Anda di halaman 1dari 16

PROSES PEMBUATAN BAJA DAN PADUANNYA

A. PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti sering melihat benda-benda yang terbuat dari baja,
misalnya: kawat, sekrup, baut, pisau, tulangan beton, jembatan rangka dan lain-lain.

Baja adalah merupakan logam paduan yang terdiri dari besi, karbon dan unsur lainnya.

Pada umumnya baja diklasifikasikan lagi berdasarkan banyaknya kadar karbon yang
dikandung dan juga berdasarkan banyaknya paduan yang dikandung.

Karbon merupakan salah satu unsur yang sangat penting karena dapat meningkatkan
kekerasan dan kekuatan baja.

Besi berasal dari biji besi yang dilebur dalam suatu tempat pembakaran yang dinamakan
Tanur Tinggi.

Biji besi ini dicampur dengan kokas dan batu kapur yang kemudian dilebur dalam Tanur
Tinggi.

Jenis biji besi yang lazim digunakan adalah hematite, magnetik, siderit, himosit, dll.

Hematite (Fe2O3) adalah biji besi yang paling banyak digunakan karena kadar besinya
tinggi, sedang kadar kotorannya relatif rendah.

Diperkirakan besi telah dikenal manusia sekitar tahun 1200 SM. Pada zaman tersebut
manusia berpikir ingin memiliki sebuah benda yang kokoh, bertahan lama dan ekonomis
sebagai pengganti benda-benda yang selama ini dimanfaatkan dari alam sekitar seperti kayu
dan bebatuan. Kemudian penemuan besi ini dikembangkan sesuai dengan perkembangan
zaman dan kebutuhan manusia yang semakin meningkat terhadap benda yang lebih kuat dan
kokoh. Kemudian timbulah pemikiran untuk membuat benda yang dinamakan baja sebagai
hasil pengembangan dari pembuatan besi.

Kandungan karbon di dalam baja sekitar 0,1 - 1,7 %, sedangkan unsur lainnya dibatasi
persentasenya.
Unsur paduan yang bercampur di dalam lapisan baja, untuk membuat baja bereaksi terhadap
pengerjaan panas atau menghasilkan sifat-sifat yang khusus.
B. UNSUR PADUAN DALAM BAJA

1. Unsur Campuran Dasar


Karbon (C)
Unsur karbon adalah unsur campuran yang amat penting (dasar) dalam pembentukan baja.
Jumlah persentase dan bentuknya membawa pengaruh yang amat besar terhadap sifat baja.
Unsur karbon dapat bercampur dalam besi dan baja setelah didinginkan secara perlahan-
lahan pada temperatur kamar dalam bentuk sebagai berikut:

a. Larut dalam besi untuk membentuk larutan padat ferit yang mengandung
karbon di atas 0,006 % pada temperatur kamar. Unsur karbon akan naik lagi
sampai 0,03% pada temperatur sekitar 725°C. Ferit bersifat lunak, tidak kuat, dan
kenyal.

b. Sebagai campuran kimia dalam besi, campuran ini disebut sementit (Fe3C) apabila
mengandung 6,67 % karbon. Sementit bersifat keras dan rapuh.

Sementit dapat larut dalam besi berupa sementit yang bebas atau tersusun
lapisan-lapisan dengan ferit yang menghasilkan struktur "perlit", dinamakan perlit
karena ketika di dites dengan jalan goresan dan dilihat dengan mata secara bebas,
perlit kelihatannya seperti karang mutiara. Perlit adalah gabungan sifat yang baik dari
ferit dan sementit.

Apabila baja dipanaskan kemudian didinginkan secara cepat maka keseimbangannya akan
rusak dan unsur karbon akan larut dalam bentuk yang lain.

2. Unsur-Unsur Campuran Lainnya


a. Fosfor (P)
Unsur Fosfor membentuk larutan besi fosfida. Baja yang mempunyai titik cair rendah
juga tetap menghasilkan sifat yang keras dan rapuh. Fosfor dianggap sebagai unsur
yang tidak murni dan jumlah kehadirannya di dalam baja dikontrol dengan tepat
sehingga persentase maksimum unsur fosfor di dalam baja sekitar 0,05 %. Kualitas
bijih besi tergantung dari kandungan fosfornya.

b. Sulfur (S)
Unsur Sulfur (belerang) membahayakan larutan besi sulfida (besi belerang) yang
mempunyai titik cair rendah dan rapuh. Besi sulfida terkumpul pada batas butiran-
butirannya sehingga membuat baja hanya didinginkan secara singkat (tidak sesuai
untuk pengerjaan dingin) karena kerapuhannya, juga membuat baja dipanaskan secara
singkat (tidak sesuai untuk pengerjaan panas) karena menjadi cair pada temperatur
pengerjaan panas dan juga bisa menyebabkan baja menjadi retak-retak. Kandungan
sulfur harus dijaga serendah mungkin di bawah 0,05 %.

c. Silikon (Si)
Unsur Silikon membuat baja tidak stabil, tetapi unsur ini tetap menghasilkan lapisan
grafit (pemecahan sernentit yang menghasilkan grafit) dan menyebabkan baja menjadi
tidak kuat. Baja hanya boleh mengandung Silikon sekitar 0,1 - 0,3 %.

d. Mangan (Mn)
Unsur mangan yang bercampur dengan sulfur akan membentuk mangan sulfida dan
diikuti dengan pembentukan besi sulfida. Mangan sulfida tidak membahayakan baja
dan mengimbangi sifat jelek dari sulfur. Kandungan mangan di dalam baja harus
dikontrol untuk menjaga ketidakseragaman sifatnya dari sekumpulan baja yang lain.
Baja karbon mengandung mangan lebih dari 1 %.

C. PROSES DASAR PEMBUATAN BAJA

1. Proses Pembuatan Baja Secara Tradisional


Pembuatan baja telah dilakukan di Asia sekitar awal abad ke-14 yang berdasarkan atas
penyerapan karbon sewaktu besi dipanaskan dalam atmosfer yang kaya dengan karbon.
Pada proses ini bijih besi dibakar dengan charcoal, dimana banyak mengandung carbon
sehingga terjadi pengikatan oksigen, pembakaran tersebut menghasilkan karbondiokasida
dan karbon monoksida yang terlepas ke udara, sehingga besi murni didapat dan
dikeluarkan dari dapur, kekurangannya tidak semua besi dapat melebur sehingga terbentuk
spoge, spoge berisi besi dan silica.

