PENDAHULUAN
1.1.
1.2.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, kami memaparkan beberapa rumusan
masalah yang akan menjadi pokok bahasan, yaitu :
Apa yang dimaksud dengan emas?
Bagaimana proses terbentuknya emas?
Bagaimana cara mengolah emas?
Adakah penambangan emas di wilayah kalimantan tengah?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Deskripsi Mineral
Deskripsi Mineral Logam : Emas (Au)
Tempat ditemukan
Sistem Kristal
: Isometrik
Warna
: Kuning Emas
Goresan
: Kuning
Kilap
: Metalik
Kekerasan
: 2,5 3
Berat jenis
: 19,3
Genesis :
Kebanyakan emas terdapat dalam urat-urat kuarsa yang terbentuk melalui
proses hidrotermal; dan sering bersama-sama pirit dan mineral-mineral sulfida yang
lain, telurid perak-emas, skhelit dan turmalin. Bila urat-urat mengandung emas
melapuk, maka emas-emas akan terpisah dan kemudian mengendap sebagai deposit
eluvial, atau terangkut oleh aliran air dan mengendap di suatu tempat sebagai deposit
letakan (placer deposit), bersama pasir, dan atau kerikil-kerakal.
Manfaat :
Sumber logam emas; dipakai untuk membuat perhiasan, instrumen-instrumen
saintifik, lempengan elektrode, pelapis gigi dan emas lantakan.
Metode Penambangan :
Metode penambangan yang umum diterapkan adalah tambang bawah tanah
(underground ) dengan metode Gophering, yaitu suatu cara penambangan yang tidak
sistematis, tidak perlu mengadakan persiapan-persiapan penambangan ( development
works ) dan arah penggalian hanya mengikuti arah larinya cebakan bijih.
Emas adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol au
(bahasa latin: 'aurum') dan nomor atom 79. Sebuah logam transisi (trivalen dan
univalen) yang lembek, mengkilap, kuning, berat, "malleable", dan "ductile". Emas
tidak bereaksi dengan zat kimia lainnya tapi terserang oleh klorin, fluorin dan aqua
regia. Logam ini banyak terdapat di nugget emas atau serbuk di bebatuan dan di
deposit alluvial dan salah satu logam coinage. Kode isonya adalah xau. Emas melebur
dalam bentuk cair pada suhu sekitar 1000 derajat celcius.
Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya
berkisar antara 2,5 3 (skala mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan
kandungan logam lain yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya
berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan tersebut
umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral non logam.
Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah
teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas telurida,
sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan
selenium. Elektrum sebenarnya jenis lain dari emas nativ, hanya kandungan perak di
dalamnya >20%.
Magma merupakan larutan silikat panas yang mengandung oksida,
sulfida dan zat-zat mudah menguap (volatile) yang terdiri dari air, CO2, S,
Chlorin, Fluorin dan Boron yang dikeluarkan ketika pembekuan magma terjadi.
Emas pembentukannya berhubungan dengan naiknya larutan sisa magma ke
atas permukaan yang dikenal dengan istilah larutan hidrothermal. Suatu cebakan bijih
hasil proses hidrothermal dalam pembentukkannya harus melalui tiga proses yang
meliputi proses differensiasi, migrasi dan akumulasi (pengendapan).
Proses differensiasi berlangsung pada magma sehingga dari suatu
sumber magma akan terbentuk berbagai macam mineral-mineral baru. Proses
differensiasi ini dapat diakibatkan oleh :
1.
2.
3.
4.
Kristalisasi
Gravitasi
Pemisahan cairan
Assimilasi
pegmatit, dan kemudian apabila pemadatan telah atau hampir sempurna, akan
terbentuk larutan sisa magma yang mudah bergerak (larutan hidrothermal). Larutan
ini akan membentuk endapan logam/mineral epigenetik (Suganda).
Zona silisifikasi
Zona argilik
Zona potasik
Terbentuk karena adanya penambahan unsur Fe dan Mg yang diikuti oleh adanya
sulfida dengan kadar rendah.
Zona propilit
Zona terluar dari sistem hidrothermal, warnanya hijau dan cukup keras,
dengan mineral pengikutnya klorit, epidot, kalsit, pirit, sedangkan mineral bijih yang
sering terkandung adalah galena, sphalerit sinabar.
