Anda di halaman 1dari 41

PROSES INDUSTRI KIMIA

SENYAWA BESI DAN BAJA


SENYAWA BESI
Besi yang murni adalah logam berwarna putih perak
yang kukuh dan liat.

Kelimpahannya juga sangat besar, 50.000 ppm atau 5%


dan merupakan jenis logam terbanyak kedua di kulit
bumi.

Berada dalam bentuk bijih besi hematit (Fe2O3),


Magnetik (Fe3O4), Siderit (FeCO3), Pirit (FeS2)

Asam klorida (HCl) PEKAT/ENCER ATAU asam sulfat


encer melarutkan besi yang menghasilkan besi (II) dan
gas Hidrogen.
Fe + 2H+ Fe2+ + H2

Besi diekstraksi dari bijih besi dengan
menghilangkan atom oksigen dan kemudian
menggabungkannya kembali dengan atom lain
seperti karbon.

Proses ini disebut smelting.

Proses smelting harus dilaksanakan pada


lingkungan dengan tingkat oksigen rendah.

Proses peleburan akan menghasilkan paduan
yang dinamakan baja.

Kelebihan karbon dan pengotor lainnya dapat


dihilangkan dengan beberapa proses bertahap.
Pengolahan besi dari bijinya

Besi dihasilkan dari oksida besi (Fe2O3),


melalui reaksi reduksi dengan karbon
monoksida pada suhu relatif tinggi (>1500 C)

Reduksi berlangsung beberapa tahap, dan


reaksi yang terlibat bersifat reversible, di mana
kesetimbangan bergantung pada tekanan relatif

dari CO dan CO2 dalam tanur tinggi



Dalam industri, besi diisolasi melalui proses
reduksi dari oksidanya , Fe2O3, atau oksida-
Oksida besi lainnya yang terkandung dalam
bijih besi.

Zat pereduksi yang digunakan adalah gas


karbon monoksida (CO) pada suhu tinggi.
Bahan baku yang digunakan

Bijih besi terutama hematit & magnetik

Kokas sebagai zat pereduksi

Batu kapur untuk mengikat silika menjadi


kalsium silika (kerak di tanur)

Udara
Kokas

Kokas sebagai sumber karbon berkadar tinggi, dibuat


dari pemanasan batu bara didalam

oven kedap udara.

Hasil sampingan pembuatan kokas ini adalah gas


bakar yang dapat digunakan kembali sebagai bahan
bakar untuk pemanasan oven dan pemanasan awal
tanur tinggi.

Hasil samping lainnya adalah benzen, tar, toluen,


naftalen, dan ammonium sulfat.
UDARA

Udara dipanaskan, ditiupkan dari bagian bawah tanur


tinggi untuk membakar karbon menjadi gas CO2

gas CO2 selanjutnya bereaksi lagi dengan karbon


membentuk gas CO, yang nantinya akan mereduksi
oksida besi.

Rata-rata untuk menghasilkan 1 ton besi,bahan baku


YANG DIPERLUKAN 2 ton biji besi, 1 ton kokas, 0.3
ton kapur, dan 4 ton udara.
PROSES PENGOLAHAN BIJIH BESI
PEMANGGANGGAN

Biji hematite (Fe2O3), dicuci dengan air sampai bersih


dari tanah yang melekat.

Setelah kering hematite tersebut lalu dipanggang.

Sejumlah karbonat atau sulfida ditambahkan

yang hasil penguraiannya dapat bersenyawa dengan


silika sebagai pengotor membentuk kerak.
Pencairan

Biji besi hasil pemanggangan dicampurkan


dengan batu kapur dan kokas dengan
perbandingan 5:2:1, dan dimasukKan ke

dalam tanur tinggi.

suhu udaranya berkisar 5000-7000 C, tekanan


udaranya dibuat rendah.
Reaksi dengan gas pada suhu tinggi

Udara panas yang telah bebas dari uap air dan


sebelumnya dipanaskan pada suhu 5000-7000
C akan bereaksi dengan karbon membentuk
gas karbondioksida.