2. Proses Pembuatan Baja secara Modern

a. Proses Menggunakan Konvertor


Konvertor terbuat dari pelat baja dengan mulut terbuka (untuk memasukkan bahan baku
dan mengeluarkan cairan logam) serta dilapisi batu tahan api. Konvertor diikatkan
pada suatu tap yang dapat berputar sehingga konvertor dapat digerakkan pada posisi
horizontal untuk memasukkan dan mengeluarkan bahan yang diproses dan pada posisi
vertikal untuk pengembusan selama proses berlangsung. Konvertor ini dilengkapi
dengan pipa yang berlubang kecil (diameterya sekitar 15 - 17 mm) dalam jumlah yang
banyak (sekitar 120 - 150 buah pipa) yang terletak pada bagian bawah konvertor.
Sewaktu proses berlangsung udara dihembuskan ke dalam konvertor melalui pipa
saluran dengan tekanan sekitar 1,4 kg/cm 2 dan langsung dihembuskan ke cairan untuk
mengoksidasikan unsur yang tidak murni dan karbon. Kandungan karbon terakhir
dioksidasi dengan penambahan besi kasar yang kaya akan mangan, seterusnya baja cair
dituangkan ke dalam panci-panci dan dipadatkan menjadi batang-batang cetakan.
Kapasitas konvertor sekitar 25 - 60 Ton dan setiap proses memerlukan waktu 25 menit.
Proses pembuatan baja yang menggunakan konvertor adalah sebagai berikut:
a1. Proses Bessemer
Proses Bessemer adalah suatu proses pembuatan baja yang dilakukan di dalam
konvertor yang mempunyai lapisan batu tahan api dari kuarsa asam atau oksida
asam (SiO2), sehingga proses ini disebut Proses Asam. Besi kasar yang diolah
dalam konvertor ini adalah besi kasar kelabu yang kaya akan unsur silikon dan
rendah fosfor (kandungan fosfor maksimal adalah 0,1%). Besi kasar yang
mengandung fosfor rendah diambil karena unsur fosfor tidak dapat direduksi dari
dalanl besi kasar apabila tidak diikat dengan batu kapur. Di samping itu, fosfor
dapat bereaksi dengan lapisan dapur yang terbuat dari kuarsa asam, reaksi ini
membahayakan atau menghabiskan lapisan konvertor. Oleh karena itu, sangat
menguntungkan apabila besi kasar yang diolah dalam proses ini adalah besi kasar
kelabu yang mengandung silikon sekitar 1,5% - 2%.
Dalam proses ini bahan baku dimasukkan dan dikeluarkan sewaktu konvertor
dalam posisi horizontal (kemiringannya sekitar 30°). Sementara itu, udara
dihembuskan dalam posisi vertikal atau disebut juga kedudukan proses.
Dalam konvertor, yang pertama terjadi adalah prows oksidasi unsur silikon yang
menghasilkan oksida silikon. Kemudian diikuti oleh proses oksidasi unsur fosfor
dan mangan yang menghasilkan oksida fosfor dan oksida mangan, ditandai dengan
adanya bunga api yang berwarna kehijau-hijauan.

Proses oksidasi yang terakhir adalah mengoksidasikan karbon. Proses ini


berlangsung disertai dengan suara gemuruh dan nyala api berwarna putih dengan
panjang nyala sekitar 2 meter, kemudian nyala api mengecil. Sebelum nyala api
padam, ditambahkan besi kasar yang banyak mengandung Mangan, kemudian baja
cair dituangkan ke dalam panci-panci tuangan dan dipadatkan dalam bentuk
batang-batang baja.

a.2. Proses Thomas


Proses Thomas adalah suatu proses pembuatan baja yang dilakukan di dalam
konvertor yang bagian dalamnya dilapisi dengan batu tahan api dari bahan
karbonat kalsium dan magnesium karbonat (CaCO3 + MgC03) yang disebut
"dolomit". Proses ini disebut juga Proses Basa karena lapisan konvertor terbuat
dari dolomit dan hanya mengolah besi kasar putih yang kaya dengan fosfor
(sekitar 1,7 - 2%) dan mengandung unsur silikon rendah (sekitar 0,6 - 0,8%).
Proses ini makin baik hasilnya apabila besi kasar yang diolah mengandung unsur
silikon yang sangat rendah.

Dalam proses ini udara diembuskan ke cairan besi kasar di dalam konvertor
melalui pipa saluran udara, sehingga terjadi proses oksidasi di dalam cairan
terhadap unsur-unsur campuran. Pertama kali unsur yang dioksidasi adalah silikon
(Si), kemudian mangan (Mn), dan fosfor (P). Oksidasi unsur fosfor terjadi cepat
sekali, sekitar 3 - 5 menit dan proses oksidasi yang terakhir adalah unsur karbon
disertai suara gemuruh dan nyala api yang tinggi. Apabila nyala api sudah
mengecil dan kemudian padam berarti proses oksidasi telah selesai.
Proses oksidasi yang terjadi pada unsur-unsur di dalam besi kasar menghasilkan
oksida yang akan dijadikan terak dengan jalan menambahkan batu kapur ke dalam
konvertor. Selanjutnya terak cair dikeluarkan dari dalam konvertor, diikuti dengan
penuangan baja cair ke dalam panci-panci tuangan kemudian dipadatkan menjadi
batangan baja.

a.3. Proses Siemens Martin


Proses Tungku Terbuka disebut juga Proses Siemens Martin, yang disesuaikan
dengan nama ahli penemu proses tersebut. Proses ini digunakan untuk
menghasilkan baja yang mengandung karbon sedang dan rendah dengan cara
proses asam atau basa, sesuai dengan latar lapisan dapurnya. Proses ini
berlangsung di dalam dapur tungku terbuka atau dapur Siemen Martin yang
mempunyai kapasitas 150 - 300 ton, bahan bakarnya gas yang dihasilkan dengan
pembakaran kokas di atas tungku atau bahan bakar minyak. Dapur ini
menggunakan prinsip regenerator (hubungan batik) dan tungku pemanas dapat
mencapai temperatur sekitar 900 -1.200°C, tungku pemanas ini bisa mencapai
temperatur tinggi apabila diperlukan, dan pada waktu yang sama menghemat bahan
bakar. Dalam proses ini dapur diisi dengan besi kasar dan baja bekas, kemudian
dicairkan sehingga beberapa unsur campuran terbentuk menjadi terak di atas
permukaan cairan besi, tambahkan bijih besi atau serbuk besi yang berguna untuk
mereduksi karbon, maka lubang pengeluaran dapur dibuka dan cairan dituangkan
ke dalam panci-panci tuangan. Baja cair meninggalkan dapur sebelum terak cair
dan beberapa terak dapat dicegah meninggalkan dapur sampai seluruh baja cair
dikeluarkan, kemungkinan terak ikut tertuang ke dalam panci yang akan
mengapung di atas baja cair sehingga perlu dikeluarkan dan dituangkan ke dalam
panci yang berukuran kecil.

