Anda di halaman 1dari 22

Pemrosesan Logam Grup Platinum (PGM)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


TK4046 Dasar-Dasar Metalurgi Proses

Disusun oleh
Agnes Afikah

13014071

Afiana Suroto

13014074

Pebriani

13014102

Abdullah bin Makruf Syammach

13014112

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG


BANDUNG
2016

Abstrak
Platinum Group Metals (PGM) terdiri dari Platinum, Palladium, Rhodium, Iridium,
Osmium, dan Ruthenium.PGM banyak ditemui di Afrika Selatan, Russia, Zimbabwe dan
Amerika Utara. Karena kelimpahannya yang sangat kecil di alam, biaya yang
dibutuhkan untuk memroduksi PGM sangat tinggi, sehingga nilai ekonomis PGMpun
sangat tinggi. Platinum, Palladium dan Rhodium merupakan ketiga logam yang paling
banyak diproduksi karena nilai ekonomisnya yang lebih tinggi dibandingkan dengan
ketiga logam PGM lainnya. Secara garis besar, aplikasi PGM yaitu sebagai autokatalis
untuk pengontrolan emisi gas kendaraan bermotor. Proses produksi PGM dilakukan
dengan mereduksi ukuran(communition), flotasi, hidrometalurgi atau pirometalurgi, dan
recovery. Namun, pada proses pirometalurgi, PGM yang terbentuk hanya beruopa matte
dan dibutuhkan pemurnian lebih lanjut melalui elektrometalurgi dan hidrometalurgi.
Hasil akhir dari pemrosesan berupa padatan logam murni PGM dengan kemurnian yang
tinggi.
Kata kunci: Platinum Group Metals, Flotasi, hidrometalurgi, pirometalurgi, recovery
A. LATAR BELAKANG
Platinum Group Metals (PGM) terdiri dari enam macam logam berwarna
silver, yaitu platinum, palladium, rodium, ruthenium, iridium dan osmium. PGM
berada bersama di alam bersama dengan nikel dan tembaga. Keenam logam tersebut
diproduksi dari bijih yang sama. PGM termasuk logam yang langka dengan produksi
tiap tahunnya berkisar 400ton. Platinum, palladium dan rhodium memiliki nilai
ekonomis yang lebih tinggi dibandingkan dengan keempat logam lainnya. Sehingga,
ruthenium, iridium dan osmimum merupakan produk sampingan dari proses produksi
PGM. Sekitar 58 % produksi PGM dunia berada di Afrika Selatan (Chamber of
Mines of South Africa, 2012). 26% berada di Russia dan sisanya sebagian besar di
Zimbabwe dan Amerika Utara. Sebagian besar proses produksinya merupakan coproduct pertambangan nikel. (International Platinum Group Metals Association)
Amerika
Utara
9%

Zimbabwe
5%

Rusia
26%

Lainnya
2%

Afrika
Selatan
58%

Gambar A.1 Persebaran Platinum Group Metals di Dunia

Gambar A.2 Produksi PGM di Berbagai Negara Pada Tahun 2011


Sumber : Primary Production of Platinum Group Metals IPA

Produksi logam-logam grup platinum membutuhkan proses yang kompleks


dengan biaya yang sangat besar. Komposisi logam yang sangat rendah dalam
bijihnya juga membuat biaya produksi logam sangat tinggi. Sebagai contoh, di
Afrika Selatan, bijih yang mengandung PGM mengandung antara 2 6 gram per ton.
Pada umumnya, dibutuhkan waktu hingga 6 bulan untuk memproduksi 10 ons
(31,1035 gram) platinum dari 10 40 ton bijihnya. Hal ini menyebabkan PGM
memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi. Berdasarkan

Engelhard Industrial

Bullion Prices , harga logam-logam grup platinum yang ditinjau pada tanggal 15
April 2016 di New York, per tr.Oz-nya (31.1034768 g) adalah sebagai berikut:
Tabel A.1 Harga PGM (USD per tr. Oz)

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Logam
Platinum
Palladium
Rhodium
Iridium
Ruthenium
Osmium

Harga per tr.Oz (USD)


989
573
750
525
42
400

Sumber : Engelhard Industrial Bullion (EIB) Prices, 2016

Secara garis besar, PGM banyak diaplikasikan sebagai autokatalis pada


kendaraan bermotor dan mesin-mesin untuk mengontrol emisi gas. Autokatalis
mengkonversi 90% gas-gas berbahaya bagi lingkungan, seperti HCl, CO dan NOx
dari mesin berbahan bakar menjadi CO2 dan uap air. Pada tahun 2010, penggunaan
PGM untuk autokatalis sebesar 51% dari total kebutuhan PGM di dunia.

