NIM : 116180012
Kelas : B
A. Pendahuluan
Batu Gamping(kapur) merupakan batuan berwarna putih, jika dibakar dapat digunakan
sebagai campuran bahan bangunan yang sebagian besar terdiri atas kalsium karbonat; batu
kapur. Mineral karbonat yang umum ditemukan berasosiasi dengan batu kapur adalah
aragonit (CaCO3), yang merupakan mineral metastable karena pada kurun waktu tertentu
dapat berubah menjadi kalsit (CaCO3).
Dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik, secara mekanik, atau secara
kimia. Sebagian besar batu kapur yang terdapat di alam terjadi secara organik, jenis ini
berasal dari pengendapan cangkang/rumah kerang dan siput, foraminifera atau ganggang,
atau berasal dari kerangka binatang koral/kerang. Batu kapur dapat berwarna putih susu, abu
muda, abu tua, coklat bahkan hitam, tergantung keberadaan mineral pengotornya. Sumber
utama dari kalsit adalah organisme laut. Organisme ini mengeluarkan shell yang keluar ke air
dan terdeposit di lantai samudra sebagai ooze pelagik (lihat lsoklin untuk informasi tentang
dissolusi kalsit).
Kalsit sekunder juga dapat terdepositkan oleh air meteorik tersupersaturasi (air tanah
yang mengendapkan material di gua). Ini menciptakan speleothem seperti stalagmit dan
stalaktit. Bentuk yang lebih jauh terbentuk dari Oolite (Gamping Oolitik) dan dapat dikenali
dengan penampilannya yang granular. Gamping membentuk 10% dari seluruh volume batuan
sedimen.
Pada bidang industri metalurgi (peleburan logam), batu kapur (CaCO 3) merupakan bahan
tambang yang dipakai sebagai fluks (bahan pengikat pengotor logam/ terak). Batu kapur
[CaCO₃] fungsinya adalah sebagai fluks yaitu bahan yang akan bereaksi dengan pengotor.
Dimana jumlah pengotor yang bersifat asam umumnya lebih banyak sehingga digunakan
fluks yang bersifat basa. Pengumpanan kedalam tanur peleburan dilakukan bersama-sama
dengan komponen bahan baku dan bahan bakar. Kemudian batukapur ini akan terurai
menjadi kapur bakar (CaO) pada temperatur kurang lebih 9500 C.
Batu kapur (CaCO3) berfungsi sebagai fluks, iaitu untuk mengikat pengotor yang bersifat
asam, seperti SiO2 membentuk terak. Reaksi pembentukan terak adalah sebagai berikut.
Mula-mula batu kapur terurai membentuk kalsium oksida (CaO) dan karbon dioksida (CO 2).
Reaksi: CaCO3(s) → CaO(s) + CO2(g)
Kalsium oksida kemudian bereaksi dengan pasir membentuk kalsium silikat, komponen
utama dalam terak.
Reaksi: CaO(s) + SiO2(s) → CaSiO3(l)
Terak ini mengapung di atas besi cair dan harus dikeluarkan dalam selang waktu tertentu.
Kapur bakar(CaO) inilah yang berfungsi sebagai bahan pengatur kebasaan terak, sehingga
pada setiap proses peleburan selalu dibutuhkan batu kapur. Dalam prakteknya, apabila ke
dalam tanur saat pengumpanan yang dimasukan kapur gamping (CaCO3), bukan kapur
bakarnya (CaO), maka tanur tersebut bekerja ganda, yaitu terlebih dahulu menguraikan batu
kapur menjadi kapur bakar.
Keuntungannya adalah proses dapat menggunakan bahan bakar yang murah untuk
pembakarannya dan tentunya membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Teknologi
penguraian batu kapur merupakan teknologi yang sederhana dan mudah dikuasai. Tanur
kalsinasi ini juga dapat dibuat dengan sederhana dan murah.
Adapun persyaratan Batu Gamping dalam proses peleburan bijh besi, yaitu :
Standarisasi kualitas batu gamping yang telah ditetapkan untuk proses peleburan bijih
besi menunjukkan bahwa dalam batu gamping harus terdapat, CaO : min 52%, SiO2 : maks
4%, Al2O3 + Fe2O3 :maks 3% dan MgO : maks 3,5%.
Batu Gamping(kapur) merupakan batuan berwarna putih, jika dibakar dapat digunakan
sebagai campuran bahan bangunan yang sebagian besar terdiri atas kalsium karbonat; batu
kapu. Dalam industri metalurgi batu kapur [CaCO₃] fungsinya adalah sebagai fluks yaitu
bahan yang akan bereaksi dengan pengotor. Dimana jumlah pengotor yang bersifat asam
umumnya lebih banyak sehingga digunakan fluks yang bersifat basa.
Magnesium merupakan salah satu mineral yang bersifat asam didalam batu gamping atau
limestone tersebut. Jika, kandungan magnesium(MgO) terlalu tinggi dalam batuan gamping
tersebut, maka dalam prosesnya Batu Kapur atau limestone ini tidak berfungsi sebagai
pengikat mineral pengotor karena kandungan batu kapur sendiri itu bersifat asam.
[1].https://www.google.com/search?q=kandungan+magnesium+yang+tinggi+dalam+pen
golahan+bjih&oq=kandungan+magnesium+yang+tinggi+dalam+pengolahan+
bjih&aqs=chrome..69i57j33.29056j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8.
(Diakses pada, Rabu 22 April 2020, pukul 19:00 WIB).
[3].https://ardra.biz/sain-teknologi/metalurgi/pengolahan-bijih-besi-dengan-blast-
furnacetanur-tiup/. Diakses pada, Kamis 23 April 2020, pukul 09:00 WIB.
[5].http://ptsbstk.blogspot.com/2016/03/proses-pembuatan-besi.html?m=1. (Diakses
pada, Kamis 23 April 2020, pukul 09:40 WIB).
[7].https://www.researchgate.net/publication/340269960_KARAKTERISTIK_BATU_K
APUR_DALAM_NEGERI_UNTUK_BAHAN_BAKU_PENDUKUNG_PEN
GOLAHAN_BIJIH_BESIBAJA. (Diakses pada, Kamis 23 April 2020, pukul
20:40 WIB).