Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KIMIA ANORGANIK II

FERRUM (Fe)

Disusun Oleh :

NAMA : SRI AGUSTINI HIDAYANTI

NIM : E1M017076

SEMESTER : IV

KELAS : B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2019
FERRUM (BESI)

A. KELIMPAHAN DI ALAM

Besi dalam sistem periodik unsur terdapat pada golongan VIII


periode 4 dengan nomor atom 26. Dalam bahasa latin besi disebut dengan
Ferrum. Besi merupakan sebuah unsur paling biasa (umum) di bumi
berdasarkan massa, membentuk sebagian besar bagian inti baik itu di luar,
ataupun di dalam bumi. Besi adalah unsur di urutan keempat paling
banyak di kerak bumi. Kelimpahannya diperkirakan sekitar 5% di kerak
bumi. Besi juga ditemukan keberadaannya di matahari, ateroid, dan
bintang. Senyawa besi yang paling sering dijumpai adalah hematit atau
besi oksida (Fe2O3), lomit, manetit, dan siderit. Ada satu lagi sumber besi
yang sekarang sedang meningkat yaitu tacnotie. Tacnotite adalah
campuran dari hemaitit dan silica. Ia mengandung kurang lebih 25% besi.
Negara sumber terbesar besi adalah Tiongkok, Rusia, Kanada, Brazil,
Australia, dan India. Sebagian besar teras bumi dipercayai mengandung
aloi logam besi-nikel. Bijih besi dapat ditemukan dalam bentuk garam
oksida atau garam sulfida.
Isotop besi : Besi alami terdiri dari empat isotop stabil yaitu
5,845% 54Fe, 91,754% 56Fe, 2,119% 57Fe dan 0,282% 58Fe. Besi juga
mempunyai isotop tidak stabil meliputi 55Fe dan 59 Fe keduanya sering
digunakan terutama sebagai pelacak dalam penelitian darah. Isotop
radioaktif dimasukkan dalam sistem peredaran darah. Ia akan
memancarkan radiasi tertentu yang kemudian ditangkap oleh alat
penerima.
B. Mineral Ferrum
1. Magnetit

Magnetit adalah mineral dan satu dari tiga besi oksida paling umum di
alam. Rumus kimianya Fe3O4. Magnetit adalah mineral yang paling
memiliki sifat magnet di antara semua mineral alam di bumi.Magnetit
jenis khusus yang disebut lodestone dapat menarik sejumlah kecil besi,
hal ini yang membuat orang zaman kuno pertama kali
menemukan sifat-sifat magnetisme.
2. Hematit

Hematit adalah bentuk mineral besi (III) oksida (Fe2O3). Hematit di


dalam sistem rombohedral, dan memiliki struktur kristal yang sama
dengan ilmenit dan korundum. Hematit dan ilmenit membentuk larutan
padat pada suhu 950 °C. Hematit merupakan mineral yang berwarna
hitam hingga abu-abu perak atau baja, coklat hingga merah kecoklatan
atau merah. Dalam skala kekerasan, hematit berada dalam skala 5 dari
6
3. Siderite
Siderite adalah mineral yang terdiri dari besi karbonat. Mineral ini merupakan
mineral besi yang sangat berharga, karena 48% besi dan tidak mengandung
belerang atau fosfor. Terbentuk pada lingkungan sedimen dan terdapat sebagai
lapisan-lapisan yang sering berasosiasi dengan lapisan lempung, serpih, atau
batubara.

4.Pirit

pirit, atau pirit besi, juga dikenal sebagai emas palsu, merupakan sulfida besi
dengan rumus kimia FeS2 (besi(II) disulfida). Pirit dianggap sebagai mineral yang
paling umum dari kelompok mineral sulfida. Kilap logam pirit dan warna kuning-
kuningan pucat sepintas memberikan kemiripan dengan emas, sehingga terkenal
dengan julukan emas palsu. Warna tersebut juga telah memberikan
julukan kuningan, brazzel, dan Brasil, terutama merujuk kepada pirit yang
ditemukan di batubara.

