Anda di halaman 1dari 20

“EKSTRAKSI EMAS MENGGUNAKAN SIANIDA”

MAKALAH KIMIA UNSUR LOGAM

OLEH :

KAJAL

NIM : 201841068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
kemudahan untuk saya agar dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah
ini yang berjudul tentang “EKSTRAKSI EMAS MENGGUNAKAN SIANIDA”, mengenai
penjelasan lebih lanjut saya memaparkannya dalam bagian pembahasan makalah ini. Tujuan
penulisan makalah ini secara umum adalah untuk mengetahui bagaimana proses
ekstraksi/pengolahan emas menggunakan sianida.

Saya menyadari makalah ini masih jauh sempurna oleh karena itu, kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan untuk meningkatkan
kualitas makalah ini.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………….....................................i

DAFTAR ISI …………………………………..…………………….....................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah………………………………..……………………………...1

2. Rumusan Masalah…………..…………………………………………………………2

3. Tujuan Penulisan…………………………..…………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN

1. Defenisi Emas…………………………..……………………………………………..3
2. Kelimpahan Emas Di Alam…..…………………..…………………………………...3
3. Sifat dan Kegunaan Emas …………...…………………..……………………………5
4. Tujuan Pengolahan Emas…..……………………...…………………………………..7
5. Pengolahan Emas………………………...……………………………………………6
6. Keunggulan dan Kelemahan Proses Pengolahan Emas dengan Sianida…………….9

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan………………………………………………...…………………………15
2. Saran……………………………………………………...…………………………..15

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................16


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


1. Sejarah Pengolahan Emas

Emas pertama kali ditambang di Kolar Gold Fields (KGF) daerah sebelumabad ke-2
dan ke-3 Masehi (benda-benda emas yang ditemukan di Harappa dan Mohenjo-daro telah
dilacak ke KGF melalui kotoran analyis kotoran termasuk konsentrasi perak 11%, ditemukan
hanya di bijih KGF) dengan menggali lubang kecil. Selama periode Chola di abad ke-9 dan
10 AD skala operasi tumbuh. Sejak dulu kita sering kali membaca artikel tulisan baik itu di
internet ataupun di majalah tentang emas yang telah di pakai sejak berabad-abad lama nya,
bahkan mungkin sejak beberapa millennium yang lalu. Berikut ini sejarah emas yang dimulai
pada tahun 4000 Sebelum Masehi.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengolahan Emas

Pengetahuan tentang mineralogy emas sangat diperlukan dalam memahami teknologi


pengolahan emas. Keberhasilan atau kegagalan penerpan suatu teknologi pengolahan dapat
dimengerti atau dijelaskan oleh kondisi mineralogy batuan (bijih) emas yang sedang
dikerjakan. Mineralogy dari batuan (bijih) emas yang dimiliki harus diketahui sebelum
menentukan teknologi pengolahan yang akan diterapkan.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perolehan emas dalam pengolahan emas adalah:


a) Mineral-mineral pembawa emas

Emas urai merupakan mineral emas yang amat biasa editemukan di alam. Mineral
emas yang menempati urutan kedua dalam keberadaannya di alam adalah electrum. Minerl-
mineral pembawa emas lainnya sangat jarang dan langka. Mineral-mineral emas dapat dilihat
pada table dibawah ini

b) Ukuran butiran mineral emas

Ukuran butiran mineral-mineral pembawa emas (misalnya emas urai atau elektrum)
berkisar dari butiran yang dapat dilihat tanpa lensa (bebnerapa nm) sampai partikel-partikel
berukuran fraksi (bagian) dari satu mikron (1 mikron= 0,001 mm= 0,0000001 cm). ukuran
butiran biasanya sebanding dengan kadar bijih, kadar emas yang rendah dalam batuan (bijih)
menunjukkan butran yang halus.

c) Mineral-mineral induk

Emas berasosiasi dengan kebanyakan mineral yang biasa membentuk batuan. Bila ada
sulfida, yaitu mineral yang mengandung sulfur/belerang (S), emas biasanya berasosiasi
dengan sulfida. Pirit merupakan mineral induk yang paling biasa untuk emas. Emas
ditemukan dalam pirit sebagai emas urai dan elektrum dalam berbagai bentuk dan ukuran
yang bergantung pada kadar emas dalam bijih dan karakteristik lainnya. Selain itu emas juga
ditemukan dalam arsenopirit dan kalkopirit. Mineral sulfida lainnya berpotensi juga menjadi
mineral induk bagi emas.Bila mineral sulfida tidak terdapat dalam batuan, maka emas
berasosiasi dengan oksida besi (magnetit dan oksida besi sekunder), silikat dan karbonat,
material berkarbon serta pasir dan krikil (endapan plaser)