Baja cair yang telah penuh di dalam panci dituangkan ke dalam cetakan melalui
bagian bawah cetakan, sehingga terak tetap di dalam panci dan terakhir
dikeluarkan. Selain itu, dapat pula dipisahkan dengan cara menuangnya ke dalam
cetakan yang lebih kecil. Setiap melakukan proses pemurnian besi kasar dan bahan
tambahan lainnya berlangsung selama 12 jam, kemudian diambil sejumlah baja
cair sebagai contoh untuk dianalisis komposisinya. Sementara itu, terak yang
dihasilkan dari proses basa digunakan sebagai pupuk buatan.

b. Proses Dapur Listrik

b.1. Dapur listrik busur nyala


Dapur ini mempunyai kapasitas 25 - 100 ton dan dilengkapi dengan tiga buah
elektroda karbon yang dipasang pada bagian atas atau atap dapur, disetel secara
otomatis untuk menghasilkan busur nyala yang secara langsung memanaskan dan
mencairkan logam.
Dapur ini dapat mengolah logam dengan proses asam atau basa sesuai dengan
lapisan batu tahan apinya dan bahan yang dimasukkan ke dalam dapur (besi kasar),
termasuk logam bekas (baja atau besi) yang terlebih dahulu diketahui
komposisinya. Apabila dilakukan proses basa maka terjadi oksidasi terak dari batu
kapur atau bubuk kapur untuk mereduksi unsur-unsur campuran. Selanjutnya
diperoleh pemisahan terak (mengandung batu kapur) dari baja cair. Juga dapat
ditambahkan dengan logam campur sebelum cairan dikeluarkan dari dalam dapur
untuk mencegah oksidasi.

b.2. Dapur induksi frekuensi tinggi


Dapur ini terdiri dari kumparan yang dililiti kawat mengelilingi cawan batu tahan
api, ketika tenaga listrik dialirkan, akan menghasilkan arus listrik yang bersirkulasi
di dalam logam yang menyebabkan terjadinya pencairan. Apabila bahan logam
telah cair maka arus listrik membuat gerak mengaduk (berputar). Kapasitas dari
dapur jenis ini adalah 350 kg - 6 ton pada umumnya dapur ini digunakan untuk
memproduksi baja paduan yang khusus.

D. KLASIFIKASI BAJA
Baja dapat diklasifikasikan ke dalam dua jenis yaitu Baja Karbon dan Baja Paduan.

1. Baja Karbon (Carbon steel)

a. Baja karbon rendah ( < 0,3 % C )


Sifatnya mudah ditempa dan mudah di mesin. Baja karbon rendah yang sering kita lihat
pemakaiannya dalam kehidupan sehari-hari adalah seperti kawat, sekrup, ulir dan baut.
b. Baja karbon sedang (0,3 % < C < 0,7 % )
Kekuatan lebih tinggi daripada baja karbon rendah. Sifatnya sulit untuk dibengkokkan,
dilas, dipotong. Baja karbon sedang sering digunakan untuk rel kereta api, as, roda gigi
dan suku cadang yang berkekuatan tinggi atau dengan kekerasan sedang sampai tinggi.

c. Baja karbon tinggi ( 0,7% < C < 1,7% )


Sifatnya sulit dibengkokkan, dilas dan dipotong. Baja karbon tinggi digunakan untuk
perkakas potong seperti pisau, gergaji, gunting dan bagian-bagian yang harus tahan
gesekan.

2. Baja Paduan (Alloy steel)


Baja paduan dihasilkan dengan biaya yang lebih mahal dari baja karbon karena
bertambahnya biaya untuk penambahan pengerjaan yang khusus yang dilakukan di dalam
industri atau pabrik.

Tujuan dilakukan penambahan unsur yaitu:


1. Untuk menaikkan sifat mekanik baja (kekerasan, keliatan, kekuatan tarik, dsb)
2. Untuk menaikkan sifat mekanik pada temperatur rendah.
3. Untuk meningkatkan daya tahan terhadap reaksi kimia (oksidasi dan reduksi).
4. Untuk membuat sifat-sifat spesial.

Berdasarkan unsur-unsur campuran dan sifat-sifat dari baja maka baja paduan dapat
digolongkan menjadi baja dengan kekuatan tarik yang tinggi, tahan pakai. tahan karat, dan
baja tahan panas.

a. Baja dengan Kekuatan Tarik yang Tinggi


Baja ini mengandung mangan, nikel, kromium dan sering jugs mengandung, vanadium
dan dapat digolongkan sebagai berikut.

a1. Baja dengan Mangan Rendah


Baja ini mengandung 0,35% C dan 1,5% Mn dan baja ini termasuk baja murah
tetapi kekuatannya baik. Baja ini dapat didinginkan dengan minyak karena
mengandung unsur mangan sehingga temperatur pengerasannya rendah dan
menambah kekuatan struktur feritnya.

a2. Baja Nikel


Baja ini mengandung 0,3% C, 3% Ni, dan 0,6% Mn serta mempunyai kekuatan dan
kekerasan yang baik, dapat didinginkan dengan minyak karena mengandung unsur
nikel yang membuat temperatur pengerasannya rendah. Baja ini digunakan untuk
poros engkol, batang penggerak dan penggunaan lain yang hampir sama.

a3. Baja Nikel Kromium


Baja ini mempunyai sifat yang keras berhubungan dengan campuran unsur
kromium dan sifat yang fiat berhubungan dengan campuran unsur nikel. Baja yang
mengandung 0,3% C, 3% Ni, 0,8% Cr, dan 0,6 Mn dapat didinginkan dengan
minyak, hasilnya mempunyai kekuatan dan keliatan yang baik dan baja ini
digunakan untuk batang penggerak dan pemakaian yang hampir sama.
Baja yang mengandung 0,3% C, 4,35% Ni, 1,25% Cr, dan 0,5% Mn (mengandung
nikel dan kromium yang tinggi), mempunyai kecepatan pendinginan yang rendah
sehingga pendinginan dapat dilakukan dalam embusan udara dan distorsi
diperkecil. Apabila unsur krom dic;ampar scndiri ke dalam baja akan menyebabkan
kecepatan pendinginan kritis yang amat rendah, tetapi bila dicampur bersama nikel
akan diperoleh baja yang bersifat liat. Jenis baja tersebut digunakan untuk poros
engkol dan batang penggerak. Baja nikel kromium menjadi rapuh apabila ditemper
atau disepuh pads temperatur 250 - 400°C, jugs kerapuhannya tergantung pada
komposisinya, proses ini dikenal dengan nama "menemper kerapuhan" dan baja ini
dapat diperiksa dengan penyelidikan pukul takik. Penambahan sekitar 0,3%
molibden akan mencegah kerapuhan karena ditemper, juga akan mengurangi
pengaruh yang menyeluruh terhadap baja karena molibden adalah unsur berbentuk
karbid.