5. Goetit

Goetit (FeO(OH)),adalah mineral oksida yang dapat ditemui di tanah dan


lingkungan bersuhu rendah lainnya. Goetit sudah dikenal semenjak masa
prasejarah karena digunakan sebagai pigmen. di Prancis. Mineral ini
merupakan besi oksihidroksida. Tingkat kekerasan goetit bervariasi antara 5.0
hingga 5.5 dalam skala Mohs.

C. SIFAT FISIKA DAN KIMIA BESI

1. Sifat Fisika

a. Nomor atom 26 dan nomor massa 57

b. Titik didih 2862⁰C

c. Titik lebur 1538⁰C

d. Bersifat konduktor yang baik

e. Memiliki kerapatan 7860kg/m3

f. logam dengan warna putih silver mengkilap

g. pada suhu kamar berwujud padat, mengkilap dan berwarna


keabuabuan.

2. Sifat Kimia
a. Besi bereaksi dengan oksigen
Besi adalah logam yang sangat aktif dan Ini mudah bergabung
dengan oksigen di udara lembab.
4Fe(s) + 3O2(g) → 2Fe2O3(s)

3Fe(s) + 2O2(g) → Fe3O4(s)

b. Larut dalam asam mineral encer

Fe(s) + H₂SO₄ (aq) → FeSO₄ (aq) + H₂ (g)


Fe(s) + HNO3(aq) → FeNO3 (aq) + H₂ (g)

c. Besi bereaksi dengan halogen


Besi bereaksi dengan halogen pada suhu 470–570K. Besi
bereaksi dengan fluor, klorin, dan bromin menghasilkan feri halida
yang sesuai masing-masing.

2Fe(s) + 3F2(g) → 2FeF3(s) (putih)

2Fe(s) + 3Cl2(g) → 2FeCl3(s) (coklat tua)


2Fe(s) + 3Br2(l) → 2FeBr3(s) (coklat kemerah-merahan)

Fe(s) + I2(s) → FeI2(s) (abu)

d. Besi mudah bereaksi dengan unsur-unsur non logam seperti sulfur.


Bubuk besi dan belerang dipanaskan bersama.

Fe (s) + S(s) → FeS2(s)


e. Besi dapat memiliki biloks 2, 3, 4 dan 6. Hal ini disebabkan karena
perbedaan energi elekktron pada subkulit 4s dan 3d cukup kecil,
sehingga elektron pada subkulit 3d juga terlepas ketika terjadi
ionisasi selain elektron pada subkulit 4s.

f. Logam murni besi sangat reaktif secara kimiawi dan mudah


terkorosi, khususnya di udara yang lembab atau ketika terdapat
peningkatan suhu.

D. PEMBUATAN BESI

1. Tahap persipan
Mineral utama bijih besi adalah haematite (Fe2O3) dan magnetit
(Fe3O4). Banyak dari bijih ditambang di Australia, Brasil, China,
India, Rusia dan Amerika Serikat.Kebanyakan bijih mengandung lebih
dari 60% besi dan mineral lainnya dipisahkan dalam tungku tiup. Bijih
yang masih mengsandung mineral-mineral lainnya dihancurkan dan
digiling menjadi bubuk dan dipekatkan dengan pengapungan.
Kemudian digulung menjadi bola dan dipanaskan dalam tungku untuk
menghasilkan pelet seukuran kelereng.

2. Bijih besi mengalami proses reduksi


Produksi besi industri dimulai pengolahan bijihnya dalam suatu
tungku yang disebut tanur tiup. Tungku tiup menggunakan baik bijih
besi bermutu tinggi atau pelet bijih besi bersama dengan kokas (C) dan
batu kapur (CaCO3). Kokas berfungsi sebagai reduktor sedangkan
batu kapur berfungsi sebagai fluks yaitu bahan yang bereaksi dengan
pengotor dalam bijih besi. Tekanan yang diperbolehkan 1,7 atm untuk
dibuat di dalam tungku, akan memberikan pembakaran yang lebih baik
dari kokas dan bahan bakar lain dan menghasilkan besi yang yang
lebih baik kualitasnya.
Proses yang terjadi pada pengolahan besi secara garis besar sebagai
berikut:
 Udara kaya oksigen ditiupkan di dekat bagian bawah, pipa yang dikenal
sebagai tuyeres. Banyak reaksi berlangsung sebagai gas dan membuat
jalan mereka ke atas. Kokas bereaksi dengan oksigen dalam ledakan itu
untuk membentuk karbon monoksida, sebagai agen pereduksi:
C (S) + O2(g) →CO (g)

