Anda di halaman 1dari 42

CATATAN

PERHITUNGAN METALURGI PROSES

disusun Oleh :

NAMA : RIKE AMELIA


NIM : 116.200.017
KELAS : PERHITUNGAN METALURGI PROSES C

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK METALURGI


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2023
METALURGI EKSTRAKSI

Metalurgi ekstraksi dapat didefinisikan sebagai proses pemisahan logam berharga dari
pengotornya. Setiap jenis logam membutuhkan metode ekstraksi yang berbeda-beda hal ini
dikarenakan setiap bijih memiliki karakteristik yang berbeda pula, oleh karenanya metode
yang digunakan untuk mengekstraksi logam dari bijihnya sangat bervariasi dan tergantung
pada jenis mineral yang terdapat di alam.

Secara umum proses metalurgi ekstraksi dibagi menjadi tiga, antara lain :

1. Pirometalurgi

2. Hidrometalurgi PERTEMUAN 1
3. Elektrometalurgi

Proses ekstraksi logam diketahui sudah berlangsung sejak 1500 tahun sebelum
masehi, dibuktikan dengan penemuan besi pada piramida. Metode ekstraksi logam yang
digunakan di mesir kuno adalah peleburan logam yang memanfaatkan suhu atau temperatur
tinggi di atas titik lebur logam. Pada proses peleburan juga ditambahkan bahan lain seperti
karbon berupa arang dan udara untuk mereduksi logam dan menghasilkan gas buang seperti
CO, N2, dan CO2. Proses peleburan kuno dapat diilustrasikan pada gambar berikut.
Pada abad pertengahan, smelting hole (lubang peleburan) dilapisi oleh batu menyerupai
lempung. Seiring perkembangannya tercipta furnance shell (tungku peleburan) yang dilapisi
oleh batu dan lempung yang saat ini dikenal sebagai refractory.

Simple Ore, merupakan bijih yang hanya memiliki single metal yang dapat di ekstraksi.
Contohnya adalah hanya Fe yang dapat diekstraksi dari bijih hematit, Al dari bijih bauxite,
dan Cr dari bijih chromite.

Complex Ore, merupakan bijih yang dapat diambil 2 atau lebih logamnya.

Metal Content of Mineral, merupakan persentase logam dalam mineral dihitung dengan
perbandingan berat atom unsur dan berat molekul.
PIROMETALURGI

Pirometalurgi merupakan proses pemisahan logam dari bijihnya dengan cara


pemanasan pada temperatur tinggi. Suhu yang dicapai berkisar antara 50º – 250ºC (proses
Mond untuk pemurnian nikel), dan 2.000ºC (proses pembuatan paduan baja). Umumnya
temperatur yang digunakan berkisar 500º – 1.600ºC ; pada suhu tersebut kebanyakan metal
atau paduan metal sudah dalam fase cair dan beberapa dalam fase gas. Suplai panas dari
pembakaran bahan bakar berguna untuk melepaskan tegangan dan tekanan sehingga ikatan
antara logam dan pengotor dalam bijih logam akan pecah, akibatnya logam terpisah dari
bijihnya. Unsur-unsur yang dapat di ekstraksi secara pirometalurgi diantaranya adalah Fe, Cu,
Zn, Pb, Sn, Ni, Cr, Hg. Selain itu unsur-unsur dari mineral oksida, karbonat juga
menggunakan proses ini dalam proses ekstraksinya.

Proses pirometalurgi menggunakan furnace sebagai tempatnya dan akan


menghasilkan logam dan slag (pengotor) dimana ada yang berupa metal (slag) dan ada yang
berupa non-logam (gangue).

Umpan yang baik adalah konsentrat dengan kadar metal yang tinggi agar dapat
mengurangi pemakaian energi panas. Penghematan energi panas dapat juga dilakukan dengan
memilih dan memanfaatkan reaksi kimia eksotermik (exothermic). Reaksi yang berlangsung
antara lain adalah reduksi, oksidasi, netral (tanpa redoks)

Sumber energi panas pada pirometalurgi dapat berasal dari :

1. Energi kimia (chemical energy = reaksi kimia eksotermik).


2. Bahan bakar (hydrocarbon fuels) : kokas, gas dan minyak bumi.
3. Energi listrik.
4. Energi terselubung/tersembunyi, panas buangan dipakai untuk pemanasan awal
(preheating process).

Proses pirometalurgi terbagi atas 5 proses, yaitu :

1.) Drying  (Pengeringan)

Pengeringan adalah proses pemindahan panas kelembapan cairan dari material.


Pengeringan biasanya sering terjadi oleh kontak padatan lembap dengan pembakaran gas
yang panas oleh pembakaran bahan bakar fosil. Pada beberapa kasus, panas pada pengeringan
bisa disediakan oleh udara panas gas yang secara tidak langsung memanaskan. Biasanya suhu
pengeringan di atur pada nilai di atas titik didih air sekitar 120ºC. Pada kasus tertentu, seperti
pengeringan air garam yang dapat larut, suhu pengeringan yang lebih tinggi diperlukan.

2.) Calcining (Kalsinasi)

Kalsinasi adalah dekomposisi panas material. Contohnya dekomposisi hydrate seperti


ferric Hidroksida menjadi ferric oksida dan uap air atau dekomposisi kalsium karbonat
menjadi kalsium oksida dan karbon diosida dan atau besi karbonat menjadi besi oksida.
Proses kalsinasi membawa dalam variasi tungku/furnace termasuk shaft furnace, rotary
kilns dan fluidized bed reactor.

3.) Roasting (Pemanggangan)

Roasting atau biasa disebut juga dengan pemanggangan adalah proses pemanasan
sebuah bijih atau campuran dengan mineral atau senyawa lain dibawah titik leburnya (fusion
temperature). Proses roasting ini dapat memberikan efek berupa penghilangan unsur lain
melalui proses penguapan. Roasting dilakukan sebagai perlakuan antara, sebelum proses
selanjutnya seperti proses peleburan dan lain-lainnya. Oleh karena itu, proses roasting ini
sangat dibutuhkan apalagi untuk bijih-bijih yang tidak bisa direduksi secara langsung.
Adapun fungsi roasting adalah sebagai berikut :

1. Mengeluarkan sulfur, Arsen, Antimon dari persenyawaannya


2. Merubah mineral sulfida menjadi oksida dan sulfur
3. Membentuk material menjadi porous
4. Menguapkan impurity yang foltair.

