A. PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti sering melihat benda-benda yang terbuat dari baja,
misalnya: kawat, sekrup, baut, pisau, tulangan beton, jembatan rangka dan lain-lain.
Baja adalah merupakan logam paduan yang terdiri dari besi, karbon dan unsur lainnya.
Pada umumnya baja diklasifikasikan lagi berdasarkan banyaknya kadar karbon yang
dikandung dan juga berdasarkan banyaknya paduan yang dikandung.
Karbon merupakan salah satu unsur yang sangat penting karena dapat meningkatkan
kekerasan dan kekuatan baja.
Besi berasal dari biji besi yang dilebur dalam suatu tempat pembakaran yang dinamakan
Tanur Tinggi.
Biji besi ini dicampur dengan kokas dan batu kapur yang kemudian dilebur dalam Tanur
Tinggi.
Jenis biji besi yang lazim digunakan adalah hematite, magnetik, siderit, himosit, dll.
Hematite (Fe2O3) adalah biji besi yang paling banyak digunakan karena kadar besinya
tinggi, sedang kadar kotorannya relatif rendah.
Diperkirakan besi telah dikenal manusia sekitar tahun 1200 SM. Pada zaman tersebut
manusia berpikir ingin memiliki sebuah benda yang kokoh, bertahan lama dan ekonomis
sebagai pengganti benda-benda yang selama ini dimanfaatkan dari alam sekitar seperti kayu
dan bebatuan. Kemudian penemuan besi ini dikembangkan sesuai dengan perkembangan
zaman dan kebutuhan manusia yang semakin meningkat terhadap benda yang lebih kuat dan
kokoh. Kemudian timbulah pemikiran untuk membuat benda yang dinamakan baja sebagai
hasil pengembangan dari pembuatan besi.
Kandungan karbon di dalam baja sekitar 0,1 - 1,7 %, sedangkan unsur lainnya dibatasi
persentasenya.
Unsur paduan yang bercampur di dalam lapisan baja, untuk membuat baja bereaksi terhadap
pengerjaan panas atau menghasilkan sifat-sifat yang khusus.
B. UNSUR PADUAN DALAM BAJA
a. Larut dalam besi untuk membentuk larutan padat ferit yang mengandung
karbon di atas 0,006 % pada temperatur kamar. Unsur karbon akan naik lagi
sampai 0,03% pada temperatur sekitar 725°C. Ferit bersifat lunak, tidak kuat, dan
kenyal.
b. Sebagai campuran kimia dalam besi, campuran ini disebut sementit (Fe3C) apabila
mengandung 6,67 % karbon. Sementit bersifat keras dan rapuh.
Sementit dapat larut dalam besi berupa sementit yang bebas atau tersusun
lapisan-lapisan dengan ferit yang menghasilkan struktur "perlit", dinamakan perlit
karena ketika di dites dengan jalan goresan dan dilihat dengan mata secara bebas,
perlit kelihatannya seperti karang mutiara. Perlit adalah gabungan sifat yang baik dari
ferit dan sementit.
Apabila baja dipanaskan kemudian didinginkan secara cepat maka keseimbangannya akan
rusak dan unsur karbon akan larut dalam bentuk yang lain.
b. Sulfur (S)
Unsur Sulfur (belerang) membahayakan larutan besi sulfida (besi belerang) yang
mempunyai titik cair rendah dan rapuh. Besi sulfida terkumpul pada batas butiran-
butirannya sehingga membuat baja hanya didinginkan secara singkat (tidak sesuai
untuk pengerjaan dingin) karena kerapuhannya, juga membuat baja dipanaskan secara
singkat (tidak sesuai untuk pengerjaan panas) karena menjadi cair pada temperatur
pengerjaan panas dan juga bisa menyebabkan baja menjadi retak-retak. Kandungan
sulfur harus dijaga serendah mungkin di bawah 0,05 %.
c. Silikon (Si)
Unsur Silikon membuat baja tidak stabil, tetapi unsur ini tetap menghasilkan lapisan
grafit (pemecahan sernentit yang menghasilkan grafit) dan menyebabkan baja menjadi
tidak kuat. Baja hanya boleh mengandung Silikon sekitar 0,1 - 0,3 %.
d. Mangan (Mn)
Unsur mangan yang bercampur dengan sulfur akan membentuk mangan sulfida dan
diikuti dengan pembentukan besi sulfida. Mangan sulfida tidak membahayakan baja
dan mengimbangi sifat jelek dari sulfur. Kandungan mangan di dalam baja harus
dikontrol untuk menjaga ketidakseragaman sifatnya dari sekumpulan baja yang lain.
