BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengenalan Besi
Besi merupakan logam paling biasa digunakan di antara semua logam,
yaitu sebanyak 95 % dari semua logam yang dihasilkan di seluruh dunia. Harga
yang murah serta kekuatannya membuat besi banyak digunakan, terutamanya
dalam pembuatan pada industri kereta, badan kapal bagi kapal besar, dan
komponen struktur pada bangunan.
Bijih besi yang utama adalah hematit (Fe2O3). Bijih lainnya adalah
magnetit, pirit dan siderit. Tempat penambangan bijih besi di indonesia ada di
Cilacap, Jawa tengah dan di beberapa tempat di jawa Timur sedang peleburan biji
besi dan industri baja terdapat di Cilegon, jawa barat.
Besi baja merupakan aloy besi yang paling banyak digunakan, dan jenisjenis dari besi yang lainnya adalah:
Besi tuang (Cast iron) mengandungi 2% 3.5% karbon dan sejumlah kecil
mangan. Campuran yang terdapat di dalam besi mentah dapat memberikan
kesan buruk kepada sifat bahan, seperti belerang dan fosfor, telah mempunyai
III- 3
titik lebur pada suhu 14201470 K, yang lebih rendah berbanding dua
komponen utamanya, dan menjadikannya hasil pertama yang melebur apabila
karbon dan besi dipanaskan serentak. Sifat mekaniknya berubah-ubah,
bergantung kepada bentuk karbon yang diberikan ke dalam aloi. Besi tuang
'putih' mengandung karbon dalam bentuk cementite, atau besi karbida.
Sebagian keras dan rapuh ini mendominasi sifat-sifat utama besi tuang 'putih',
menyebabkannya keras, tetapi tidak tahan kejutan. Dalam besi tuang 'kelabu',
karbon hadir dalam bentuk serpihan halus grafit, dan ini juga menyebabkan
bahan menjadi rapuh kerana ciri-ciri grafit yang mempunyai pinggir-pinggir
tajam yang merupakan kawasan tegasan tinggi. Jenis besi kelabu yang baru,
yang dinamakan 'besi mulur', adalah dicampur dengan kandungan surih
magnesium untuk mengubah bentuk grafit menjadi sferoid, atau nodul, lantas
meningkatkan ketegaran dan kekuatan besi.
Besi karbon mengandungi antara 0.5% dan 1.5% karbon, dengan sejumlah
kecil mangan, belerang, fosfor, dan silikon.
Besi tempa (Wrought iron) mengandungi kurang daripada 0.5% karbon. Besi
tersebut
III- 3
III- 3
III- 3
Proses ini disebut dioksidasi. Setelah dioksidasi, baja cair dialirkan dalam
mesin cetakan kontinu berupa slab atau dicor dalam cetakan berupa ingot. Slab
dan ingot itu diproses dengan penempaan panas, rolling panas, penempaan dingin,
perlakuan panas, pengerasan permukaan dan lain-lain untuk dibentuk menjadi
sebuah produk atau kerangka dasar dari sebuah produk.
Berbagai macam bijih besi yang terdapat di dalam kulit bumi berupa
oksida besi dan karbonat besi, diantaranya yang terpenting adalah sebagai berikut:
1.
Bijih besi coklat (2Fe2O3 + 3H2O) dengan kandungan besi berkisar 40%.
2.
3.
4.
Bijih besi kalsit atau spat (FeCO3) yang juga disebut sferosiderit dengan
mengandung besi berkisar 40%.
Bijih besi dari tambang biasanya masih bercampur dengan pasir, tanah
liat, dan batu-batuan dalam bongkah-bongkahan yang tidak sama besar. Untuk
kelancaran proses pengolahan bijih besi, bongkah-bongkah tersebut dipecahkan
dengan mesin pemecah, kemudian disortir antara bijih bersih dan batu-batuan
ikutan dengan tromol magnet.
Pekerjaan
selanjutnya
adalah
mencuci
bijih
besi
tersebut
dan
mengelompokkan menurut besarnya, bijih bijih besi halus dan butir-butir yang
kecil diaglomir di dalam tanur sinter atau rol hingga berupa bola-bola yang dapat
dipakai kembali sebagai isi tanur.