 Suhu dalam tungku bervariasi, suhu tertinggi berada di bagian bawah dan
terendah di bagian atas, dan berbagai jenis reaksi berlangsung pada tingkat
yang berbeda dalam tungku. Di dekat bagian atas tungku, suhunya sekitar
750 K (di bawah titik leleh besi), senyawa besi (III) direduksi menjadi besi
(II) (misalnya Fe2O3 menjadi FeO) dengan menggunakan karbon
monoksida dan hidrogen. Reduksi besi terjadi pada bagian bawah tungku
dimana suhu udara yang lebih panas terjadi.

Persamaan keseluruhan untuk reaksi reduksi dapat dinyatakan sebagai


berikut:

Fe2O3(s)+CO(g) →Fe3O4(I) + CO2(g)


Fe3O4(s) +CO(g) →3FeO(I) + CO2(g)
3FeO(s) + CO(g) → Fe(I) + CO2(g)
Besi cair berjalan ke bawah dan terkumpul di bagian bawah tungku.
Akan turun menyerap karbon, fosfor, sulfur dan sejumlah kecil elemen
lain seperti mangan dan silikon dari bijih, kokas dan kapur. Di daerah dari
tungku di mana suhu lebih tinggi dari 1150 K kapur terurai menghasilkan
kalsium oksida. Kalsium oksida, yang merupakan basa, bereaksi dengan
kotoran asam dalam bijih, membentuk terak aluminosilikat. Kalsium
oksida juga menyerap adanya belerang dalam berbagai bahan baku. Terak
cair berjalan ke bagian bawah tungku, membentuk lapisan di atas besi cair.
Besi cair (mempunyai kemurnian 90-95%, pengotor utama adalah 4%
karbon) dan ampas bijih cair dikeluarkan dari tungku melalui lubang tap di
dasar tungku.

3. Tahap pemurnian
Batu kapur yang ditambahkan ke dalam tanur, pada 1.000 °C terurai
menjadi kapur tohor. Kapur ini bekerja mereduksi pengotor yang ada
dalam bijih besi, seperti pasir atau oksida fosfor. Besi hasil produksi dapat
dimurnikan di tanur yang dimurnikan adalah besi dari pengotornya yakni
silikat(SiO2) yakni dengan direaksikannya antara CaO3 dengan silika dan
lainnya.

CaCO3(s) → CaO(l) + CO2(g)

CaO(l) + SiO2(l) → CaSiO3(l)

CaO(l) + P2O5(l) → Ca3(PO4)2(l)

Besi tuang hasil olahan berkumpul di bagian dasar tanur, bersama-


sama terak (pengotor). Oleh karena terak lebih ringan dari besi tuang, terak
mengapung di atas besi tuang dan mudah dipisahkan, juga dapat
melindungi besi tuang dari oksidasi.

E. SENYAWA DARI BESI


1. Fe(OH)2
Ferro hidroksida adalah senyawa anorganik dengan rumus
Fe(OH)2. Ini diproduksi ketika garam besi(II), dari senyawa
seperti besi(II) sulfat, diperlakukan dengan ion hidroksida. Besi(II)
hidroksida adalah padatan putih, tetapi bahkan jejak oksigen
memberikan semburat kehijauan. Padatan beroksidasi udara kadang-
kadang dikenal sebagai "karat hijau".
FeSO4 + 2NaOH → Fe(OH)2 (S)+ Na2SO4

Fe(OH)2(S) + O2(G) +2H2O(g)→ 4Fe(OH)3 (S)


2. FeS

Senyawa ini berwarna hitam.Terbentuk jik campuran serbuk besi


dan bunga belerang dipanaskan hingga pijar. Larutan garam fero/feri
ditambahkan (NH4)2S .