Baja karbon mengandung mangan lebih dari 1 %.
Dalam proses ini udara diembuskan ke cairan besi kasar di dalam konvertor
melalui pipa saluran udara, sehingga terjadi proses oksidasi di dalam cairan
terhadap unsur-unsur campuran. Pertama kali unsur yang dioksidasi adalah silikon
(Si), kemudian mangan (Mn), dan fosfor (P). Oksidasi unsur fosfor terjadi cepat
sekali, sekitar 3 - 5 menit dan proses oksidasi yang terakhir adalah unsur karbon
disertai suara gemuruh dan nyala api yang tinggi. Apabila nyala api sudah
mengecil dan kemudian padam berarti proses oksidasi telah selesai.
Proses oksidasi yang terjadi pada unsur-unsur di dalam besi kasar menghasilkan
oksida yang akan dijadikan terak dengan jalan menambahkan batu kapur ke dalam
konvertor. Selanjutnya terak cair dikeluarkan dari dalam konvertor, diikuti dengan
penuangan baja cair ke dalam panci-panci tuangan kemudian dipadatkan menjadi
batangan baja.
Baja cair yang telah penuh di dalam panci dituangkan ke dalam cetakan melalui
bagian bawah cetakan, sehingga terak tetap di dalam panci dan terakhir
dikeluarkan. Selain itu, dapat pula dipisahkan dengan cara menuangnya ke dalam
cetakan yang lebih kecil. Setiap melakukan proses pemurnian besi kasar dan bahan
tambahan lainnya berlangsung selama 12 jam, kemudian diambil sejumlah baja
cair sebagai contoh untuk dianalisis komposisinya. Sementara itu, terak yang
dihasilkan dari proses basa digunakan sebagai pupuk buatan.
D. KLASIFIKASI BAJA
Baja dapat diklasifikasikan ke dalam dua jenis yaitu Baja Karbon dan Baja Paduan.
Berdasarkan unsur-unsur campuran dan sifat-sifat dari baja maka baja paduan dapat
digolongkan menjadi baja dengan kekuatan tarik yang tinggi, tahan pakai. tahan karat, dan
baja tahan panas.
Baja tahan karat yang mengandung 0,15% C, 18% Cr, 8,5% Ni, dap 0,8% Mn
sesuai untuk digunakan sebagai alat-alat rumah tangga dap dekoratif. Baja tahan
karat yang mengandung 0,05% C, 18,5% Cr, 10% Ni, dap 0,8% Mn, baik untuk
dikerjakan dengan cara penarikan dalam karena kandungan karbonnya rendah.
Baja tahan karat yang mengandung 0,3% C, 21% Cr, 9% Ni, dap 0,7% Mn sesuai
untuk dituang. Kebanyakan baja tahan karat austenit mengandung sekitar 18%
kromium dan 8% nikel. Proporsi unsur kromium dan nikel sedikit berbeda dengan
'penambahan dalam proporsi yang kecil dari unsur molibdenum, titanium, dan
tembaga untuk menghasilkan sifat-sifat yang spesial. Baja dalam kelompok ini
digunakan apabila diperlukan ketahanannya terhadap panas.
Sejumlah kecil tambahan unsur titanium, aluminium, dan molibdenum dengan karbon
akan menaikkan kekuatan dan memperbaiki ketahanannya terhadap beban rangkak.
Unsur nikel akan membantu penahanan kekuatan pada temperatur tinggi dengan
memperlambat atau menahan pertumbuhan butir-butiran yang baru. Ketahanannya
terhadap oksidasi dan serangan kimia dapat diperbaiki dengan menambahkan silikon
atau kromium.
Sifat baja sewaktu digunakan tergantung pada besamya reaksi terhadap perlakuan panas dan
pengaruh yang akan diuraikan, yaitu syarat-syarat yang berhubungan langsung dengan
kondisi pemakaiannya. Pengaruhnya akan diperoleh sebagai basil dari pengerjaan panas yang
sesuai. Adapun pengaruh unsur-unsur campuran terhadap sifat-sifat baja adalah sebagai
berikut.