d) Asosiasi mineral pembawa emas dengan mineral induk

Dari sudut pandang pengolahan/metalurgi ada tiga variasi distribusi emas dalam bijih.
Pertama, emas didistribusikan dalam retakan-retakan atau diberi batas antara butiran-butiran
mineral yang sama (misalnya retyakan dalam butiran mineral pirit atau dibatasi antara dua
butiran mineral (pirit). Kedua, emas didistribusikan sepanjang batas diantara butiran-butiran
dua mineral yang berbeda ( misalnya dibatas butiran pirit dan arsenopirit atau dibatas antara
butiran mineral kalkopirit dan butiran mineral silikat). Dan yang ketiga emas terselubung
dalam mineral induk (misal, emas terbungkus ketat dalam mineral pirit).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan emas?
2. Bagaimana kelimpahan emas di alam?
3. Apa saja sifat fisis dan kegunaan dari emas?
4. Apa saja tujuan dari pengolahan emas?
5. Apa saja metode pengolahan emas?
6. Bagaimana proses pengolahan emas dengan sianida?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan emas.
2. Untuk mengetahui kelimpahan emas di alam.
3. Untuk mengetahui sifat dan kegunaan dari emas.
4. Untuk mengetahui tujuan dari pengolahan emas.
5. Untuk mengetahui metode pengolahan emas.
6. Untuk mengetahui proses pengolahan emas dengan sianida.
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFENISI EMAS

Emas adalah logam mineral yang merupakan salah satu bahan galian logam yang bernilai
tinggi baik dari sisi harga maupun sisi penggunaan. Logam ini juga merupakan logam
pertama yang ditambang karena sering dijumpai dalam bentuk logam murni. Bahan galian ini
sering dikelompokkan ke dalam logam mulia (precious metal). Penggunaan emas telah
dimulai lebih dari 5000 tahun yang lalu oleh bangsa Mesir. Emas digunakan untuk uang
logam dan merupakan suatu standar untuk sistem keuangan di beberapa negara. Di samping
itu emas juga digunakan secara besar-besaran pada industri barang perhiasan

Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa. Tingkat kekerasannya
berkisar antara 2,5 – 3 (skala Mohs). Berat jenisnya dipengaruhi oleh jenis dan kandungan
logam lain yang berpadu dengannya. Umumnya emas didapatkan dalam bentuk bongkahan,
tetapi di Indonesia hal tersebut sudah jarang ditemukan. Batuan berkadar emas rendah
merupakan batuan yang mengandung emas lebih kecil dari 100 mg emas dalam 1 kg batuan.
Emas ialah unsur kimia dalam sistem periodik unsur dengan simbol Au (aurum) dan nomor
atom 79. Emas merupakan logam lembut, berkilat, berwarna kuning, padat, dan tidak banyak
bereaksi dengan kebanyakan bahan kimia, walau dapat bereaksi dengan klorin, fluorin dan
akua regia. Logam ini selalu ada dalam bentuk bongkahan dan butiran batuan maupun dalam
pendaman alluvial.

Kenampakan fisik bijih emas hampir mirip dengan pirit, markasit, dan kalkopirit dilihat
dari warnanya, namun dapat dibedakan dari sifatnya yang lunak dan berat jenis tinggi. Emas
berasosiasi dengan kuarsa, pirit, arsenopirit, dan perak. Emas terdapat di alam dalam dua tipe
deposit. Pertama sebagai urat/vein dalam batuan beku, kaya besi dan berasosiasi dengan urat
kuarsa. Endapan lain adalah placer deposit, dimana emas dari batuan asal yang tererosi
terangkut oleh aliran sungai dan terendapkan karena berat jenis yang tinggi. Selain itu, emas
sering ditemukan dalam penambangan bijih perak dan tembaga.

B. KELIMPAHAN EMAS DI ALAM


Dalam tabel periodik unsur, emas merupakan unsur dengan nomor atom 79 dengan
lambang Au setelah perak dan tembaga dan termasuk golongan transisi tepatnya golongan IB.
Emas yang terdapat di alam umumnya berupa butiran-butiran halus bersama tembaga, perak
dan kadang bersama logam-logam golongan platina. Hal ini dimungkinkan kemiripan sifat
dari unsur-unsur tersebut. Selain itu emas sering diperoleh dalam bentuk senyawaan sebagai
mineral telurida, AuTe2 dan silvanit, AuAgTe4.

1. Mineral-mineral pembawa emas

Emas urai merupakan mineral emas yang amat biasa editemukan di alam. Mineral
emas yang menempati urutan kedua dalam keberadaannya di alam adalah electrum. Minerl-
mineral pembawa emas lainnya sangat jarang dan langka. Mineral-mineral pembawa emas
antara lain: Emas urai (Au), Elektrum (Au,Ag), kuproaurid Au,Cu), porpesit (Au, Pd), rodit
(Au, Rh), emas iridium (Au, Ir), platinum (Au, Pd), emas bismutan Au, Bi), amlgam
(Au2Hg3), maldonit (Au2Bi), aurikuprit (AuCu3), roskovit (Cu, Pd)3Au2, kalaveit (AuTe2)
krenerit (Au, Ag)Te2, monbrayit (Au, Sb)2Te3, petsit (Ag3AuTe2) mutamanit (Ag, Au)Te,
silvanit (Au, Ag)Te4, kostovit (AuCuTe4), nagyagit (Pb5Au(Te,Sb)4S5-8), uyterbogardtit
(Ag3AuSb2), aurostibnit (AuSb2), fisceserit (Ag3AuSe3)
Emas urai pada dasarnya adalah logam emas walaupun biasanya mengandung perak
yang bervariasi sampai sebesar 18% dan kadang-kadang mengandung sedikit tembaga atau
besi. Oleh karena itu warna emas urai bervariasi dari kuning emas, kuning muda sampai
keperak-perakan sampai berwarna merah orange. Berat jenis emas urai bervariasi dari 19,3
(emas murni) sampai 15,6 bergantung pada kandungan peraknya. Bila berat jenisnya 17,6
maka kandungan peraknya sebesr 9% dan bila beat jenisnya 16,9 kandungan peraknya
13,2%.
Sementara itu, elektrum adalah variasi emas yang mengandung perak diatas 18%.
Dengan kandungan perak yang lebih tinggi lagi maka warna elektrum bevariasi dari kuning
pucat sampai warna perak kekuningan. Selanjutnya berat jenis elektrum bervariasi sekitar
15,5-12,5. Bila kandungan emas dan perak berbanding 1:1 berarti kandungan peraknya
sebesar 36%, dan bila perbandingannya 21/2:1 berarti kandungan peraknya 18%.