Sistem hidrothermal berdasarkan tingkat
temperaturnya, dikelompokkan menjadi 3 sistem :
kedalaman,
tekanan
dan
1. Hipothermal
2. Mesothermal
3. Epithermal
Endapan emas epithermal merupakan endapan hidrothermal yang terbentuk
pada temperatur rendah (50 0300C) pada kedalaman antara 0-1000m (Hedenquist,
1985). Ditinjau dari macam batuan yang ditempatinya (host rock), dibagi menjadi :
Batuan vulkanik
Batuan sedimen
Daerah pengendapan yang luas nilainya tidak terlalu ekonomis, endapan
ekonomis emas hanya dapat terbentuk melalui beberapa mekanisme yang
menyebabkan peningkatan pengendapan dan pengkonsentrasian dalam suatu wilayah
yang terbatas mengingat kandungan emas yang sangat kecil. Ada beberapa tahapan
yang memungkinkan hal ini dapat terjadi :
o Pendinginan
o Interaksi air dengan batuan samping
o Pencampuran fluida
o Pendidihan fluid
2.2.
2.
(terendapkan karena berat jenis yang tinggi) yang terjadi terhadap hasil
disintegrasi cebakan emas pimer menghasilkan endapan emas letakan/aluvial
(placer deposit).
2.3.
Amalgamasi
drum. Sehingga, batua maupun akan hancur dan merkuri akan mengikat senyawa
emas yang terkandung dalam batuan tersebut. Proses amalgamasi biasanya digunakan
untuk pengekstraksi emas dalam butiran kasar.
Dalam penambangan ini tentunya didukung oleh penggunaan alat-alat. Pada
proses penambangan dibutuhkan peralatan sederhana seperti cangkul cangkul, sekop,
pahat, linggis, palu, genset, ember, timba (goelan) dan tali tambang, pompa air,
blower, kayu penyangga, sepatu tambang, helm tambang, dan perlengkapan lainnya.
Namun, dalam pengolahan bijih emas primer dibutuhkan beberapa peralatan penting,
yaitu :
1.
2.
Kincir air atau 2. genset yang berfungsi sebagai penggerak tabung amalgamasi.
3.
4.
5.
6.
7.
Dulang atau sejenisnya, sebagai tempat untuk 7. memisahkan air merkuri yang
telah mengikat emas perak (amalgam) dengan sisa hasil pengolahan (tailing).
8.
1.
2.
3.
Hasil dari proses ini berupa amalgam basah ( pasta ) dan tailing. Amalgam basah
kemudian ditampung di dalam suatu tempat yang selanjutnya didulang untuk
pemisahan merkuri dengan amalgam
4.
5.
Namun, proses yang dilakukan di atas memiliki resiko yang sangat besar.
Limbah yang dihasilkan sangat berbahaya baik untuk pekarja, maupun untuk alam
kita. Maka dalam penambangan ini harus di perhatikan beberapa unsur. Unsur tersebut
antara lain :
1.
2.
3.
4.
Lokasi pengolahan bijih dan kolam pengendap diusahakan tidak berada pada
daerah banjir.
5.
Selain itu kadar Hg dalam air sungai akan merusak biota hidup air di sungai.
Merkuri akan meracuni air yang dimasukinya, sehingga akan membunuh makhluk
hidup yang ada di dalamnya. Merkuri juga merubah kelas air yang ada di alam ini.
Contohnya saja air kelas satu yang biasanya digunakan untuk air minum masyarakat.
Bila disekitar air tersebut terdapat penambangan emas rakyat, maka secara otomatis
air yang ada disana akan tercemar. Air kelas satu yang memiliki kualitas bagus akan
dengan mudah berubah menjadi air kelas tiga bahkan empat yang tidak akan bisa
kembali ke setuasi awalnya.
Sangat banyak kerugian yang diakibatkan merkuri tersebut. Tidak hanya pada
alam saja, tetapi juga berdampak kepada manusia. Banyak sekali penyakit pada
manusia yang disebabkan oleh merkuri tersebut. Diantaranya adalah :
1.
Toksisitas yaitu penyakit gangguan sistem pencernaan dan sistem syaraf yang
disebabkan kontak langsung dengan merkuri. Biasanya penderita akan erasa tidak
nyaman, kesakitan, bahkan kematian.
2.
3.
Wanita hamil yang terpapar alkil merkuri bisa menyebabkan kerusakan pada
otak janin sehingga mengakibatkan kecacatan pada bayi yang dilahirkan.
4.
5.
Sianidasi
Produk yang diperoleh dari proses elektrolisis, emas dan perak masih bersatu
sehingga perlu dilakukan elektrolisis berlanjut untuk memisahkan emas dan perak.
Pemisahan emas dan perak dapat dilakukan melalui dua tahap.
Tahap pertama: campuran emas dan perak dimasukan ke dalam kain kanvas.
