Dibuat sebagai syarat untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Ekstraksi
Metalurgi pada Jurusan Teknik Pertambangan
Oleh :
Kelas A
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
2016
BAB 1
PENDAHULUAN
Emas merupakan jenis dari logam mulia yang dimana logam mulia adalah logas
yang memeiliki nilai ekonomis yang tinggi dan dapat di jadikan perhiasan. Di Indonesia
sudah banyak perusahaan mineral yang mengolah bijih emas menjadi emas murni.
Untuk itu makalah ini dibuat agar dapat lebih memahami lagi tentang pengolahan bijih
emas hingga proses ekstraksi metalurgi.
Seperti yang kita ketahui didunia ini terdapat berbagai mineral-mineral yang
berharga yang memiliki nilai ekonomis, salah satunya adalah emas (Au). Emas adalah
unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol au (bahasa latin: 'aurum') dan
nomor atom 79. Sebuah logam transisi (trivalen dan univalen) yang lembek, mengkilap,
kuning, berat, "malleable", dan "ductile". Emas tidak bereaksi dengan zat kimia lainnya
tapi terserang oleh klorin, fluorin dan aqua regia. Logam ini banyak terdapat di nugget
emas atau serbuk di bebatuan dan di deposit alluvial dan salah satu logam coinage.
Kode isonya adalah xau. Emas melebur dalam bentuk cair pada suhu sekitar 1000
derajat celcius. Sumber logam emas; dipakai untuk membuat perhiasan, instrumen-
instrumen saintifik, lempengan elektrode, pelapigigi dan emas lantakan.
Kebanyakan emas terdapat dalam urat-urat kuarsa yang terbentuk melalui proses
hidrotermal; dan sering bersama-sama pirit dan mineral-mineral sulfida yang lain,
telurid perak-emas, skhelit dan turmalin. Bila urat-urat mengandung emas melapuk,
maka emas-emas akan terpisah dan kemudian mengendap sebagai deposit eluvial, atau
terangkut oleh aliran air dan mengendap di suatu tempat sebagai deposit letakan (placer
deposit), bersama pasir, dan atau kerikil-kerakal. Karena hal inilah diperlukan adanya
beberapa cara untuk memisahkan emas dari mineral-mineral lain yang melekat
dengannya agar akhirnya emas memiliki nilai jual yang lebih tinggi.Ada beberapa cara
untuk memisahkan emas dari mineral-mineral yang melekat bersamnya ,yaitu dengan
metode amalgamasi atau metode sianidasi yang akan penulis bahas pada makalah ini.
1.2 TUJUAN MAKALAH
1.3 PERMASALAHAN
Adapun permasalahan dalam makalah ini yaitu :
1. Bagaimana proses pengolahan bijih emas ?
2. Bagaimana proses ekstraksi metalurgi bijih emas ?
Emas merupakan mineral emas yang amat biasa ditemukan di alam. Mineral
emas yang menempati urutan kedua dalam keberadaannya di alam adalah electrum.
Minerl-mineral pembawa emas lainnya sangat jarang dan langka. Mineral-mineral
pembawa emas antara lain: Emas urai (Au), Elektrum (Au,Ag), kuproaurid Au,Cu),
porpesit (Au, Pd), rodit (Au, Rh), emas iridium (Au, Ir), platinum (Au, Pd), emas
bismutan Au, Bi), amlgam (Au2Hg3), maldonit (Au2Bi), aurikuprit (AuCu3), roskovit
(Cu, Pd)3Au2, kalaveit (AuTe2) krenerit (Au, Ag)Te2, monbrayit (Au, Sb)2Te3, petsit
(Ag3AuTe2) mutamanit (Ag, Au)Te, silvanit (Au, Ag)Te4, kostovit (AuCuTe4),
nagyagit (Pb5Au(Te,Sb)4S5-8), uyterbogardtit (Ag3AuSb2), aurostibnit (AuSb2),
fisceserit (Ag3AuSe3).