2. Mineral induk
Emas berasosiasi dengan kebanyakan mineral yang biasa membentuk batuan. Bila ada
sulfida, yaitu mineral yang mengandung sulfur/belerang (S), emas biasanya berasosiasi
denagn sulfida. Pirit merupakan mineral induk yang paling biasa untuk em,as. Emas
ditemukan dalam pirit sebagai emas urai dan elektrum dalam berbagai bentuk dan ukuran
yang bergantung pada kadar emas dalam bijih dan karakteristik lainnya. Selain itu emas juga
ditemukan dalam arsenopirit dan kalkopirit. Mineral sulfida berpotensi juga menjadi mineral
induk bagi emas.
Bila mineral sulfida tidak terdapat dalm batuan, maka emas berasosiasi dengan oksida
besi (magnetit dan oksida besi sekunder), silikat dan karbonat, material berkarbon serta pasir
dan krikil (endapan plaser).

3. Ukuran butiran mineral emas

Ukuran butiran mineral-mineral pembawa emas (misalnya emas urai atau elektrum)
berkisar dari butiran yang dapat dilihat tanpa lensa (bebnerapa nm) sampai partikel-partikel
berukuran fraksi (bagian) dari satu mikron (1 mikron= 0,001 mm= 0,0000001 cm). ukuran
butiran biasanya sebanding dengan kadar bijih, kadar emas yang rendah dalam batuan (bijih)
menunjukkan butran yang halus.
Berikut mineral induk Emas berupa sulfide pirit (FeS 2), arsenopirit (FeAsS),
kalkopirit (CuFeS2), kalkosit (Cu2S), kovelit (CuS), pirhoit (FeS2), Glen (PbS), Sfalerit (ZnS),
armonit (Sb2S3)

4. Asosiasi mineral

Dari sudut pandang pengolahan/metalurgi ada tiga variasi distribusi emas dalam bijih.
Pertama, emas didiostribusikan dalam retakan-retakan atau diberi batas antara butiran-butiran
mineral yang sama (misalnya retyakan dalam butiran mineral pirit atau dibatasi antara dua
butiran mineral (pirit). Kedua, emas didistribusikan sepanjang batas diantara butiran-butiran
dua mineral yang berbeda ( misalnya dibatas butiran pirit dan arsenopirit atau dibatas antara
butiran mineral kalkopirit dan butiran mineral silikat). Dan yang ketiga emas terselubung
dalam mineral induk (misal, emas terbungkus ketat dalam mineral pirit).
Di Indonesia tambang emas sangat banyak yakni Jawa, Sumatra, Kalimantan,
Sulawesi dan Irian Jaya. Tetapi sebagian besar tambang yang ada di Indonesia diolah
perusahaan luar asing, hal ini tentu tidak terlepas dari pengetahuan masyarakat yang rendah
mengenai cara-cara pengolahan bahan-bahan galian yang ada, khususnya emas.

C. SIFAT DAN KEGUNAAN EMAS


Emas sejak diketahui hingga saat ini selalu dinilai sebagai barang berharga.
Berdasarkan peraturan pemerintahan bahan galian emas termasuk golongan logam vital
bersama perak dan platina.Emas dalam keadaan murni merupakan suatu logam yang sangat
lunak. Untuk mengatasi ini maka emas dicampur dengan logam-logam lain. Umumnya logam
yang ditambahkan adalah tembaga dan perak. Emas yang berwarna merah mengandung
tembaga sedangkan emas putih mengandung paladium dan nikel. Paduan antara suatu logam
dengan unsur logam atau nonlogam disebut alloi.

Kemurnian emas dinyatakan dengan karat. Bilangan karat menunjukan bagian emas
yang terdapat di dalam paduan logam. Emas 24 karat adalah 100% emas murni tanpa bahan
tambahan. Sedangkan emas 18 karat artinya didalam emas tersebut terdapat 18/24 emas
murni atau dalam emas tersebut terdapat 75% emas murni. Sisa dari 75% adalah jumlah
bahan yang ditambahkan.