Gambar A.3 Aplikasi PGM


Sumber : International PGM Association

B. PROPERTI LOGAM GRUP PLATINUM


B.1. Platinum
Platinum merupakan logam putih berkilau dan merupakan logam yang
paling padat (dense) dibandingkan logam-logam lain (11% lebih padat
dibandingkan dengan emas). Karakteristik platinum memiliki berbagai macam
kelebihan yang menyebabkan platinum bernilai ekonomis tinggi dan banyak
diaplikasikan diberbagai bidang. Platinum memiliki titik leleh yang tinggi dan
resistansi korosi yang besar. Selain itu, platinum dapat mencegah pertumbuhan
sel kanker. Hal ini menyebabkan platinum merupakan komponen penting dalam
berbagai aplikasi medis. Platinum sangat baik untuk digunakan sebagai katalis
oksidasi. Karakteristik ini menyebabkan platinum dapat mereduksi produksi
polusi udara dan gas-kontributor efek rumah kaca dari kendaraan bermotor.
Sehingga, platinum memberikan kontribusi yang besar terhadap kelestarian
alam. Platinum juga merupakan logam yang tahan akan kerusakan karena
gesekan ataupun bahan kimia dan mudah didaur ulang. Oleh sebab itu, benda
yang mengandung platinum akan bersifat lebih kuat dan tahan lama.

Karakteristik platinum, antara lain:


konduktivitas elektrik

= 0,0966 x 106 cm-1Ohm-1

densitas

= 21,45 g/cm3

tingkat kekerasan (Brinell value) = 392 MN.m-2


titik leleh

= 1772 C

nomor atom

= 78

massa molekular

= 195,08 g/mol

konduktivitas termal

= 73 watts/m. C

kekuatan tarik (annealed)

= 14 kg/mm2

B.2. Palladium
Seperti platinum, palladium berbentuk fisik putih dan berkilau. Palladium
memiliki titik leleh dan densitas yang paling rendah dibandingkan dengan
logam-logam group platinum (PGM) lainnya. Namun, titik lelehnya masih jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan logam-logam pada umumnya (4,5 kali lebih
tinggi dibandingkan dengan timbal). Palladium stabil pada temperatur yang
tinggi dan resistansi korosi yang baik. Palladium juga merupakan katalis
oksidasi yang baik dan bersifat konduktif.
Palladium dapat menyerap hidrogen 900 kali dari volumenya dalam
temperatur ruang. Hal ini menyebabkan palladium merupakan media
penyimpanan dan pemurnian yang efisien dan aman untuk hidrogen. Palladium
juga digunakan dalam proses-proses kimia yang memproduksi butadiena dan
sikloheksana, bahan baku sintesis nilon dan karet. Sifat katalis palladium
menyebabkannya menjadi bagian penting dalam catalytic converters dan unit
purifikasi udara. Stabilitas kimia dan konduktivitas elektriknya membuat
Palladium menjadi plating dalam

komponen-komponen elektrik yang lebih

efektif dan kuat dibandingkan dengan emas.


Karakteristik palladium, antara lain:
konduktivitas elektrik

= 0,0965 x 106 cm-1 Ohm-1

densitas

= 12,02 g/cm3

tingkat kekerasan (Brinell value) = 37,3 MN m-2


titik leleh

= 1554 C

nomor atom

= 46

massa molekular

= 106,42 g/mol

konduktivitas termal

= 76 W/m.C

kekuatan tarik (annealed)

= 17 kg/mm2

B.3. Rhodium
Rhodium memiliki warna abu-abu dan dikenal sebagai logam yang sangat
keras dan resistansi korosinya yang sangat tinggi. Rhodium juga memiliki sifat
yang baik sebagai katalis, seperti platinum dan palladium. Rhodium dan
platinum digunakan sebagai katalis pada produksi asam nitrat. Dalam
pengontrolan emisi gas pada kendaraan, katalis yang mengandung rhodium
merupakan hal utama yang dibutuhkan dikarenakan aktivitas dan selektivitasnya
yang sangat baik. Pada saat ini, katalis tiga arah untuk mesin-mesin berbahan
bakar minyak untuk mengkatalis reduksi nitrogen oksida menjadi nitrogen.
Rhodium memiliki titik leleh dan stabilitas temperatur yang tinggi, juga
resistansi korosi yang baik. Hal ini menyebabkan rhodium banyak digunakan
pada proses-proses industrial seperti pada proses produksi fibre glass. Kekuatan
rhodium menyebabkannya menjadi agen alloy yang baik untuk menguatkan
platinum.
Properti rhodium, antara lain:
konduktivitas elektrik