1) Baja karbon mempunyai kekuatan yang terbatas dan tegangan pada baja yang
berpenampang besar harus dikurangi, apabila beratnya penting untuk dipertimbangkan maka
perlu digunakan baja dengan kekuatan yang tinggi. Kekuatan baja dapat dinaikkan dengan
menambahkan unsur campuran seperti nikel dan mangan dalam jumlah yang kecil ke dalam
besi dan menguatkannya.
2) Kekenyalan baja dapat diperoleh dengan menambahkan sedikit nikel yang menyebabkan
butiran-butirannya menjadi halus.
3) Ketahanan pemakaian baja dapat diperoleh dengan menambahkan unsur penstabil karbid,
misalnya kromium dan nikel sehingga terjadi penguraian karbid, apabila penambahan unsur
campuran tanpa unsur krom dengan kandungan unsur karbon di bawah 0,4% maka akan
terjadi peniadaan karbid. Cara lain untuk menghasilkan ketahanan pakai adalah dengan
menambahkan nikel atau mangan agar transformasii temperatur rendah, dan akan
menyebabkan pembentukan austenit dengan jalan pendinginan. Baja paduan ini dilakukan
pengerjaan pengerasan untuk menaikkan kekerasan dan ketahanan pakainya.
4) Kekerasan dan kekuatan baja karbon akan mulai turun apabila temperaturnya mencapai
250°C. Ketahanan panas dapat diperoleh dengan menaikkan temperatur transformasi dengan
cara menambahkan krom dan wolfram atau dengan merendahkan temperatur transformasi
dengan menambahkan nikel yang menghasilkan suatu struktur austenit setelah dilakukan
pendinginan. Pertumbuhan butiran berhubungan dengan pemanasan pada temperatur tinggi
tetapi dapat diimbangi dengan penambahan unsur nikel. Unsur kromium cenderung
menaikkan pertumbuhan butiran dan penambahan nikel akan menyebabkan baja kromium
tahan terhadap panas. Baja karbon tidak tahan menerima beban rangkak apabila dipanaskan
pada temperatur tinggi, agar dapat memperbaiki ketahanan baja terhadap beban rangkak
maka ditambahkan sejumlah kecil molibden.
5) Ketahanan baja terhadap karatan diperoleh dengan menambahkan unsur krom sampai
12%, sehingga membentuk lapisan tipis berupa oksida pada permukaan baja untuk
mengisolasi antara besi dengan unsur-unsur yang menyebabkan karatan. Baja tahan karat
yang paling baik terutama pada temperatur tinggi, diperoleh dengan cara menggunakan nikel
dan kromium bersama-sama untuk menghasilkan suatu struktur yang berlapis austenit.
1. Penyepuhan Baja
Baja karbon yang disepuh menimbulkan butir-butiran sebagai hasil pemanasan yang lama
selama proses karburasi. Apabila dalam pemakaian rnendapat tekanan atau beban yang tinggi
pada permukaannya maka intinya harusdimurnikan untuk mencegah lapisan pembungkus
terkelupas dan memberikan kekuatan yang baik pada penampang melintang.
Penambahan nikel ternyata diperlukan untuk pemurnian dengan cara perlakuan panas dap
perubahan bentuk diperkecil, apabila jumlah nikel sedikit lebih tinggi dapat dilakukan
pendinginan dengan minyak.
Jika komponen yang tebal harus mempunyai inti yang kekuatannya seragam maka perlu
ditambahkan kromium untuk menghilangkan pengaruh yang menyeluruh, tetapi unsur
kromium tidak digunakan sendiri harus digunakan berrsama nikel untuk mencegah terjadinya
pertumbuhan butir-butir baru.
Baja nikel yang disepuh mengandung 0,1.2% C, 5% Ni, dap 0,45% Mn, baja ini hampir sama
dengan baja yang disepuh yang mengandung 3% Ni. Kandungan nikel yang sedikit lebih
tinggi memungkinkan untuk didinginkan dengan minyak dap membuatnya lebih sesuai untuk
dibuat roda gigi dan alat berat.
