Anda di halaman 1dari 10

ARTIKEL-ARTIKEL KEGUNAAN BATU GAMPING

Kegunaan dan Karakteristik Batu Limestone


 29 Juni 2019
 Posted by Indoprecast

Batu limestone yang memiliki banyak fungsi mulai dari konstruksi dan juga industri lain
yang banyak dipakai saat ini, khususnya dalam perkerasan jalan yang berfungsi sebagai
pengganti agregat.

Batu limestone adalah jenis batu kapur, batuan ini merupakan sedimen yang terdiri dari
calcite atau kalsium carbonate. Terbentuknya batuan ini akibat presipitasi air laut karena
proses biokimia. Penambangan batu kapus bisa ditemukan di berbagai daerah di Indonesia.
Salah satu fungsinya ialah untuk material konstruksi.

Batu Limestone Untuk Berbagai Bidang

Batu limestone atau batu kapur mengandung sebagian besar mineral kalium karbonat.
Totalnya bisa mencapai 95% yang diubah menjadi oksida dengan kalsinasi. Dengan cara ini
maka limestone lebih mudah dimurnikan untuk memperoleh kalsiumnya. Karenanya, batu
kapur bukan hanya dipakai untuk konstruksi namun juga untuk bidang lainnya.

Pembangunan infrastruktur khususnya jalan raya membutuhkan material yang berkualitas


dan beragam. Dengan adanya batu kapur yang kaya di Indonesia, maka segala proses
penyediaan material juga lebih mudah.

Berikut ini sifat batu kapur secara umum :

 Warna putih, putih kecoklatan, dan ada yang putih keabuan


 Memiliki bidang belahan yang tidak teratur
 Tingkat kekerasan 2,7 sampai 3,4 skala mohs

Muhamad Alfa Rizky/116180012


 Berat jenis batu kapur 2,387 Ton/ meter kubik
 Sifat batuan ini keras dan ada yang yang berongga.
Dengan sifatnya ini, maka batu kapur atau batu limestone dipakai dalam banyak
bidang, seperti :

 Bahan bangunan untuk pengerjaan jalan


 Konstruksi bendungan atau dam
 Bahan pembuatan semen Portland dan semen alam.
 Pada industri keramik dan kaca
 Penjernih air
 Sebagai fiux pada industri logam

Batu Limestone Untuk Konstruksi Jalan

Jalan adalah prasarana transportasi yang dimanfaatkan semua orang. Dalam hal ini,
pengadaan material yang baik akan mempengaruhi kualitas jalan. Dengan material yang
kurang baik, maka jalan akan rentan mengalami kerusakan. Salah satunya ialah karena lapis
pondasi bawah atau subbase course tidak sempurna. Beberapa faktor yang turut
mempengaruhi ialah :

 Tanah dasar tidak stabil


 Pemilihan material konstruksi perkerasan yang tidak baik
 Proses pemadatan serta perkerasan jalan yang tidak sempurna.

Sebagai material perkerasan jalan, batu limestone sudah banyak dipakai. Khususnya untuk
bahan stabilisasi atau stabilizing tanah dasar. Sejak jaman dulu material dari alam ini sudah
banyak dipakai. Selain itu juga batu kapur ini juga banyak diaplikasikan untuk urugan,
pondasi, dan campuran pembuatan semen Portland.

Khusus untuk urugan, batu kapur dimanfaatkan karena batu ini memiliki daya dukung yang
baik. Sementara untuk pondasi, batu kapur dipilih lantaran harganya lebih murah dibanding
agregat lainnya.

Batu kapur juga memiliki potensi untuk dipakai sebagai material perkerasan jalan baik untuk
lapisan pondasi bawah, lapisan pondasi atas, dan lapisan campuran perkerasan jalan pada
umumnya.

Perlu diketahui juga bahwa lapisan perkerasan jalan ialah lapisan yang berada di atas tanah
dasar atau subgrade dimana bagian ini mengalami pemadatan untuk mendukung lalu lintas.
Dengan lapisan yang baik maka tanah dasar tidak akan menerima kelebihan beban yang
diijinkan.
REFERENSI :

https://indoprecast.com/kegunaan-dan-karakteristik-batu-limestone/

Muhamad Alfa Rizky/116180012


Proses Pembuatan Besi

8:55 pm Unknown 5 Comments

Bukti arkeologi menunjukkan bahawa manusia telah menggunakan besi selama 5000 tahun.
Besi adalah yang termurah dan salah satu yang paling berlimpah dari semua logam, yang
terdiri dari hampir 5,6% dari kerak bumi dan hampir semua inti bumi. Besi terutama
diperoleh dari mineral hematit (Fe2O3) dan magnetit (Fe3O4). Mineral taconite, limonit
(FeO (OH) · nH2O) dan siderit (FeCO3) adalah sumber penting lainnya.