III- 3
Setelah bijih besi itu dipanggang di dalam tanur panggang agar kering dan
unsur-unsur yang mudah menjadi gas keluar dari bijih kemudian dibawa ke tanur
tinggi diolah menjadi besi kasar. Tanur tinggi mempunyai bentuk dua buah
kerucut yang berdiri satu di atas yang lain pada alasnya. Pada bagian atas adalah
tungkunya yang melebar ke bawah, sehingga muatannya dengan mudah meluncur
ke bawah dan tidak terjadi kemacetan. Bagian bawah melebar ke atas dengan
maksud agar muatannya tetap berada di bagian ini.
Tanur tinggi dibuat dari susunan batu tahan api yang diberi selubung baja
pelat untuk memperkokoh konstruksinya. Tanur diisi dari atas dengan alat pengisi.
Berturut-turut dimasukkan kokas, bahan tambahan (batu kapur) dan bijih besi.
Kokas adalah arang batu bara yaitu batu bara yang sudah didestilasikan secara
kering dan mengandung belerang yang sangat rendah sekali. Kokas berfungsi
sebagai bahan bakarnya dan membutuhkan zat asam yang banyak sebagai
pengembus.
Agar proses dapat berjalan dengan cepat udara pengembus itu perlu
dipanaskan terlebih dahulu di dalam tanur pemanas udara. Proses reduksi bijih
besi pada tanur tinggi dapat dilihat pada (Gambar 3.1).
Besi cair di dalam tanur tinggi, kemudian dicerat dan dituang menjadi
besi kasar, dalam bentuk balok-balok besi kasar yang digunakan sebagai bahan
ancuran untuk pembuatan besi tuang (di dalam tanur kubah), atau dalam keadaan
cair dipindahkan pada bagian pembuatan baja di dalam konvertor atau tanur baja
yang lain, misalnya tanur Siemen Martin.
III- 3
GAMBAR 3.1
PROSES REDUKSI BIJIH BESI DALAM TANUR TINGGI
Secara sederhana proses pengolahan bijih besi dari tambang sampai
proses peleburannya menjadi besi cair dapat dilihat pada bagan alir proses
peleburan besi pada (Gambar 3.2).
III- 3
Bijih besi
Kadar tinggi
(> 55% Fe
Bongkah-bongkah
O 3)
Kadar rendah
(< 55% Fe
O 3)
PB G
Ukuran kecil
Ampas
Sintering, pelletizing
Kokas &
Blast furnace,
gas dijual
Flue
dust
flux
Besi wantah
(pig iron / hot metal)
Scrap
Terak dibuang
Pemurnian di
hearth furnace
Open hearth steel
open
GAMBAR 3.2
DIAGRAM ALIR PROSES PELEBURAN BESI
Terak dibuang
III- 3
GAMBAR 3.3
BENTUK SEL SATUAN BCC
III- 3
GAMBAR 3.4
BENTUK SEL SATUAN FCC
Perubahan bentuk susunan atom (sel satuan) akibat pemanasan ditunjukan
pada gambar dibawah ini :
GAMBAR 3.5
PERUBAHAN BENTUK SEL SATUAN AKIBAT PEMANASAN
PADA LOGAM
III- 3
Softening
(Pelunakan)
Adalah
usaha
untuk
yang
sudah
dipanaskan
didalam
tungku
(annealing)
atau
Hardening
(Pengerasan)
Adalah
usaha
untuk
III- 3
memperoleh sifat mekanik dan fisik yang diperlukan untuk suatu aplikasi
proses pengerjaan logam. Proses selanjutnya setelah fasa tunggal austenit
terbentuk adalah pendinginan, dimana mekanismenya dipengaruhi oleh
temperatur, waktu, serta media yang digunakan. Pada pendinginan secara
perlahan-lahan perubahan fasa berdasarkan mekanisme difusi, dimana
kehalusan dan kekasaran struktur yang dihasilkan tergantung pada
kecepatan difusi.
GAMBAR 3.6
PENGARUH KECEPATAN PENDINGINAN PADA BAJA
TERHADAP STRUKUR MIKRO
III- 3
III- 3
GAMBAR 3.7
TEMPERATUR PEMANASAN UNTUK ANNELING, NORMALIZING, HOT
WORKING DAN HOMOGENEZING PADA DIAGRAM Fe-Fe3C
III- 3
GAMBAR 3.8
SKEMATIK SIKLUS TEMPERATUR WAKTU DARI
ANNELING DAN NORMALIZING
Struktur yang dihasilkan dari proses pemanasan dan pendinginan yang
lambat adalah fasa ferit dan fasa perlit.