Bahan-bahan pada saat sekarang khususnya logam semakin baik dan rumit, digunakan pada
peralatan modern yang memerlukan bahan dengan kekuatan impak dan ketahanan fatigue
yang tinggi disebabkan meningkatnya kecepatan putar dan pergerakan linear serta
peningkatan frekwensi pembebanan pada komponen. Untuk mendapatkan kekuatan dari
bahan tersebut dapat dilakukan dengan proses perlakuan panas. Perlakuan panas adalah suatu
proses pemanasan dan pendinginan logam dalam keadaan padat untuk mengubah sifat-sifat
fisis logam tersebut. Melalui perlakuan panas yang tepat, tegangan dalam dapat dihilangkan,
besar butiran dapat diperbesar atau diperkecil, ketangguhan dapat ditingkatkan atau dapat
dihasilkan suatu permukaan yang keras disekeliling inti yang ulet.
H. KEKERASAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil kekerasan dalam perlakuan panas antara lain;
Komposisi kimia, Langkah Perlakuan Panas, Cairan Pendinginan, Temperatur Pemanasan,
dan lain-lain Proses hardening cukup banyak dipakai di Industri logam atau bengkel-bengkel
logam lainnya.Alat-alat permesinan atau komponen mesin banyak yang harus dikeraskan
supaya tahan terhadap tusukan atau tekanan dan gesekan dari logam lain, misalnya roda gigi,
poros-poros dan lain-lain yang banyak dipakai pada benda bergerak. Dalam kegiatan
produksi, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu produksi adalah merupakan
masalah yang sangat sering dipertimbangkan dalam Industri dan selalu dicari upaya-upaya
untuk mengoptimalkannya. Pengoptimalan ini dilakukan mengingat bahwa waktu (lamanya)
menyelesaikan suatu produk adalah berpengaruh besar terhadap biaya produksi.
Hardening dilakukan untuk memperoleh sifat tahan aus yang tinggi, kekuatan dan fatigue
limit/ strength yang lebih baik. Kekerasan yang dapat dicapai tergantung pada kadar karbon
dalam baja dan kekerasan yang terjadi akan tergantung pada temperatur pemanasan
(temperatur autenitising), holding time dan laju pendinginan yang dilakukan serta seberapa
tebal bagian penampang yang menjadi keras banyak tergantung pada hardenability.
2. Pendinginan.
Untuk proses Hardening kita melakukan pendinginan secara cepat dengan menggunakan
media air. Tujuanya adalah untuk mendapatkan struktur martensite, semakin banyak unsur
karbon,maka struktur martensite yang terbentuk juga akan semakin banyak. Karena
martensite terbentuk dari fase Austenite yang didinginkan secara cepat. Hal ini disebabkan
karena atom karbon tidak sempat berdifusi keluar dan terjebak dalam struktur kristal dan
membentuk struktur tetragonal yang ruang kosong antar atomnya kecil,sehingga kekerasanya
meningkat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan proses hardening pada baja karbon tinggi akan
meningkatkan kekerasanya. Dengan meningkatnya kekerasan, maka efeknya terhadap
kekuatan adalah sebagai berikut : Kekuatan impact (impact strength) akan turun karena
dengan meningkatnya kekerasan, maka tegangan dalamnya akan meningkat. Karena pada
pengujian impact beban yang bekerja adalah beban geser dalam satu arah , maka tegangan
dalam akan mengurangi kekuatan impact. Kekuatan tarik (tensile sterngth) akan meningkat.
Hal ini disebabkan karena pada pengujian tarik beban yang bekerja adalah secara aksial yang
berlawanan dengan arah dari tegangan dalam, sehingga dengan naiknya kekerasan akan
meningkatkan kekuatan tarik dari suatu material.
2. Mangan (Mn)
Semua baja mengandung mangan karma sangat diperlukan dalam proses pembuatan baja.
Kandungan mangan lebih kurang 0,6% masih belum bisa sebagai paduan dan tidak
mempengaruhi sifat baja. Dengan bertambahnya kandungan Mn, suhu kritis diturunkan
seimbang. Baja dengan 12% Mn adalah austenit, karma itu suhu kritisnya di bawah suhu
kamar, akibatnya baja tidak dapat diperkeras. Di samping itu, austenit mempunyai daya tahan
yang sangat tinggi yang hanya d zpat dikerjakan mesin dengan pahat Carbide atau grinding.