Kain kanvas ini bertindak sebagai pembungkus sekaligus sebagai anoda pada proses
elektrolisis. Katoda digunakan perak murni sedangkan elektrolitnya digunakan perak
Pengolahan Bahan Galian Page 12
nitrat encer yang telah diasamkan dengan asam nitrat. Selama proses elektrolisis
berlangsung perak pada anoda akan larut dalam dalam elektrolit dan bergerak menuju
katoda. Pada katoda ion Ag2+ direduksi menjadi padatan Ag yang akan melekat pada
katoda. Padatan perak yang terbentuk dapat diambil secara periodik, dicuci kemudian
dicetak. Perak yang diperoleh dengan cara ini mempunyai kemurnian 99,9%. Berikut
reaksi yang terjadi di ruang katoda dan anoda:
Katoda : Ag2+ + 2e Ag
Anoda
Dari proses elektrolisis di atas emas tidak ikut melarut karena emas
menempati urutan paling rendah dalam seri elektrokimia. Emas yang diperoleh dari
proses elektrolisi perak di atas belum dalam keadaan murni karena masih
mengandung sedikit perak. Untuk memperoleh emas murni maka dilakukan
elektrolisis pada tahap kedua.
Tahap kedua: pada tahap ini emas yang diperoleh dari proses elektrolisis
perak di atas dijadikan sebagai anoda, katoda menggunakan emas murni sedangkan
yang bertindak sebagai elektrolit adalah larutan aurik klorida (AuCl3) yang telah
diasamkan dengan asam klorida. Selama proses elektrolisis berlangsung emas dari
anoda, larut dalam elektrolit membentuk ion Au3+ yang bergerak menuju katoda. Pada
katoda ion Au3+ direduksi menjadi padatan emas yang akan melekat pada katoda.
Emas yang terbentuk diambil secara periodik, dicuci kemudian dicetak. Emas yang
diperoleh melalui cara ini mempunyai kemurnian 99,95%. Berikut rekasi yang terjadi
di ruang katoda dan anoda:
Katoda : Au3+ (aq) + 3e Au(s) + 3e
Anoda : 2H2O(l) O2(g) + 4H+(aq) + 4e
Pada proses elektrolisis perak yang masih terkandung dalam emas ikut larut
dalam elektrolit tetapi akan segera bereaksi dengan klorida dari elektrolit membentuk
padatan AgCl yang dapat digunakan untuk proses selanjutnya.
> 4NaAu
+ 4NaOH
4Ag + 8NaCN +
> 4NaAg
+ 4NaOH
Pada reaksi pelindian ini memerluka oksigen agar emas teroksidasi menjadi
kationnya (
aurosianid Au
+ Zn >
Zn
+ 2Au
2NaAg
+ Zn >
Zn
+ 2Ag
6. Sesudah itu dilakukan filtrasi Au-Ag. Larutan yang sudah dipisahkan dari
presipitate Au-Ag dapat digunakan kembali dalam CCD dan presipitate AuAg dilebur menjadi bullion dan siap dikirim ke peurnian bullion.
2.4.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Emas (Au) merupakan salah satu mineral yang memiliki nilai ekonomis tinggi,
dan biasanya emas ditemukan di urat-urat pyrit sehinggi harus dilakukan proses
pemisahan emas dari mineral lainnya.
Berdasarkan proses terbentuknya emas terbagi 2 yaitu : cebakan sekunder dan
cebakan primer.
Ada 2 proses pengolahan emas, yaitu :
Amalgamasi : Amalgamasi merupakan proses ekstraksi emas dengan cara
mencampurkan bijih emas dengan merkuri (Hg). Biasanya proses ini
digunakan pada pengolahan tambang rakyat karena bahan yang mudah
didapat dan harga pengolahan yang lebih murah.
Sianidasi : sianidasi dilakukan menggunakan larutan NaCN encer. Bahan
yang akan diolah dapat berupa bijih emas yang telah digiling atau Hg dari
proses amalgamasi. Proses ini wajib dipakai oleh perusahaan-perusahaan
karena lebih ramah lingkungan.
Persebaran emas ini juga banyak terdapat di wilayah kalimantan tengah salah
satunya di wilayah kabupaten murung raya, dimana terdapat perusahaan
PT.Indomoro (IMK) yang beroperasi disana. Dan juga terdapat banyak tambang
tradisional di Kabupaten Kapuas, Kotawaringin Timur,Kotawaringin Barat,
Barito Utara, dan kabupaten lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/85428979/Daerah-Potensial-Emas-Kalteng
http://id.wikipedia.org/wiki/Emas
http://id.shvoong.com/exact-sciences/chemistry/2110364-pengertianemas/
https://pengolahanlogamemas.wordpress.com/tag/pengolahan-emas/
http://www.mineraltambang.com/amalgamasi.html
http://wanibesak.wordpress.com/tag/proses-pengolahan-bijih-emassecara-sianidasi/