Roasting memiliki beberapa jenis tipe jika dilihat dari bijih yang digunakan, adapun tipe-nya
adalah:

a.) Oxidising roasting, adalah jenis roasting yang paling banyak dilakukan dalam
proses metalurgi yang bertujuan menghilangkan sulfur dan arsenik. Melalui proses
ini oksida sisa seperti SO2 dan AS2O3 akan menguap sedangkan logam yang
berharga akan berikatan membentuk oksida. Tipikal roasting jenis ini diaplikasikan
dalam mengekstraksi logam seperti Pb, Zn, Ni dan Cu. Contoh reaksi yang terjadi
pada proses roasting tipe ini adalah sebagai berikut :

2PbS + 3O2 → 2PbO + 2SO2


2CuS+ 3O2 → 2Cu2O + 2SO2

b.) Sulphating Roasting atau partial oxidising, adalah roasting yang dilakukan dengan


tujuan mengoksidasi mineral sulfida menjadi sulfat dan sebagian mineral lainya
menjadi metal oksida.contoh aplikasinya adalah pada pengolahan timbal.

2PbS + 3O2 → 2PbO + 2SO2


PbS + 2O2 → PbSO4

c.) Chlorinating Roasting, adalah roasting yang dilakukan pada logam yang


menghasilkan hasil akhir berupa metal-chlorida. Salah satu contohnya adalah pada
pengolahan perak dimana prosesnya adalah diawali dengan pencampuran dengan
senyawa garam kemudian dipanaskan. Adapun reaksi yang terjadi sebagai berikut.

Ag2S + 2 NaCl → 2AgCl + Na2S

d.) Fluor Roasting, pemanggangan ini menggunakan reagen F2.

e.) Yodium Roasting, pemanggangan ini menggunakan reagent I2. Kegunaan proses ini
antara lain :

1. Membentuk material menjadi porous.


2. Menguapkan impurity yang volatile.
3. Mengeluarkan sulfur, arsen, antimon dari persenyawaannya
4. Mengubah mineral sulfida menjadi oksida dan sulfur

2ZnS + 3O2 → 2ZnO + 2SO4


4.) Smelting  (Peleburan)
Peleburan adalah proses peleburan logam pada temperatur tinggi sehingga logam,
leleh dan mencair setelah mencapai titik didihnya.
Oven yang digunakan, yaitu :
1. Schacht Oven
2. Scraal Oven (revergeratory Furnace
3. Electric Oven (Electric Furnace)

5.) Refining (Pemurnian)
Pemunian adalah pemindahan pengotor dari material dengan proses panas.
HIDROMETALURGI

Hidrometalurgi merupakan proses ekstraksi yang meliputi pemurnian dan daur ulang
(recycling) logam dengan menggunakan larutan aqueous pada temperatur kurang dari 200 ºC.
Pada perkembangannya ekstraksi menggunakan pirometalurgi telah berkembang terlebih
dahulu daripada hidrometalurgi. Hidrometalurgi mulai dikembangkan setelah ditemukannya
larutan asam dan basa sejak abad ke-8 dengan ditemukannya aqua regia. Pada perkembangan
hidrometalurgi modern,ditemukan proses sianidasi untuk leaching emas dan perak serta
proses bayer untuk leaching bauksit pada akhir abad 19.

Tahapan proses dalam hidrometalurgi antara lain :

1. Leaching/ pelindian.
2. Pemurnian larutan hasil leaching.
3. Recovery.
Adapun kelemahan dan kelebihan dari proses hidrometalurgi dan pirometalurgi adalah
sebagai berikut :
ELEKTROMETALURGI

Elektrometalurgi merupakan ilmu dan teknologi yang mempelajari proses ekstraksi


dan pemurnian logam dengan menggunakan energi listrik. Proses ekstraksi dan pemurnian
logam meliputi electrowinning dan electrorefinning yang dilakukan baik dalam larutan
aqueous (menggunkaan pelarut air) maupun dalam lelehan garam. Selain terkait dengan
ekstraksi dan pemurnian logam, prinsip-prinsip dan aplikasi proses elektrometalurgi bisa
digunakan untuk mempelajari proses pelapisan logam secara listrik (electroplating,
anodisasi), baterai, fuel cell, dan pengendapan logam dari ionnya untuk keperluan
pengendalian lingkungan.

Electrowinning dan Electrorefining

Proses yang terjadi dalam dalam larutan aqueous antara lain :

1. Electrowinning Zn

2. Electrowinning dan Electrorefining Cu

3. Electrowinning dan Electrorefining Ini dan Co

4. Electrorefining Sn

5. Electrowinning dan Electrorefining Au, Ag

6. Elektrooxsidation MnO2
SUMBERDAYA MINERAL

 Mineral adalah zat padat anorganik yang terbentuk di alam secara anorganik,
mempunyai komposisi kimia tertentu dan susunan atom yang teratur membentuk
sistem kristal.

PERTEMUAN 2
Kristal adalah zat padat yang mempunyai bentuk bangun beraturan yang terdiri dari
atom-atom dengan susunan yang teratur.
 Sumberdaya mineral merupakan konsentrasi atau keberadaan bahan padat yang
memiliki kepentingan ekonomi di dalam atau di kerak bumi dalam bentuk, kadar atau
kualitas dan kuantitas sedemikian rupa sehingga ada prospek yang wajar untuk
diekstraksi secara ekonomis.
 Dalam rangka meningkatkan kepercayaan geologi, sumberdaya mineral dibagi lagi
menjadi :

1. Sumber Daya Mineral Tereka (Inferred Mineral Resource); adalah sumber daya
mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap
Prospeksi (Prospecting).

2. Sumber Daya Mineral Terunjuk (Indicated Mineral Resource); adalah sumber


daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap
Eksplorasi Umum (General Exploration).

3. Sumber Daya Mineral Terukur (Measured Mineral Resource); adalah sumber


daya minral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap
Eksplorasi Rinci (Detailed Exploration).