Dengan sedikit kandungan Mn akan menurunkan kecepatan pendingin kritis, 1 - 1,2% Mn
cukup untuk mendapatkan pengerasan dalam oli.
3. Nikel (Ni)
Nikel mempunyai pengaruh yang sama seperti mangan, yaitu menurunkan suhu kritis dan
kecepatan pendinginan kritis, memperbaiki kekuatan tarik, tahan korosi, sifat tahan panas dan
sifat magnetnya. Nikel tahab korosi berkat lapisan kuat oksida nikel maka nikel digunakan
untuk penutup logam-logam lain. Hat ini dapat dilaksanakan dengan cara galvanisasi dan
distempel.
Dari paduan nikel kita rebut monel dan nikrom. Monel adalah paduan nikel dengan tembaga
yang sedikit digunakan dalam mesin.
Nikrom adalah paduan nikel dan krom yang digunakan dalam teknik listrik sebagai bahan
hambatan. Nikel sebagai unsur paduan digunakan dalam banyak paduan baja sebagai unsur
paduan dalam baja konstruksi dan baja mesin.
4. Silikon (Si)
Silikon merupakan unsur paduan yang ada pada setup baja dengan jumlah kandungan lebih
dari 0,4% yang mempunyai pengaruh menaikkan tegangan tarik dan menurunkan kecepatan
pendinginan kritis.
5. Kromium (Cr)
Kromium menambah kekuatan tarik dan keplastisan, menambah maupun keras,
meningkatkan ketahanan terhadap korosi dan tahan suhu tinggi.
Sifat baja sangat tergantung pada unsur-unsur yang tergantung dalam baja. baja karbon
biasanya mempunyai beberapa kekurangan. Di antaranya yaitu kekerasan baja itu tidak dapat
merata atau kemampuan pengerasannya kurang baik. Di samping itu, baja ini mempunyai
sifat mekanis yang rendah pada suhu tinggi dan kurang tahan korosi pada lingkungan
atmosfer, lingkungan lain, atau pada suhu tinggi. Untuk mengurangi masalah di atas maka
dibuat bermacam-macam baja paduan yang pada dasarnya adalah memadu baja dengan unsur
paduan lain.
Unsur-unsur paduan dapat mempengaruhi dan mengubah diagram keseimbangan dan
mempengaruhi kecepatan reaksi transformasi perubahan fasa. Unsur paduan dapat dibagi
dalam dua bagian. Pertama: Ni dan Mn menstabilkan austenit. Kedua: Cr, Mo, W, V, Co, dan
Ti menstabilkan ferit.
Jenis pertama disebut juga unsur-unsur pembentuk austenit dan macam kedua disebut juga
unsur-unsur pembentuk ferit atau pembentuk karbid yaitu mudah mengikat C. Unsur Si
merupakan pembentuk ferit, tetapi bukan pembentu karbid dan di lain pihak sebagai
katalisator penihentuk grafit. Kedua bagian unsur tersebut merupakan penstabil fasa austenit
atau fern karena mempunyai perbedaan kelarutan dalam masing-masing fasa tersebut untuk
membentuk larutan padat.
A. Korosi
Korosi adalah proses pembusukan suatu bahan atau proses perubahan sifat suatu bahan akibat
pengaruh atau reaksinya dengan lingkungan ( Corrosion is the deterioration of substance,
usually a metal, or it’s properties due to a reaction with i’ts environment ).
Korosi (Kennet dan Chamberlain,1991) adalah penurunan mutu logam akibat reaksi elektro
kimia dengan lingkungannya. Korosi atau pengkaratan merupakan fenomena kimia pada
bahan-bahan logam yang pada dasarnya merupakan reaksi logam menjadi ion pada
permukaan logam yang kontak langsung dengan lingkungan berair dan oksigen.
Baja adalah bahan yang mempunyai kuat tarik yang tinggi dan koefisien pemauaian yang
hampir sama dengan beton. Sedangkan beton sebagai bahan bangunan mempunyai
kelemahan utama yaitu kuat tariknya kecil. Karena itu, baja dapat digunakan sebagai tulangan
pada bagian beton yang menerima gaya tarik.