a4. Baja Kromium Vanadium


Jika baja ini ditambahkan sekitar 0,5% vanadium sehingga dapat memperbaiki
ketahanan baja kromium terhadap guncangan atau getaran dan membuatnya dapat
ditempa dan ditumbuk dengan mudah, apabila vanadium menggantikan nikel maka
baja lebih cenderung mempengaruhi sifat-sifatnya secara menyeluruh.

b. Baja Tahan Pakai


Berdasarkan unsur-unsur campuran yang larut di dalamnya, baja terdiri dari dua
macam, yaitu baja mangan berlapis austenit dan baja kromium.

b1. Baja Mangan Berlapis Austenit


Baja ini pada dasarnya mengandung 1,2% C, 12,5% Mn, dan 0,75% Si. Selain itu,
juga mengandung unsur-unsur berbentuk karbid seperti kromium atau vanadium
yang kekuatannya lebih baik. Temperatur transformasi menjadi rendah dengan
menambahkan unsur mangan dan baja ini berlapis austenit apabila didinginkan
dengan air pada temperatur 1.050°C. Dalam kondisi ini baja hanya mempunyai
kekerasan sekitar 200 HB (kekerasan Brinel), tetapi mempunyai kekenyalan yang
sangat baik. Baja ini tidak dapat dikeraskan dengan perlakuan panas, tetapi apabila
dikerjakan dingin maka kekerasan permukaannya akan naik menjadi 550 HB tanpa
mengalami kerugian terhadap kekenyalan intinya. Baja ini tidak dapat dipanaskan
kembali pada temperatur yang lebih tinggi dari 250°C, kecuali kalau setelah
dipanaskan baja didinginkan dalam air. Pemanasan baja pada temperatur sedang
akan menyebabkan kerapuhan pada pengendapan karbid. Baja mangan berlapis
austenit dapat diperoleh dengan jalan dituang, ditempa, dan digiling. Baja ini
digunakan secara luas untuk peralatan pemecah bate, ember keruk, lintasan, dan
penyeberangan jalan kereta api.

b2. Baja Kromium


Jenis ini mengandung 1 % C, 1,4% Cr, dan 0,45% Mn. Apabila baja ini
mengandung unsur karbon tinggi yang bercampur bersama-sama dengan kromium
akan menghasilkan kekerasan yang tinggi sebagai basil dan pendinginan dengan
minyak. Baja ini digunakan untuk peluru-peluru bulat dan peralatan penggiling
padi.

c. Baja Tahan Karat


Baja tahan karat (stainless steel) mempunyai seratus lebih jenis yang berbedabeda.
Akan tetapi, seluruh baja itu mempunyai satu sifat karena kandungan kromium yang
membuatnya tahan terhadap karat. Baja tahan karat dapat dibagi ke dalam tiga
kelompok dasar, yakni baja tahan karat berlapis ferit, berlapis austenit, dan berlapis
martensit.

c1. Baja Tahan Karat Ferit


Baja ini mengandung unsur karbon yang rendah (sekitar 0,04% C) dan sebagian
besar dilarutkan di dalam besi. Sementara itu, unsur lainnya yaitu kromium sekitar
13% - 20% dan tambahan kromium tergantung pada tingk<

c2. Baja Tahan Karat Austenit


Baja tahan karat austenit mengandung nikel dan kromium yang amat tinggi, nikel
akan membuat temperatur transformasinya rendah, sedangkan kromium akan
membuat kecepatan pendinginan kritisnya rendah. Campuran kedua unsur itu
menghasilkan struktur lapisan austenit pada temperatur kamar. Baja ini tidak dapat
dikeraskan melalui perlakuan papas, tetapi dapat disepuh keras. Pengerjaan dan
penyepuhan tersebut membuat baja sukar dikerjakan dengan mesin perkakas.
Seperti baja austenit yang lain, baja tahan karat austenit tidak magnetis.

Baja tahan karat yang mengandung 0,15% C, 18% Cr, 8,5% Ni, dap 0,8% Mn
sesuai untuk digunakan sebagai alat-alat rumah tangga dap dekoratif. Baja tahan
karat yang mengandung 0,05% C, 18,5% Cr, 10% Ni, dap 0,8% Mn, baik untuk
dikerjakan dengan cara penarikan dalam karena kandungan karbonnya rendah.
Baja tahan karat yang mengandung 0,3% C, 21% Cr, 9% Ni, dap 0,7% Mn sesuai
untuk dituang. Kebanyakan baja tahan karat austenit mengandung sekitar 18%
kromium dan 8% nikel. Proporsi unsur kromium dan nikel sedikit berbeda dengan
'penambahan dalam proporsi yang kecil dari unsur molibdenum, titanium, dan
tembaga untuk menghasilkan sifat-sifat yang spesial. Baja dalam kelompok ini
digunakan apabila diperlukan ketahanannya terhadap panas.

c3. Baja Tahan Karat Martensit


Baja tahan karat martensit mengandung sejumlah besar unsur karbon dan dapat
dikeraskan melalui perlakuan panas, juga mempengaruhi sifat-sifatnya melalui
pengerasan dan penyepuhan. Baja yang mengandung 0,1% C, 13% Cr, dan 0,5%
Mn ini dapat didinginkan untuk memperbaiki kekuatannya, tetapi tidak menambah
kekerasan. Baja ini seringkali disebut besi tahan karat dan digunakan khususnya
untuk peralatan gas turbin dan pekerjaan dekoratif. Apabila baja ini digunakan
untuk alat-alat pemotong maka terlebih dahulu ditemper atau disepuh pada
temperatur sekitar 180°C, dan jika digunakan untuk pegas terlebih dahulu ditemper
pada temperatur sekitar 450°C.

d. Baja Tahan Panas


Problem utama yang berhubungan dengan penggunaan temperatur tinggi adalah
kehilangan kekuatan, beban rangkak, serangan oksidasi, dan unsur kimia. Kekuatannya
pada temperatur tinggi dapat diperbaiki dengan menaikkan temperatur transformasi dan
penambahan unsur kromium atau dengan merendahkan temperatur transformasi dan
penambahan unsur nikel. Kedua pengerjaan itu akan menghasilkan struktur austenit.

