Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS FAKTOR KEHILANGAN BIJIH TEMBAGA PADA PROSES

PENGOLAHAN TEMBAGA DI PT. BATUTUA TEMBAGA RAYA,

KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA,PROVINSI MALUKU

I. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak


sumberdaya. Dalam dunia pertambangan, Indonesia dikenal sebagai negara yang
kaya dengan kandungan mineral. Indonesia menempati posisi empat produsen
untuk komuditas tembaga. Cadangan tembaga Indonesia sekitar 4,1% dari
cadangan tembaga dunia, sedangkan dari sisi produksi adalah 10,4% dari produksi
dunia dan merupakan peringkat kedua produsen tembaga tembaga terbesar di
dunia.

Metode penambangan tembaga di Indonesia menggunakan dua metode


penambangan yaitu penambangan terbuka (open pit) dan penambangan bawah
tanah (underground mine). Kegiatan penambangan terdiri dari kegiatan eksplorasi,
operasi penambangan, pengolahan dan penjualan.

PT. Batutua Tembaga Raya adalah salah satu perusahaan yang bergerak di
bidang penambangan Tembaga yang berlokasi di pulau Wetar, kabupaten Maluku
Barat Daya, Provinsi Maluku.Kegiatan pengolahan dan pemurnian bijih tembaga
pada PT. Batutua Tembaga Raya menggunakan menggunakan metode Heap
Leaching dan Solvent Extraction – Electrowinning.

Heap Leaching merupakan suatu proses kimia dimana logam (tembaga)


ditiriskan dari beberapa bentuk mineral dalam biji batuan menjadi logam terlarut.
Tujuan dari proses Heap Leaching adalah adalah untuk melarutkan tembaga dari
bentuk mineral menjadi terlarut dalam asam sulfat. Solvent Extraction biasanya
digunakan untuk mengambil suatu komponen dari padatan atau cairan yang lain.
Tujuan Copper Solvent Extraction adalah untuk memurnikan dan menaikkan
kandungan tembaga dalam larutan sehingga layak untuk proses selanjutnya.
Sedangkan Electrowinning adalah Suatu proses elektrokimia untuk membentuk
lembaran logam tembaga murni. Metode ini menggunakan arus searah yang
melewati larutan mengandung logam yang akan diambil (larutan elektrolit). Arus
listrik merubah logam dalam bentuk terlarut menjadi logam padat (katoda) yang
menempel pada plat katoda.

Pada proses pengolahan ada kemungkinan terjadi kehilangan ore sebagai


feed dalam proses pengolahan akan berpengaruh terhadap produksi maupun
kualitas product yang dihasilkan pada proses pengolahan..Pada pengolahan bijih
tembaga dengan proses hydrometallurgi,kemungkinan akan terjadi kehilangan
pada tahap Solvent Extraction dimana sering timbulnya crud yang merupakan
lumpur yang dapat menghambat proses pemisahan serta dapat menurunkan
kualitas bahan organik. Sehingga perlu dilakukan analisis faktor-faktor apa saja
yang menyebabkan terjadinya looses pada tiap tahap pengolahan dengan proses
Hydrometallurgi.

II. PERUMUSAN MASALAH

Adapun yang menjadi rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah target recovery pengolahan biijh tembaga di PT.BTR telah tercapai?

Berapa kadar dari ore yang digunakan untuk proses pengolahan ?

2. Berapakah feed yang masuk pada tahap Solvent Extraction dan apakah

terjadi looses pada tahap Solvent Extraction?

3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kehilangan Cu pada proses

pengolahan dan bagaimana solusi untuk menanganinya masalah tersebut?


III. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui recovery pada perusahan telah mencapai target dan menganalisis


jumlah kadar ore yang digunakan untuk proses pengolahan.
2. Menganalisis kadar Cu yang hilang pada tahap Solvent Extraction
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kehilangan Cu
serta dapat memberikan solusi.

IV. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat dilakukan penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan


dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan kegiatan pengolahan
bijih tembaga di PT.BTR.
2. Dapat menjadi referensi bagi peneliti lain yang mengambil penelitian yang
serupa.

V. METODELOGI PENELITIAN

1. Studi Literatur
Diperoleh dari bahan-bahan pustaka, kegiatan perkuliahan, informasi dari
penelitian serupa yang telah dilakukan sebelumnya yang dapat membantu
kegiatan penelitian.