Besi merupakan unsur keempat terbanyak di muka bumi. Di alam, besi terdapat dalam
bentuk senyawa, antara lain sebagai hematit (Fe2O3), magnetit (Fe3 O4), pirit (FeS2), dan
siderit (FeCO3). Selain sangat reaktif yaitu cepat teroksidasi membentuk karat dalam udara
lembap, besi murni bersifat lunak dan liat.

Proses pembuatan besi dilakukan melalui dua tahap.

A. Peleburan Besi (klick to watch link video)

Peleburan besi dilakukan dalam suatu alat yang disebut blast furnace (tungku
sembur) dengan tinggi 40 m dan lebar 14 m dan diperbuat dari batu bata yang tahan panas
tinggi. Bahan yang dimasukkan dalam tungku ini ada tiga jenis, iaitu bijih besi yang
bercampur pasir (biasanya hematit), batu kapur (CaCO3) untuk mengikat kotor(fluks) pada
besi, dan karbon (kokas) sebagai zat.

Reaksi: 2 FeO3 + 3 C → 4 Fe + 3 CO2

Muhamad Alfa Rizky/116180012


blast furnace (tungku sembur)

bijih besi

batu kapur

Suhu reaksi sangat tinggi dan tekanan tungku sekitar 1 – 3 atm gauge, sehingga besi
mencair dan disebut besi gubal (pig iron). Besi cair pada umumnya terus diproses untuk
membuat baja, tetapi sebagian ada juga yang dialirkan ke dalam cetakan untuk
membuat besi tuang (cast iron) yang mengandung 3 – 4 % karbon dan sedikit pengotor lain,
seperti Mn, Si, P. Besi yang mengandung karbon sangat rendah (0,005 – 0,2%) disebut besi
tempa (wrought iron).

Muhamad Alfa Rizky/116180012


besi gubal (pig iron).

besi tuang (cast iron)

besi tempa (wrought iron).

Muhamad Alfa Rizky/116180012


Batu kapur berfungsi sebagai fluks, iaitu untuk mengikat pengotor yang bersifat asam,
seperti SiO2 membentuk terak. Reaksi pembentukan terak adalah sebagai berikut. Mula-
mula batu kapur terurai membentuk kalsium oksida (CaO) dan karbon dioksida (CO 2).

Reaksi: CaCO3(s) → CaO(s) + CO2 (g)

Kalsium oksida kemudian bereaksi dengan pasir membentuk kalsium silikat, komponen
utama dalam

terak. Reaksi: CaO(s) + SiO 2(s) → CaSiO3(l)

Terak ini mengapung di atas besi cair dan harus dikeluarkan dalam selang waktu tertentu.

B. Peleburan Ulang Besi-Baja


Proses pembuatan baja dibagi menjadi beberapa tahap sebagi berikut.
1. Menurunkan kadar karbon dalam besi gubal dari 3 – 4% menjadi 0 – 1,5%,iaitu dengan
mengoksidakannya dengan oksigen.
2. Membuang Si, Mn, dan P serta pengotor lain melalui pembentukan terak.
3. Menambahkan logam aliase, seperti Cr, Ni, Mn, V, Mo, dan W sesuai dengan jenis baja
yang diinginkan.

logam aliase

Teknologi pengolahan besi gubal (pig iron) menjadi baja secara murah dan cepat
diperkenalkan oleh Henry Bessemer (1856), tetapi sekarang sudah tidak digunakan
lagi. William Siemens tahun 1860 mengembangkan tungku terbuka (open herth furnace),
dan sekarang tungku yang banyak digunakan adalah tungku oksigen.