= 0,211 x 106 cm-1 Ohm-1

densitas

= 12,41 g/cm3

tingkat kekerasan (Brinell value) = 1100 MN.m-2


titik leleh

= 1960 C

nomor atom

= 45

massa molekular

= 102,905 g/mol

konduktivitas termal

= 150 W/m. C

kekuatan tarik (annealed)

= 71 kg/mm2

B.4. Iridium
Iridium merupakan logam yang paling langka dengan resistansi korosi
paling tinggi dibandingkan dengan kelima logam grup platinum lainnya. Iridium
dalam alam berwarna putih kekuningan. Meskipun rapuh, iridium sangat keras,
empat kali dari platinum. Titik leleh, stabilitas termal dan resistansi korosi yang
tinggi pada iridium menyebabkan logam ini banyak digunakan pada unit-unit
bertempartur tinggi, contohnya dalam proses pembentukan kristal untuk
teknologi laser. Secara biologis, iridium banyak diaplikasikan dalam bidang
operasi medis. Iridium digunakan dalam teknologi medis untuk melawan kanker,
penyakit Parkinson, penyakit hati, bahkan tuli dan kebutaan. Iridium juga
membuat perhiasan semakin kuat. Iridium juga diaplikasikan pada proses
produksi klorida dan sodium hidroksida.
Properti iridium antara lain :
konduktivitas elektrik

= 0,197 x 106 cm-1 Ohm-1

densitas

= 22,65 g/cm3

tingkat kekerasan (Brinell value) = 1670 MN m-2


titik leleh

= 2443 C

nomor atom

= 77

massa molekular

= 192,22 g/mol

konduktivitas termal

= 148 W/m. C

kekuatan tarik (annealed)

= 112 kg/mm2

B.5. Ruthenium
Ruthenium murni adalah metal berwarna putih yang jarang digunakan.
Ruthenium tetap keras dan rapuh meskipun pada temperatur tinggi, sekitar
1500C. Ruthenium berfungsi sebagai penambah pada platinum dan palladium
untuk meningkatkan tingkat kekerasan pada beberapa alloy perhiasan dan untuk
meningkatkan resistansi abrasi dalam permukaan kontak elektrik. Dalam industri
elektronik dan kimia, ruthenium memiliki peran penting karena sifat elektrik dan
elektrokimia, sifat dan aktivitas katalis, resistansi korosi yang baik dan
kestabilannya dalam kondisi operasi yang bervariasi.
Aplikasi utama ruthenium dalam sektor elektronika adalah kegunaannya

dalam resistor. Ruthenium juga digunakan dalam hard disc komputer untuk
meningkatkan densitas dimana data disimpan. Kedepannya, kegunaan ruthenium
dalam alloy untuk turbin pesawat akan membantu mereduksi efek CO2 dalam
lingkungan udara penerbangan. Baru-baru ini, telah dikembangkan prototype
ruthenium dengan titik leleh dan stabilitas termal yang tinggi akan meningkatkan
efesiensi pembakaran bahan bakar pesawat. Dalam beberapa aplikasi, ruthenium
juga dapat digunakan sebagai katalis pada teknologi konversi gas menjadi cair
dalam pembuatan bahan bakar sulphur-free berkualitas tinggi.
Properti ruthenium antara lain:
konduktivitas elektrik

= 0,137 x 106 cm-1 Ohm-1

densitas

= 12,45 g/cm3

tingkat kekerasan (Brinell value) = 2160 MN m-2


titik leleh

= 2310 C

nomor atom

= 44

massa molekular

= 101,7 g/mol

konduktivitas termal

= 105 W/m. C

kekuatan tarik (annealed)

= 165 kg/mm2

B.6. Osmium
Osmium adalah logam yang paling padat dan paling keras dibandingkan
dengan logam-logam grup platinum lainnya. Tingkat kekerasan osmium sepuluh
kali lebih besar dibandingkan dengan platinum. Osmium juga memiliki titik
leleh yang paling tinggi dibandingkan dengan PGM lainnya. Osmium banyak
dijadikan kebentuk alloy dengan logam platinum dan iridium. Osmium banyak
digunakan dalam benda sehari-hari seperti ujung pulpen, stylus dan instrumen
pivot. Seperti PGM lainnya, osmium merupakan katalis oksidasi yang sangat
efisien. Secara khusus, osmium bentuk osmium tetraoksida diaplikasikan dalam
bidang sains forensic untuk menandakan sidik jari dan DNA.
Properti osmium antara lain :
konduktivitas elektrik

