Anda di halaman 1dari 16

TUGAS FLOTASI

Flotasi Logam Au-Ag Beard Pyrit Recovery

Disusun oleh:
1. Afifa Nur Alya 19/453219/PTK/13165
2. Anisa Maulidia 19/453223/PTK/13169

PROGRAM STUDI PASCASARJANA TEKNIK KIMIA


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
A. Pendahuluan
Emas (Au) dan Perak (Ag) merupakan salah satu mineral alam yang
memiliki nilai jual tinggi sehingga emas dan perak sering dieksploitasi secara besar-
besaran. Emas dan perak dapat digunakan sebagai konduktor pengantar panas di
beberapa jenis elektronik. Namun, saat ini kegunaan emas dan perak yang utama
adalah sebagai bahan perhiasan dan mata uang, Jenis mineral ini ditemukan dalam
bentuk asli atau dalam struktur mineral sulfida dan silikat dan telluride di alam. Saat
ini, logam mulia seperti emas dan perak diambil dari bijih logam yaitu bijih emas
(gold ore) yang mana akan melalui serangkaian proses kimia. Jenis-jenis mineral
yang mengandung emas dan perak diantaranya adalah Metals, Tellurides, Minor
Minerals, Auriferous Sulfides. Salah satu mineral yang mengandung emas dan
perak yaitu Pyrite dengan golongan mineral dari Auriferous Sulfides. Didalam
material Auriferous Sulfides terkandung pyrite dengan kadar 1930 ppm. Pyrite
merupakan senyawa Fe dan S yang berisi elemen lain seperti Ag, Au, As, Cu, Ni,
Pb, Sb, Sn, dan Zn. Pyrite mineral yang aktif secara kimiawi dan dengan mudah
teroksidasi.
Tabel A.1 Properties pyrite
Pyrite
Composition Iron sulfide (FeS₂)
Minor Ag, Au, Co, Cu, Ni, Pb, Sb, Sn dan Zn
Spesific gravity 5.0 to 5.2
Proses recovery emas dan perak dari bijih sangat bergantung pada
mineralogi bijih, distribusi emas dan perak dalam bijih, serta deposit bijih. Deposit
bijih tersebut umumnya mudah diolah agar didapatkan mineral berharganya dengen
beberapa proses. Metode yang dapat dilakukan diantaranya yaitu gravity,
hydrometallurgy, pyrometallurgy, dan flotasi. Diantara metode tersebut metode
flotasi adalah teknik yang banyak digunakan dan diterapkan pada bijih emas.
Flotasi dapat menghilangkan kotoran yang mengganggu sebelum masuk pada
metode selanjutnya, metode ini dianggap metode yang optimal untuk pengambilan
emas dan perak juga karena metode ini dianggap hemat biaya.
Prinsip kerja flotasi adalah memisahkan suatu mineral dari bijihnya dengan
mengapungkan mineral tersebut sehingga terpisah dari mineral-mineral lainnya
yang tetap terdapat dalam suspensi. Adanya pengotor pada permukaan emas yang
pada biasanya berupa argenit, oksida besi, galena, arsenopirit, atau oksida tembaga.
Supaya terjadi pemisahan, dalam sel flotasi harus diinjeksi udara membentuk
gelembung-gelembung udara sebagai tempat menempelnya butiran mineral
tertentu. Proses flotasi hanya dapat dilakukan untuk partikel yang berukuran relatif
halus.