Emas pada dasarnya adalah logam emas walaupun biasanya mengandung perak
yang bervariasi sampai sebesar 18% dan kadang-kadang mengandung sedikit tembaga
atau besi. Oleh karena itu warna emas urai bervariasi dari kuning emas, kuning muda
sampai keperak-perakan sampai berwarna merah orange. Berat jenis emas urai
bervariasi dari 19,3 (emas murni) sampai 15,6 bergantung pada kandungan peraknya.
Bila berat jenisnya 17,6 maka kandungan peraknya sebesr 9% dan bila beat jenisnya
16,9 kandungan peraknya 13,2%. Sementara itu, elektrum adalah variasi emas yang
mengandung perak diatas 18%. Dengan kandungan perak yang lebih tinggi lagi maka
warna elektrum bevariasi dari kuning pucat sampai warna perak kekuningan.
Selanjutnya berat jenis elektrum bervariasi sekitar 15,5-12,5. Bila kandungan emas dan
perak berbanding 1:1 berarti kandungan peraknya sebesar 36%, dan bila
perbandingannya 21/2:1 berarti kandungan peraknya 18%.
Mineral induk emas berasosiasi dengan kebanyakan mineral yang biasa
membentuk batuan. Bila ada sulfida, yaitu mineral yang mengandung sulfur/belerang
(S), emas biasanya berasosiasi denagn sulfida. Pirit merupakan mineral induk yang
paling biasa untuk em,as. Emas ditemukan dalam pirit sebagai emas urai dan elektrum
dalam berbagai bentuk dan ukuran yang bergantung pada kadar emas dalam bijih dan
karakteristik lainnya. Selain itu emas juga ditemukan dalam arsenopirit dan kalkopirit.
Mineral sulfida berpotensi juga menjadi mineral induk bagi emas.
Bila mineral sulfida tidak terdapat dalm batuan, maka emas berasosiasi dengan oksida
besi (magnetit dan oksida besi sekunder), silikat dan karbonat, material berkarbon serta
pasir dan krikil (endapan plaser). Berikut mineral induk emas berupa sulfida pirit
(FeS2), arsenopirit (FeAsS), kalkopirit (CuFeS2), kalkosit (Cu2S), kovelit (CuS),
pirhoit (FeS2), Glen (PbS), Sfalerit (ZnS), armonit (Sb2S3).
Dari sudut pandang pengolahan/metalurgi ada tiga variasi distribusi emas dalam
bijih. Pertama, emas didiostribusikan dalam retakan-retakan atau diberi batas antara
butiran-butiran mineral yang sama (misalnya retyakan dalam butiran mineral pirit atau
dibatasi antara dua butiran mineral (pirit). Kedua, emas didistribusikan sepanjang batas
diantara butiran-butiran dua mineral yang berbeda ( misalnya dibatas butiran pirit dan
arsenopirit atau dibatas antara butiran mineral kalkopirit dan butiran mineral silikat).
Dan yang ketiga emas terselubung dalam mineral induk (misal, emas terbungkus ketat
dalam mineral pirit). Potensi endapan emas terdapat di hampir setiap daerah di
Indonesia, seperti di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa,
Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.
Goresan : Kuning
Kilap : Metalik
Kekerasan : 2,5 3
Keterdapatan :
1. Comminution
Kominusi adalah proses mereduksi ukuran dari ore agar mineral yang
mengandung emas dipisahkan (liberasi) dari mineral-mineral lain yang terkandung
dalam batuan induk. Tujuan liberasi bijih ini antara lain agar :
Proses kominusi ini dilakukan bertahap bergantung pada ukuran bijih dan
kondisi kandungan bebatuannya. Secara umum proses kominusi terbagi atas:
- Crushing merupakan suatu proses peremukan ore (bijih) dari hasil
penambangan melalui perlakuan mekanis. Misalnya dengan menggunakan roll
crusher, jaw crusher, cone crusher.