Sejumlah kecil tambahan unsur titanium, aluminium, dan molibdenum dengan karbon
akan menaikkan kekuatan dan memperbaiki ketahanannya terhadap beban rangkak.
Unsur nikel akan membantu penahanan kekuatan pada temperatur tinggi dengan
memperlambat atau menahan pertumbuhan butir-butiran yang baru. Ketahanannya
terhadap oksidasi dan serangan kimia dapat diperbaiki dengan menambahkan silikon
atau kromium.

Baja tahan panas dapat dikelompokkan sebagai berikut:

d1. Baja Tahan Panas Ferit


Baja tahan panas ferit mengandung karbon yang rendah dan hampir seluruhnya
dilarutkan di dalam besi. Baja ini tidak dapat dikeraskan melalui perlakuan panas.

d2. Baja Tahan Panas Austenit


Baja tahan panas austenit mengandung kromium dan nikel yang tinggi. Struktur
austenit tetap terpelihara sewaktu pendinginan, sehingga baja ini tidak dapat
dikeraskan melalui perlakuan panas.

d3. Baja Tahan Panas Martensit


Baja tahan panas martensit mempunyai kandungan karbon yang tinggi, sehingga
dapat dikeraskan melalui perlakuan panas.

E. PENGARUH UNSUR CAMPURAN TERHADAP SIFAT-SIFAT BAJA

Sifat baja sewaktu digunakan tergantung pada besamya reaksi terhadap perlakuan panas dan
pengaruh yang akan diuraikan, yaitu syarat-syarat yang berhubungan langsung dengan
kondisi pemakaiannya. Pengaruhnya akan diperoleh sebagai basil dari pengerjaan panas yang
sesuai. Adapun pengaruh unsur-unsur campuran terhadap sifat-sifat baja adalah sebagai
berikut.

1) Baja karbon mempunyai kekuatan yang terbatas dan tegangan pada baja yang
berpenampang besar harus dikurangi, apabila beratnya penting untuk dipertimbangkan maka
perlu digunakan baja dengan kekuatan yang tinggi. Kekuatan baja dapat dinaikkan dengan
menambahkan unsur campuran seperti nikel dan mangan dalam jumlah yang kecil ke dalam
besi dan menguatkannya.

2) Kekenyalan baja dapat diperoleh dengan menambahkan sedikit nikel yang menyebabkan
butiran-butirannya menjadi halus.

3) Ketahanan pemakaian baja dapat diperoleh dengan menambahkan unsur penstabil karbid,
misalnya kromium dan nikel sehingga terjadi penguraian karbid, apabila penambahan unsur
campuran tanpa unsur krom dengan kandungan unsur karbon di bawah 0,4% maka akan
terjadi peniadaan karbid. Cara lain untuk menghasilkan ketahanan pakai adalah dengan
menambahkan nikel atau mangan agar transformasii temperatur rendah, dan akan
menyebabkan pembentukan austenit dengan jalan pendinginan. Baja paduan ini dilakukan
pengerjaan pengerasan untuk menaikkan kekerasan dan ketahanan pakainya.

4) Kekerasan dan kekuatan baja karbon akan mulai turun apabila temperaturnya mencapai
250°C. Ketahanan panas dapat diperoleh dengan menaikkan temperatur transformasi dengan
cara menambahkan krom dan wolfram atau dengan merendahkan temperatur transformasi
dengan menambahkan nikel yang menghasilkan suatu struktur austenit setelah dilakukan
pendinginan. Pertumbuhan butiran berhubungan dengan pemanasan pada temperatur tinggi
tetapi dapat diimbangi dengan penambahan unsur nikel. Unsur kromium cenderung
menaikkan pertumbuhan butiran dan penambahan nikel akan menyebabkan baja kromium
tahan terhadap panas. Baja karbon tidak tahan menerima beban rangkak apabila dipanaskan
pada temperatur tinggi, agar dapat memperbaiki ketahanan baja terhadap beban rangkak
maka ditambahkan sejumlah kecil molibden.

5) Ketahanan baja terhadap karatan diperoleh dengan menambahkan unsur krom sampai
12%, sehingga membentuk lapisan tipis berupa oksida pada permukaan baja untuk
mengisolasi antara besi dengan unsur-unsur yang menyebabkan karatan. Baja tahan karat
yang paling baik terutama pada temperatur tinggi, diperoleh dengan cara menggunakan nikel
dan kromium bersama-sama untuk menghasilkan suatu struktur yang berlapis austenit.

F. PENGERJAAN PANAS BAJA PADUAN


Pengerjaan panas baja karbon untuk memperoleh baja paduan yang baik dilakukan dengan
cara-cara sebagai berikut.

1. Penyepuhan Baja
Baja karbon yang disepuh menimbulkan butir-butiran sebagai hasil pemanasan yang lama
selama proses karburasi. Apabila dalam pemakaian rnendapat tekanan atau beban yang tinggi
pada permukaannya maka intinya harusdimurnikan untuk mencegah lapisan pembungkus
terkelupas dan memberikan kekuatan yang baik pada penampang melintang.
Penambahan nikel ternyata diperlukan untuk pemurnian dengan cara perlakuan panas dap
perubahan bentuk diperkecil, apabila jumlah nikel sedikit lebih tinggi dapat dilakukan
pendinginan dengan minyak.

Jika komponen yang tebal harus mempunyai inti yang kekuatannya seragam maka perlu
ditambahkan kromium untuk menghilangkan pengaruh yang menyeluruh, tetapi unsur
kromium tidak digunakan sendiri harus digunakan berrsama nikel untuk mencegah terjadinya
pertumbuhan butir-butir baru.

2. Penyepuhan Baja Nikel


Baja nikel yang disepuh mengandung. 0,12% C, 3% Ni, dap 0,45% Mn di mana pada baja ini
mengandung unsur karbon yang rendah sehingga menyebabkan intinya tidak bereaksi
terhadap proses pengerasan yang langsung. Nikel dapat mencegah terjadinya pertumbuhan
butir-butir baruselama proses karburasi, apabila peralatan yang berukuran kecil dibuat dari
baja maka proses pemurnian kemungkinan diabaikan dan pendinginan baja dilakukan di
dalam air.

Baja nikel yang disepuh mengandung 0,1.2% C, 5% Ni, dap 0,45% Mn, baja ini hampir sama
dengan baja yang disepuh yang mengandung 3% Ni. Kandungan nikel yang sedikit lebih
tinggi memungkinkan untuk didinginkan dengan minyak dap membuatnya lebih sesuai untuk
dibuat roda gigi dan alat berat.