Emas yang biasa dijual dipasaran kualitasnya sangat tergantung pada perusahaan yang
memproduksinya. Terutama untuk emas-emas yang diperoleh dengan cara pelapisan atau
yang disebut penyepuhan. Hal ini sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dimana cincin
atau gelang emas yang kilaunya memudar. Untuk mengatasi hal ini sebaiknya membeli emas
atau gelang dari tempat atau perusahaan yang dipercaya, walaupun harganya sedikit lebih
mahal.

Berikut beberapa sifat dan pemakaian emas:

1. Merupakan unsur yang yang mempunyai daya hantar listrik dan panas yang baik.
2. Warna kuning yang sangat menarik, sangat liat, mudah ditempa menjadi lembaran
yang sangat tipis dan dapat ditarik menjadi kawat dengan diameter yang sangat kecil.
3. Memiliki sifat yang sangat tidak reaktif secara kimia. Karena sifat yang tidak reaktif
dan memiliki warna yang menarik, emas banyak dimanfaatkan untuk pembuatan
perhiasan, pembuatan gigi palsu dan pembuatan reaktor industri kimia yang tahan
korosi misalnya pada industri rayon digunakan logam paduan 70% emas dan 30%
paladium.
4. Kini emas yang menghasilkan radioaktif dimanfaatkan untuk mengobati penyakit
kanker. 198Au dengan paruh waktu selama 2.7 hari dan digunakan untuk terapi kanker
dan penyakit lainnya. Disodium aurothiomalat ediberikan melalui lewat otot
(intramuscularly) sebagai terapi arthritis.
5. Emas dengan kadar murni (24 karat) digunakan untuk mengangkat sel-sel kulit mati
sehingga sel-sel yang telah rusak akan diperbaharui. (perawatan kecantikan)
6. Mata Uang
7. Perhiasan (Emas murni terlalu lunak sehingga dicampur dengan tembaga atau perak
atau logam lain). Emas kuning atau emas merah dibuat dengan dicampur tembaga,
emas putih mengandung paladium, nikel, atau seng.
8. Sebagai jaminan moneter
9. Senyawa emas yang paling banyak adalah auric chloride dan chlorauric acid, yang
terakhir banyak digunakan dalam bidang fotografi untuk membuat tinta dan bayangan
perak.

Berikut merupakan beberapa sifat fisik emas:

Wujud Padat

Bilangan oksidasi +1 dan +3

Massa jenis 18,3 g/cm3

Titik didih 2809 °C

Titik lebur 1064,18 °C

Struktur kristal kubus pusat mukastruktur kristal emas

Emas dikatakan sangat tidak reaktif karena pada kondisi biasa tidak bereaksi dengan
sebagian besar pereaksi dan unsur-unsur yang lain. Asam sulfat pekat, asam fluorida, asam
klorida, oksigen, nitrogen, halogen, selenium, karbon dan hidrogen pada suhu kamar tidak
bereaksi dengan emas, tetapi pada suhu tinggi sekitar 150 ºC emas dapat bereaksi dengan
brom dan uap air.

Air raja adalah pelarut yang baik untuk emas. Air raja merupakan campuran antara
asam nitrat pekat dan asam klorida pekat dengan perbandingan volume 1:3. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut:

Au(s) + 3HNO3(aq) + 4HCl(aq) ―→ HAuCl(aq) +  3NO2(g) +  3H2O(l)

Dalam keadaan tanpa oksigen natrium sianida dapat bereaksi secara perlahan dengan emas.
Tetapi  reaksi akan berlangsung cepat dengan adanya oksigen, berikut reaksinya:

Au(s) + 8NaCN(aq) + O2(g) + H2O(l) ―→ 4NaAu(CN)2(aq) + 4NaOH(aq)

Emas (I) Oksida, Au2O adalah salah satu senyawa yang stabil dengan tingkat oksidasi
+1. Seperti halnya tembaga, tingkat oksidasi +1 ini hanya stabil dalam senyawa padatan,
karena semua larutan garam emas (I) mengalami disproporsionasi menadi logam emas dan
ion emas (III) menurut persamaan :

3Au+(aq) → 2Au(s) +Au3+(aq)

Salah satu senyawa emas yang paling umum dikenal yaitu emas (III) klorida, AuCl 3,
dapat dibuat langsung denga mereaksikan kedua unsur bersama menurut persamaan :

2Au(s) + 3Cl2(g) → 2AuCl3 (S)

Senyawa ini dapat larut dalam asam hidroklorida pekat menghasilkan ion
tetrakloroaurat(III), [AuCl4]-, suatu ion yang merupakan salah satu kompenen dalam “emas
cair” yaitu suaru campuran spesies emas dalam larutan yang akan mengendapkan suatu film
logam emas bila dipanaskan.

D. TUJUAN PENGOLAHAN EMAS

Logam emas adalah komoditi yang unik. Baik produsen maupun konsumen senang
apabila harganya naik. Produsen senang karena keuntungannya bertambah dengan naiknya
harga emas. Sementara itu, konsumen senang karena simpanannya akan mempunyai nilai
yang lebih tinggi.. Penggunaan utama emas adalah untuk bahan baku perhiasan dan benda-
benda seni. Selain itu, karena konduktif, emas penting dalam aplikasi elektronik. Kegunaan
lain ada di bidang fotografi, pigment, dan pengobatan.