- Milling merupakan proses penggerusan lanjutan dari crushing, hingga
mencapai ukuran yang sangat halus dari hasil milling yang diharapkan yaitu
berkurang minimal 80% dari ukuran awal. Ada beberapa alat yang digunakan
dalam proses penggerusan seperti ball mill dan rod mill.
b) Peremukan Sekunder
Tahap ini merupakan tahap setelah peremukan primer, bijih emas direduksi lagi
hingga diameter ekuivalennya menjadi sekitar 15-35 mm. Umpan yang
dimasukkan kedalam unit berukuran dibawah 0,5 m. Tahap peremukan sekunder
menggunakan dua jenis crusher seperti cone crusher atau impact crusher. Pada
peremukan sekunder sirkuit unitnya adalah gabungan tertutup dan terbuka.
Cone Crusher Impact Crusher
c) Peremukan Tersier
Peremukan tersier merupakan peremukan material hingga ukuran 7-15 mm
dengan menggunakan dua atau lebih tipe crusher. Apabila menggunakan cone
crusher untuk peremukan sekunder dan tersier, maka menggunakan spesifikasi
cone head yang berbeda. Pada peremukan tersier sirkuit unitnya adalah
gabungan tertutup dan terbuka. Pada sirkuit tertutup, produk hasil peremukan
ditampung di pengayak. Sehingga, material yang ukurannya belum memasuki
kualifikasi akan dikembalikan ke proses sebelumnya.
Alat yang banyak digunakan dalam peremukan tersier adalah ball mill.
Ball mill alat penggilingan bijih emas yang telah dikecilkan dari batuan yang
sangat besar. Ballmill merupakan suatu penggiling. dengan bola-bola besi
dengan ukuran tertentu. Bijih emas yang diperoleh dimasukan kemudian digiling
sampai halus sehingga emas terlepas dari tanah.
Ball Mill
2. Screening
Screening merupakan proses pemisahan butiran dan serpihan emas yang sudah
mulai terliberasi dari sebagian besar proses kominusi. Bijih emas yang telah
digerus akan diayak. Proses pengayakan didasarkan pada perbedaan massa jenis.
Emas memiliki massa jenis lebih besar dari tanah sehingga pada proses
pengayakan emas berada dibagian bawah maka tanah berada dibagian atas dapat
dengan mudah dibuang.
b. Impact
Proses pereremukan yang terjadi akibat adanya gaya berupa
tumbukan yang bekerja pada bebatuan. Metode impact ini adalah gaya
compression yang bekerja dengan kecepatan sangat tinggi. Dengan metode
hantaman ini, energi yang dihasilkan akan besar dan berkerja pada seluruh
bagian benda yang dihantamnya. Gaya ini menghasilkan ukuran kasar,
sedang, ataupun kecil. Beberapa alat yang menerapkan metode hantaman ini
ialah impactor dan hummer mill.
Hummer mill terdiri atas silinder yang berputar pada porosnya
sehingga dapat menghantam material secara berkala hingga menghasilkan
ukuran partikel yang diinginkan. Jarak antara hummer dengan bejana
(clearance) dapat dimodifikasi untuk menghasilkan ukuran partikel yang
diinginkan.
c. Attrition
Atrisi merupakan metode peremukan atau pengecilan ukuran akibat
adanya gaya abrasi atau kikisan. Pada metode ini gaya hanya bekerja pada
daerah yang sempit (dipermukaan) atau terlokalisasi kemudia tergerus
karena bersentuhan dengan permukaan benda lain. Beberapa alat yang
menerapkan metode abrasi ini ialah ballmill dan rod mill.
d. Shear atau cutting
Pengecilan ukuran dengan cara pemotongan menggunakan rotary
knife cutter yang biasanya digunakan untuk material yang rapuh dan
cenderung lunak. Cara ini jarang dilakukan pada batuan induk emas. Gaya
ini menghasilkan ukuran yang jelas dan tepat.