= 0,109 x 106 cm-1 Ohm-1

densitas

= 22,61 g/cm3

tingkat kekerasan (Brinell value) = 3920 MN m-2

titik leleh

= 3050 C

nomor atom

= 76

massa molekular

= 190,3 g/mol

konduktivitas termal

= 87 W/m. C

C. COMMUNITION DAN FLOTASI


C.1. Communition
Sebelum diproses lebih lanjut, PGM Ore (UG2 Ore) harus terlebih
dahulu direduksi ukurannya (communition). Tahapan pengecilan ukuran pada
Platinum Group Metal :

Crushing
Crushing merupakan tahap pertama dalam pengecilan ukuran untuk
Platinum group metal setelah diambil dari alam. Terdapat 4 tahapan dalam
proses peremukan ini, yaitu primary, secondary, tertiary, dan quaternary
crushing. Proses keseluruhan peremukan ini menghasilkan ukuran akhir 3,2
mm.

Grinding circuit
Setelah Platinum Group Metals mengalami crushing, hasil dari crushing
ini akan di grinding menggunankan semi-autogeneous grinding (SAG) dan
autogeneous grinding (AG). SAG merupakan alat untuk grinding yang
media penggerusnya sebagian adalah bahan galian atau bijihnya sendiri.
Sedangkan, AG bila penggerusnya adalah bahan galian sendiri. Hasil dari
grinding ini adalah ukuran bijih menjadi kurang lebih 1 mm.

Fine grinding
Fine grinding bertujuan untuk mengecilkan ukuran bijih hasil dari
grinding circuit menjadi kurang dari 8 m dengan dibantu oleh tower mills,
stirred mills

C.2. Flotatsi
Bijih UG-2 mengandung krom, alumunium dan senyawa-senyawa kompleks
silika. UG2 ore tidak dapat diproses secara langsung jika komposisi krom,
alumunium dan senyawa kompleks silika masih tinggi. Untuk krom, Bijih UG2

hanya dapat diproses jika komposisi krom maksimal sebesar 1,8%. Sedangkan,
komposisi krom dalam dalam bijih UG2 pada umumnya sebesar 3-4%.
Sehingga, proses flotasi dilakukan untuk menghilangkan senyawa kompleks
silika, alumunium dan krom. Separasi bijih ini didasari pada mineralogy UG-2
yaitu terdapat mineral yang kaya akan PGM, bersamaan dengan krom (high
grade) dan fraksi komposisi rendah PGM, kaya akan silica (low grade).
Flotasi dilakukan pada masing-masing aliran, baik aliran high grade,
maupun low grade, yang dihasilkan dari proses primary autogenous milling.
Pada umumnya, sirkuit ini memiliki konfigurasi rougher/cleaner/re-cleaner
konvensional. Flotasi aliran high grade dan low grade secara garis besar sama.
Namun, pada aliran high grade, dilakukan masing-masing dua kali flotasi
baik pada rougher, cleaner, dan re-cleaner. Reagen yang digunakan pada
proses flotasi adalah sodium isobutil xanthate, sodium ditiofosfat, tembaga
sulfat untuk mengaktivasi besi sulfida, poliglikol eter sebagai frother dan
polimer berbasis CMC. Hasil dari flotasi merupakan froth PGM dan base metal
dalam bentuk sulfida, sulfur, Au dan Ag.

Gambar C.1 Aliran Standar Separasi Bijih UG-2


Sumber : PGM Ore Processing at Impalas UG-2 Concentrator in Rustenburg, South Africa

D. HIDROMETALURGI
Hidrometalurgi merupakan salah satu cabang tersendiri dari metalurgi. Proses
hidrometalurgi adalah suatu proses yang menggunakan pemakaian suatu zat kimia
yang cair untuk dapat melarutkan suatu partikel tertentu. Reaksi kimia yang dipilih
biasanya yang sangat selektif. Artinya hanya metal yang diinginkan saja yang akan
bereaksi (larut) dan kemudian dipisahkan dari material yang tidak diinginkan. Pelarut
yang digunakan dalam pengolahan hidrometalurgi dapat berupa asam atau senyawa
pengompleks.
Hidrometalurgi memberikan beberapa keuntungan antara lain :
1. Bijih tidak harus dipekatkan, melainkan hanya harus dihancurkan menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil.
2. Untuk bijih-bijih peringkat rendah (low grade), metode ini lebih efektif.
3. Suhu prosesnya relative lebih rendah.
4. Reagen yang digunakan relative murah dan mudah didapatkan.
5. Produk yang dihasilkan memiliki struktur nanometer dengan kemurnian yang
tinggi.
Untuk mengekstraksi kelompok logam platinum dengan proses hidrometalurgi,
ada beberapa langkah yang dilakukan sebagai berikut.
FLOTATION
CONCENTRATE