 Mineral (Mineral Deposit) adalah longgokan (akumulasi) bahan tambang berupa


mineral atau batuan yang terdapat di kerak bumi yang terbentuk oleh proses geologi
tertentu, dan dapat bernilai ekonomi.
 Sumber Daya Mineral (Mineral Resources) adalah endapan mineral yang diharapkan
dapat dimanfaatkan secara nyata. Sumber daya mineral dengan keyakinan geologi
tertentu dapat berubah menjadi cadangan setelah dilakukan pengkajian kelayakan
tambang dan memenuhi kriteria layak tambang.
 Pembentukan mineral sangat berkaitan erat dengan proses magmatik. Pada umumnya,
lingkungan pembentukan mineral logam dapat dijumpai di dalam batuan vulkanik.
Hal itu bisa dipahami lantaran proses magmatik berlangsung simultan dengan
kegiatan gunung api.
 Sumber daya mineral terbentuk melalui pembentukan pegunungan, aktivitas magma
pada gunung api dan proses sedimentasi yang berlangsung secara terus menerus
selama periode waktu tertentu, serta diikuti dengan proses evolusi geologi. Kondisi
geologi mempengaruhi pola penyebaran endapan sumber daya mineral. Secara umum,
endapan mineral yang berasal dari kegiatan magma atau proses pembentukan endapan
mineral diklasifikasikan menjadi dua macam, yakni proses internal atau endogen serta
proses eksternal atau eksogen. Endapan mineral primer dipengaruhi oleh faktor
endogen, sementara endapan sekunder dipengaruhi faktor eksogen yang membentuk
endapan plaser, residual, supergene enrichment, evaporasi/presipitasi, mineral energi
(minyak, gas bumi dan batubara).
 Proses Internal (Endogen Pembentukan Endapan Mineral)
 Kristalisasi dan Segregasi Magma, Kristalisasi magma adalah proses utama
dari pembentukan batuan vulkanik dan juga plutonik.
 Hydrothermal, Larutan hydrothermal sangat dipercaya sebagai salah satu
fluida pembawa bijih utama, kemudian terendapkan dalam beberapa fase serta
tipe endapan.
 Lateral Secretion, Lateral secretion adalah proses dari pembentukan lensa-
lensa serta urat kuarsa pada batuan metamorf.
 Metamorphic Processes, Metamorphic Processes pada umumnya adalah hasil
dari kontak serta regional metamorphism.
 Volcanic Exhalative (Sedimentary Exhalative), Volcanic exhalative adalah
ekshalasi dari larutan hidrotermal pada permukaan. Hal itu terjadi pada kondisi
bawah permukaan air laut yang umumnya menghasilkan tubuh bijih berbentuk
stratiform.
 Proses Eksternal (Eksogen Pembentukan Endapan Mineral)
1. Mechanical Accumulation, Mechanical accumulation merupakan konsentrasi
dari mineral berat dan lepas menjadi endapan placer (placer deposit).
2. Sedimentary Precipitates, Sedimentary precipitates merupakan presipitasi
elemen-elemen tertentu di lingkungan tertentu, dengan atau tanpa bantuan
organisme biologi.
3. Residual Processes Pelindian (Leaching), Residual processes merupakan
elemen-elemen tertentu di batuan yang meninggalkan konsentrasi elemen-
elemen yang tidak mobile dalam material sisa.
4. Secondary or Supergene Enrichment Pelindian (Leaching), Secondary
merupakan elemen-elemen tertentu dari bagian atas suatu endapan mineral
yang selanjutnya presipitasi di kedalaman yang menghasilkan endapan
dengan konsentrasi lebih tinggi.
 Istilah-istilah yang berkaitan dengan Endapan Mineral
a. Ore, adalah endapan bahan galian yang dapat diekstrak (diambil) mineral
berharganya secara ekonomis baik itu logam maupun bukan logam. Bijih
diekstraksi melalui penambangan, kemudian hasilnya dimurnikan lagi untuk
mendapatkan unsur-unsur yang bernilai ekonomis.
b. Gangue Minerals, adalah mineral non logam yang bisa dimanfaatkan sebagai
hasil sampingan misalnya kuarsa, garnet, dll dalam jumlah yang cukup.
c. By product, adalah produk sekunder atau insidentil yang berasal dari proses
manufaktur, suatu reaksi kimia atau jalur biokimia, dan bukan produk utama
atau jasa yang dihasilkan. By product dapat bermanfaat dan berharga, atau
dapat dianggap limbah.
d. Metallic minerals, adalah Mineral yang mengandung satu jenis logam. Apabila
kandungan logamnya relative besar dan terikat secara kimia dengan unsur lain
disebut mineral bijih (ore-minerals). Sebagian besar mineral bijih bersifat
logam dan sebagian bersifat non logam (bauksit). Mineral logam dibagi
menjadi dua, yaitu logam murni dan logam campuran.
e. Waste minerals, mineral non logam yang tidak ekonomis
f. Mineral bijih, adalah Batu yang mengandung satu atau lebih mineral metalik
yang menguntung bila ditambang. Suatu endapan dikatakan bijih sebenarnya
dilihat dari nilai ekonomisnya, bila harga pengolahan dan harga pasaran
berfluktuasi suatu saat
 Adapun sumberdaya yang terdapat pada kerak bumi adalah sebagai berikut :

CADANGAN MINERAL

 Cadangan adalah bagian dari sumberdaya mineral terukur dan atau tertunjuk yang
ekonomis untuk ditambang.
 Perhitungan cadangan meliputi kadar logam yang bisa tertambang dan terekstraksi
beserta juga yang memungkinkan akan hilang (losses) selama proses penambangan
dan ekstraksi berlangsung.
 Perhitungan cadangan ditentukan ketika pra-kelayakan (pre-feasibility) atau
kelayakan (feasibility) yang mencangkup pengujian beberapa variasi faktor operasi.
Studi kelayakan menjelaskan bahwa proses ekstraksi dapat dilakukan secara wajar.
 Cadangan dibagi menjadi dua:
1. Cadangan Terkira, merupakan sumberdaya bahan galian terunjuk dan sebagian
sumberdaya bahan galian terukur, tetapi berdasarkan kajian kelayakan semua
faktor yang terkait telah terpenuhi sehingga penambangan dapat dilakukan
secara layak.
2. Cadangan Terbukti, merupakan sumberdaya bahan galian terukur yang
berdasarkan kajian kelayakan semua faktor yang terkait telah terpenuhi
sehingga penambangan dapat dilakukan secara layak.