3. Penyepuhan Baja Kromium


Baja nikel kromium yang disepuh mengandung 0,15% C, 4% Ni, 0,8% Cr, dap 0,4% Mn.
Penambahan sejumlah kecil unsur kromium akan menghasilkan kekerasan dan kekuatan yang
tinggi sebagai hasil dari pendinginan minyak.
a. Penitritan Baja
Baja yang dinitrit mengandung unsur-unsur campuran akan menghasilkan permukaan yang
keras. Kandungan kromium sekitar 3% akan menghasilkan permukaan yang mempunyai
kekerasan sekitar 850 HV (kekerasan Vikers). Baja yang mengandung 1,5% aluminium dap
1,5% kromium akan menaikkan kekerasan permukaannya menjadi sekitar 1.100 HV.
Kandungan karbon baja ini tergantung pada sifat inti yang diperlukan, sekitar 0,18 - 0,5% C.

b. Pengerasan Baja dengan Udara


Apabila unsur kromium cukup dalam baja maka kecepatan pendinginan kritis akan
berkurang, sehingga pendinginan dapat dilakukan dalam udaraJenis baja yang dikeraskan
dengan udara adalah yang mengandung 21, kromium dan 0,6% karbon membuat temperatur
pengerasan dan kecepatar pendinginan kritis menjadi rendah.

Tools berbahan baja.

G. DURABILITAS BAJA DENGAN PERLAKUAN PANAS

Bahan-bahan pada saat sekarang khususnya logam semakin baik dan rumit, digunakan pada
peralatan modern yang memerlukan bahan dengan kekuatan impak dan ketahanan fatigue
yang tinggi disebabkan meningkatnya kecepatan putar dan pergerakan linear serta
peningkatan frekwensi pembebanan pada komponen. Untuk mendapatkan kekuatan dari
bahan tersebut dapat dilakukan dengan proses perlakuan panas. Perlakuan panas adalah suatu
proses pemanasan dan pendinginan logam dalam keadaan padat untuk mengubah sifat-sifat
fisis logam tersebut. Melalui perlakuan panas yang tepat, tegangan dalam dapat dihilangkan,
besar butiran dapat diperbesar atau diperkecil, ketangguhan dapat ditingkatkan atau dapat
dihasilkan suatu permukaan yang keras disekeliling inti yang ulet.

H. KEKERASAN

Kekerasan didefinisikan sebagai ketahanan sebuah benda (benda kerja) terhadap


penetrasi/daya tembus dari bahan lain yang kebih keras penetrator). Kekerasan merupakan
suatu sifat dari bahan yang sebagian besar dipengaruhi oleh un-sur-unsur paduannya dan
kekerasan suatu bahan tersebut dapat berubah bila dikerjakan dengan cold worked seperti
pengerolan, penarikan, pemakanan dan lain-lain serta kekerasan dapat dicapai sesuai
kebutuhan dengan perlakuan panas.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil kekerasan dalam perlakuan panas antara lain;
Komposisi kimia, Langkah Perlakuan Panas, Cairan Pendinginan, Temperatur Pemanasan,
dan lain-lain Proses hardening cukup banyak dipakai di Industri logam atau bengkel-bengkel
logam lainnya.Alat-alat permesinan atau komponen mesin banyak yang harus dikeraskan
supaya tahan terhadap tusukan atau tekanan dan gesekan dari logam lain, misalnya roda gigi,
poros-poros dan lain-lain yang banyak dipakai pada benda bergerak. Dalam kegiatan
produksi, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu produksi adalah merupakan
masalah yang sangat sering dipertimbangkan dalam Industri dan selalu dicari upaya-upaya
untuk mengoptimalkannya. Pengoptimalan ini dilakukan mengingat bahwa waktu (lamanya)
menyelesaikan suatu produk adalah berpengaruh besar terhadap biaya produksi.
Hardening dilakukan untuk memperoleh sifat tahan aus yang tinggi, kekuatan dan fatigue
limit/ strength yang lebih baik. Kekerasan yang dapat dicapai tergantung pada kadar karbon
dalam baja dan kekerasan yang terjadi akan tergantung pada temperatur pemanasan
(temperatur autenitising), holding time dan laju pendinginan yang dilakukan serta seberapa
tebal bagian penampang yang menjadi keras banyak tergantung pada hardenability.

1. Penahanan suhu (holding), Holding time dilakukan untuk mendapatkan kekerasan


maksimum dari suatu bahan pada proses hardening dengan menahan pada temperatur
pengerasan untuk memperoleh pemanasan yang homogen sehingga struktur austenitnya
homogen atau terjadi kelarutan karbida ke dalam austenit dan diffusi karbon dan unsur
paduannya. Pedoman untuk menentukan holding time dari berbagai jenis baja: Baja
Konstruksi dari Baja Karbon dan Baja Paduan Rendah Yang mengandung karbida yang
mudah larut, diperlukan holding time yang singkat, 5 - 15 menit setelah mencapai temperatur
pemanasannya dianggap sudah memadai. Baja Konstruksi dari Baja Paduan Menengah
Dianjurkan menggunakan holding time 15 -25 menit, tidak tergantung ukuran benda kerja.
Low Alloy Tool Steel Memerlukan holding time yang tepat, agar kekerasan yang diinginkan
dapat tercapai. Dianjurkan menggunakan 0,5 menit per milimeter tebal benda, atau 10 sampai
30 menit. High Alloy Chrome Steel Membutuhkan holding time yang paling panjang di
antara semua baja perkakas, juga tergantung pada temperatur pema-nasannya. Juga
diperlukan kom-binasi temperatur dan holding time yang tepat. Biasanya dianjurkan
menggunakan 0,5 menit permilimeter tebal benda dengan minimum 10 menit, maksimum 1
jam. Hot-Work Tool Steel Mengandung karbida yang sulit larut, baru akan larut pada 10000
C. Pada temperatur ini kemungkinan terjadinya pertumbuhan butir sangat besar, karena itu
holding time harus dibatasi, 15-30 menit. High Speed Steel Memerlukan temperatur
pemanasan yang sangat tinggi, 1200-13000C.Untuk mencegah terjadinya pertumbuhan butir
holding time diambil hanya beberapa menit saja. Misalkan kita ambil waktu holding adalah
selama 15 menit pada suhu 8500.