B. Prinsip Pemisahan dalam Proses Flotasi Emas-Perak


Flotasi bijih emas baik untuk produksi konsentrat curah untuk proses
pemisahan emas lebih lanjut (yaitu pirometalurgi dan hidrometalurgi) ataupun
produksi emas menjadi konsentrat logam dasar merupakan metode pemisahan yang
sangat penting. Pyrite dengan ukuran partikel emas berkisar dari 0,01-10µm. Flotasi
bijih emas murni, electrum dan telluride sangat efisien dibandingkan dengan flotasi
bijih emas yang mengandung bijih logam sulfida. Faktor penting dalam flotasi yaitu
mempertimbangkan komposisi, ukuran partikel, reagen, dan kondisi flotasi umum.
Tidak ada metode universal untuk flotasi mineral biji emas sehingga prosesnya
disesuaikan dengan karakteristik bijih. Menurut Allan dan Woodcock (2001), emas
asli memiliki hidrofobisitas alami sehingga emas dapat mengapung tanpa adanya
penambahan kolektor. Oleh karena itu pengapungan emas dengan reagen lainnya
penting untuk bisa mengambil emas.
Prinsip kerja flotasi adalah memisahkan suatu mineral dari bijihnya dengan
cara mengapungkan mineral tersebut sehingga terpisah dari mineral lainnya. Agar
terjadi pemisahan dalam sel flotasi diperlukan injeksi udara untuk membentuk
gelembung-gelembung sebagai tempat menempelnya butiran mineral tertentu.
Emas berupa bijih teroksidasi ataupun yang mengandung sulfida digiling bebas.
Adanya emas yang berukuran besar akan dipisahkan sebagai produk samping
karena emas tersebut tidak bisa larut saat proses retensi sirkuit sianida. Dalam
proses flotasi dengan efek kimia utama yaitu jenis reagen dan pH. Tingkat nilai pH
yang sedang untuk mempengaruhi peningkatan efisien pemisahan yang komplek,
dengan kadar yang rendah, dan juga untuk mengembangkan pereaksi yang stabil
pada kisaran pH. Hal ini juga untuk memanfaatkan peran dalam pengambilan emas
dan perak. Karena permukaan emas yang lembab menyerap OH- pada pH <6
sehingga akan terjadi daya apung.
Mineral pyrite merupakan mineral yang bersifat hidrofilik. pada prinsip
flotasi menggunakan skim air dimasukan ke sirkuit penggiling untuk dapat
menghilangkan beban sirkulasi dari bahan yang dapat mengapung misalnya emas
yang mengandung sulfida. Ukuran terbaik untuk pyrite pada proses flotasi adalah
75 µm. Daya apung emas ditingkatkan menggunakan kolektor. Kolektor yang
digunakan yaitu kolektor xanthate. Molekul xanthate akan masuk ke permukaan Fe
kemudian di adsorpsi pada permukaan pyrite dengan ikatan dua atom xanthate S
dengan atom Fe. Pada kolektor pH dijaga antara 3,5_4,5 dengan pengontrolan agar
mencapai nilai selektivitas yang optimal yaitu >80%.
Untuk frother digunakan MIBC kemudian diolah dengan penggilingan
yang halus. Penggilingan ini menggunakan jigging dan amalgamation, kemudian
sulfida (Pyrite) akan mengapung pada xanthate dan frother. Frother MIBC pada
pH 10 untuk mengoptimalkan penekanan pada pyrite dan proses dapat dikendalikan
pada suhu 52⁰ C. Flotasi berlangsung selama 4 menit dan fraksi akan mengapung,
endapan kemudian di keringkan dan di timbang

C. Skema Proses Flotasi


Skema proses flotasi emas-perak akan ditunjukkan dalam blok diagram dan
proses alir diagram dibawah:

C.1 Block Diagram


Blok diagram proses recovery emas-perak ditunjukkan gambar berikut :
Persiapan bijih emas

Penggerusan bijih

Pengenceran bijih

Conditioning

5 Step Flotasi

Konsentrat Middle tail Tail akhir

Pengendapan

Konsentrat akhir

Gambar C.1 Blok diagram recovery Emas-perak

Gambar C.2 Skema proses flotasi emas perak


C.2 Process Flow Diagram
Diagram alir proses recovery emas-perak dapat ditunjukkan dalam gambar C.3
berikut:
4 g/t Xanthate (collector)
14 g/t MIBC (frother)
Grinding
Conditioner
30°C Receiving tank Final tails
Screening 30°C
1 atm 30°C
30°C 1 atm Scavanger 2
1 atm
Ore 1 atm 52⁰ C
30% solid
Mineral pH 10