MINERAL BENEFICIATION

 Mineral beneficiation/mineral processing/mineral dressing adalah suatu proses


pengolahan dengan memanfaatkan perbedaan-perbedaan sifat fisik bahan galian untuk
memperoleh produk bahan galian yang bersangkutan. Khusus untuk batu bara, proses
pengolahan itu disebut pencucian batu bara  (coal washing) atau preparasi batu bara
(coal preparation).
 Yang dimaksud dengan bahan galian adalah bijih (ore), mineral industri (industrial
minerals) atau bahan galian Golongan C dan batu bara (coal). Pada saat ini umumnya
endapan bahan galian yang ditemukan di alam sudah jarang yang mempunyai mutu
atau kadar mineral berharga yang tinggi dan siap untuk dilebur atau dimanfaatkan.
Oleh sebab itu bahan galian tersebut perlu menjalani mineral beneficiation agar mutu
atau kadarnya dapat ditingkatkan sampai memenuhi kriteria pemasaran atau
peleburan. Keuntungan yang bisa diperoleh dari proses mineral beneficiation tersebut
antara lain adalah :
 Mengurangi ongkos angkut.
 Mengurangi ongkos peleburan.
 Mengurangi kehilangan (losses) logam berharga pada saat peleburan.
 Proses pemisahan (pengolahan) secara fisik jauh lebih sederhana dan
menguntungkan daripada proses pemisahan secara kimia.
 Proses pengolahan mineral terdiri dari tiga proses utama yaitu:
1. Kominusi (comminution). Kominusi didefinisikan sebagai proses reduksi
ukuran bijih mineral ke ukuran yang lebih kecil. Tujuan dari proses ini adalah
untuk membebaskan ikatan mekanis antara mineral berharga dan kotorannya
sehingga didapat derajat kebebasan (degree of liberation) yang tepat. Tujuan
yang lain adalah untuk meningkatkan luas permukaan dari mineral berharga
agar dapat digunakan dalam proses selanjutnya secara maksimal, contohnya
proses hydrometallurgy (pelindian). Kominusi dibagi kedalam dua tahapan
yaitu crushing dan grinding. Pada pada proses crushing reduksi ukuran
dilakukan secara bertahap yang terdiri dari primary, secondary dan fine
crusing. Pada proses crushing umpan berukuran 1 m direduksi hingga
berukuran 0.5 cm, alat yang digunakan adalah jaw crusher, gyratory crusher,
dll. Sedangkan pada proses grinding mampu mereduksi umpan dari ukuran 50
mm menjadi berukuran 100 μm, alat yang digunakan adalah ball mill.
2. Klasifikasi (classification). Klasifikasi didefinisikan sebagai metode pemisahan
campuran partikel mineral kedalam dua atau lebih produk berdasarkan ukuran
partikel. Tujuannya adalah untuk mendapatkan distribusi ukuran partikel yang
sesuai. Alat yang digunakan dalam klasifikasi adalah cyclone dan ayakan.
3. Konsentrasi (concentration). Setelah membebaskan mineral berharga dari
pengotornya langkah selanjutnya adalah memisahkan mineral berharga dari
pengotornya. Konsentrasi bisanya dilakukan dengan menggunakan perbedaan
sifat fisika atau kimia antar mineral berharga dengan pengotornya. Contohnya
adalah pemisahan gravitasi yang memanfaatkan perbedaan berat jenis, froth
flotation memanfaatkan perbedaan sifat permukaan material, pemisahan
magnetik yang memanfaatkan perbedaan sifat magnetik pada mineral. Pada
pengolahan mineral bijih laterite, bijih ini tidak bisa diproses dengan metode
standar pengolahan mineral yang ada. Ini disebabkan karena penyebaran
secara kimia dari nikel yang berada dalam mineral oksida, pada bijih ini nikel
oksida membentuk solid solution dengan besi oksida. Sehingga biasanya pada
bijih laterite langsung dilakukan proses pyrometallurgy atau hydrometallurgy
tanpa melalui proses beneficiation (pengayaan bijih). Namun demikian ada
teknik yang telah dikembangkan yaitu nikel terlebih dahulu dikonversi
menjadi nikel metalik melalui perlakuan pada temperatur tinggi, setelah itu
nikel dapat dipisahkan dari bijihnya menggunakan teknik standar pengolahan
mineral.
 Liberasi
Butir bebas artinya artinya mineral telah terliberasi/ terbebaskan dan tidak berikatan
dengan mineral lain dan sebaliknya. Proses kominusi (penghancuran) dan liberasi
bertujuan untuk memisahkan mineral berharga dengan mineral pengotornya pada
ukuran yang optimal (mineral liberation).
Mennetukan derajat liberasi menggunakan rumus berikut :

α = Derajar Liberasi
NA = Jumlah Butir Mineral A

MINERAL ANALYSIS

 Analisis kualitatif, merupakan analisis yang dilakukan pada mineral dimana


dari analisis ini diketahui mineral apa saja yang terdapat dalam sampel.
 Analisis kuantitatif, merupakan analisis yang dilakukan pada mineral sehingga
diketahui kadar unsur atau mineral yang terdapat dalam sampel.
HAL-HAL PENTING YANG HARUS DIPERHATIKAN
DENGAN HATI-HATI TERKAIT BIJIH