Magnetic Separation
Kemampuan zat dalam merespon magnetik disebut magnetic susceptibility,
yang terbagi dalam:
a. Paramagnetik
sifat kemagnetannya rendah. Misalnya: hematite, ilmenit, pyrhotite.
b. Feromagnetik,
sifat kemagnetannya tinggi. Misalnya: besi, magnetite.
c. Diamagnetik,
tidak memiliki sifat kemagnetan. Misalnya: kuarsa, feldspar, mika,
corundum, gypsum, zircom, emas.
Froth Flotation
Keuntungan lain dari proses pengapungan adalah pada umumnya cukup
efektif pada bijih dengan ukuran yang cukup kasar ( 28 mesh ) yang berarti bahwa
biaya penggilingan bijih dapat diminimalkan. Froth Flotation sering digunakan
mengkonsentrasi emas bersama-sama dengan logam lain seperti tembaga, timah,
atau seng. Partikel emas dari batuan oxydis biasanya tidak merespon dengan baik
namun efektif terutama bila dikaitkan dengan emas sulfida seperti pyrite.
BAB 4
EKSTRAKSI METALURGI
4.1 Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan emas dari logam atau mineral pengotor lain
untuk mendapatkan konsentrasi emas yang tinggi.
Banyak cara yang bisa dilakukan dalam pengolahan emas. Mulai dari cara
sangat tradisional dengan menggunakan dulang atau alat seperti kuali yang nantinya
akan diisikan tanah atau batuan yang berisikan logam emas lalu digoyang-goyang
sehingga nantinya logam emas akan tertinggal di dasar dulang. Proses ini bergantung
pada massa jenis logam tersebut. Cara ini biasanya mengolah emas yang bersifat
aluvial.
Selain itu ada juga dengan menggunakan sluice box atau dompeng dalam
istilah lokalnya. Alat ini juga memanfaatkan massa jenis dari logam emas yang dicari.
Alat ini menyedot pasir dan bebatuan yang ada di dasar sungai lalu menngalirkannya
pada jalur yang telah di lengkapi dengan serat atau karpet. Sehingga nantinya mineral
emas yang dicari akan mengendap pada serat atau fiber tersebut.
Liquation Separation
Amalgamasi
3. Hasil dari proses ini berupa amalgam basah ( pasta ) dan tailing. Amalgam
basah kemudian ditampung di dalam suatu tempat yang selanjutnya
didulang untuk pemisahan merkuri dengan amalgam
Pengendapan yang terbentuk berkaitan dengan deret volta atau deret atau
urutan kereaktifan logam, dimana logam-logam yang berada disebelah kiri dapat
mereduksi (mengantikan) logam-logam yang ada disebelah kanannya dalam
senyawaannya. Deret volta atau deret kereaktifan logam adalah sebagai berikut:
Li K Ba Sr Ca Na Mg Al Mn Zn Cr Fe Ni Co Sn Pb H Cu Hg Ag Pt Au
Emas yang diperoleh melalui proses amalgasi atau sianidasi belum dalam
keadaan murni karena masih bercampur dengan logam lain. Umumnya perak, arsen,
tembaga dan mungkin logam-logam yang lain yang dapat direduksi oleh seng
berdasarkan urutan kereaktifan logam. Untuk memperoleh emas murni umumnya
dilakukan dengan proses elektrolisis.
Pada tahap ini emas yang diperoleh dilarutkan lagi dalam NaCN kemudian
dielektrolisis, reaksi yang terjadi pada tahap pelarutan adalah sebagai berikut:
Pada proses elektrolisis digunakan emas murni sebagai anoda dan emas kotor
sebagai katoda. Selama proses elektrolisis berlangsung ion-ion emas akan bergerak
menuju anoda kemudian mengendap pada batangan emas murni yang digunakan
sebagia anoda. Reaksi yang terjadi pada tahap elektrolisis adalah sebagai berikut:
Produk yang diperoleh dari proses elektrolisis, emas dan perak masih bersatu
sehingga perlu dilakukan elektrolisis berlanjut untuk memisahkan emas dan perak.
Pemisahan emas dan perak dapat dilakukan melalui dua tahap.