2. Observasi Lapangan
Melakukan pengamatan secara langsung sehingga memperoleh data yang
akurat dan sesuai dengan kenyataan dilapangan.
3. Pengambilan Data
Data yang diambil harus akurat dan relevan dengan masalah yang ada. Data
diperoleh dari proses observasi lapangan dan pengambilan dari data-data
literatur yang berkaitan dengan permasalahan.
 Data Primer : Kadar ore,debit aliran slurry & kadar Cu yang hilang
 Data Sekunder : Peta lokasi, peta topografi dan morfologi, iklim dan curah
hujan.

4. Pengolahan Data
Pengolahan data dilaksanakan dengan menggunakan perhitungan dan
penggambaran yang selanjutnya dapat disajikan dalam bentuk grafik atau
rangkaian perhitungan dalam penyelesaian proses tertentu dengan
menggunakan MS. Excel, MS. Word,dll atau dapat menggunakan software
sebagai alat bantu untuk melakukan perhitungan.

5. Analisa Hasil Pengolahan Data


Melakukan analisa terhadap data yang didapat di lapangan maupun sumber
yang lain.

6. Kesimpulan dan Saran


Mengambil kesimpulan dari analisa hasil pengolahan data dan memberikan
saran kepada perusahan terkait hasil penelitian.
Studi Literatur

Tinjauan Lapangan

Pengambilan Data

Data Primer : Data Sekunder :

 Kadar ore  Peta Topografi dan morfologi


 Debit aliran slurry  Peta dan lokasi penambangan &
pengolahan
 Kadar Cu yang hilang
 Iklim dan curah hujan
 Jumlah Reagent
 Jumlah asam sulfat (H2SO4)
 Ukuran ore dari crusher
 Recovery

Pengolahan Data

Analisa Data

Kesimpulan dan Saran

Gambar 5.1

Diagram Alir Penelitian


VI. LOKASI PENELITIAN

Lokasi dari penelitian tugas akhir ini akan dilaksanakan di PT Batutua

Tembaga Raya,Pulau Lurang,Kabupaten Maluku Barat Daya,Provinsi Maluku.

VII. WAKTU PENELITIAN

Waktu Pelaksanaan Tugas Akhir ini dapat di mulai pada bulan Juli hingga

September 2016, akan tetapi untuk kepastian waktu dapat disesuaikan dengan

kebijakan perusahaan.

Tabel 7.1
Tabel Waktu Kegiatan

July Agustus September Oktober


No Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Studi Pustaka

2 Orientasi Lapangan

3 Pengambilan Data

4 Analisa Data

5 Pembuatan Laporan
VIII. TINJAUAN PUSTAKA

Mineral dan bijih logam banyak ditemukan di dalam kulit bumi merupakan
lapisan terluar dari bumi yang memiliki ketebalan hingga 1200 km, lapisan ini
sering juga disebut dengan lithosfir. Definisi dari mineral itu sendiri adalah zat
anorganik yang terbentuk secara alami yang memiliki komposisi kimia dan
struktur kristal tertentu. Mineral terdapat pada batuan-batuan di kulit bumi yang
dapat tersusun sebagai monomineral atau gabungan dari beberapa jenis mineral
lain. Sedangkan definisi dari bijih adalah deposit mineral yang mengandung satu
atau lebih jenis logam yang dapat diekstrak atau diolah menjadi logam secara
ekonomis.

Mineral dapat dikategorikan kedalam beberapa kelas yang disusun


berdasarkan komposisi kimia dari mineral yaitu kelas silikat, karbonat, halida,
oksida, phospat, native element, sulfida, borates, nitrates, molybdates.
Kebanyakan dari bijih yang diolah berasal dari kelas oksida dan sulfida.

Tembaga atau cuprum berlambang unsur Cu berarti merah. Tembaga adalah


salah satu dari dua logam dibumi selain emas yang berwarna merah atau
kekuningan, mempunyai nomor atom 29 dengan kepadatan 8,92 g/cm3. Tembaga
murni mencair pada suhu 1083oC dan akan menjadi uap atau mendidih pada suhu
2567oC pada tekanan normal. Tembaga memiliki kilap dan warna yang disukai,
juga digunakan sebagai pemoles dan tembaga juga membentuk campuran dengan
hampir semua logam.