 Grade/ kadar logam


Kadar logam berharga dan pengotor tertentu dalam bijih.
 Minerals/ mineralogy
Mineral dari logam berharga, asosiasi mineral dari logam berharga, mineral pembawa,
dan mineral pengotor
 % Ekstraksi
(berat logam terekstraksi) x 100
(berat logam dalam sampel awal)
 Sampling
1. Konsep sampling
Sampel (contoh) merupakan satu bagian yang representatif atau satu bagian
dari keseluruhan yang bisa menggambarkan berbagai karakteristik untuk
tujuan inspeksi atau menunjukkan bukti-bukti kualitas, dan merupakan
sebagian dari populasi stastistik dimana sifat-sifatnya telah dipelajari untuk
mendapatkan informasi keseluruhan. Secara spesifik, contoh dapat dikatakan
sebagai sekumpulan material yang dapat mewakili jenis batuan, formasi, atau
badan bijih (endapan) dalam arti kualitatif dan kuantitatif dengan pemerian
(deskripsi) termasuk lokasi dan komposisi dari batuan, formasi, atau badan
bijih (endapan) tersebut. Proses pengambilan contoh tersebut disebut sampling
(pemercontoan). Sampling dapat dilakukan karena beberapa alasan (tujuan)
maupun tahapan pekerjaan  (tahapan eksplorasi, evaluasi, maupun eksploitasi).
a) Selama fase eksplorasi sampling dilakukan pada badan bijih (mineable
thickness) dan tidak hanya terbatas pada zona mineralisasi saja, tetapi
juga pada zona-zona low grade maupun material barren, dengan tujuan
untuk mendapatkan batas yang jelas antara masing-masing zona
tersebut.
b) Selama fase evaluasi, sampling dilakukan tidak hanya pada zona
endapan, tapi juga pada daerah-daerah di sekitar endapan dengan
tujuan memperoleh informasi lain yang berhubungan dengan kestabilan
lereng dan pemilihan metode penambangan.
c) Sedangkan selama fase eksploitasi, sampling tetap dilakukan dengan
tujuan kontrol kadar (quality control) dan monitoring front kerja (kadar
pada front kerja yang aktif, kadar pada bench open pit, atau kadar pada
umpan material).
Pemilihan metode sampling dan jumlah contoh yang akan diambil tergantung
pada beberapa faktor, antara lain :
1. Tipe endapan, pola penyebaran, serta ukuran endapan.
2. Tahapan pekerjaan dan prosedur evaluasi,
3. Lokasi pengambilan contoh (pada zona mineralisasi, alterasi, atau
barren),
4. Kedalaman pengambilan contoh, yang berhubungan dengan letak dan
kondisi batuan induk.
5. Anggaran untuk sampling dan nilai dari bijih.
Beberapa kesalahan yang mungkin terjadi dalam sampling, antara lain :
1. Salting, yaitu peningkatan kadar pada contoh yang diambil sebagai
akibat masuknya material lain dengan kadar tinggi ke dalam conto.
2. Dilution, yaitu pengurangan kadar akibatnya masuknya waste ke dalam
contoh.
3. Erratic high assay, yaitu kesalahan akibat kekeliruan dalam penentuan
posisi (lokasi) sampling karena tidak memperhatikan kondisi geologi.
4. Kesalahan dalam analisis kimia, akibat contoh yang diambil kurang
representatif.
Secara umum, dalam pemilihan metode sampling perlu diperhatikan
karakteristik endapan yang akan diambil contonya. Bentuk keterdapatan dan
morfologi endapan akan berpengaruh pada tipe dan kuantitas sampling.
2. Grab sampling 
Secara umum, metode grab sampling ini merupakan teknik sampling dengan cara
mengambil bagian (fragmen) yang berukuran besar dari suatu material (baik di
alam maupun dari suatu tumpukan) yang mengandung mineralisasi secara acak
(tanpa seleksi yang khusus). Tingkat ketelitian sampling pada metode ini relatif
mempunyai bias yang cukup besar.
Beberapa kondisi pengambilan conto dengan teknik grab sampling ini antara
lain :
1. Pada tumpukan material hasil pembongkaran untuk mendapatkan
gambaran umum kadar.
2. Pada material di atas dump truck atau belt conveyor pada transportasi
material, dengan tujuan pengecekan kualitas.
3. Pada fragmen material hasil peledakan pada suatu muka kerja untuk
memperoleh kualitas umum dari material yang diledakkan, dll.
3. Bulk Sampling
Bulk sampling (conto ruah) ini merupakan metode sampling dengan cara
mengambil material dalam jumlah (volume) yang besar, dan umum dilakukan
pada semua fase kegiatan (eksplorasi sampai dengan pengolahan). Pada fase
sebelum operasi penambangan, bulk sampling ini dilakukan untuk mengetahui
kadar pada suatu blok atau bidang kerja. Metode bulk sampling ini juga umum
dilakukan untuk uji metalurgi dengan tujuan mengetahui recovery (perolehan)
suatu proses pengolahan. Sedangkan pada kegiatan eksplorasi, salah satu
penerapan metode bulk sampling ini adalah dalam pengambilan conto dengan
sumur uji (lihat Gambar).
4. Chip sampling
Chip sampling (conto tatahan) adalah salah satu metode sampling dengan cara
mengumpulkan pecahan batuan (rock chip) yang dipecahkan melalui suatu jalur
(dengan lebar  15 cm) yang memotong zona mineralisasi dengan menggunakan
palu atau pahat. Jalur sampling tersebut biasanya bidang horizontal dan
pecahan-pecahan batuan tersebut dikumpulkan dalam suatu kantong conto.
Kadang-kadang pengambilan ukuran conto yang seragam (baik ukuran butir,
jumlah, maupun interval) cukup sulit, terutama pada urat-urat yang keras dan
brittle (seperti urat kuarsa), sehingga dapat menimbulkan kesalahan seperti
oversampling (salting) jika ukuran fragmen dengan kadar tinggi relatif lebih
banyak daripada fragmen yang low grade.
5. Channel sampling
Channel sampling adalah suatu metode (cara) pengambilan conto dengan
membuat alur (channel) sepanjang permukaan yang memperlihatkan jejak
bijih (mineralisasi). Alur tersebut dibuat secara teratur dan seragam (lebar 3-10
cm, kedalaman 3-5 cm) secara horizontal, vertikal, atau tegak lurus kemiringan
lapisan (Gambar).

Gambar Sketsa pembuatan channel sampling pada urat (Chaussier et al., 1987)

Gambar Sketsa pembuatan channel sampling pada endapan yang berlapis (Chaussier et al.,
1987)

6. Ada beberapa cara atau pendekatan yang dapat dilakukan dalam mengumpulkan
fragmen-fragmen batuan dalam satu conto atau melakukan pengelompokan
conto (sub-channel) yang tergantung pada tipe (pola) mineralisasi, antara lain :
1. Membagi panjang channel dalam interval-interval yang seragam, yang
diakibatkan oleh variasi (distribusi) zona bijih relatif lebar. Contohnya
pada pembuatan channel dalam sumur uji pada endapan laterit atau
residual.
2. Membagi panjang channel dalam interval-interval tertentu yang
diakibatkan oleh variasi (distribusi) zona mineralisasi.
3. Untuk kemudahan, dimungkinkan penggabungan sub-channel dalam satu
analisis kadar atau dibuat komposit.
4. Pada batubara atau endapan berlapis, dapat diambil channel sampling per
tebal seam (lapisan) atau ply per ply (jika terdapat sisipan pengotor).

Gambar Sketsa pembuatan sub-channel pada mineralisasi


berupa urat (Dimodifikasi dari Annels, 1991)

Informasi-informasi yang harus direkam dalam pengambilan conto dari setiap alur
adalah sebagai berikut :
1. Letak lokasi pengambilan conto dari titik ikat terdekat.
2. Posisi alur (memotong vein, vertikal memotong bidang perlapisan, dll.).
3. Lebar atau tebal zona bijih/endapan (lebar horizontal, tebal semu, atau tebal
sebenarnya).
4. Penamaan (pemberian kode) kantong conto, sebaiknya mewakili interval atau
lokasi sub-channel.
5. Tanggal pengambilan dan identitas conto.
Sedangkan informasi-informasi yang sebaiknya juga dicatat (dideskripsikan) dalam
pengambilan conto adalah :
1. Mineralogi bijih atau deskripsi endapan yang diambil contonya.
2. Penaksiran visual zona mineralisasi (bijih, waste, pengotor, dll.).
3. Kemiringan semu atau kemiringan sebenarnya dari badan bijih.
4. Deskripsi litologi atau batuan samping.
5. Dan lain-lain yang dianggap perlu dalam penjelasan kondisi endapan.
HIDROMETALURGI

Tahapan proses Hidrometalurgi

PERTEMUAN 3

 Leaching Adalah proses pelarutan selektif logam-logam berharga yang diinginkan dari
bijih atau konsentrat dan memisahkannya dari mineral-mineral pengotor menggunakan
larutan aqueous, baik asam, basa maupun garam. Mineral pengotor akan tetap pada
bentuk padatan dan disebut sebagai residu. Pelindian dapat dilakukan pada suhu dan
tekanan atmosfer ataupun pada suhu dan tekanan yang lebih tinggi. Reagen pelindi
dipilih berdasarkan aspek teknis dan ekonomis yang meliputi:
1. Selektivitas reagen pelindi
2. Kemampuan diregenerasi
3. Ketersediaan dan harga
4. Mempunyai dampak lingkungan yang minimal atau bisa dikendalikan