Tahap pertama: campuran emas dan perak dimasukan ke dalam kain kanvas.
Kain kanvas ini bertindak sebagai pembungkus sekaligus sebagai anoda pada proses
elektrolisis. Katoda digunakan perak murni sedangkan elektrolitnya digunakan perak
nitrat encer yang telah diasamkan dengan asam nitrat. Selama proses elektrolisis
berlangsung perak pada anoda akan larut dalam dalam elektrolit dan bergerak menuju
katoda. Pada katoda ion Ag2+ direduksi menjadi padatan Ag yang akan melekat pada
katoda. Padatan perak yang terbentuk dapat diambil secara periodik, dicuci kemudian
dicetak. Perak yang diperoleh dengan cara ini mempunyai kemurnian 99,9%. Berikut
reaksi yang terjadi di ruang katoda dan anoda:
Katoda : Ag2+ + 2e Ag
Tahap kedua: pada tahap ini emas yang diperoleh dari proses elektrolisis perak
di atas dijadikan sebagai anoda, katoda menggunakan emas murni sedangkan yang
bertindak sebagai elektrolit adalah larutan aurik klorida (AuCl3) yang telah
diasamkan dengan asam klorida. Selama proses elektrolisis berlangsung emas dari
anoda, larut dalam elektrolit membentuk ion Au3+ yang bergerak menuju katoda.
Pada katoda ion Au3+ direduksi menjadi padatan emas yang akan melekat pada
katoda. Emas yang terbentuk diambil secara periodik, dicuci kemudian dicetak. Emas
yang diperoleh melalui cara ini mempunyai kemurnian 99,95%. Berikut rekasi yang
terjadi di ruang katoda dan anoda:
Pada proses elektrolisis perak yang masih terkandung dalam emas ikut larut
dalam elektrolit tetapi akan segera bereaksi dengan klorida dari elektrolit membentuk
padatan AgCl yang dapat digunakan untuk proses selanjutnya.
Melting
Setelah bullion dilebur akan tampak menggumpal seperti gumpalan di
dasar kowi. Biarkan dingin dahulu beberapa detik hingga membeku sebelum
dicongkel. Bila menginginkan emas berwarna kuning mengkilat, caranya
dimasak dalam alat smelting yang dipanaskan hingga dua kali proses pemasakan
dengan larutan yang terdiri dari :
Salpeter / sendawa, dapat menggunakan kalium nitrat ( KNO3 ) atau kalsium
nitrat ( Ca(NO3)2 ) sebanyak 2 %
Tawas sebanyak 1 %,
NaCl sebanyak 1 %,
Air
5.1 Kesimpulan
1. Emas (Au) merupakan salah satu mineral yang memiliki nilai ekonomis
tinggi, dan biasanya emas ditemukan di urat-urat pyrit sehinggi harus
dilakukan proses pemisahan emas dari mineral lainnya.
2. Proses pengolahan bijih emas meliputi :
a. Crushing
b. Milling
c. Screening
d. Gravity concentration
e. Magnetic Separation
f. Flotation
g. Extraction
h. Refining/Pemurnian
3. Ada 3 proses pengolahan emas, yaitu :
Liquation : Pemisahan pencairan (liquation separation), adalah proses
pemisahan yang dilakukan dengan cara memanaskan mineral di atas
titik leleh logam, sehingga cairan logam akan terpisahkan dari
pengotor.
Amalgamasi : Amalgamasi merupakan proses ekstraksi emas dengan
cara mencampurkan bijih emas dengan merkuri (Hg).
Sianidasi : sianidasi dilakukan menggunakan larutan NaCN encer.
5.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, semoga Mahasiswa lebih mendalami
lagi mengenai pengolahan dan ekstraksi bijih emas (Au) dan semakin
memahami apa itu emas . Terlebih lagi menambah wawasan mahasiswa,
terutama penulis mengenai bagaimana cara mengolah emas agar menjadi
mineral yang memiliki nilai ekonomis tinggi.