2. Pendinginan.
Untuk proses Hardening kita melakukan pendinginan secara cepat dengan menggunakan
media air. Tujuanya adalah untuk mendapatkan struktur martensite, semakin banyak unsur
karbon,maka struktur martensite yang terbentuk juga akan semakin banyak. Karena
martensite terbentuk dari fase Austenite yang didinginkan secara cepat. Hal ini disebabkan
karena atom karbon tidak sempat berdifusi keluar dan terjebak dalam struktur kristal dan
membentuk struktur tetragonal yang ruang kosong antar atomnya kecil,sehingga kekerasanya
meningkat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan proses hardening pada baja karbon tinggi akan
meningkatkan kekerasanya. Dengan meningkatnya kekerasan, maka efeknya terhadap
kekuatan adalah sebagai berikut : Kekuatan impact (impact strength) akan turun karena
dengan meningkatnya kekerasan, maka tegangan dalamnya akan meningkat. Karena pada
pengujian impact beban yang bekerja adalah beban geser dalam satu arah , maka tegangan
dalam akan mengurangi kekuatan impact. Kekuatan tarik (tensile sterngth) akan meningkat.
Hal ini disebabkan karena pada pengujian tarik beban yang bekerja adalah secara aksial yang
berlawanan dengan arah dari tegangan dalam, sehingga dengan naiknya kekerasan akan
meningkatkan kekuatan tarik dari suatu material.

I. UNSUR-UNSUR PADUAN LOGAM DAN PENGARUH PADA BAJA

A. UNSUR-UNSUR PADUAN LOGAM

1. Belerang (S) dan Fosfor (P)


Unsur-unsur ini lebih sebagai kotoran yang terbawa bijih besi daripada sebagai paduan.
Kandungan belerang dan fosfor harus dibuat sedikit mungkin, karena mempengaruhi kualitas
baja. Dalam jumlah yang banyak belerang menjadikan baja rapuh dalam keadaan pangs,
sedangkan fosfor dapat menjadikan baja rapuh dalam keadaan dingin.

2. Mangan (Mn)
Semua baja mengandung mangan karma sangat diperlukan dalam proses pembuatan baja.
Kandungan mangan lebih kurang 0,6% masih belum bisa sebagai paduan dan tidak
mempengaruhi sifat baja. Dengan bertambahnya kandungan Mn, suhu kritis diturunkan
seimbang. Baja dengan 12% Mn adalah austenit, karma itu suhu kritisnya di bawah suhu
kamar, akibatnya baja tidak dapat diperkeras. Di samping itu, austenit mempunyai daya tahan
yang sangat tinggi yang hanya d zpat dikerjakan mesin dengan pahat Carbide atau grinding.
Dengan sedikit kandungan Mn akan menurunkan kecepatan pendingin kritis, 1 - 1,2% Mn
cukup untuk mendapatkan pengerasan dalam oli.

3. Nikel (Ni)
Nikel mempunyai pengaruh yang sama seperti mangan, yaitu menurunkan suhu kritis dan
kecepatan pendinginan kritis, memperbaiki kekuatan tarik, tahan korosi, sifat tahan panas dan
sifat magnetnya. Nikel tahab korosi berkat lapisan kuat oksida nikel maka nikel digunakan
untuk penutup logam-logam lain. Hat ini dapat dilaksanakan dengan cara galvanisasi dan
distempel.
Dari paduan nikel kita rebut monel dan nikrom. Monel adalah paduan nikel dengan tembaga
yang sedikit digunakan dalam mesin.
Nikrom adalah paduan nikel dan krom yang digunakan dalam teknik listrik sebagai bahan
hambatan. Nikel sebagai unsur paduan digunakan dalam banyak paduan baja sebagai unsur
paduan dalam baja konstruksi dan baja mesin.

4. Silikon (Si)
Silikon merupakan unsur paduan yang ada pada setup baja dengan jumlah kandungan lebih
dari 0,4% yang mempunyai pengaruh menaikkan tegangan tarik dan menurunkan kecepatan
pendinginan kritis.

5. Kromium (Cr)
Kromium menambah kekuatan tarik dan keplastisan, menambah maupun keras,
meningkatkan ketahanan terhadap korosi dan tahan suhu tinggi.

6. Tungsten (W), Molibden (Mo), Vanadium (V)


Unsur-unsur tersebut membentuk karbid yang sangat keras dan memberikan baja kekerasan
tinggi, kemampuan potong dan daya tahan papas yang cukup tinggi pada baja yang sangat
diperlukan untuk pahat potong dengan kecepatan tinggi.

B. PENGARUH UNSUR PADUAN

Sifat baja sangat tergantung pada unsur-unsur yang tergantung dalam baja. baja karbon
biasanya mempunyai beberapa kekurangan. Di antaranya yaitu kekerasan baja itu tidak dapat
merata atau kemampuan pengerasannya kurang baik. Di samping itu, baja ini mempunyai
sifat mekanis yang rendah pada suhu tinggi dan kurang tahan korosi pada lingkungan
atmosfer, lingkungan lain, atau pada suhu tinggi. Untuk mengurangi masalah di atas maka
dibuat bermacam-macam baja paduan yang pada dasarnya adalah memadu baja dengan unsur
paduan lain.
Unsur-unsur paduan dapat mempengaruhi dan mengubah diagram keseimbangan dan
mempengaruhi kecepatan reaksi transformasi perubahan fasa. Unsur paduan dapat dibagi
dalam dua bagian. Pertama: Ni dan Mn menstabilkan austenit. Kedua: Cr, Mo, W, V, Co, dan
Ti menstabilkan ferit.

Jenis pertama disebut juga unsur-unsur pembentuk austenit dan macam kedua disebut juga
unsur-unsur pembentuk ferit atau pembentuk karbid yaitu mudah mengikat C. Unsur Si
merupakan pembentuk ferit, tetapi bukan pembentu karbid dan di lain pihak sebagai
katalisator penihentuk grafit. Kedua bagian unsur tersebut merupakan penstabil fasa austenit
atau fern karena mempunyai perbedaan kelarutan dalam masing-masing fasa tersebut untuk
membentuk larutan padat.

Pengaruh unsur-unsur paduan dalam baja meliputi hal berikut:


1. Pembentukan Karbid
Karbid yang terjadi merupakan ikatan kimia dengan unsur karbon, baja itu bersifat getas dan
keras, karenanya sangat berguna untuk tahan aus dan goresan.