 Selektivitas reagen pelindi adalah kemampuan reagen pelindi melarutkan logam-logam


tertentu yang diinginkan tanpa banyak melarutkan mineral-mineral pengotornya.
Selektivitas reagen pelindi menentukan konsumsi reagen dan biaya produksi per-ton bijih
yang diolah.
 Macam reagen pelindian :

 Contoh proses leaching di laboratorium

Dari gambar di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa terjadi perubahan warna pada
larutan, hal tersebut terjadi yaitu:
1. Karena konsentrasi logam terlarut berbeda (misal warna hijau menandakan
terlarutnya Cu, makin pekat warna larutan konsentrasinya makin tinggi).
2. Karena logam terlarut berbeda (besi terlarut berwarna kuning orange sedangkan
Cu hijau kebiruan dengan reagen yang sama asam sulfat).
3. Perbedaan pelarut (reagen pelindi).
 Pada proses pelindian feed yang dimasukkan berupa slurry. Slurry adalah material yang
padat yang terkadang di dalamnya mengandung konsentrat yang bercampur dengan air
dan membentuk lumpur.
 Bijih adalah kumpulan mineral yang dapat diambil 1/lebih logamnya secara
menguntungkan berdasarkan teknologi pada saat itu
 Contoh hasil Analisa bijih

Dari gambar di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa logam berharga yang layak untuk
diolah adalah tembaga. Hal tersebut karena tembaga memiliki persen kandungan yang pas
untuk dilakukan pengolahan sehingga memiliki nilai keekonomisan yang tinggi.
 Pada proses leaching atau pelindian bijih akan dicampur dengan larutan aqueous dan
didiamkan dalam waktu tertentu sehingga hasilnya nanti mineral yang berharga akan
larut sedangkan mineral pengotor atau residu akan mengendap.
 Contoh gambar bijih

Dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa bijih memiliki beberapa macam bentuk
yaitu berbentuk pasir, berbentuk batuan, dan dapat juga berbentuk seperti tanah liat.
 Contoh gambar proses leaching dan analisa hasil bijih

Gambar kiri adalah slurry saat awal sebelum pelindian. Jadi bijih yangg ditambang, entah
itu berupa hard rock, lempung, tanah liat (clay), pasir dan lain-lain di preparasi terlebih
dahulu sesuai kebutuhan sampai diperoleh ukuran butiran yang diperlukan. Bijih tadi
dicampur dengan air + reagen, kemudian dibiarkan bereaksi dalam waktu tertentu. Jadi
semua kandungan yang ada di dalam bijih (tabel), masuk semua ke reaktor pelindian. Proses
leaching, misalnya pada gambar di atas logam berharganya adalah tembaga, umumnya di
reaksikan dengan asam sulfat (secara komersial). Tembaga akan bereaksi dengan asam
sulfat, tetapi tidak cuma tembaga, terdapat logam lain yang terkandung dalam bijih yang
juga bisa bereaksi dengan tembaga. Sehingga ketika memilih chemical untuk reagen
pelindian, harus memperhatikan logam lain yang terkandung didalam slurry. Dari tabel
diatas logam yang dapat bereaksi selain tembaga terhadap asam sulfat yaitu Cu, Fe, Al, Ni,
Mg, dan beberapa logam lainnya bereaksi juga dengan % recovery berbeda – beda.
 Tahapan selanjutnya setelah proses leaching adalah pemisahan fasa solid dan liquid
yang dimana fasa solid adalah endapan atau residu dan fasa liquid adalah reagen pelindi
yang didalamnya sudah terkandung mineral berharga yang larut saat proses pelindian.
Pemisahan solid liquid dapat dilakukan dengan metode filtering ataupun CCD dengan
thickener. Liquid yang mengandung logam berharga biasanya disebut dengan larutan
kaya kemudian dimurnikan (solution purification) terlebih dahulu sebelum dilakukan
proses recovery.
 Proses pemurnian larutan dilakukan agar konsentrasi logam berharga di dalam larutan
dapat ditingkatkan hingga level tertentu dan konsentrasi pengotor diturunkan sampai
dibawah konsentrasi tertentu, sehingga proses berikutnya (recovery) dapat berlangsung
dengan efektif dan efisien. Macam-macam metode pemurnian adalah sebagai berikut:
1. Adsorpsi dengan karbon aktif
Proses adsopsi dengan carbon aktif bisa dilakukan pada larutan (hasil leaching
yang sudah terpisah dengan material pengotornya) ataupun juga bisa dilakukan
pada slurry hasil leaching ataupun carbon dimasukkan saat proses leaching.
Proses ini aling banyak digunakan untuk emas dan perak.

2 Au(CN)2- + Ca+ + 2C → Ca[C-Au(CN)2]2


2 Ag(CN)2- + Ca+ + 2C → Ca[C-Ag(CN)2]2
Contoh gambar karbon aktif

Contoh gambar proses adsorpsi karbon aktif

jadi di slurry atau larutan kaya yang mengandung emas dan perak (dan ada Cu serta
logam-logam lainnya yang larut dalam reagen sianida) maka carbon ini bersifat selektif.
Karbon hanya mengadsorpsi Au, Ag atau Cu dengan % adsopsi bervariasi, paling kuat
adsoprsinya terhadap Au. sehingga dengame adanya perbedaan ukuran antara carbon dan
juga partikel slurry, maka Au Ag dan sebagian logam lain (Cu) yang teradsopsi kedalam
pori2 karbon dapat dipisahka dengan menggunakan screen (ayakan).
2. Metode pemurnian larutan hasil leaching dengan menggunnakan cara ekstraksi
pelarut. Pengertian dari ekstraksi pelarut adalah proses ekstraksi dan pemurnian
larutan dengan cara melarutkan logam dalam fasa aqueous dengan larutan organik
tertentu sehingga terbentuk organometallic complex solution. Tahapan dari Solvent
Extraction adalah
a. Tahap Loading/Absoption
Dimana larutan ion logam berharga yang ada dalam fasa aquaeous dikontakan
dengan solvent organic tertentu yang sesuai sedemikian rupa, sehingga ion logam
berharganya terlarutkan dalam fasa organic.
b. Tahap Stripping
Dimana ion logam berharga yang ada dalam fasa organic kembali dikontakan
dengan pelarut aquaeous tertentu yang sesuai dengan volume yang relatif kecil.

c. Berikut adalah contoh reaksi Solvent Extraction dengan Activated Carbon pada
Emas (Au) Solvent yang digunakan: Ethers(D2EHPA, DDPA, TBP), Alcohol,
Aldehydes, Ketenes, Phenols.