PRESSURE
OXIDATION
LEACHING

ROASTING

HCl/Cl2 LEACH

FILTRATION

CEMENTATION

PGM concentrate
D.1. Pressure Oxidation Leaching
Dalam proses ini akan dihasilkan produk slurry yang mengandung base
metal sulphates. Tujuan dari proses ini adalah untuk memisahkan platinum
Group Metal dari base metal sulphates
D.2. Roasting
Roasting merupakan proses yang untuk mereduksi pengotor atau bahan
yang tidak diinginkan. Pada proses ini tujuannya untuk merubah platinum group
metal menjadi bentuk yang dapat larut dalam HCl / Cl2
D.3. HCl / Cl2 leaching.
Leaching adalah proses pelarutan selektif yang hanya logam-logam tertentu
yang dapat larut. Pelarut akan melarutkan sebagian bahan padatan sehingga
bahan terlarut yang diinginkan dapat diperoleh. Dan pada proses ini akan
dihasilkan larutan yang masih mengandung platinum group metal. Pada proses
ini, asam yang digunakan cukup pekat. Dan reaksi yang terjadi adalah :
3Pt + 18HCl + 4HNO3

3H2PtCl6 + 8H2O + 4NO

D.4. Sementasi
Sementasi dilakukan dengan penambahan aluminium-powder / zinc powder
(untuk menetralisasi asam yang berlebih). Residu dari proses sementasi
ditreatment dengan cara aluminium tersebut dicuci kembali dengan asam
klorida. Hasil sementasi diperoleh campiuran PGM yang disebut crude
platinum.

E. PIROMETALURGI
E.1. Tipe Bijih yang Dapat Diolah di Afrika Selatan
1. Bijih Merensky Reef
Merensky Reef Ores mengandung sekitar 3% base-metal dalam bentuk
mineral sulfida. Base metal Mineral sulfida tersebut diantaranya pyrrhotite atau
sulfida besi (45%), pentlandite atau sulfida besi-nikel (32%), chalcopyrite atau
sulfida tembaga-besi (16%), and pyrite atau sulfida besi (2 hingga 4%).
Mineral lain yang ada dalam bijih ini dan mengandung logam golongan
Platinum adalah braggite(Pt,Pd,Ni)S, cooperate(PtS), laurite(RuS). Kandungan
logam golongan platina dalam mineral ini yaitu sekitar 4-10 g/t. Sementara
material ikutan(gangue) yang memiliki komposisi terbanyak adalah pyroxene,
plagioclase feldspar,biotite.
2. Bijih UG2
Bijih

ini

mengandung

kandungan

utama

berupa

kromitit(60%),

orthopyroxene, plagioclase. Dalam bijih UG2 ini juga mengandung mineral


sulfida base-metal dalam bentuk penlandit atau sulfida besi-nikel,kalkopirie
atau sulfida tembaga-besi,pirotit atau sulfida besi,pirit atau sulfida besi. Selain
kandungan tersebut,terdapat juga logam golongan platinum dalam jumlah kecil
yaitu sekitar 4,4 sampai 10,6 g/t.
E.2. Proses Pengolahan dengan Smelting dan Converting
1. Proses Pengeringan Konsentrat paska proses comminution
Proses pengeringan dapat dilakukan dengan pengeringan semprot atau
pengeringan flash. Pengeringan semprot atau flash dilakukan dengan cara
mengalirkan gas panas pada konsentrat yang akan dikeringkan. Pengeringan

dilakukan untuk mengurangi energi yang dibutuhkan untuk proses smelting.


