.
dari evaluasi
2. Tembaga digunakan sebagai kabel listrik (60%),
atap dan perpipaan (20%), dan mesin industri (15%).
3. Bijih-bijih tembaga ada yang bersifat sulfida,
oksida, karbonat, dan native.
4. Pengolahan bijih tembaga melalui beberapa
tahapan yakni kominusi, sizing, flotasi, dan dewatering.
5. Proses ekstraksi konsentrat bijih tembaga yang
berasal dari mineral sulfida melalui beberapa metode yakni pirometalurgi,
hidrometalurgi, dan elektrometalurgi untuk mendapatkan tembaga murni
(99,99%).

5.2. Saran
1. Sebaiknya dalam mengolah tembaga, dipilih bijih tembaga yang bersifat sulfida
karena mempunyai kadar yang relatif lebih tinggi.
2. Dalam melakukan ekstraksi sebaiknya tetap harus memperhatikan lingkungan
dengan mengontrol setiap hasil keluaran dari proses ekstraksi.
DAFTAR PUSTAKA

Seran, Emel. 2010. Tembaga : Tambang, Sifat, dan Kegunaan.


http://wanibesak.wordpress.com/2010/11/07/tembaga-tambang-sifat-dan-
kegunaan/. (Online). Diakses pada 18 Juni 2016

Sukamto, Untung, Dyah Probowati, dan Anton Sudiyanto. 2015. Proses


Pengolahan dan Pemurnian Bijih Tembaga dengan cara Konvensional
dan Biomining. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia
Kejuangan Pengembangan Teknologi Kimia Untuk Pengolahan
Sumber Daya Alam Indonesia. Universitas Pembangunan Nasional
Veteran Yogyakarta. Yogyakarta.

2011. TEMBAGA. http://bilangapax.blogspot.co.id/2011/01/tembaga-tembaga-


atau-cuprum-dalam-tabel.html. (Online). Diakses pada 18 Juni 2016
LAPORAN TUGAS
EKSTRAKSI METALURGI BIJIH TEMBAGA

MUHAMMAD YOGI J.P 03021281320011


HARRIS JUNIANTO 03021281320029
ROBBY RIZKY RUKAMANA 03021381320009
M. TRI APRIALDI 03021381320029
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
EKSTRAKSI METALURGI BIJIH TEMBAGA

TUGAS

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekstraksi Metalurgi


pada Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya

OLEH
MUHAMMAD YOGI J.P 03021281320011
HARRIS JUNIANTO 03021281320029

ROBBY RIZKY RUKAMANA 03021381320009


M. TRI APRIALDI 03021381320029

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016

Anda mungkin juga menyukai