Bijih besi, batu kapur (CaCO3), dan kokas (C) dimasukkan dari bagian atas tanur.
Kemudian, udara panas ditiupkan ke bagian bawah tungku agar C bereaksi dengan OZ
membentuk CO2.
C(s) +O2(S)
CO2(S)
Gas CO2 yang terbentuk selanjutnya akan bergerak ke atas dan lebih lanjut dengan C untuk
membentuk CO. Reaksi ini bersifi endotermik, sehingga terjadi sedikit penurunan suhu proses.
CO2(g) + C(s)
2CO(S)
Produk reaksi yakni gas CO kemudian bergerak naik dan mulai mereduksi senyawa-senyawa
besi pada bijih besi.
3Fe2O3(5) + CO(g)
4 2Fe3O4(s) + CO2(g)
Fe3O4(s) + CO(g)
3FeO(6) + CO2(g)
FeO(s) + CO(g)
Fe(s) + CO2(g)
2Fe(l) + 3CO2(g)
Fe yang terbentuk akan mengalir dan berkumpul di bawah. Karena suhu di bawah tinggi sekitar
2000C, Fe akan berada dalam bentuk lelehannya.
CaO yang terbentuk akan bereaksi dengan pengotor yang bersifat asam yang ada dalam bijih
besi, seperti pasir silika. Reaksi ini menghasilkan senyawa dengan titik didih rendah yang
disebut terak (slag).
CaO(S) + SiO2(s)
CaSiO3(l)
Lelehan terak kemudian akan mengalir ke bagian bawah tanur. Karena kerapatan lelehan terak
yang lebih rendah dibandingkan lelehan besi, maka lelehan terak berada di atas lelehan besi
sehingga keduanya dapat dikeluarkan secara terpisah. (Secara tidak langsung, lelehan terak ini
melindungi lelehan besi dari teroksidasi kembali)
Besi yang terbentuk di dalam tanur tiup masih mengandung pengotor dan bersifat cukup rapuh.
Besi ini disebut juga besi gubal (pig iron). Besi gubal mengandung sekitar 3 4% C, 2% Si, dan
sejumlah pengotor lain seperti P dan S. Besi gubal dapat dicetak langsung menjadi besi tuang
(cast iron).