Besi dan tembaga termasuk logam transisi yang sangat luas penggunaannya di industri.
Keberadaannya di alam dalam bentuk senyawanya sehingga untuk memperoleh kedua logam
tersebut, diperlukan proses ekstraksi. Simak penjelasannya berikut ini:
Proses Ekstraksi Besi
Besi diekstraksi dari bijih besi yang mengandung senyawa besi seperti hematit (Fe 2O3),
limonit (2Fe2O3 3H2O), magnetit (Fe3O4), dan siderit (FeCO3). Proses ekstraksi dilakukan dalam
tungku yang disebut tanur tiup (blast furnace) dengan menggunakan metode reduksi. Simak
proses ekstraksinya berikut ini. Berikut tahapan ekstraksi Fe dari bijih besi:
Bijih besi, batu kapur (CaCO3), dan kokas (C) dimasukkan dari bagian atas tanur.
Kemudian, udara panas ditiupkan ke bagian bawah tungku agar C bereaksi dengan O 2
membentuk CO2.
C(s) +O2(S) CO2(S)
Gas CO2 yang terbentuk selanjutnya akan bergerak ke atas dar lebih lanjut dengan C untuk
membentuk CO. Reaksi ini bersifi endotermik, sehingga terjadi sedikit penurunan suhu proses.
CO2(g) + C(s) 2CO(S)
Produk reaksi yakni gas CO kemudian bergerak naik dan mulai mereduksi senyawa-senyawa
besi pada bijih besi.
3Fe2O3(5) + CO(g) 4 2Fe3O4(s) + CO2(g)
Sekitar 70% lelehan besi gubal dari tanur tiup dan 30% besi/baja bekas dimasukkan ke
dalam tungku, bersama dengan batu kapur (CaCO 3).
Selanjutnya, O2 murni dilewatkan melalui campuran lelehan logam. O 2 akan bereaksi
dengan karbon (C) di dalam besi dan juga zat pengotor lainnya seperti Si dan P, dan
membentuk senyawa-senyawa oksida. Senyawa-senyawa oksida ini kemudian
direaksikan dengan CaO, yang berasal dari peruraian batu kapur (CaCO 3), membentuk
terak, seperti CaSiO3 dan Ca3(PO4)2.
Kandungan C pada baja yang dihasilkan bervariasi dari ~0,2% sampai 1,5%. Berdasarkan
kadar C ini, kita mengenal tiga macam baja seperti yang ditunjukkan tabel berikut.