NIM : 116180012
Kelas : A
(Tugas 3 Flotasi)
Kandungan tembaga dalam bijih berkisar antara 0,4-2,0%. Bijih dengan kadar tembaga
sekitar 0,4% umumnya dieksploitasi dengan cara tambang terbuka, sedangkan bijih dengan
kadar tembaga sekitar 1-2% dieksploitasi dengan cara tambang dalam.
Bijih tembaga pada umumnya diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu : sulfide
ore, oxide ore maupun native ore. Ore / bijih yang sangat penting adalah sulfide ore, karena
pada umumnya mempunyai kadar relatif tinggi. Mineral penting pada bijih tembaga biasanya
adalah: Chalcosite (Cu2S), Chalcopyrite (CuFeS2), Bornite (Cu2CuSFeS), Covelite (CuS);
disamping itu ada karbonat misalnya Malachite (CuCO3.Cu(OH)) dan azurite (2CuCO3
Cu(OH)2).
Mineral tembaga dalam bentuk oksida, karbonat, silikat dan sulfat ditemukan di alam
dalam jumlah kecil. Bijih tembaga ini umumnya diproduksi dengan jalur hidrometalurgi.
Dalam Perkembangannya, jalur hidrometalurgi juga digunakan untuk mengolah sebagian
bijih sulfida, khususnya Cu2S.
Dari diagram diatas, tahapan proses preparasi sebelum flotasi adalah sebagai berikut :
Peremukan bijih tembaga sulfide dengan SAG Mill (Semi Autogeneous Grinding Mill).
Tujuan mereduksi ukuran bijih tembaga sulfide agar kontak bijih dengan reagen flotasi
lebih luas sehingga mineral yang ingin diambil dapat terpisah dari pengotornya. Hasil
peremukan di ayak dengan ayakan getar hingga ukuran butir yang dikehendaki.
Hasil Pengayakan di gerus mengunakan Ball Mill-Cyclone sampai ukuran yang
dikehendaki 100-200 mesh, bijih tembaga sulfide halus dalam bentuk slurry yakni
bercampur dengan air. Slurry kemudian dialirkan ke tangki flotasi untuk tahap selanjutnya.
Karakteristik flotasi untuk bijih tembaga sulfida berbeda dengan flotasi untuk bijih tembaga
porifir, beberapa diantarnya adalah:
Pirit dalam bijih ini lebih aktif daripada dalam bijih tembaga porfiri, sehingga depresi
pirit lebih sulit. Beberapa bijih yang mengandung pyrrhotite dan marcasite dalam
konsentratnya, Biasanya memiliki konsentrat tembaga rendah sebesar 16-20% Cu.
Bijih tembaga sulfida di deseminasi dan dalam beberapa kasus, akan membutuhkan
penggilingan halus dari konsentrat yang lebih kasar (~ 25 m). Mineral tembaga halus
memiliki tingkat flotasi yang rendah, yang dapat menyebabkan kerugian dalam
pemulihan
Adanya pengotor tanah liat dalam bijih tembaga sulfida kurang menguntungkan
Secara umum, ada tiga opsi untuk perlakuan flotasi bijih tembaga sulfida;
1) flotasi tembaga berurutan dan berhubungan dari pirit dan sulfida lainnya, opsi ini yang
umum digunakan
2) bulk flotasi atau semi bulk flotasi diikuti dengan pemisahan tembaga-pirit setelah
penggilingan kembali konsentrat. Metode ini digunakan saat tembaga terdeseminasi
dengan pirit atau bijih yang mengandung tanah liat mineral (bersifat asam), yang
mengganggu flotasi tembaga. Beberapa pabrik pengolahan tembaga menggunakan
metode ini.
Reagen yang digunakan untuk flotasi bijih tembaga sulfida lebih beragam dan spesifik
untuk mengatasi masalah flotasi bijih tembaga sulfida. Berikut reagen –reagen yang
digunakan:
Collector : Pemilhan collector tergantung pada pembentukan bijih tembaga dan sulfida
yang terasosiasi didalamnya. Xhantat adalah collector yang umum digunakan sendiri
atau dikombinasikan dengan dithiophosphates atau thionocarbamates yang biasanya
digunakan pada mineral sekunder. Thionocarbamates baik bagi flotasi dengan bijih
yang mengandung tanah liat .
Frother : Pemilihan variasi Frother, biasanya yang digunakan dari tipe alchocol frother
seperti Metil Isobutil Carbinol, namun pada flotasi bijih yang mengandung tanah liat
dapat digunakan frother tipe glycol
Modifier : digunakan modifier depressant pada flotasi bijih tembaga sulfida,
Penggunaan depressant Na2S dan Na2SO3 dengan kapur, efektif untuk flotasi dengan
pengapungan lambat oleh kalkopirit.
Penggunaan Depresant DDS4 yaitu terbuat dari dextrin + quebracho +NaCN dengan
perbandingan 2 :1 : 2 terbukti menjadi depresant baru yang efektif saat depresi pirit dan
marcasite yang diaktifkan
Proses aerasi atau penjenuhan dilakukan di Amerika Utara, dan terbukti efektif untuk
bijih yang mengandung phyrotite. Catatan bahwa adanya phyrotite selama penggerusan
karena kereaktifanya menyebabkan oksigen berkurang sehingga daya apung tembaga
juga berkurang. Gambar dibawah ini menunjukkan efek aerasi pada laju flotasi tembaga
dari bijih tembaga yang mengandung pirhotit
[3] https://www.academia.edu/19510962/Laporan_Modul_8_Flotasi_Mineral_Sulfida
[4] https://ardra.biz/sain-teknologi/mineral/pengolahan-mineral/pengolahan-bijih-tembaga/