Tembaga ditemukan dalam bentuk logam bebas di alam yang dikenal


sebagai “tembaga alami”. Tembaga ditemukan di seluruh dunia sebagai mineral
primer dalam lava basaltik. Deposit tembaga terbesar yang dikenal terdapat di
poprhyries yang terbentuk oleh aktivitas vulkanik di Pegunungan Andean, Cili.

Tembaga berasal dari nama kepulauan Cyprus, tempat bangsa Roma


mendapatkan pasokannya. Dalam sejarah tembaga manusia neolitikum, kira-kira
10.000 tahun yang lampau, tembaga asli pertama kali digunakan sebagai
pengganti batu. Bangsa Mesir dan Sumeria menemukan metalurgi awal
pengoahan bijih dengan menggunakan api dan arang sekitar 4.000 sebelum
masehi. Tembaga sengaja dipadukan dengan timah sebagai perunggu kira-kira
3.500 sebelum masehi. Selain itu, logam keras ini sangat umum pada awal sejarah
peradapan manusia yang dikenal dengan zaman Perunggu.
A. Sifat Tembaga

Dalam Sistim Periodik Unsur tembaga masuk di golongan IB, satu golongan
dengan perak dan emas yang berarti bahwa tembaga adalah salah satu dari logam
mulia, itu karena tingkat kereaktifannya yang rendah.

Tembaga merupakan salah satu logam non-ferrous yang paling penting dan
banyak dipakai mulai dari industri sederhana sampai industri berteknologi tinggi.
Hal ini digunakan baik murni atau paduan logam lain. Secara fisika tembaga
berwarna coklat kemerahan, lunak sehingga muda ditempa, dapat dibentuk dan
merupakan konduktor panas dan penghantar listrik yang baik. Tembaga adalah
bahan penting dan sangat diperlukan dalam banyak aplikasi kerena sifat fisik dan
mekanis, termasuk konduktivitas listrik dan panas yang luar biasa tinggi,
ketahanan terhadap korosi yang tinggi, sehingga daktilitas kemudahan
pengolahan, dan mampu las yang baik.

Tabel 8.1 Sifat Fisik Tembaga


Sifat Fisik Satuan
Densitas 8920 kg/m3
Ekspansi Thermal 16,5 x 10 -6K-1
Konduktivitas Panas 400/mK

Tabel 8.2 Sifat Mekanik Tembaga

Sifat Mekanik Satuan


Kuat Tarik 200 N/mm2
Modulus Elastisitas 130 Gpa
Brinnel Hardness 874 m-2

B. Aplikasi Tembaga

Produksi tembaga sebagian besar digunakan dalam industri kelistrikan,


karena tembaga mempunyai daya hantar listrik yang tinggi. Pengotor dalam
tembaga akan memperkecil/mengurangi daya hantar listriknya. Selain mempunyai
daya hantar listrik yang tinggi, daya hantar panas juga tinggi dan tahan karat. Oleh
karena itu tembaga juga dipakai untuk kelengkapan bahan radiator, ketel, dan alat
kelengkapan pemanasan. Tembaga memiliki sifat dapat dirol, ditarik, ditekan, dan
dapat ditempa.
Campuran penting dimana tembaga menjadi unsur utama adalah kuningan
(tembaga dan seng), perunggu (tembaga dan timah) dan nikel perak (tembaga,
seng dan nikel). Tembaga digunakan hampir semua jenis uang koin dan logam
yang paling banyak digunakan (setelah besi) sampai 1960an. Cadangan tembaga
di dunia telah digunakan setidaknya selama 10.000 tahun, tetapi lebih dari 95%
semua tembaga yang pernah ditambang dan dilebur telah diekstrak sejak 1900.

Fakta-fakta yang ada membuktikan bahwa tembaga adalah logam tertua


dalam peradaban umat manusia, yaitu sejak lebih dari 10.000 tahun yang lalu.
Penggunaan tembaga umumnya pada bahan elektrik (60%), building (20%) dan
mesin industri (15%).

Selain itu, tembaga juga seperti halnya alumunium, 100% bisa di daur ulang
tanpa kehilangan kualitasnya, baik dalam keadaan mentah atau terkandung dalam
sebuah produk manufaktur. Dalam hal volume, tembaga menduduki urutan ketiga
logam yang paling banyak di daur ulang setelah besi dan alumunium.
Diperkirakan bahwa 80% tembaga yang pernah ditambang masih digunakan
hingga sekarang.