Rougher 1
52⁰ C
pH 10 Scavanger 1
52⁰ C
Middle tails
pH 10
to mills

14 g/t MIBC (frother)


Rougher 2
10 g/t MIBC (frother) 52⁰ C
10 g/t MIBC (frother) pH 10 14 g/t MIBC (frother)
4 g/t xanthate (collector)

Rougher 3
52⁰ C
pH 10

Filter drum
91% solid Thickener
40% solid

Final Concentrate

Gambar C.3 Diagram alir proses recovery emas perak

D. Kondisi Operasi Flotasi


Untuk mengoptimalkan jumlah mineral berharga pada flotasi emas-perak,
proses berlangsung pada suhu 52oC dan pH 10. Kondisi operasi lain dijelaskan
dalam poin berikut:

D.1 Ukuran partikel umpan


Setiap partikel yang memiliki ukuran yang berbeda maka mempunyai
kemampuan pengapungan yang berbeda pula. Semakin kecil ukuran partikel maka
akan semakin baik proses flotasi. Namun, terdapat batas optimal ukuran partikel
agar terjadi proses flotasi yang maksimal, karena jika ukuran partikel terlalu kecil
akan sulit diadsorpsi oleh kolektor. Batas ukuran partikel umpan flotasi dibatasi
sekitar 5 – 300 µm. Pada proses flotasi emas-perak ukuran partikel ditentukan yaitu
75 µm.
D.2 Densitas pulp
Densitas pulp ditentukan oleh perbandingan berat mineral (solid) dengan
berat pulp secara keseluruhan. Proses pemisahan akan semakin bersih jika pulp
semakin rendah densitasnya. Hal ini dikarenakan bila pulp encer maka gelombang
udara akan mampu bergerak lebih cepat didalam pulp untuk mencapai permukaan.
Kebanyakan proses flotasi menggunakan pulp sekitar 20 – 40% padatan dari berat.
Untuk proses flotasi Emas-perak densitas pulp yang digunakan yaitu 30% padatan.

D.3 Dosis reagen


Dosis dari reagen – reagen flotasi yang dimasukkan ke dalam proses flotasi
harus tepat agar dapat terjadi proses flotasi secara maksimal. Pada proses flotasi
Emas-perak ini dosis yang digunakan sebagai berikut :
Tabel D.1 Dosis reagen flotasi Emas-perak
Reagen Bahan Dosis (g/t)
Kolektor Kalium amyl xanthate (CH3(CH2)4OCS2K) 4
Frother Methyl isobutyl carbinol (MIBC) 10

D.4 Waktu conditioning


Conditioning merupakan salah satu faktor yang turut menentukan
keefektifan dari proses flotasi. Conditioning mungkin cara ekonomis untuk
meningkatkan kapasitas dari sirkuit flotasi. Conditioning dilakukan dengan
mencampurkan umpan dan reagen. Reaksi ini terjadi melalui pengadukan dan
penyampuran antara umpan dan reagen flotasi. Kondisiasi dilakukan sebelum
umpan masuk kedalam proses flotasi. Hasil dari proses kondisiasi yaitu akan
didapat mineral umpan yang siap untuk diflotasi sehingga diperoleh volume
konsentrat yang lebih besar. Lama waktu kondisasi kondisiasi kolektor xanthate
pada proses flotasi Emas-perak sekitar 5 menit.

D.5 Waktu Flotasi


Waktu flotasi tergantung dari mineral, ukuran partikel dan jenis reagen yang
ditentukan. Waktu flotasi Emas-perak yaitu 15 menit
E. Agen Flotasi
Pada proses konsentrasi flotasi, salah satu hal terpenting adalah penambahan
reagen ke dalam campuran air dan mineral sehingga terjadi perubahan sifat
permukaan partikel mineral. Karena pada umumnya mineral bersifat hidrofilik,
perlu adanya perubahan sifat permukaan menjadi hidrofobik. Sifat suatu agen
dalam proses konsentrasi flotasi adalah kolektor, frothers, dan modifying agents