Reaksi : FeCl2(g) + (NH4)2S →2NH4Cl + FeS(s)

2FeCl 3 + 3(NH4)2S→ 6NH4 Cl + 2FeS(s) + S(s)

3. FeCl3
Solusi besi (III) klorida diproduksi secara industri baik dari besi
maupun dari bijih, dalam proses loop tertutup. Senyawa ini umum
digunakan dalam pengolahan limbah, produksi air minum maupun
sebagai katalis, baik di industri maupun di laboratorium. Warna dari kristal
besi(III) klorida tergantung pada sudut pandangnya: dari cahaya pantulan
ia berwarna hijau tua, tetapi dari cahaya pancaran ia berwarna ungu-
merah. Besi(III) klorida bersifat deliquescent, berbuih di udara lembap,
karena munculnya HCl, yang terhidrasi membentuk kabut. Reaksi
pembuatan FeCl3 sebagai berikut:

1. Melarutkan bijih besi dalam asam klorida


Fe3O4 (s) +8HCl(aq) → FeCl2(aq)+ FeCl3(aq)+ 4H20(I)

2. Oksidasi besi (II) klorida dengan klorin


FeCl2(aq) + Cl2(g) → FeCl3(aq)
3. Oksidasi zat besi (II) klorida dengan oksigen
FeCl2(aq)+ O2(g)+ 4HCl → FeCl3(aq)+ 2H2O(I)

4. Fe3O4
Pigmen berkualitas Fe3O4, disebut juga magnetit sintetik, dapat
dibuat menggunakan proses yang memanfaatkan limbah industri, besi
skrap atau larutan yang mengandung garam besi (misalnya, yang
dihasilkan sebagai hasil-samping dalam proses industri seperti seperti
pengolahan asam tong (pengawetan) baja):

Reduksi Fe2O3 dengan hidrogen:


3Fe2O3 (s) + H2(g) → 2Fe3O4(s) +H2O
Reduksi Fe2O3 dengan CO:
3Fe2O3 (s) + CO (g) → 2Fe3O4(s) + CO2

5. Senyawa Fe4[Fe(CN)6]3 · xH2O


Biru Prusia merupakan pigmen sintetis modern pertama dan digunakan
sebagai cat. Dalam bidang kedokteran, biru Prusia juga menjadi penawar
untuk beberapa jenis keracunan logam berat, seperti keracunan talium dan
isotop radioaktif sesium. Senyawa ini khususnya digunakan untuk
menyerap 137Cs+dari korban kecelakaan Goiânia. Biru Prusia dibuat dari
proses oksidasi garam ferosianida. Oksidasi senyawa padat yang berwarna
putih ini dengan hidrogen peroksida atau natrium klorat akan
menghasilkan biru Prusia.
K+ + Fe3+ + [FeII(CN)6]4− → KFeIII[FeII(CN)6]

F. KEGUNAAN BESI
1. Logam besi: digunakan untuk membuat konstruksi jembatan, badan
kendaraan, rel kereta api, dan konstruksi bangunan lainnya.
2. Stainless steel : digunakan untuk membuat peralatan industri, peralatan rumah
tangga , dan komponen kendaraan bermotor.
3. Besi (III) klorida atau feri klorida digunakan dalam pengolahan limbah dan
pengecatan.
4. Besi (II) sulfat digunakan dalam perawatan tekstil dan pengerasaan
alumunium, pembuatan tinta.
5. Besi (II) oksida (FeO) sebagai pewarna tegel atau ubin.
6. Senyawa besi juga terdapat pada sayur-sayuran, dan dalam tubuh kita.
Contohnya: Hemoglobin, terdapat dalam darah. Myoglobin, terdapat di dalam
sel-sel otot, mengandung Fe bentuk Ferro.
7. Fe(OH)3 digunakan untuk bahan cat
8. Senyawa besi Fe4[Fe(CN)6]3 ebagai pigmen warna biru pada cat.
9. Senyawa Fe3[Fe(CN)6]2 sebagai tinta cetak biru (blueprint), untuk gambar
rancang bangun.
10. Senyawa FeCl3 terkandung pada tablet kurang darah.
DAFTAR PUSTAKA

Housecroft, Catherine E. dan Alan G. Sharpe.2005.Inorganik Chemistry.


Edinburgh Gate: Pearson Education Limited.

http://www.nafiun.com/2013/08/pengolahan-logam-metalurgi-pirometalorgi-
besi.html

https://melscience.com/US-en/articles/reaction-between-iron-

https://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Senyawa_besi

http://www.chemistryexplained.com/elements/C-K/Iron.html

Anda mungkin juga menyukai