E. PENGOLAHAN EMAS
1. Metode Eksplorasi

Kecenderungan terdapatnya emas terdapat pada zona epithermal atau disebut zona
alterasi hidrothermal. Zona alterasi hidrotermal merupakan suatu zona dimana air yang
berasal dari magma atau disebut air magmatik bergerak naik kepermukaan bumi. Celah dari
hasil aktivitas Gunung api menyebabkan air magmatik yang bertekanan tinggi naik ke
permukaan bumi. Saat air magmatik yang yang berwujud uap mencapai permukaan bumi
terjadi kontak dengan air meteorik yang menyebabkan larutan ion tio kompleks, ion sulfida,
dan ion klorida yang membawa emas terendapkan.

Air meteorik biasanya menempati zona-zona retakan-retakan batuan bekuyang


mengalami proses alterasi akibat pemanasan oleh air magmatik. Sei ring denganmakin
bertambahnya endapan dalam retakan-retakan tersebut, semakin lama retakan-retakan
tersebut tertutup oleh akumulasi endapan dari logam-logam yangmengandung ion-ion
kompleks yang mengandung emas. Zona alterasi yang potensial mengandung emas dapat
diidentifikasi dengan melihat lapisan pirit atau tembaga pada suatu reservoar yang tersusun
atas batuan intrusif misalnya granit atau diorit.

a) Metode resistivity
Respon emas terhadap IP dan resistivity sangat beragam dan cukup sulitdiidentifikasi
dimana tidak setiap vein atau retakan bekas hidrotermal mengandung emas. Berdasarkan
hasil IP dan resistivity atau magnetotelurik suatu vein dapat diidentifikasi mengandung emas
dengan melihat pada nilai true_R atau tahanan sebenarnya yang sangat kecil, namun perlu
diperhatikan bahwa tidak setiap nilai resistivity yang rendah dari suatu vein dipengaruhi oleh
emas karena selain emas jugaikut terendapkan mineral pirit dan tembaga yang juga memiliki
nilai tahanan jenis yang rendah
Korelasi data IP dan resistivity dengan data geokimia suatu zona alterasisangat
penting dimana melalui data geokimia kita dapat menentukan mineral apakahyang dominan
mengontrol rendahnya nilai resistivitas apakah emas, tembaga, atau pirit. Sehingga kita dapat
mengetahui mineral apa yang dominan terendapkan padasuatu vein.

Berdasarkan hasil dari IP dan resistivity sebaiknya dikorelasikan lagi dengan data bor
lokasi penelitian. Korelasi ini sangat penting karena metode geolistrik (IP dan resistivity)
adalah proses awal atau suatu proses perabaan yang merupakan dugaan sementara. Korelasi
dari data bor tadi akan meminimalkan error yang ada.

Dalam proses analisis geolistrik sebaiknya berhati-hati dengan water tableyang akan
menurunkan nilai resistivitas apalagi jika daerah tersebut merupakan suatuzona basah seperti
adanya sungai dalam zona argilic nilai resistivitas akan bernilai rendah hal ini akan
disebabkan karena adanya ion-ion yang terikat dalam zonaalterasi argilic.

b) Metode Geokimia

Eksplorasi geokimia khusus mengkonsentrasikan pada pengukuran


kelimpahan,distribusi, dan migrasi unsur-unsur bijih atau unsur-unsur yang berhubungan
eratdengan bijih, dengan tujuan mendeteksi endapan bijih. Dalam pengertian yanglebih
sempit eksplorasi geokimia adalah pengukuran secara sistematis satu ataulebih unsur jejak
dalam batuan, tanah, sedimen sungai aktif, vegetasi, air, atau gas, untuk mendapatkan
anomali geokimia, yaitu konsentrasi abnormal dari unsur tertentu yang kontras terhadap
lingkungannya (background geokimia).

Pada metode geokimia, unsur-unsur jejak dan unsur penunjuk dari emas
yangmenentukan keberadaan emas, misalnya unsur perak (Ag) dan batuan disekitarnya.
Selain itu, vegetasi di sekitar keterdapatan emas menunjukkankeberadaan emas.Alasan
penggunaan unsur penunjuk antara lain:

1.Unsur ekonomis yang diinginkan sulit dideteksi atau dianalisis


2.Unsur yang diinginkan deteksinya mahal
3.Unsur yang diinginkan tidak terdapat dalam materi yang diambil (akibat perbedaan
mobilitas) Contohnya : Emas kelimpahannya kecil dalam bijih, oleh karena itu
poladispersinya hanya mengadung kadar emas yang sangat rendah, kurang dari
batasminimal yang dapat dianalisis. Di lain pihak, Cu, As, atau Sb dapat berasosiasi
dengan emas dalam kelimpahan yang relatif besar.
2. Proses Penambangan
Dalam penambangan emas, logam emas tidak berada dalam bentuk murninya,akan
tetapi masih bercampur dengan logam dan campuran lain. Karena itu perlu adanya pemisahan
dan pemurnian logam emas. Selama ini, pemisahan emas dilakukan dengan cara sianidasi,
amalgamasi, dan peleburan Sedangkan pemurnian emas dengan cara elektrolisis.