C. Ekstraksi Bijih Tembaga


Proses ekstraksi bijih tembaga dapat dilakukan dengan dua cara :

1. Pyrometalurgi
Pyrometalurgi merupakan suatu proses pengolahan mineral dengan
memanfaatkan panas. Inti dari proses ini adalah pengolahan tembaga
dengan melalui suatu proses yang bertujuan untuk mengubah pengotor
senyawa Sulfida menjadi Oksida atau disebut dengan proses
pemanggangan.

CuFeS2 + 9O2 → 2Cu2S + 6SO2

Pada persamaan kimia tersebut menunjukan bahwa proses


pemanggangan bertujuan untuk mengubah Besi Sulfida menjadi Besi
Oksida sedangkan Tembaga tetap Sulfida. Diubahnya besi sulfida menjadi
besi oksida agar pada proses selanjutnya yaitu smelting atau peleburan,
tembaga sulfida akan mencair meninggalkan besi oksida yang bertitik cair
lebih tinggi dan akan ditinggalkan sebagai pengotor, sedangkan tembaga
yang telah mencair akan turun kebawah karena berat jenis tembaga yang
lebih tinggi dari besi oksida.
Namun seiring dengan kemajuan teknologi, proses pemanggangan
sudah tidak diterapkan untuk tembaga, karena kemudian diketahui ada
suatu proses yang lebih ekonomis untuk pengolahan tembaga yaitu
hidrometalurgi. Pyrometalurgi tetap digunakan tetapi dipakai pada
pengolahan-pengolahan mineral lain seperti nikel, manganese dan lain-
lain.

2. Hidrometalurgi
Hidrometalurgi adalah suatu proses pengolahan tembaga dari batuan
alam dengan berdasar pada air sebagai pengolahnya, namun maksud air
adalah bukan air biasa malainkan air yang telah dicampur dengan suatu
asam tertentu sebagai reaktor. Hidrometalurgi dipakai karena kentungan-
keuntungan antara lain :

 Biaya pengolahan yang rendah


 Recovery yang tinggi
 Proses pengolahan relatif mudah
 Investasi alat yang rendah sehingga memungkinkan percepatan
BEP (Break Event Point)
 Proses pengolahan relatif lebih singkat
Pada proses ini dipakai suatu asam sebagai reaktor yaitu asam sulfat
(H2SO4) yang mudah didapatkan dan rendah biaya pengolahan.
Dipakainya asam sulfat sebagai reaktor bertujuan untuk membentuk
tembaga sulfat (CuSO4). Tembaga adalah unsur yang sangat mudah
membentuk sulfida. Maka dari itu asam sulfat dipakai sebagai pilihan.

Proses hidrometalurgi dapat dibagi ke dalam dua proses utama yaitu :

 Mendapatkan mineral yang diinginkan dari bijih atau konsentrat dengan


melarutkan kedalam larutan. Contohnya leaching (pelindian).
 Mendapatkan mineral yang diinginkan dengan cara mengeluarkannya dari
larutan. Contohnya adalah solvent extraction, ion exchage, adsorption dan
precipitation.
Proses tambahan yang dilakukan sebelum mendapatkan mineral dari
larutan leaching adalah penyaringan (filtration) yang bertujuan untuk
memisahkan pregnant solution (larutan leaching yang mengandung logam
yang larut) dengan residu (zat yang tidak larut). Proses ekstraksi logam
menggunakan metode hidrometalurgi pada saat ini terus berkembang dan
bersaing dengan proses pyrometalurgi. Keuntungan dari proses
pyrometalurgi adalah :
 Logam dapat langsung diperoleh dalam bentuk murni dari larutan
 Pengotor silikon yang terkandung dalam ore tidak mempengaruhi proses
leaching, sedangkan pada proses smelting silikon harus dibuang menjadi slag.
 Proses ini cocok mengolah bijih berkadar rendah
 Penanganan produk leaching lebih murah dan mudah dibandingkan dengan
penanganan molten matter, slag dan logam.