GAMBAR 3.9
STRUKTUR MIKRO BAJA KARBON MEDIUM HASIL AUSTENISASI
PADA TEMPERATUR 1095oC PENDINGINAN DI UDARA
III- 3
Dari gambar terlihat fasa ferit dan perlit. Fasa ferit adalah fasa yang
terlihat berwarna terang, fasa ini mempunyai mempunyai sifat lunak.
Sedangkan fasa perlit yang terlihat berwarna gelap adalah lapisan ferit dan
sementit, fasa ini mempunyai sifat mampu mesin yang baik.
Temperatur pemanasan austenisasi yang
semakin
tinggi (super
GAMBAR 3.10
SKEMA PENGARUH TEMPERATUR AUSTENISASI YANG MENUNJUKAN
PERUBAHAN STRUKTUR BAJA DALAM
PROSES ANNEALING DAN NORMALIZING.
III- 3
III- 3
GAMBAR 3.11
GRAFIK PENGARUH PARAMETER PENGERASAN
III- 3
Larutan Garam
Air
Oli
Pemilihan media quech untuk mengeraskan baja tergantung pada
III- 3
GAMBAR 3.12
TAHAPAN DARI PENDINGINAN SELAMA QUENCHING
Pada tahap ini (tahap A) benda kerja akan segera dikelilingi oleh
lapisan uap yang terbentuk dari cairan pendingin yang menyentuh
permukaan benda kerja. Uap yang terbentuk menghalangi cairan pendingin
menyentuh permukaan benda kerja. Sebelum terbentuk lapisan uap,
permukaan benda kerja mengalami pendinginan yang sangat intensif.
Dengan adanya lapisan uap, akan menurunkan laju pendinginan, karena
lapisan terbentuk dan akan berfungsi sebagai isolator.
Pendinginan dalam hal ini terjadi efek radiasi melalui lapisan uap ini
lama-kelamaan akan hilang oleh cairan pendingin yang mengelilinginya.
Kecepatan menghilangkan lapisan uap makin besar jika viskositas cairan
makin rendah.
III- 3
Jika benda kerja didinginkan lebih lanjut, panas yang dikeluarkan oleh
benda kerja tidak cukup untuk tetap menghasilkan lapisan uap, dengan
demikian tahap B dimulai. Pada tahap ini cairan pendingin dapat menyentuh
permukaan benda kerja sehingga terbentuk gelembung-gelembung udara
dan menyingkirkan lapisan uap sehingga laju pendinginan menjadi
bertambah besar.
Tahap C dimulai jika pendidihan cairan pendingin sudah berlalu
sehingga cairan pendingin tersebut pada tahap ini sudah mulai bersentuhan
dengan seluruh permukaan benda kerja. Pada tahap ini pula pendinginan
berlangsung secara konveksi karena itu laju pendinginan menjadi rendah
pada saat temperatur benda kerja turun. Untuk mencapai struktur martensit
yang keras dari baja karbon dan baja paduan, harus diciptakan kondisi
sedemikian sehingga kecepatan pendinginan yang terjadi melampaui
kecepatan pendinginan kritik dari benda kerja yang diquench, sehingga
transformasi ke perlit atau bainit dapat dicegah.
Fluida yang ideal untuk media quench agar diperoleh struktur
martensit, harus bersifat :
o
III- 3
Pada Tabel III.1 berikut dapat dilihat beberapa sifat dan keunggulan
dari setiap media quenching yang biasa digunakan.
TABEL III.1
NILAI KEKERASAN (SEVERITY) DARI MEDIA QUENCHING
Air
No Circulation of Fluid or Agitation of
Oil
0.25 to
Water
0.9 to
0.30
0.30 to
1.0
1.0 to
0.35
0.35 to
1.1
1.2 to
0.40
1.3
1.4 to
0.02
Piece
Mild Circulation
Brine
2
2 to
.
Moderate Circulation
Good Circulation
2.2
0.4 to 0.5
Strong Circulation
1.5
1.6 to
0.05
0.5 to 0.8
..
Violent Circulation
2.0
0.8 to 1.1
DAFTAR PUSTAKA
1. Amstead, B,H. 1995. Ostwald, F, Philip. Myron, L, Begeman. 1995. Teknologi
Mekanik. Erlangga. Jakarta
2. Fusito. 2005. Rangkuman Materi Proses Produksi. Universitas Sriwijaya. Indralaya
III- 3
3. www.google.com/wikipeda