Namun metode-metode tersebut banyak menimbulkan dampak negatif bagi


lingkungan.. Hal ini karena bahan kimia yang digunakan untuk reaksi-reaksi diatas bersifat
toksik terhadap lingkungan.

a) Amalgamasi

Amalgamasi adalah proses penyelaputan partikel emas oleh air raksa dan
membentuk amalgam (Au ± Hg). Amalgam masih merupakan proses ekstraksi emas yang
palingsederhana dan murah, akan tetapi proses efektif untuk bijih emas yang berkadar
tinggidan mempunyai ukuran butir kasar (> 74 mikron) dan dalam membentuk emas murni
yang bebas (free native gold).Proses amalgamasi merupakan proses kimia fisika, apabila
amalgamnya dipanaskan,maka akan terurai menjadi elemen-elemen yaitu air raksa dan
bullion emas. Amalgamdapat terurai dengan pemanasan di dalam sebuah retort, air raksanya
akan menguapdan dapat diperoleh kembali dari kondensasi uap air raksa tersebut. Sementara
Au-Agtetap tertinggal di dalam retort sebagai logam

Metode amalgamasi, yang dalam penggunaannya melibatkan raksa, hanya dapat


mengisolasi emas sekitar 50%-60%. Selain dinilai tidak efisien, raksa jugamenghasilkan
residu yang berdampak negatif bagi lingkungan. Bahkan uap raksapun dianggap berbahaya
jika terhirup manusia. Gejala keracunan pada manusia antara lain : batuk, nyeri dada,
bronchitis, pneumonia, tremor,insomnia, sakit kepala, cepat lelah, kehilangan berat badan,
dan gangguan pencernaan.

b) Proses Pengolahan Emas dengan Sianida

Sianidasi Emas (juga dikenal sebagai proses sianida atau proses MacArthur-
Forrest) adalah teknik metalurgi untuk mengekstraksi emas dari bijih kadar rendah dengan
mengubah emas ke kompleks koordinasi yang larut dalam air. Ini adalah proses yang paling
umum digunakan untuk ekstraksi emas. Produksi reagen untuk pengolahan mineral untuk
memulihkan emas, tembaga, seng dan perak mewakili sekitar 13% dari konsumsi sianida
secara global, dengan 87% sisa sianida yang digunakan dalam proses industri lainnya seperti
plastik, perekat, dan pestisida. Karena sifat yang sangat beracun dari sianida, proses ini
kontroversial dan penggunaannya dilarang di sejumlah negara dan wilayah.

Pada tahun 1783 Carl Wilhelm Scheele menemukan bahwa emas dilarutkan
dalam larutan mengandung air dari sianida. Ia sebelumnya menemukan garam sianida.
Melalui karya Bagration (1844), Elsner (1846), dan Faraday (1847), dipastikan bahwa setiap
atom emas membutuhkan dua sianida, yaitu stoikiometri senyawa larut. Sianida tidak
diterapkan untuk ekstraksi bijih emas sampai 1887, ketika Proses MacArthur-Forrest
dikembangkan di Glasgow, Skotlandia oleh John Stewart MacArthur, didanai oleh saudara
Dr Robert dan Dr William Forrest. Pada tahun 1896 Bodländer dikonfirmasi oksigen yang
diperlukan, sesuatu yang diragukan oleh MacArthur, dan menemukan bahwa hidrogen
peroksida dibentuk sebagai perantara.

Reaksi kimia untuk pelepasan emas, “Persamaan Elsner”, berikut:

4Au + 8NaCN + O2 + 2H2O → 4 Na [Au(CN)2] + 4NaOH

Dalam proses redoks, oksigen menghilangkan empat elektron dari emas bersamaan
dengan transfer proton (H+) dari air.

Proses Sianidasi terdiri dari dua tahap penting, yaitu proses pelarutan dan
proses pemisahan emas dari larutannya. Pelarut yang biasa digunakan dalam proses cyanidasi
adalah NaCN, KCN, Ca(CN)2, atau campuran ketiganya. Pelarut yang paling sering
digunakan adalah NaCN, karena mampu melarutkan emas lebih baik dari pelarut lainnya.
Secara umum reaksi pelarutan Au dan Ag adalah sebagai berikut:

4Au + 8CN- + O2 + 2 H2O → 4Au(CN)2- + 4OH-


4Ag + 8CN- + O2 + 2 H2O → 4Ag(CN)2- + 4OH

Pada tahap kedua yakni pemisahan logam emas dari larutannya dilakukan dengan
pengendapan dengan menggunakan serbuk Zn (Zinc precipitation). Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut:

2Zn + 2 NaAu(CN)2+ 4NaCN + 2H2O → 2Au + 2NaOH + 2Na2Zn(CN)4 + H2

2Zn + 2NaAg(CN)2 + 4NaCN + 2H2O → 2Ag + 2NaOH + 2Na2Zn(CN)4 + H2

Penggunaan serbuk Zn merupakan salah satu cara yang efektif untuk larutan
yangmengandung konsentrasi emas kecil. Serbuk Zn yang ditambahkan kedalam larutanakan
mengendapkan logam emas dan perak. Prinsip pengendapan ini mendasarkanderet Clenel,
yang disusun berdasarkan perbedaan urutan aktivitas elektro kimia darilogam-logam dalam
larutan cyanide, yaitu Mg, Al, Zn, Cu, Au, Ag, Hg, Pb, Fe, Pt.setiap logam yang berada
disebelah kiri dari ikatan kompleks sianidanya dapatmengendapkan logam yang
digantikannya. Jadi sebenarnya tidak hanya Zn yangdapat mendesak Au dan Ag, tetapi Cu
maupun Al dapat juga dipakai, tetapi karenaharganya lebih mahal maka lebih baik
menggunakan Zn. Proses pengambilan emas- perak dari larutan kaya dengan menggunakan
serbuk Zn ini disebut ³Proses MerillCrowe´