Gas CO2 bereaksi dengan karbon dan


direduksi menjadi gas karbon monoksida (CO)
Reaksi dengan gas
pada suhu rendah

Ketika campuran yang terdiri dari hematite,


batu kapur, dan karbon dijatuhkan ke dalam
tanur tinggi, reaksi pertama yang terjadi adalah
ferro oksida direduksi menjadi oksida magnetic
oleh CO pada temperatur 3000-5000 C

OKSIDA MAGNETIK direduksi menjadi


ferioksida dan kemudian menjadi besi.

pada temperature 1000-1200 C, batu kapur terurai menjadi
kapur (CaO) dan CO2

Kapur CaO bereaksi dengan silika membentuk cairan


kalsium silikat yang disebut kerak

Pada saat CaSiO3 memasuki dasar tanur, cairan tersebut


menutupi cairan besi dan senyawa silika menjadi kerak.

Cairan logam berkumpul di bagian atas tanur dengan kerak


di bagian atasnya
Besi(II) sulfat (fero sulfat)

Besi(II) hidrat dapat ditemukan


dalam beberapa bentuk senyawa
hidrat

Granul warna hijau kebiruan,


pucat, tidak berbau dan rasa
seperti garam.

Pada suhu 90 C, bentuk


heptahidratnya akan melepas
molekul air untuk membentuk
monohidrat yang tak berwarna.
Besi(III) klorida/feri klorida
(FeCl3)

Umum digunakan dalam pengolahan limbah,


produksi air minum, katalis produksi etilen
diklorida, bahan kimia pembuatan PVC

Bila dilarutkan dalam air, besi (III) klorida


mengalami hidrolisis menghasilkan larutan
KOAGULAN yang coklat, asam, dan korosif

Senyawa anhidratnya bersifat higroskopis


Reaksi pembentukan
Produksi dari besi
2 Fe (s) + 3 Cl2 (g) 2 FeCl3 (s)

Produksi dari bijih besi


Fe3O4(s) + 8 HCl (aq) FeCl2 (aq) + FeCl3 (aq)
+ 4 H2O
Proses produksi dari limbah besi

Melarutkan serbuk besi dengan asam klorida

Didiamkan selama 48 jam

Penyaringan

Kristalisasi
50 g serbuk besi + 100 ml HCl 50% dapat
menghasilkan feri klorida dengan kadar 28,59%
MINERAL FERO SULFAT

FeSO4H2O (relatif jarang)

FeSO44H2O (mineral: rozenit, berwarna


putih, cukup banyak ditemukan)

FeSO45H2O (mineral: siderotil, relatif jarang)

FeSO46H2O (mineral: feroheksahidrit, relatif


jarang)

FeSO47H2O (mineral: melanterit, berwarna


biru-hijau, cukup banyak ditemukan)
Produksi dan reaksi

Dalam proses finishing baja sebelum dilapis, maka pelat


baja akan dilewatkan asam sulfat terlebih dahulu
Fe + H2SO4 FeSO4 + H2

Sumber lain yang juga menghasilkan besi(II) sulfat adalah


produksi titanium dioksida dari ilmenit via proses sulfat.

Fero sulfat juga dapat diproduksi secara komersial dengan


oksidasi mineral pirit
2 FeS2 + 7 O2 + 2 H2O 2 FeSO4 + 2 H2SO4
Besi(III) sulfat (ferri sulfat),

Besi(III) sulfat diproduksi pada skala besar


dengan mereaksikan asam sulfat, larutan ferro
sulfat panas, dan bahan pengoksidasi seperti
asam nitrat atau hidrogen peroksida.
2FeSO4 + H2SO4 + H2O2 Fe2(SO4)3 +
2H2O
Baja
Berdasarkan kadar karbon dan unsur-unsur lain
yang terdapat didalamnya, besi dapat dibedakan
menjadi:
a. Besi Tuang, besi yang dihasilkan dari tanur
tinggi.
b. Besi Baja
c. Besi tempa
Sifat Besi Tuang

Mengandung 3-6% karbon serta sejumlah kecil


silicon, mangan , fosfor, dan belerang.