Selain itu,proses pengeringan juga dapat menghindari terjadinya ledakan pada
furnace.
2. Proses Smelting
Proses smelting dilakukan untuk membuang material ikutan(gangue) yang
ada di dalam mineral. Material ikutan tersebut dibuang dalam bentuk oksida
dan silikat. Oksida dan silikat tersebut akan terbentuk dalam fasa slag. Saat
umpan masuk smelter mulai meleleh, akan terbentuk dua fasa berbentuk
cairan. Kedua fasa tersebut adalah fasa slag yang berisi silikat dan dan cairan
yang mengandung banyak besi dengan densitas 2,7 hingga 3,3 g/cm3 sementara
fasa yang lain adalah fasa lelehan yang berisi sulfida tembaga dan nikel,basemetal, dan logam berharga lainnya termasuk logam golongan platinum dengan
densitas 4,8 hingga 5,3 g/cm3.
Terkadang dalam proses smelting banyak lelehan matte yang tercampur
dalam fasa slag. Perlahan-lahan lelehan matte tersebut bergabung dengan
lelehan matte lainnya membentuk densitas yang lebih besar dan akhirnya
masuk ke dalam fase lelehan. Laju perpindahan fasa lelehan matte tersebut
bergantung pada viskositas fasa slag. Terkadang untuk mengurangi viskositas
fasa slag ditambahkan fluks berupa batu kapur untuk mengurangi viskositas
fasa slag tersebut. Proses smelting ini biasanya dilakukan pada suhu 1350oC
untuk bijih yang berasal dari Merensky Reef,sementara untuk bijih yang
berasal dari UG2 biasanya proses dilakukan pada suhu 1600 oC. lelehan matte
dan slag dikeluarkan dari furnace atau proses tapping dari arah yang
berlawanan pada furnace.
Lelehan

matte

yang

dihasilkan

mengandung

nikel,tembaga,kobalt,besi,sulfur,dan logam golongan platinum. Sistem furnace


yang digunakan yaitu dengan Black Top. Sistem tersebut adalah adanya
konsentrasi material yang bersifat inert atau tidak mengalami proses smelting
pada bagian atas fasa slag dan fasa lelehan. Tujuan sistem tersebut untuk
membatasi panas radiasi yang dipancarkan fasa lelehan dan fasa slag terhadap
dinding furnace. Konsumsi energi listrik yang digunakan pada proses smelting
ini sekitar 600 hingga 1100 kWh. Setelah melalui proses smelting, lelehan

matte diolah dalam suatu alat converter. Gambar berikut adalah electric arc
furnace yang digunakan pada proses smelting tersebut:

Gambar E.1 Alat electric arc furnace yang digunakan pada proses smelting

3. Proses Converting
Selama proses konversi,udara dialirkan pada lelehan matte. Udara yang
dialirkan tersebut berguna untuk mengoksidasi besi dan sulfur yang
mengontaminasi lelehan matte. Converter yang umum digunakan adalah tipe
Pierce-Smith. Tahapan pertama yang terjadi adalah proses oksidasi sulfida besi
dan tembaga. Berikut adalah reaksi yang terjadi:
FeS + O2 FeO + SO2
CuS + O2 CuO + SO2
S + O2 SO2
Karena besi memiliki afinitas terhadap oksigen lebih besar dibanding
tembaga,maka oksida tembaga akan kembali menjadi bentuk sulfida seperti
semula dengan reaksi sebagai berikut:
CuO + FeS CuS + FeO
Untuk membentuk slag yang lebih ringan maka silica ditambahkan dan akan
bereaksi dengan besi oksida membentuk fayalit sesuai reaksi berikut:
2 FeO + SiO2 Fe2SiO4
Proses oksidasi tersebut bersifat sangat eksotermik sehingga cukup untuk
mempertahankan

konverter

pada

suhu

1250

C.

Agar

suhu

tidak

berlebih,ditambahkan umpan yang bersuhu dingin. Matte keluaran hasil


konverter ini mengandung Ni3S2, Cu2S,sedikit kobalt dan logam golongan
platinum. Berikut adalah gambar dari converter tipe Pierce-Smith:

Gambar E.2 Konverter tipe Pierce-Smith

4. Batasan-batasan dari Proses Smelting dan Converting


Proses tersebut menghasilkan emisi SO2 yang berbahaya bagi lingkungan
sekitar. Masalah tersebut dapat diatasi dengan pembangunan unit pembuatan
asam sulfat dengan bahan baku dari gas emisi tersebut.
Umpan masuk pada proses tersebut berupa campuran dari bijih UG2 dan bijih
Merensky Reef. Saat umpan lebih banyak mengandung bijih UG2 maka
kandungan sulfida base-metal semakin kecil. Proses smelting tersebut
membutuhkan kandungan sulfida base-metal yang cukup besar agar proses
penggabungan droplet dari fasa slag menuju fasa lelehan matte berjalan secara
efektif sehingga konsentrasi logam golongan platinum yang diperoleh cukup
banyak.