Pengolahan emas sistem pelarutan ( leaching) sianida ataupun tiourea konvensional


baru bernilai jika dilakukan terhadap batuan dengan kandungan minimal emas 5 gram / ton.
Padahal dalam kenyataannya mayoritas batuan emas memiliki kandungan yang lebih kecil
dari itu. Agar batuan dengan kandungan emas minimal 1 gram / ton dapat diproses secara
ekonomis, maka diciptakan sistem pengolahan dump leach / heap leach.
Berbeda dengan cara - cara konvensional, dalam sistem ini tidak dilakukan
penghalusan ukuran batuan. Dengan kata lain tak perlu dilakukan proses – proses mekanis
terhadap batuan hasil tambang. Batuan dengan ukuran seperti apa adanya ditumpuk diatas
bidang datar ( lapang) yang telah dilapisi polimer sejenis plastik. Plastik berfungsi menahan
cairan kimia agar tak meresap ke lapisan tanah di bawahnya, sehingga aman dari
pencemaran.

Proses pelarutan dilakukan dengan menyemprot cairan kimia dengan metode hujan
buatan melalui sprinkle - sprinkle yang ditempatkan di atas tumpukan batuan.Tetes larutan
selanjutnya akan melakukan penetrasi ke pori - pori batuan, melarutkan logam - logam yang
di inginkan. Gaya grafitasi membawa larutan logam ke bagian bawah dan selanjutnya
dialirkan ke kolam / danau penampungan. Hasil larutan yangtelah masuk ke kolam / danau
kemudian diproses untuk mendapatkan logam emasdan perak

Dalam bahasa umum di dunia pengolahan hasil tambang, dump / heap leach berarti
teknik pengolahan logam sistem pelarutan tanpa proses penghalusan. Agar batuan emas
kadar rendah mampu diolah secara ekonomis.Larutan dari tangki pelarut disalurkan ke
sprinkle - sprinkle lewat pipa - pipa distributor, selanjutnya mengalir ke permukaan atas
batuan. Cairan pelarut disiram dari bagian atas tumpukan seperti tetesan air hujan. Tetes -
tetes larutan yang menimpa bongkahan akan mengalir kebagian bawah (dengan terlebih
dahulu melewati bongkahan-bongkahandibawahnya, dan seterusnya). Saat tiba dibagian
bawah, larutan tersebut telah kayaakan garam logam

Pencucian tumpukan batuan dengan sianida (Cyanide Heap Leaching)dianggap


sebagai cara paling hemat biaya untuk memisahkan butir-butir emas yang halus. Tapi cara ini
sangat tidak ramah lingkungan karena sianida dapat melepaskan logam-logam berat lainnya
seperti kadmium, timah,merkuri yang berbahaya bagi manusia dan ikan, dalam konsentrasi
rendah sekalipun. Menurut laporan Program lingkungan PBB (UNEP), dari tahun 1985
hingga 2000, lebih dari selusin waduk pembuangan limbah tambang emas mengandung
sianida ambruk.

Sebagian dari batuan emas tidaklah berdiri sendiri, akan tetapi terbungkus oleh
lapisan logam lain yang berbentuk garam sulfida. Untuk melarutkan emas seperti ini
diperlukan proses ³ refractory´ ataupun proses semacam itu agar tabir permukaanlogam
emas / perak terbuka terhadap pelarut. Beberapa contoh emas model ini adalah CuAuTeS2
( paduan tembaga emas tellurium sulfida).

Berikut cara kerja pengolahan Emas dengan Sianida :

a. Cara Kerja
1. Bahan berupa batuan dihaluskan dengan menggunakan alat grinding sehingga
menjadi tepung (mesh + 200).
2. Bahan di masukkan ke dalam tangki bahan, kemudian tambahkan H2O (2/3 dari
bahan).
3. Tambahkan Tohor (Kapur) hingga pH mencapai 10,2 – 10,5 dan kemudian
tambahkan Nitrate (PbNO3) 0,05 %.
4. Tambahkan Sianid 0.3 % sambil di aduk hingga (t = 48/72h) sambil di jaga pH
larutan (10 – 11) dengan (T = 85°C).
5. Kemudian saring, lalu filtrat di tambahkan karbon (4/1 bagian) dan di aduk hingga
(t= 48h), kemudian di saring.
6. Karbon dikeringkan lalu di bakar, hingga menjadi Bullion atau gunakan. (metode
1)
7. Metode Merill Crow (dengan penambahan Zink Anode / Zink Dass), saring lalu
dimurnikan / dibakar hingga menjadi Bullion. (metode 2).
8. Karbon di hilangkan dari kandungan lain dengan Asam (3 / 5 %), selama (t
=30/45m), kemudian di bilas dengan H2O selama (t = 2j) pada (T = 80°C – 90°C).
9. Lakukan proses Pretreatment dengan menggunakan larutan Sianid 3 % dan Soda
(NaOH) 3 % selama (t =15 – 20m) pada (T = 90°C – 100°C).
10. Lakukan proses Recycle Elution dengan menggunakan larutan Sianid 3 % dan
Soda 3 % selama (t = 2.5 j) pada (T = 110°C – 120°C).
11. Lakukan proses Water Elution dengan menggunakan larutan H2O pada (T = 110°C
–120°C) selama (t = 1.45j).
12. Lakukan proses Cooling.
13. Saring kemudian lakukan proses elektrowining dengan (V = 3) dan (A = 50)
selama (t = 3.5j). (metode 3)
b. Proses Pemurnian (Dari Bullion)

Dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu:

1. Metode Cepat

Secara Hidrometallurgy yaitu dengan dilarutkan dalam larutan HNO 3 kemudian


tambahkan garam dapur untuk mengendapkan perak sedangkan emasnya tidak larut
dalam larutan HNO3 selanjutnya saring aja dan dibakar.

2. Metode Lambat

Secara Hidrometallurgy plus Electrometallurgy yaitu dengan menggunakan


larutan H2SO4 dan masukkan plat Tembaga dalam larutan kemudian masukkan Bullion
ke dalam larutan tersebut, maka akan terjadi proses Hidrolisis dimana Perak akan larut
dan menempel pada plat Tembaga (menempel tidak begitu keras/mudah lepas)
sedangkan emasnya tidak larut (tertinggal di dasar), lalu tinggal bakar aja masing –
masing, jadi deh logam murni.

c. Proses Perendaman

Ada pula proses pengolahan emas dengan perendaman, berikut caranya:

Bahan : Ore/ bijih emas yang sudah dihaluskan dengan mesh + 200 = 30 ton
Formula Kimia

1. NaCN = 40 kg

2. H2O2 = 5 liter

3. Kostik Soda/ Soda Api = 5 kg

4. AgNO3 =100 gram

5. Epox Cl = 1 liter

6. Lead Acetate = 0.25 liter (cair)/ 1 ons (serbuk)

7. Zinc dass/ zinc koil = 15 kg

8. H2O (air) = 20.000 liter

d. Perendaman di Bak Kimia


1. NaCN dilarutkan dalam H2O (air) ukur pada pH 7
2. Tambahkan costik soda (+3 kg) untuk mendapatkan pH 11-12
3. Tambahkan H2O2, AgNO3, Epox Cl diaduk hingga larut, dijaga pada pH 11-12
F. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN PROSES PENGOLAHAN EMAS
DENGAN SIANIDA

Pengolahan emas dengan sianida memiliki keunggulan antara lain proses ekstraksi
yang sederhana dan memiliki kemurnian emas 80%. Metode sianida juga memiliki beberapa
kelemahan, antara lain proses berjalan sangat lambat dan menggunakan natrium sianida yang
sangat beracun. Sianida merupakan racun pembunuh yang paling ampuh untuk semua jenis
makhluk hidup. Sianida bisa larut dalam air, sedimen dan biota laut, akibatnya terjadi
kontaminasi pada biota laut, sehingga dikhawatirkan keanekaragaman hayati mengalami
kepunahan. Penelitian Lutvi (2009) menyatakan bahwa kegiatan pengolahan emas dengan
metode amalgamasi dan proses sianidasi memberikan dampak negatif terhadap kualitas air
dan sedimen disekitar lokasi pengolahannya. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk
menciptakan metode pemisahan emas alternatif yang ramah lingkungan.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat kita ambil dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perolehan emas dalam pengolahan emas adalah:


a. Mineral-mineral pembawa emas
b. Ukuran butiran mineral emas
c. Mineral-mineral induk
d. Asosiasi mineral pembawa emas dengan mineral induk
2. Metode yang digunakan dalam pengolahan bijih emas yaitu metode eksplorasi yang
meliputi
a. Metode resistivity
b. Metode geokimia
3. Proses pengolahan emas yang melibatkan faktor kimia fisika yaitu amalgamasi dan
sianida.
B. SARAN

Makalah ini masih memiliki kekurangan olehnya itu kritik yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA

http://jalanrejeki.wordpress.com/2009/01/28/pengolahan-emas-dengan-kimia/

http://pengolahanemas.wordpress.com/

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23124/4/Chapter%20II.pdf emas

http://d7070ch.blogspot.com/2011/02/proses-pengolahan-emas.html

http://knol.google.com/k
Lutvi M. & Damayanti R. 2009. Karakterisasi Merkuri dalam Sedimen dan Air Pada
Pengolahan Tailing Amalgamasi di Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat Secara
Sianidasi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral: Prosiding
Pertambangan.
Sabara, Zakir dkk. 2017. EKSTRAKSI EMAS DARI BIJI EMAS DENGAN SIANIDA DAN
OKSIGEN DENGAN METODE EKSTRAKSI PADAT-CAIR. Journal Of Chemical
Process Engineering. 2(2)

Anda mungkin juga menyukai