a. Tahapan Ekstraksi Hidrometalurgi

1. Kominusi
Kominusi adalah proses mereduksi ukuran butir atau proses meliberasi
bijih. Yang dimaksud dengan proses meliberasi bijih adalah proses
melepaskan bijih tersebut dari ikatnnya, dengan tujuan mempersiapkan
ukuran yang tepat untuk proses berikutnya.Proses kominusi bertujuan
untuk :

 Membebaskan/meliberasi mineral berharga dari material


pengotornya.
 Menghasilkan ukuran dan bentuk partikel yang sesuai dengan
kebutuhan pada proses berikutnya.
 Memperluas permukaan partikel agar dapat mempercepat kontak
dengan zat lain
Kominusi terdiri dari dua proses yaitu Crushing (Peremukan) dan
Grinding (Pengerusan).
 Crushing (Peremukan)
Crushing merupakan proses yang bertujuan untuk meliberasi
mineral yang diinginkan dari mineral pengotor. Crushing
biasanya dilakukan dengan proses kering, dan dibagi menjadi
tiga tahap, yaitu primary crushing, secondary crushing dan fine
crushing.
2. Stacking
Sebelum dilakukan proses leaching,Ore di susun terlebih dahulu.
Terdapat 2 jenis penyusunan atau biasa disebut dengan metode stacking,
antara lain:

 Crest to crest stacking


 Toe to toe stacking

Sumber: PT.Batutua Tembaga Raya

Gambar 8.1. Dua Metode Stacking

Metode Crest to Crest memiliki lebih banyak keuntungan di banding


dengan metode toe to toe, antara lain memiliki area stacking yang lebih
sedikit, sehingga penggunaan pad dapat lebih efisien karena lebih sedikit
bagian slope/miring irigasi. Lembah kecil akan terbentuk diantara kedua
crest hanya pada ore sulfida sebagai ventilasi. Sedangkan pada leaching
oksida tidak boleh ada gap antara kedua crest.

3. Heap Leaching
Heap leaching adalah suatu proses kimia dimana logam (tembaga)
ditiriskan dari beberapa bentuk mineral dalam biji batuan menjadi logam
terlarut.Tujuan dari proses heap leaching adalah untuk
melarutkan/meleaching tembaga menjadi fasa cairan dari bijih sehinga
didapatkan kadar tembaga yang diharapkan sebagai feed untuk proses
Solvent ekstraksi . Untuk mencapai tujuan ini dapat digunakan leaching
dua tingkat atau dikenal dengan two step leach. Di bawah kondisi operasi
normal, leaching dua tahap ini bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi
tembaga yang terkandung di dalam larutan leaching untuk memaksimalkan
kadar tembaga dalam proses solvent extraction.

Target dari proses heap leaching adalah untuk melarutkan/meleaching


tembaga menjadi fasa cairan dari bijih sehinga didapatkan kadar tembaga
yang diharapkan sebagai feed untuk proses Solvent ekstraksi. Untuk
mencapai tujuan ini dapat digunakan leaching dua tingkat atau dikenal
dengan two step leach.

Sumber:PT.Batutua Tembaga Raya

Gambar 8.2. Dasar Proses Heap Leaching

Gundukan/heap yang baru di stacking aakan diirigasi oleh ILS.


Biasanya heap ini akan mengahasilkan off flow tembaga dengan kadar
tinggi. Sehingga aliran ini akan langsung dialirkan ke PLS.
Heap/gundukan yang sudah lama dan telah dilakukan irigasi sebelumnya
akan di irigasi lagi oleh laurtan RAFF. Hasil dari gundukan/heap ini
biasanya berkadar tembaga rendah sehingga langsung dialirkan ke
ILS.Gambar berikut akan lebih menjelaskan mengenai system leach 2
tahap ini.
Sumber: PT.Batutua Tembaga Raya

Gambar 8.3 Sistim Leach dua tahap

Sejumlah asam sulfat dapat dimasukkan ke dalam kolam RAFF atau


ILS untuk menjaga konsisten pH dalam system leaching. Gambaran umum
dari penambahan ini dapa dilihat pada gambar berikut :

Sumber: PT.Batutua Tembaga Raya

Gambar 8.4 Penambahan Asam Sulfat Pada Kolam ILS


Sangat penting dalam penambahan asam sulfat ke dalam system
leaching dilakukan dengan aman dan terkendali. Proses mixing yang baik
pada larutan dan asam, harus dilakukan karena reaksi ini menghasilkan
panas yang memiliki potensial merusak plastic liner. Sehingga proses
mixing ini harus dilakukan pada mixing tee. Mixing tee ini memiliki dua
saluran input satu dari acid dan satu lagi dari ILS atau RAFF recycle line.