E.1 Kolektor
Kolektor adalah reagen yang ditambahkan kedalam pulp untuk mengubah
permukaan mineral dari suka air (hidrofilik) menjadi partikel suka udara
(hidrofobik) dengan menyerap ion atau molekul pada permukaan mineral,
mengurangi kestabilan dari lapisan hidrat yang memisahkan permukaan mineral
dan gelembung udara sehingga permukaan mineral akan mampu menempel pada
gelembung udara. Reagen ini bekerja dengan memanfaatkan sifat kepolaran
permukaan partikel yang akan menyebabkan partikel tersebut mudah menempel ke
gelembung udara. Kolektor yang digunakan untuk pyrite adalah Xanthate. Reagen
ini bekerja dengan memanfaatkan sifat kepolaran permukaan partikel yang akan
menyebabkan partikel tersebut mudah menempel ke gelembung udara. Molekul
xanthate akan masuk ke permukaan Fe kemudian di adsorpsi pada permukaan pyrite
dengan ikatan dua atom xanthate S dengan atom Fe. Pada kolektor pH dijaga antara
3,5_4,5 dengan pengontrolan agar mencapai nilai selektivitas yang optimal

E.2 Frothers
Ketika permukaan partikel telah menjadi hidrofobik, partikel tersebut harus
mampu menempel pada gelembung udara yang diinjeksikan (aerasi). Namun
muncul masalah ketika gelembung – gelembung tersebut tidak stabil dan mudah
pecah akibat tumbukan dengan partikel padat, dinding sel dan gelembung lain. Oleh
karena itu perlu adanya penambahan material kedalam pulp yang dapat
menstabilkan gelembung udara. Material ini dikenal dengan frother. Frother adalah
senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan gelembung, sehingga dapat
menghasilkan dan menstabilkan gelembung agar tidak mudah pecah. Selain dari
kemampuan buih untuk membentuk buih, mereka memiliki peran penting lainnya
antara lain:
1. Menciptakan gelembung yang lebih halus, dimana dispersi udara dalam sel
flotasi juga meningkat.
2. Mengurangi penggabungan gelembung udara individu.
3. Mengurangi laju kenaikan gelembung dari zona pencampuran ke zona buih.
4. Meningkatkan kekuatan gelembung dan stabilitas buih.
Frother yang dipakai dalam proses flotasi untuk recovery emas-perak
adalah MIBC. Molekul frother biasanya teradsorpsi pada gelembung udara,
sehingga meningkatkan stabilitas Frothers Flotasi dari lapisan terhidrasi yang
mengelilingi gelembung. Kelompok hidrofilik dari buih teradsorpsi diarahkan ke
fase cair dan secara aktif berinteraksi dengan molekul air. Sehingga menyebabkan
peningkatan kekuatan mekanik selubung yang mengelilingi gelembung dan
mencegah kehancuran atau tabrakan dengan gelembung lain.

E.3 Modifying Agents


Modifying agents digunakan untuk mengembalikan sifat permukaan ke sifat
aslinya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan selektivitas dan mengoptimalkan
proses flotasi. Modifying agents dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu aktivator,
depressant dan pH regulator.

Gambar E.1 Klasifikasi Modifying Agents

Aktivator yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas permukaan mineral


agar dapat berinteraksi dengan kolektor, sehingga adsorbsi kolektor pada
permukaan partikel. Berdasarkan karakter gugus polar, yang mempengaruhi kerja
polimer, polimer organik dapat dibagi menjadi empat subkelompok berikut:
1. Non-ionic polymers adalah bahan kimia yang mengandung kelompok
hydrolyzing polar: OH,CO,COOH. Tetapi tidak bermuatan listrik
2. Anionic polymers mengandung polar groups:COOH,SO3H, OSO3H
3. Cationic polymers mengandung polar groups:NH2,NH.4.Amphoteric
polymers mengandung cationic dan anionic groups
Depressant berguna untuk mencegah pengapungan mineral tertentu tanpa
menghalangi pengapungan mineral lainnya. Dengan kata lain untuk membantu
kolektor menurunkan kembali material yang tidak diinginkan yang ikut terangkat,
dan pH regulator berfungsi untuk mengatur pH dimana proses berlangsung secara
optimum jika reaksi berjalan dengan baik pada kondisi asam atau basa. Namun pada
flotasi emas-perak ini tidak diperlukan modifying agents, karena hanya dengan
penmabahan kolektor dan frothers recovery telah berjalan optimum dengan kondisi
operasi tertentu.