Bijih UG2 mengandung banyak kromit,sehingga dapat terbentuk lapisan


refraktori yang dapat mempengaruhi kinerja furnace.
E.3. Proses Orford
Proses Orford adalah proses smelting dengan menggunakan kokas dan
sodium sulfat. Kedua zat tersebut akan membentuk senyawa sodium sulfida
yang selanjutnya dapat membentuk campuran sulfida ganda dengan tembaga
sulfida. Campuran sulfida ganda tersebut ikut melarutkan Ag,Au,dan sebagian
logam golongan platinum dan campuran tersebut membentuk produk
bawah(Bottom Product). Selain itu,sebagian logam golongan platinum juga
terlarut dalam sulfida nikel dan membentuk produk atas(Top Product).
E.4. Proses Pemurnian dengan Sel Elektrolisis
Proses pemurnian dengan elektrolisis ini memanfaatkan konsep reduksi
dan oksidasi. Sel elektrolisis disusun dengan katoda berupa logam tembaga
murni dan pada anoda berupa logam tidak murni campuran nikel,tembaga,dan
logam golongan platinum. Logam tembaga dan nikel pada bagian anoda akan
teroksidasi menjadi ion-ion dan akan tereduksi pada bagian katoda menjadi
logam murni tembaga dan nikel. Sementara pada bagian anoda,lama-kelamaan
anoda akan keropos dan membentuk anoda slime. Slime tersebut mengandung
Ag,Au,dan logam golongan platinum. Berikut adalah gambar sel elektrolisis:

Gambar E.3. Sel Elektrolisis Pemurnian Logam Golongan Platinum

F. REDUKSI DAN RECOVERY

Gambar F.1 Flowchart Recovery Konsentrat PGM

F.1. Reduksi dan Recovery Platina dan Paladium dengan Pelarutan dalam Aqua
Regi
Logam platina dapat larut dalam pelarut aqua regia pada suhu 900C.
Residu dari hasil distilasi mengandung logam Pt, Pd dan juga Au akan larut

dalam aqua regia. Larutan tersebut kemudian ditambahkan dengan ferrous


sulfate (FeSO4) untuk mengendapkan emas yang masih tersisa. Platina dan
palladium yang terdapat dalam larutan setelah reduksi emas berada dalam
bentuk Pt(IV) dan Pd(II), Pd(IV) sudah direduksi menjadi Pd(II) dengan FeSO4.
Terlebih dahulu platina dipresipitasi dengan NH4Cl menjadi ammonium
kloroplatinate, reaksi yang terjadi adalah:

Senyawa ammonium kloropentanate ini dapat terdekomposisi dengan


pemanasan menghasilkan sponge crude platinum, yang selanjutnya dimurnikan
dengan melarutkan kembali dalam aqua regia dan pengendapan dengan NH4Cl.
Produk dari kalsinasi adalah sponge pure platinum. Filtrat dari proses
pengendapan platina diolah dengan ammonia (NH3) untuk mengubah Pd(II)
menjadi senyawa kompleks tetraamin. Reaksi yang terjadi adalah:

Senyawa kompleks tetraamin kemudian diubah menjadi senyawa kompleks


diamin yang tidak larut dengan penambahan HCl. Reaksi yang terjadi adalah:

Endapan senyawa kompleks diamin kemudian dilindi dengan HCl dan


selanjutnya disementasi dengan besi (Fe) sehingga menghasilkan konsentrat Pd
F.2. Recovery Platina dan Paladium dengan Ekstraksi Pelarut
Pemisahan dan pemurnian dari platina dan palladium adalah proses yang
paling sulit dilakukan dibandingkan proses pemisahan logam yang lain. Hal ini
disebabkan karena platina dan paladium memiliki sifat kimia yang hampir sama
dalam media larutan klorida. Sifat kimia yang paling khas dari platina dan
palladium dalam larutan klorida adalah kecenderungan yang kuat untuk
membentuk senyawa kompleks anion dengan ion klorida. Ketika konsentrasi
dari platina dan palladium sangat kecil, maka metode pertukaran ion dan
ekstraksi pelarut sangat mungkin dilakukan untuk memisahkan dan merecoveri
logam-logam tersebut. Pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi pelarut

platina dan paladium adalah pelarut-palarut an-ionik, alamine336 (amina tersier,


R3N, R=CH3(CH2(CH2(CH2)7).
Proses ekstraksi pelarut terdiri dari berbagai tahapan proses, yaitu:

Ekstraksi, dimana platina dan paladium ditransfer menuju ke phasa


organic

Scrubbing, proses reduksi atau penghilangan pengotor-pengotor yang


ikut terekstraksi.

Stripping, proses transfer kembali Pt dan Pd menuju phasa larutan


organik murni untuk merecover Pt dan Pd dan proses selanjutnya.

Solvent make-up, pemurnian kembali larutan organik untuk digunakan


kembali dalam proses ekstraksi.