Sangat keras tetapi rapuh.

Tidak dapat ditempa

Titik leleh rendah.


Sifat Besi Baja

Mengandung 0,02%-1,5% karbon.

Keras tetapi dapat ditempa

Tahan korosi
SIFAT BESI TEMPA

mengandung kurang dari 0,5% karbon.

kurang keras dan mudah ditempa.



Ketika cairan terdapat di dalam tanur pada
temperatur 1300-1500 C, bijih besi yang
mengandung pengotor seperti fosfat, silikat, sulfid
dan sebagainya, juga direduksi menjadi cairan besi
yang biasanya mengandung sedikit sulfur, silicon,
fosfor, mangan dan 3-4% karbon dalam bentuk
karbida seperti simentatit (Fe3C)

besi yang diperoleh dapat mencapai tingkat


kemurnian 92-94 % (besi tuang)

Ketika cairan terdapat di dalam tanur pada temperatur
1300-1500 C, bijih besi yang mengandung pengotor
seperti fosfat, silikat, sulfid dan sebagainya, juga
direduksi menjadi cairan besi yang biasanya
mengandung sedikit sulfur, silicon, fosfor, mangan dan
3-4% karbon dalam bentuk karbida seperti simentatit
(Fe3C)

besi yang diperoleh dapat mencapai tingkat kemurnian


92-94 % (besi tuang)

Ketika cairan terdapat di dalam tanur pada temperatur
1300-1500 C, bijih besi yang mengandung pengotor
seperti fosfat, silikat, sulfid dan sebagainya, juga
direduksi menjadi cairan besi yang biasanya
mengandung sedikit sulfur, silicon, fosfor, mangan dan
3-4% karbon dalam bentuk karbida seperti simentatit
(Fe3C)

besi yang diperoleh dapat mencapai tingkat kemurnian


92-94 % (besi tuang)
BAJA

Baja adalah logam paduan, logam besi sebagai


unsur dasar dengan beberapa elemen lainnya,
termasuk karbon.

Kandungan unsur karbon dalam baja berkisar


antara 0.2% hingga 2.1% berat sesuai grade-nya.

Elemen berikut ini selalu ada dalam baja: karbon,


mangan, fosfor, sulfur, silikon, dan sebagian kecil
oksigen, nitrogen dan aluminium.

Fungsi karbon dalam baja adalah sebagai unsur pengeras
dengan mencegah dislokasi bergeser pada kisi kristal
(crystal lattice) atom besi.

Penambahan kandungan karbon pada baja dapat


meningkatkan kekerasan (hardness) dan kekuatan tariknya
(tensile strength), namun di sisi lain membuatnya menjadi
getas (brittle) serta menurunkan keuletannya (ductility).

Baja karbon ini dikenal sebagai baja hitam karena


berwarna hitam, banyak digunakan untuk peralatan
pertanian misalnya sabit dan cangkul.
Baja
1. Baja lunak,
mengandung kurang dari 0.2 % karbon.
mudah dibentuk dan diregangkan.
bisa digunakan untuk membuat kabel dan rantai.

2. Baja medium,
mengandung 0.2%-0.6% karbon
Digunakan untuk membuat rel, balok dan rangka

3. Baja karbon tinggi


mengandung 0.6%-1.5% karbon.
Sifatnya keras, kaku,
biasa digunakan untuk alat-alat logam, per, alat pemotong dan alat rumah tangga

untuk memperoleh efek khusus pada baja, maka
baja dicampur dengan logam-logam transisi
yang sesuai dengan sifat, kualitas dan
kegunaan tertentu.