Muhamad Alfa Rizky/116180012


Henry Bessemer (1856)

William Siemens

Muhamad Alfa Rizky/116180012


(open herth furnace)

Berbagai jenis zat ditambahkan pada pengolahan baja yang berguna sebagai “scavengers”
(pengikat pengotor), terutama untuk mengikat oksigen dan nitrogen. Scavengers yang
penting adalah aluminium, ferosilikon, feromangan, dan ferotitan. Zat tersebut bereaksi
dengan nitrogen atau oksigen yang terlarut membentuk oksida yang kemudian terpisah ke
dalam terak.

aluminium

Muhamad Alfa Rizky/116180012


ferosilikon

Baja dapat digolongkan ke dalam tiga golongan, iaitu:


1. Baja karbon, terdiri atas besi dan karbon.
2. Baja tahan karat (stainless stell), mempunyai kadar karbon yang rendah dan
mengandung sekitar 14% kromium.
3. Baja aliase, yaitu baja spesial yang mengandung unsur tertentu sesuai dangan sifat yang
diinginkan.

Untuk mencegah perkaratan pada baja dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
1. Menambahkan logam lain.
2. Menggunakan lapisan pelindung.
3. Menggunakan logam yang dapat dikorbankan.
4. Melindungi secara katodik.

REFERENSI :

http://ptsbstk.blogspot.com/2016/03/proses-pembuatan-besi.html?m=1.

Muhamad Alfa Rizky/116180012


BATU KAPUR/GAMPING
Batu kapur (Gamping) dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik, secara
mekanik, atau secarakimia. Sebagian besar batu kapur yang terdapat di alam terjadi
secara organik, jenis ini berasal dari pengendapancangkang/rumah kerang dan siput,
foraminifera atau ganggang, atau berasal dari kerangka binatang koral/kerang.Batu
kapur dapat berwarna putih susu, abu muda, abu tua, coklat bahkan hitam, tergantung
keberadaan mineralpengotornya.

Mineral karbonat yang umum ditemukan berasosiasi dengan batu kapur adalah aragonit
(CaCO3), yang merupakanmineral metastable karena pada kurun waktu tertentu dapat
berubah menjadi kalsit (CaCO3). Mineral lainnya yangumum ditemukan berasosiasi
dengan batu kapur atau dolomit, tetapi dalam jumlah kecil adalah Siderit
(FeCO3),ankarerit (Ca2MgFe(CO3)4), dan magnesit (MgCO3).

Penggunaan batu kapur sudah beragam diantaranya untuk bahan kaptan, bahan
campuran bangunan, industrikaret dan ban, kertas, dan lain-lain.Potensi batu kapur di
Indonesia sangat besar dan tersebar hampir merata di seluruh kepulauan Indonesia.
Sebagianbesar cadangan batu kapur Indonesia terdapat di Sumatera Barat

Pemanfaatan batu kapur Bayah untuk Industri peleburan logam


Pada bidang industri metalurgi (peleburan logam), batu kapur (CaCO3) merupakan
bahan tambangyang dipakai sebagai fluks (bahan pengikat pengotor logam/ terak).
Pengumpanan kedalam tanurpeleburan dilakukan bersama-sama dengan komponen
bahan baku dan bahan bakar, Kemudian batukapur ini akan terurai menjadi kapur bakar
(CaO) pada temperatur kurang lebih 9500 C. Kapur bakar(CaO) inilah yang berfungsi
sebagai bahan pengatur kebasaan terak, sehingga pada setiap prosespeleburan selalu
dibutuhkan batu kapur.

Dalam prakteknya, apabila ke dalam tanur saatpengumpanan yang dimasukan kapur


gamping (CaCO3), bukan kapur bakarnya (CaO), maka tanurtersebut bekerja ganda,
yaitu terlebih dahulu menguraikan batu kapur menjadi kapur bakar. Hal initentunya
merugikan, karena berkaitan dengan energi yang diperlukan cukup tinggi untuk
prosespenguraian tersebut (konsumsi energi yang tinggi pada saat proses penghilangan
CO2), padahaltujuan utama proses adalah melakukan proses peleburan logam dengan
energi yang seminimalmungkin.

Untuk itu ,di dalam industri metalurgi, dilakukan proses secara terpisah yaitu
proseskalsinasi dengan tanur kalsinasi tersendiri untuk menghasilkan CaO.
Keuntungannya adalah prosesdapat menggunakan bahan bakar yang murah untuk
pembakarannya dan tentunya membukalapangan pekerjaan baru bagi masyarakat.
Teknologi penguraian batu kapur merupakan teknologiyang sederhana dan mudah
dikuasai. Tanur kalsinasi ini juga dapat dibuat dengan sederhana danmurah.

REFERENSI : https://www.scribd.com/doc/54131981/BATU-KAPUR

Muhamad Alfa Rizky/116180012

Anda mungkin juga menyukai