Gambar 231212 Recovery Platina dan Palladiumdengan Ekstraksi Pelarut

Ekstraksi pelarut untuk logam platina dalam larutan asam klorida menggunakan
pelarut alamine336 membentuk reaksi sebagai berikut:

Dalam proses klorinasi basah platina bereaksi dengan HCl membentuk ion
kompleks PtCl62-. Reaksi yang terjadi antara ion klompleks dengan pelarut
alamine336 adalah:

Sedangkan untuk palladium dalam proses klorinasi basah berekasi dengan HCl
membentuk ion kompleks PdCl42-. Palladium dapat diekstrak dengan

menggunakan pelarut cyphos iL 101 (trihexyl phopphonium chloride) dalam


toluena.
F.3. Recovery Platina dan Palladium dengan Pengendapan Selektif
Platina dapat diendapkan dengan amonium klorida menjadi endapan
amonium kloroplatinat. Garam platina yang dihasilkan kemudian dipanaskan
untuk menghasilkan endapan platina yang lebih murni. Endapan tersebut
dilarutkan kembali dalam aqua regia, pengendapan ini dilakukan lebih dari satu
kali dengan amonium klorida untuk menghasilkan logam yang murni. Paladium
yang tidak ikut mengendap, yang masih tertinggal dilarutan, diendapkan dengan
amonia. Garam palladium yang dihasilkan dengan penambahan amonia
direcovery melalui penyaringan, kemudian dilarutkan kembali dalam amonia
dan endapan yang terbentuk merupakan garam palladium dengan kualitas yang
tinggi.
G. KESIMPULAN DAN SARAN
G.1. Kesimpulan
Platinum Group Metals (PGM), khususnya platinum, palladium dan
rhodium merupakan logam yang bernilai ekonomis sangat tinggi karena
kebutuhan biaya produksinya yang juga sangat tinggi. PGM banyak
diaplikasikan pada industry otomotif sebagai autokatalis untuk mengontrol emisi
gas berbahaya bagi lingkungan pada kendaraan bermotor. Sebelum diproses,
bijih PGM harus terlebih dahulu direduksi ukurannya dan dilakukan flotasi.
Secara garis besar, PGM dapat diolah mealui dua jalur, yaitu hidrometalurgi dan
pirometalurgi. Namun, pada jalur pirometalurgi, hasil akhirnya hanya sampai
dalam tahap terbentuknya matte. Sehingga, dibutuhkan proses pemurniah lebih
lanjut dengan elektrometalurgi dan hidrometalurgi.
G.2. Saran
1. Sebaiknya dilakukan kajian dari berbagai multidisiplin ilmu agar dapat
mengoptimasi proses produksi PGM berkualitas tinggi dan biaya yang
lebih rendah.

2. Sebaiknya dilakukan penelitian mengenai proses flotasi dan ekstraksi lebih


lanjut agar PGM yang tidak terambil untuk selanjutnya diproses sangat
sedikit.
3. Pengolahan limbah diolah dengan baik, baik limbah SO2 dari pirometalurgi
maupun limbah asam dari proses hidrometalurgi

Daftar Pustaka
Bateman. 2004. PGM Industry. Belanda. p. 24-30
Gouldsmith, A.F.S. dan Wilson. B,. 1963. Extraction and Refining of Platinum
Metals, Platinum Metals Rev. p 136-143
International Platinum Group Metals Association. 2013. Autocatalysts and PGMs.
Jerman. p. 3-6
International Platinum Group Metals Association. 2013. The environmental
profile of PGms. Jerman. p. 3-11.
Jones, R.T. 2005. An Overview of Southern African PGM Smelting. Annual
Conference of Metallurgists. p. 147-178
Martin, C.J., Ohrling T., Olsen T., dan Taggart, P. 2003. Addresing Palladium
Flotation Start-up Problems at the New Lac Des lles Concentration. Thunder
Bay, Ontario. SGS Minerals Services
Ndlovu, July. 2004. Overview of PGM Processing. Anglo American Company.
Nel, E. dan Theron, J. 2011. PGM Ore Processing at Impalas UG-2 Concentrator in
Rustenburg, South Africa. Afrika Selatan. Impala Platinum Ltd. p 2-11.
Paijo, Andry. Pengertian Teori Tujuan Kominusi, Operasi Pengecilan Ukuran
Pemahaman Operasi Kominusi, Comminution. (2016). 10-16
S.G. King. 1974. Electric Smelting Furnaces in Southern Africa. Private Consulting
Engineer of South Africa. 135-142

Anda mungkin juga menyukai