F. Sel Flotasi
Sel flotasi bijih emas yang mengandung pyrite ini dijelaskan menurut sel
flotasi Perusahaan Tambang Bacís di Durango, Mexico. Mesin flotasi dirancang
untuk memenuhi tiga fungsi secara efisien dan ekonomis, yaitu agitasi dan
pencampuran, penambahan udara bertekanan, dan pemisahan busa – busa
helembung udara untuk diambil mineral berharganya. Gambar sel flotasi Bacis
dapat ditunjukkan dalam Gambar F.1
Gambar F.1 Skema sel flotasi Bacis

Dari gambar diatas diketahui jenis sel flotasi yang digunakan untuk
merecovery emas-perak pada tambang Bacis adalah gabungan antara sel flotasi
mekanis dan kolom, desain baru dari sel flotasi ini diharapkan untuk memproduksi
konsentrat bermutu tinggi dan peningkatan perolehan logam mulia dapat direalisasi.
Sebagian besar sel flotasi mekanis berbentuk persegi panjang dengan
penampang melintang, sehingga kecepatan pengadukan oleh impeller dibatasi
terutama pada volume silinder, akibatnya beberapa pulp tetap berada pada “dead
zone” atau zona mati karna berada diluar zona aerasi atau tidak terkena efek
pengadukan. Lalu dipilih geometri sel “desain baru” yang berbentuk silinder untuk
mengoptimalkan volume pengadukan, selain itu jumlah bahan konstruksi juga
semakin ekonomis. Ada beberapa aspek desain terkait dengan sel flotasi mekanis,
yaitu tinggi kolom, suplai udara bertekanan karena berpengaruh pada kapasitas
recovery, dan keefektifan sistem sparging untuk menghasilkan gelembung udara
yang kecil.
Penggunaan wash water sprayer pada sel flotasi merupakan faktor penting
dalam sel flotasi kolom. Air akan mengalir turun melalui frother dan melewati
interface frother. Wash water menggantikan air yang terkontaminasi pada frother
dari pulp yang dapat mengurangi entraintment recovery pada partikel hidrofilik
halus.
Mekanisme kerja mesin flotasi Bacis yaitu pulp diinjeksikan kedalam
kolom, lalu impeller akan berputar untuk pencampuran pulp untuk mengaduk bubur
untuk menahan partikel dalam suspense, menyebarkan udara menjadi gelembung
halus, dan menyediakan ruang di kolom sel untuk interaksi gelembung dan partikel
hidrofobik jenis impeller yang digunakan yaitu tipe simple-marine yang konsumsi
dayanya lebih rendah disbanding dengan tipe turbin. Kemudian gelembung udara
dengan distribusi yang rendah diinjeksi bersama dengan frother untuk mengurangi
tegangan permukaan dan bercampur ditengah kolom. Penambahan frother
mengurangi kecendurungan gelembung kecil untuk menyatu, sehingga
mempengaruhi penurunan kecepatan naiknya buih. Daya apung emas ditingkatkan
menggunakan kolektor. Kolektor yang digunakan yaitu kolektor xanthate. Untuk
frother digunakan MIBC, kemudian sulfida (Pyrite) akan mengapung pada xanthate
dan frother. Frother MIBC pada pH 10 untuk mengoptimalkan penekanan pada
pyrite dan proses dapat dikendalikan pada suhu 52⁰ C.
Untuk suspensi padat yang seragam, 4 baffle ditempatkan secara simetris
(90°) dalam vessel. Selain itu, untuk meminimalkan konsumsi daya, baffle harus
memiliki lebar 1/12 (8,3%) dari diameter vessel. Dan offset dari dinding vessel
sama dengan 1/72 (1,4%) dari diameter vessel. Celah/gap antara dinding vessel dan
baffle dapat mencegah akumulasi padatan.
Variabel proses yang diamati dalam proses flotasi ini adalah ukuran partikel,
kecepatan impeller, ukuran gelembuh rata – rata dan laju alir udara.
Gambar F.2 menyajikan data recovery sebagai fungsi dari ukuran partikel
bijih. Terlihat bahwa ketika distribusi ukuran partikel bergeser ke ukuran yang lebih
kecil, perolehan emas dan perak akan meningkat.
Gambar F.2 Pengaruh diameter partikel pada recovery emas-perak