Pencampuran dilakukan dengan hati-hati dan


teliti untuk mendapatkan komposisi campuran
yang memenuhi sifat yang diinginkan.

Jenis baja ini disebut baja alloy atau campuran.


Efek khusus logam transisi yang
dicampurkan pada baja
Kobalt
membuat baja tetap kuat pada suhu tinggi.

Krom
membuat baja menjadi lebih keras, tahan gesekan, tahan
korosi, dan tahan temperatur tinggi.

Mangan
membuat baja menjadi keras, tahan aus dan tahan
gesekan
Pembuatan baja

Besi tuang yang dihasilkan dari tanur tinggi,


harus dimurnikan terlebih dahulu untuk

menurunkan kadar karbonnya (dari 5% diturunkan


sampai di bawah 1.5 %)

menghilangkan bahan/unsur lain yang mengotori


besi (belerang, fosfor, silikon dan sebagainya
Molibden
memperbaiki kekerasan baja, tahan goncangan dan tahan temperature tinggi.

Nikel
membuat baja tahan korosi

Silikon
pada konsentrasi tinggi membuat baja tahan kondisi asam,
pada konsentrasi rendah memperbaiki sifat megnetik dan sifat listrik baja.

Vanadium
memperkuat baja dan meningkatkan ketahanan baja terhadap panas
Klasifikasi Baja
Berdasarkan komposisi dan jenis logam transisi yang
dicampurkan
1. Stainless steel
baja tahan karat mengandung Cr 19%, Ni 9%, dan Fe 72%

2. Baja krom
baja yang tahan karat tahan panas mengandung 12%-18% Cr

3. Baja nikel
baja tahan karat dan keras, mengandung 25% Ni

4. Baja mangan
baja sangat keras mengandung 11%-14% Mn
Proses Bassemer

Sejumlah leburan besi tuang dari tanur tinggi


dimasukan ke dalam Conventer Bassemer

Ke dalam Conventer Bassemer ditambahkan

Senyawa lain seperti dolomite ( MgCO3 dan CaCO3) ,


untuk mengikat zat pengotor di dalam besi

Sambil diputar terus dibawah tanur, melalui lubang


-lubang dibawah tanur dimasukan gas oksigen agar
bereaksi dengan karbon, silikon, fosfor dan belerang
menjadi oksida -oksidanya

.

Oksida-oksida ini akan diikat oleh oksida-oksida
magnesium dan kalsium sebagai hasil penguraian
MgCO3 dan CaCO3 yang sebelumnya dimasukan
,menjadi kerak yang mengapung diatas cairan besi.

Selanjutnya besi cair yang sudah mendekati murni


dikeluarkan melalui lubang pada converter.

kerak yang tertinggal dalam converter dapat dibuang.


Proses Open Hearth Furnace
( Proses terbuka)

Tanur berupa piringan datar yang besar.

Pada dasar kolom telah ditempatkan oksida

basa seperti CaO atau MgO yang nantinya ak

an berguna sebagai zat pengikat.

Ke dalam tanur tinggi dimasukan besi tuang,


besi bekas dan batu kapur.

Campuran gas pembakar dan udara panas
dilewatkan di atas piringan yang berisi besi cair
ini.

Sementara diaduk maka Akan berlangsung


reaksi antara oksida-oksida pengotor dengan
CaO dan MgO menjadi kerak.
Proses BOP (Basic Oxigen process)

Besi tuang dicampur dengan besi rongsokan

Ke dalam tanur dimasukan oksigen murni melalui pipa

Oksigen murni ini akan membakar zat pengotor


didalam cairan besi tuang.

Batu kapur yang sebelumnya dimasukKan ke dalam


tanur akan mengikat zat pengotor ini menjadi kerak .

Anda mungkin juga menyukai