2. Kelarutan dalam Ferit dan Austenit


Unsur-unsur yang mempunyai bentuk kisi fcc larut secara baik dalam austenitdan unsur yang
mempunyai bentuk kisi bcc larut secara baik dalam fern. Cr, Mo, W, V yang mempunyai kisi
berbentuk bcc larut lebih baik dalam fern daripada dalam austenit. Sementara itu, Cu dan Ni
yang mempunyai bentuk kisi fcc larut lebih baik dalam austenit daripada dalam Ferit.
Mn larut dalam austenit maupun fern. Unsur yang mempunyai bentuk kisi bcc dapat
membentuk karbid, sedangkan yang mempunyai kisi bentuk fcc tidak dapat membentuk
karbid.
Unsur-unsur yang membentuk larutan padat akan meningkatkan kekuatan dan kekerasan fern.
Salah satu unsur itu selain karbon adalah fosfor. Walaupun demikian pengaruh tersebut tidak
sebesar pengaruh karbon. Penambahan unsurunsur ini pada baja karbon memungkinkan
penambahan kekuatan dan kekerasan fern tanpa mengurangi keliatannya.
Unsur-unsur yang larut dalam austenit mempengaruhi penurunan kecepatan transformasi dan
meningkatkan mampu keras. Unsur-unsur yang meningkatkan mampu keras adalah Ni, Si,
W, Mn, Cr, Mo, dan V.

J. KOROSI BAJA PADA STRUKTUR JEMBATAN

A. Korosi

Korosi adalah proses pembusukan suatu bahan atau proses perubahan sifat suatu bahan akibat
pengaruh atau reaksinya dengan lingkungan ( Corrosion is the deterioration of substance,
usually a metal, or it’s properties due to a reaction with i’ts environment ).
Korosi (Kennet dan Chamberlain,1991) adalah penurunan mutu logam akibat reaksi elektro
kimia dengan lingkungannya. Korosi atau pengkaratan merupakan fenomena kimia pada
bahan-bahan logam yang pada dasarnya merupakan reaksi logam menjadi ion pada
permukaan logam yang kontak langsung dengan lingkungan berair dan oksigen.

B. Mekanisme Korosi Tulangan Baja pada Struktur Beton

Baja adalah bahan yang mempunyai kuat tarik yang tinggi dan koefisien pemauaian yang
hampir sama dengan beton. Sedangkan beton sebagai bahan bangunan mempunyai
kelemahan utama yaitu kuat tariknya kecil. Karena itu, baja dapat digunakan sebagai tulangan
pada bagian beton yang menerima gaya tarik.

Pada permukaan baja terdapat lapisan pasif baja yang tipis. Lapisan pasif baja ini berguna
untuk melindungi baja dari korosi.Lapisan pasif baja akan bereaksi dengan larutan asam atau
akan larut dalam kondisi asam. Karena beton bersifat alkali, yaitu basa dengan pH sekitar 12-
13, baja tulangan di dalam beton aman terhadap korosi. Beton secara makro terlihat sebagai
material yang kuat dan massif, tetapi jika dilihat secara mikro, maka beton adalah material
yang berpori dengan diameter yang kecil.

Pori-pori di dalam beton pada umumnya menerus. Pori-pori ini dinamakan pori kapiler, dan
ukurannya berdiameter 3nm--pori kapiler tersebut masih memungkinkan senyawa-senyawa di
sekitar beton untuk berinfiltrasi ke dalam beton dengan cara berdifusi. Proses ini dapat terjadi
karena ada perbedaan konsentrasi di dalam beton dan di luar beton. Misalnya bangunan beton
di sekitar pantai/laut, karena konsentrasi ion Cldi luar beton lebih tinggi daripada di dalam
beton, maka akan terjadi difusi ion Clke dalam beton.

Ion dari senyawa-senyawa yang bersifat asam, seperti ion Cl pada daerah laut, yang berdifusi
ke dalam beton sampai ke permukaan baja tulangan dapat mengakibatkan lapisan pasif baja
hilang. Permukaan baja yang lapisan pasifnya hilang menjadi anode dari reaksi korosi baja
tulangan. Persamaan reaksi anode ini dapat dituliskan sebagai berikut :
Fe Fe2 + 2e ………………………………………( 1 )

Elektron yang dilepaskan dari reaksi anode menyebabkan gas O2 dan air yang terdapat di atas
permukaan baja yang masih tertutup oleh lapisan pasif, bereaksi. Bagian baja ini menjadi
katode dari reaksi korosi baja tulangan, dan reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut :
O2 + 2H2O + 2e 4OH …………………………...( 2 )

Kedua ion yang terbentu pada anode dan katode bergabung membentuk senyawa hasil korosi.
Persamaan reaksi tersebut dapat dituliskan seperti di bawah ini :
2 Fe + O2 + 2H2O 2 Fe2+ + 4OH ….…………...( 3 )

2 Fe2+ + 4OH2 Fe(OH)2 …………………..……( 4 )

Fe(OH)2 sebagai bentuk awal senyawa hasil korosi akan berada di permukaan baja yang
mengalami korosi. Setelah itu tergantung konsentrasi O2 dalam air yang terdapat pada pori-
pori beton. Jika konsentrasi O2 tinggi maka akan terbentuk Fe(OH)2 dengan persamaan
reaksi sebagai berikut:
:
4 Fe(OH)2 + O2 + 2H2O Fe(OH)3 …..…………( 5 )

Jika pada waktu pembentukan senyawa F konsentrasi e(OH)2 jumlah air tidak cukup
sedangkan konsentrasi O2 cukup maka terbentuk korosi yang berwarna merah (FeOOH).
Tetapi jika konsentrasi O2 juga tidak cukup maka akan terbentuk korosi berwarna hitam
(Fe2O3 ) atau berwarna hijau (2FeOFe2O3H2O).

Karena korosi adalah senyawa yang berpori, maka proses korosi akan terus berlanjut asalkan
konsentrasi Cl, O2 dan H2O di dalam beton cukup. Proses infiltrasi Cl dan korosi dari baja
tulangan dalam beton diilustrasikan pada Gambar 1.
H2O asam
Cl Cl Cl asam H2O
Cl Cl
O2 H2O O2 Cl
basa lapisan O2 O2
pasif
baja baja
Fe(OH)2

(a) Difusi ion Cl pada beton (b) Hilangnya lapisan pasif dan korosi
Gambar 1. Proses kerusakan bangunan beton akibat korosi baja tulangan
Perbandingan volume antara senyawa hasil reaksi korosi dengan senyawa yang bereaksi kira-
kira 2.5 kali. Karena itu, selimut beton dapat mengalami keretakan akibat tekanan dari
pengembangan volume tersebut. Jika telah terjadi keretakan pada selimut beton, maka gas
O2, H2O dan ion Cl lebih mudah berinfiltrasi ke dalam beton dan kerusakan akibat korosi
pada bangunan beton akan menjadi lebih parah. Kuat tekan beton akan menurun apabila
terjadi kerusakan pada beton.

Anda mungkin juga menyukai