Gambar F.3 menunjukkan kecepatan impeller optimal dimana perolehan


emas dan perak maksimum sama – sama tercapai. Kecepatan impeller optimal ini
mendekati 180 rpm. Peningkatan kecepatan impeller diatas nilai tersebut
menyebabkan penurunan recovery karena masuknya partikel hidrofilik (pengotor).

Gambar F.3 Pengaruh kecepatan impeller pada recovery emas-perak

Distribusi ukuran gelembung dapat diukur di dekat dinding sel dengan


menggunakan kamera Sony yang berkecepatan tinggi (500 fps) dengan program
pemrosesan gambar computer mikro. Ukuran gelembung rata –rata sebagai fungsi
dari laju alir udara pada empat kecepatan impeller ditunjukkan gambar F.4. Terlihat
bahwa gelembung rata-rata terkecil diproduksi pada 180 rpm, dan yang terbesar
pada 140 rpm. Pada kecepatan imepeller tertinggi (180 rpm), impeller mampu
manyebarkan udara dengan baik sambil mempertahankan ukuran gemebung rata-
rata yang kecil (0,5 hingga 1,5 mm) disemua lokasi yang diuji dalam sel.

Gambar F.4 Pengaruh laju alir udara pada kecepatan impeller tertentu

Gambar F.5 Pengaruh waktu flotasi dan konsentrasi kolektor


Gambar F.5 merupakan tampilan recovery sebagai fungsi waktu untuk dua
konsentrasi kolektor (g/t). secara umum, perolehan recovery yang meningkat
diperoleh saat waktu flotasi yang lebih lama dan konsentrasi kolektor yang
ditingkatkan.
G. Kesimpulan
Flotasi adalah suatu proses memisahkan suatu mineral dari bijihnya dengan
cara mengapungkan mineral tersebut sehingga terpisah dari mineral lainnya. Jenis
sel flotasi yang digunakan dalam recovery emas-perak yang berasal dari Pyrite
adalah gabungan antara sel flotasi mekanis dan kolom yang mana dapat
memberikan recovery yang paling optimum yaitu sekitar 87% recovery. Flotasi
beroperasi pada suhu 52°C pH 10, density pulp 30% padatan. Kolektor xanthate
dan frother MIBC ditambahkan untuk menyempurnakan proses recovery dan
berlangsung selama 15 menit.
DAFTAR PUSTAKA

Eshraghi, H., Rastad, E., & Motevali, K. (2010). Auriferous sulfides from Hired
gold mineralization, South Birjand, Lut block, Iran. Journal of Mineralogical
and Petrological Sciences, 105(4), 167–174.
https://doi.org/10.2465/jmps.070414b

Fuerstenau, M. C. (2009) Froth Flotation: A Century of Innovation.

Iqbal, T. M. (2015) Flotasi Mineral Sulfida. Tersedia pada:


https://www.academia.edu/19510962/Laporan_Modul_8_Flotasi_Mineral_Sulf
ida

Kouhestani, H., Rastad, E., & Omran, N. R. (2008). Auriferous Sulfides from the
Chah-Bagh Gold Occurrence , Muteh Mining District. 19(2), 125–136.

Parga, J. R., Valenzuela, J. L. dan Aguayo, S. (2009) “Bacís flotation cell for gold-
And silver-beard pyrite recovery,” Minerals and Metallurgical Processing,
26(1), hal. 25–29. doi: 10.1007/bf03403414.

Anda mungkin juga menyukai