Pada permukaan baja terdapat lapisan pasif baja yang tipis. Lapisan pasif baja ini berguna
untuk melindungi baja dari korosi.Lapisan pasif baja akan bereaksi dengan larutan asam atau
akan larut dalam kondisi asam. Karena beton bersifat alkali, yaitu basa dengan pH sekitar 12-
13, baja tulangan di dalam beton aman terhadap korosi. Beton secara makro terlihat sebagai
material yang kuat dan massif, tetapi jika dilihat secara mikro, maka beton adalah material
yang berpori dengan diameter yang kecil.
Pori-pori di dalam beton pada umumnya menerus. Pori-pori ini dinamakan pori kapiler, dan
ukurannya berdiameter 3nm--pori kapiler tersebut masih memungkinkan senyawa-senyawa di
sekitar beton untuk berinfiltrasi ke dalam beton dengan cara berdifusi. Proses ini dapat terjadi
karena ada perbedaan konsentrasi di dalam beton dan di luar beton. Misalnya bangunan beton
di sekitar pantai/laut, karena konsentrasi ion Cldi luar beton lebih tinggi daripada di dalam
beton, maka akan terjadi difusi ion Clke dalam beton.
Ion dari senyawa-senyawa yang bersifat asam, seperti ion Cl pada daerah laut, yang berdifusi
ke dalam beton sampai ke permukaan baja tulangan dapat mengakibatkan lapisan pasif baja
hilang. Permukaan baja yang lapisan pasifnya hilang menjadi anode dari reaksi korosi baja
tulangan. Persamaan reaksi anode ini dapat dituliskan sebagai berikut :
Fe Fe2 + 2e ………………………………………( 1 )
Elektron yang dilepaskan dari reaksi anode menyebabkan gas O2 dan air yang terdapat di atas
permukaan baja yang masih tertutup oleh lapisan pasif, bereaksi. Bagian baja ini menjadi
katode dari reaksi korosi baja tulangan, dan reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut :
O2 + 2H2O + 2e 4OH …………………………...( 2 )
Kedua ion yang terbentu pada anode dan katode bergabung membentuk senyawa hasil korosi.
Persamaan reaksi tersebut dapat dituliskan seperti di bawah ini :
2 Fe + O2 + 2H2O 2 Fe2+ + 4OH ….…………...( 3 )
Fe(OH)2 sebagai bentuk awal senyawa hasil korosi akan berada di permukaan baja yang
mengalami korosi. Setelah itu tergantung konsentrasi O2 dalam air yang terdapat pada pori-
pori beton. Jika konsentrasi O2 tinggi maka akan terbentuk Fe(OH)2 dengan persamaan
reaksi sebagai berikut:
:
4 Fe(OH)2 + O2 + 2H2O Fe(OH)3 …..…………( 5 )
Jika pada waktu pembentukan senyawa F konsentrasi e(OH)2 jumlah air tidak cukup
sedangkan konsentrasi O2 cukup maka terbentuk korosi yang berwarna merah (FeOOH).
Tetapi jika konsentrasi O2 juga tidak cukup maka akan terbentuk korosi berwarna hitam
(Fe2O3 ) atau berwarna hijau (2FeOFe2O3H2O).
Karena korosi adalah senyawa yang berpori, maka proses korosi akan terus berlanjut asalkan
konsentrasi Cl, O2 dan H2O di dalam beton cukup. Proses infiltrasi Cl dan korosi dari baja
tulangan dalam beton diilustrasikan pada Gambar 1.
H2O asam
Cl Cl Cl asam H2O
Cl Cl
O2 H2O O2 Cl
basa lapisan O2 O2
pasif
baja baja
Fe(OH)2
(a) Difusi ion Cl pada beton (b) Hilangnya lapisan pasif dan korosi
Gambar 1. Proses kerusakan bangunan beton akibat korosi baja tulangan
Perbandingan volume antara senyawa hasil reaksi korosi dengan senyawa yang bereaksi kira-
kira 2.5 kali. Karena itu, selimut beton dapat mengalami keretakan akibat tekanan dari
pengembangan volume tersebut. Jika telah terjadi keretakan pada selimut beton, maka gas
O2, H2O dan ion Cl lebih mudah berinfiltrasi ke dalam beton dan kerusakan akibat korosi
pada bangunan beton akan menjadi lebih parah. Kuat tekan beton akan menurun apabila
terjadi kerusakan pada beton.