Contoh di Industri : Tenova Bateman Technologies- Solvent Extraction Plant


Contoh di Laboratoritum : Separating Funnel

Penjelasan dari gambar diatas yaitu Setiap ion Cu2+ ( hijau) yang bereaksi dengan 2[R-H]
(merah) menghasilkan ion 2 H+ ( biru) dan [R]2 Cu
Merah = Larutan organik

Hijau = Cu+

Biru = H+
 Solven extraction itu proses leaching. Leaching yaitu pemurnian larutan. Perlu dimurnikan
karena ada larutan organik yang berikatan dengan ion hidrogen. Misal ini larutan hasil
leaching bijih tembaga. Ada ion logam : Cu+, Fe+, Ni+ dan lain-lain. Proses leaching bijih
tembaga dilakukan dengan asam sulfat.
 Ada Fe+ , Ni+ dan Lain-lain pada Hasil Leaching karena didalam mineral tidak hanya
terkandung cu saja, ada unsur lain yang terkandung misalnya Fe, oleh sebab itu ketika
melalui proses leaching, hasilnya terkandung unsur Cu+, Ni+, Fe+ dan lain-lain. Yang
menyebabkannya larut yaitu reagen reagen dalam larutannya. Dan kenapa tidak semua aja
dia larut, semua yang ada di dalam mineralnya karena mineral yang terlarutkan sesuai
dengan fungsi reagennya. Jadi reagent itu salah satu sifatnya selektif, dia melarutkan
sebagian, misal mau Cu larut Cu aja. Asam sulfat tidak cuma larutin Cu, tetapi juga yang
lain-lain. Jadi yang larut ketika leaching tidak hanya mineral berharga tetapi juga
pengotornya dengan kadar tertentu sesuai dengan persen ekstraksi masing-masing. Karena
banyak yang larut setelah leaching, makanya ada proses yang namanya pemurnian larutan
hasil leaching, tidak bisa ekstraksi itu 1 tahap, baik itu jalur piro atau hidro karena
tahapannya banyak.
 Guna dari solvent extraction adalah untuk mengikat mineral berharga dengan larutan
organik. Jadi ditahapan awal leaching kita sudah larutkan logam-logam dari mineralnya.
Karena yang larut tidak cuma logam yang kita mau, ada pengotornya sehingga harus ada
tahapan pemurnian lanjutan. Salah satunya solvent ekstraktion. Ketika proses, larutan
hijau di vidio itu isinya ya kaya gambar yang sy kasi kemarin. Yang kalian mau ketika
proses solvent extraction, kalian mau ambil Cu terlarut aja nya saja. Meskipun yang akan
terikat tidak cuma Cu aja, ada ion lain ikut terikat. Tetapi beberapa pengotor semisal besi
hanya ikut terikat sedikit dalam larutan organic sehingga kalian akan dapat karutan yang
lebih murni.
 Logam yang paling banyak terikat dengan larutan organik. Larutan organik itu macam-
macam. Industri kimia memproduksi berbagai jenis larutan organik sesuai dengan
kebutuhan. Kalau yang untuk proses solven extraction Cu, mereka produksi yang
mengikat kuat Cu dan mengikat lemah logam lain. Kalau yang untuk Ni , uranium dan
lain-lain beda-beda lagi.
 Tahapan selanjutnya dari proses solvent extraction ini, setelah di ikat dengan larutan
organik, nanti dilakukan proses stripping. Proses stripping ini adalah reaksi kebalikan
dengan proses adsorpsi sebelumnya. Reaksi nya sama, dibalik saja. Jadi awalnya adalah
larutan hasil leaching lalu Cu di ikat oleh larutan organik. Selanjutnya, larutan organik
yang mengandung Cu tadi (R)2Cu , untuk bisa kita mengambil Cu dari larutan organiknya,
larutan organik tersebut di reaksikan kembali dengan asam (H+) sehingga akan terbentuk
senyawa R-H dan terbebasnya Cu2+.
 Perbedaan Cu terlarut di dalam larutan hasil leaching dengan Cu terlarut setelah proses
stripping.
Reaksi pelindian tembaga dengan asam sulfat.

9Cu2S + 3O3 + 9H2SO4 → 9CuS + 9CuSO4 + 9H2O

Ini disini, yang larut itu CuSO4. Cu2S adalah mineral awal yang akan dilarutkan.
Direaksikan dengan asam sulfat kemudian menjadi larutan CuSO4. Proses stripping tadi,
R2Cu ini di tambahkan H+ dalam hal ini biasanya sama dengan reagen proses leaching,
H2SO4. Hasil proses stripping. Hasil leaching senyawa Cu yang belum murni, setelah
solvent ex jadi lebih murni (Cu dominan) kemudian setelah itu menghasilkan senyawa cu
organik kemudin di stripping dengan larutan yang sama sebagai pelindi menghasilkan
senyawa Cu+ pelindi dengan kemurnian yang lebih tinggi karena yang bereaksi tinggal Cu.
Senyawa Cu akhir setelah proses stripping yaitu CuSO4 aq.
Proses solvent extraction diulang lagi karena CuSO4 yang diperoleh dari hasil solvent
extraction dan dilanjutkan dengan proses stripping lebih murni dan lebih tinggi tinggi
konsentrasi nya dari pada CuSO4 dari larutan hasil pelindian.
Konsentrasi tembaganya bisa lebih tinggi dari sebelumnya. Proses pemurnian larutan
dilakukan agar konsentrasi logam berharga di dalam larutan dapat ditingkatkan hingga level
tertentu dan konsentrasi pengotor diturunkan sampai dibawah konsentrasi tertentu, sehingga
proses berikutnya (recovery) dapat berlangsung dengan efektif dan efisien.
Syarat Extractant yang baik :
1. Selectivitas tinggi
2. Kapasitas ekstraksi besar
3. Mudah distripped
4. Mudah dipisahkan dari air karena : beda berat jenis nyata, viscositas rendah, tegangan
permukaan besar
5. Aman dalam penanganannya : tidak beracun, tidak mudah terbakar, tidak mudah
menguap/terbang
 Perbedaan Kemurnian Tinggi dengan Konsentrasi Tinggi
Kalau kemurnian tinggi itu perbandingan antara konsentrat dan tailing besar,
jika konsentrasi tinggi jumlah partikel konsentratnya banyak. Jika kemurnian tinggi
bahwa unsur tersebut tidak tercampur pada unsur lain, jika konsentrasi jumlah zat
yang tinggi tercampur pada suatu unsur. Konsentrasi tinggi berarti perbandingan
antara konsentrat dan tailing lebih tingi konsentrat, sedangkan kemurnian adalah
usaha untuk meningkatkan kosentrasi agar mutunya naik untuk mendapatkan
keuntungan melalui proses kimia atau fisika. Kemurnian tinggi itu kadarnya yang
tinggi, sedangkan konsentrasi itu kekentalannya.