Ketika asam dan kolam larutan telah tercampur, keluaran/outlet dari


mixing tee ini dialirkan langsung ke kolam ILS atau RAFF. Kecepatan
aliran asam yang ditambahkan ke ILS atau RAFF adalah 2.0 m3/h (3.4
m3/h max.).

4. Solvent Extraction
Solvent extraction biasanya digunakan untuk mengambil suatu
komponen dari padatan atau cairan yang lain. Sample yang kontak dengan
pelarut akan terurai menjadi cairan. Proses ini banyak digunakan pada
industri kimia dan biologi, dan proses ini adalah proses yang paling efisien
dalam pemisahan produk berharga dari produk reaksi.

Berikut adalah gambar aliran proses dari Cu leach hingga mencapai


proses stripping dan elektrowinning. Namun dalanm bagian ani akan
dibahas proses solvent ekstraksi dan stripping saja.

Sumber: PT.Batutua Tembaga Raya

Gambar 8.5 Proses Leach sampai Stripping dan Electrowinning


Larutan yang terkumpulan yang mengandung tembaga tadi
(PLS)dicampurkan dengan pengaduk kecepatan tinggi menggunakan
solvent organic, senyawaan ini merupakan turunan karbohidrat dan
aldehid dengan konsentrasi berkisar 30% pelarutnya menggunakan kerosin
alias minyak tanah jadinya akan terbentuk 2 fase setelah proses mixing
tadi yaitu fase organic (acorga 30% dan 70%kerosine) dan aqueous alias
larutan yang kandungan tembaganya sudah berkurang akibat mengikat
bersama organic namun keuntungannya kondisi aqueous ini masih bersifat
asam dengan pengurangan asam berkisar 1-2% dan larutan ini disebut
Rafinat /ILS.

Raffinate adalah tailing dari proses di solvent extraction plant,


umumnya memiliki kadar asam yang tinggi namun memiliki kadar
tembaga yang lemah. Sedangkan ILS memiliki kandungan tembaga yang
tinggi namun kandungan asam yang rendah jika dibandingkan dengan
raffinate.

Heap/gundukan yang sudah lama dan telah dilakukan irigasi


sebelumnya akan diirigasi lagi oleh larutan RAFF.Hasil dari
gundukan/heap ini biasanya berkadar tembaga rendah sehingga langsung
dialirkan ke ILS.

Selanjutnya organic yang mengandung kaya tembaga fase organic tadi


bisa dimixing lagi menggunakan larutasn asam sulfat dengan konsentrasi
lebih tinggi kisaran 190 gram/liter dan hasilnya tembaga pun kembali ke
fase larutan bukan organic dan fase organic pun dikembalikan ke proses
sebelumnya untuk kembali mengikat tembaga dan proses itupun berjalan
terus menerus dan sambung-menyambung dan bisa dikatakan proses ini
re-usable.

Hampir di semua SX plant ditemukan adanya pembentukan crud


dalam sirkuit.Pembentukan crud dapat terjadi pada kondisi normal operasi
plant yang mana akan meyebabkan meburuknya waktu pemisahan,
kestabilan emulsi aqueous/organik dan menurunkan kualitas bahan
organik.Salah satu masalah yang timbul akibat terbentuknya crud yaitu
berpengaruh terhadap tingginya biaya operasional karena organik yang
hilang,tenaga kerja, reagent memerlukan pengolahan untuk mengambilnya
kembali.
5. Electrowinning
Electrowinning adalah Suatu proses elektrokimia untuk membentuk
lembaran logam tembaga murni. Metode ini menggunakan arus searah
yang melewati larutan mengandung logam yang akan diambil (larutan
elektrolit). Arus listrik merubah logam dalam bentuk terlarut menjadi
logam padat (katoda) yang menempel pada plat katoda. Sehingga katoda
logam dapat dipanen dan siap dipasarkan.

Berikut adalah reaksi yang terjadi di permukaan katode :

Cu2+ + 2e- → Cu

Copper in electron copper metal

solution

Dan reaksi yang terjadi pada anode :

2H2O → O2 + 4H+ + 4e-

Water Oxygen Hydrogen Electrons

Reaksi ini tidak hanya menghasilkan electron yang dibutuhkan tetapi


juga gas oksigen (O2) dan hidgrogen terlarut (H+) atau asam. Hidrogen
dalam larutan meningkatkan keasaman dalam elektrolit. Spent elektrolit
yang meninggalkan elektrowinning sirkuit harus memiliki konsentrasi
asam dan tembaga yang sesuai untuk dialirkan ke Solvent Extraction
sirkuit, dimana akan digunakan lagi untuk proses stripping tembaga dari
loaded organic.

Gas oksigen yang dihasilkan dari anode akan mengalir ke permukaan


sebagai bubble bubble yang sangat kecil. Ketika bubble kecil ini pecah
saat sampai di permukaan, maka akan terbentuk kabut asam di atas
permukaan elektrolit yang dibawa dari asam sulfat pada elektrolit.

Ketika listrik yang diberikan dalam kondisi baik, maka reaksi pada
katode dan anode akan terjadi, sehinga menyebabkan Cu2+ di tarik ke arah
muatan negative dari katode stainless steel. Proses ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
Sumber: PT.Batutua Tembaga Raya

Gambar 8.6. Reaksi Yang Terjadi Pada Katoda dan Anoda

Ketika logam tembaga telah mencapai berat dan ketebalan tertentu (


biasanya setelah 7 hari), katode dipindahkan dari sel, dicuci, dan lembar
tembaga dikupas dari stainless steel. Berat dari setumpuk lembaran katode
adalah 3 ton.

D. Perhitungan recovery pengolahan

Pada pengolahan akan ada mineral berharga yang akan masuk ke jalur tailing
atau sebaliknya sejumlah mineral pengotor akan masuk ke dalam
konsentrat.Untuk dapat menilai atau mengevaluasi keberhasilan dari pengolahan
ini,maka dapat digunakan parameter-parameter berikut:

1. Kadar,kandungan mineral berharga dalam konsentrat. Kadar sebenarnya


menunjukkan rasio massa mineral berharga dalam konsentrat disebanding dengan
berat konsentratnya.
2. Rasio konsentrasi,menyatakan jumlah umpan yang diperlukan untuk mendapatkan
satu ton konsentrat.
3. Recovery,menyatakan jumlah atau persentase mineral berharga yang dapat
diambil dari umpan dan masuk ke konsentrat.Nilai ini menunjukkan rasio mineral
berharga yang ada didalam konsentrat disbanding dengan mineral berharga dalam
bijih,nilai ini juga menunjukkan efisiensi dari pemisahan.
Recovery dapat dihitung dengan rumus;

atau
R= R=

Keterangan:

K,k = konsentrat dalam pengolahan

F,f = jumlah feed dalam pengolahan

t = tailing yang dihasilkan dalam pengolahan

Dan juga dapat dihitung rasio konsentrasi dalam pengolahan;

RK = F / K

Keterangan :

RK = rasio konsentrasi

F = Feed

K = Konsentrat
IX. PENUTUP

Demikian proposal Tugas Akhir ini saya buat sebagai penjelasan dan
pertimbangan bagi pihak perusahaan agar dapat menerima saya untuk
melaksanakan Tugas Akhir. Untuk itu saya berterima kasih dan mengharapkan
bantuan semua pihak demi terselenggaranya Tugas Akhir ini.

Atas perhatian dan bantuannya saya ucapkan terima kasih.

Jakarta, 30 Mei 2016

Angganitha R Bakker
082397874749

angganitha.bakker@gmail.com
DAFTAR PUSTAKA

Abdollahy,dkk.2004.Optimized Leaching Conditions for Selenium from Sar-


Cheshmeh Copper Anode Slime . Iran : J.Chem & Chem Engineering.

Davies,D.J and Delmann,L.A.,Metallurgical processes and Production


Technology,Pitman Publishing Ltd.,1985.

James E Hoffman,Hydrometallurgical Options in the Processing of Electrolitic


Revinery Slimes,Proceedings of EMC,2001.

Kelly,E.G.and Spottiswood,D.J,”Intoduction to mineral Processing”,Jhon Wiley


& Sons,New York,1982.

Taggart, A.F.,1964,”Handbook of Mineral Dressing”,John Wiley and


Sons,Handbook Series,Colombia University New York.

Anda mungkin juga menyukai