Kasus : Cu 200 gr, Mn 30 gr, Ni 20 gr, Fe 5 gr, Si 3 gr, Zn 12 gr


logam utama Cu,
volume larutan 1 adalah 1 L
volume larutan 2 adalah 5 L
coba bikin keadaan Cu dengan kemurnian tinggi

Konsentrasi tinggi : Cu 200 gr, Mn 30 gr, Ni 20 gr, Fe 5 gr, Si 3 gr, Zn 12 gr dalam larutan 1
L. Sama aja konsentrasi Cu 200 gr dalam larutan 1 L, tetapi ini kemurniannya tinggi, sedang
konsentrasi tinggi : Cu 200 gr, Mn 30 gr, Ni 20 gr, Fe 5 gr, Si 3 gr, Zn 12 gr dalam larutan 1
L tidak.
Dan yang dilakukan dalam proses pemurnian itu, tidak cuma memurnikan
(menghilangkan pengotor), tetapi juga menaikkan konsentrasi. misalnya kita dari bijih
punya Cu 200 gr dari 5 kg. dilarutkan hingga diperoleh Cu terlarut beserta
pengotornya, dengan keadaan seperti ini; Cu 200 gr, Mn 30 gr, Ni 20 gr, Fe 5 gr, Si 3
gr, Zn 12 gr dalam larutan 5 L. Ketika kalian memurnikan , prosesnya hilangkan
pengotornya, jadi yang awalnya ini, berubah menjadi Cu 200 gr, Mn 5 gr, Ni 3 gr, Zn
3 gr dalam larutan 5 L. Tetapi ketika kalian menaikkan konsentrasi, logam dengan
berat X harus dipindahkan ke laurtan dengan jumlah yang lebih sedikit dari
sebelumnya.

 Proses Solvent Extraction di Laboratorium


Dalam video dilakukan proses solvent extract dimana menggunakan 2 bahan
uji yaitu larutan Aqueous dan larutan organic.
Terlihat dalam gambar terdapat 2 pengujian dimana larutan organic yang
berada di bawah dan larutan organic yang berada di atas. Hal ini karena perbedaan
massa jenis yang mengakibat nya layer atas dan bawah terjadi. Pencampuran
dilakukan dengan mengocok larutan tersebut didalam labu corong sampai
setimbang,dengan membuka tutup corong untuk mengeluarkan tekanan dalam corong.
Hasil dari pengocokan ersebut larutan aqueous kehilangan warnanya dan turun
kebawah karena density nya lebih tinggi dan larutan organiic berada di atas
setelah disini air yang di bawah dibuang dan larutan atas dilakukan
pecampuran kembali dan kemudian dilakukan hal serupa sampai larutan organic
menjadi murni.
Kalau saya boleh koreksi diri saya, mungkin ada salah di 2 larutan yang d
perlihatkan awal yang saya maksud sama larutan bening yang d masukan seblm.
Larutan bening itu larutan organic. Orange yaitu larutan kaya, Larutan kaya ini
isi nya logam-logam terlarut yang ingin kita murnikan. Biasanya dari larutan hasil
leaching.
Terpisahnya larutan organik dan larutan bukan organik dikasus ini disebabkan
oleh perbedaan densitas. Bisa aja densitas organik leboh tinggi, atau bisa juga larutan
non organik lebih tinggi. Perlu dilakukan pengadukan supaya kedua larutan saling
bercampur hingga mencapai kesetimbangan, dimana agar terjadi reaksi. Bisa
dicontohkan seperti 2 (R – H) + Cu2+ Panah [R]2 Cu + 2H+.
Jadi R-H itu organiknya. Cu2+ itu yang ada dalam larutan kaya. Ini adalah
keadaan sebelum berekasi, atau sebelum diaduk. Ketika dilakukan pengadukan,
terjadi reaksi. Makin lama dan makin cepat pengadukannya makin banyak kontak
antar reaktan sehingga reaksi akan semakin mudah. Hasil reaksi yaitu R2Cu + 2H+.
Cu2+ itu terikat ke organi, berwarna bening. Larutan kaya (yang udah berkurang .
kekayaannya) warna orange.
Larutan orange (larutan kaya) sisa dr proses solvent extraction 1 di ulangi lg
proses SX nya dengan larutan organik baru berguna untuk mengurangi kekayaan dari
larutan kayanya.
Jadi ketika proses SX yang pertama, belum tentu semua Cu2+ yang ada pada
larutan orange bereaksi dengan larutan organic. Bisa jadi persen ekstraksi masih 80%.
Kalau tembaga dalam larutan 100 ppm, dan persen ekstraksi 80%, sisa di larutan
orange Cu 20 ppm. Kalau tidak dilakukan SX ke 2 yang terjadi masih banyak cu yang
tersisa di larutan kaya. Cu sisa ini malah akan terbuang jadi tailing ini akan
merugikan, jadi untuk menaikkan persen ekstraksi dilakukan SX tahap 2. Mungkin
nanti total ekstraksi jadi 98% atau lebih karena biasanya SX ini, persen ekstraksi nya
memang tinggi.
Masuk ke proses berikutnya. Pemurnian larutan dengan resin penukar ion,
mekanisme prosesnya sama saja dengan proses SX. dan mirip jg cara prosesnya yang
membedakan hanya SX berupa larutan organik, sedangkan resin penukar ion adalah
material padat.

Gambar Resin

Resin ada banyak tipe, dan jenis nya macam-macam dan resin tidak cuma di
pakai dalam proses metalurgi, proses-proses lain juga banyak pakai resin.
Dari tahapan 1,2,3,4,5,6 disini , proses untuk menaikkan konsentrasi pada
tahapan 5. Tahapan 3 yaitu proses penyerapan itu kan misahin pengotor dan logam
berharganya.
Karena volume pelarut yang digunakan lebih sedikit dari yang sebelumnya R-
H+ + A+ menjadi R-A+ +H+. Pelarut yang digunakan saat elution (disini namanya
elution, kalau SX tadi proses kebalikannya dinamakan stripping atau rextrakstion)
volumenya lebih sedikit tapi konsentrasi nya lebih tinggi.
Konstanta Kesetimbangan
Reaksi Kesetimbangan :
aA + bB = cC + dD
K = [ a C] c [ a D] d
[ a A] a [ a B] b
a A =aktivasi A
a B =aktivasi B
a C =aktivasi C
a D =aktivasi D

a A = f A .C A
f A = koefisien aktivitas A
C A = konsentrasi A dalam molar atau molal

Persamaan Nerst
ΔG = -nFE
ΔG O = -nFE O
E = E O - ln K

Reaksi Spontan E > 0


E = potensial reaksi reduksi-oksidasi
E O = potensial reaksi reduksi-oksidasi standard
N = jumlah elektron yang terlibat reaksi
F = konstanta Faraday = 96500 coulomb/mol-elektron

Contoh Soal 1
Tentukan nilai K untuk reaksi-reaksi berikut dengan data-data energi bebas standard
dan data-data potensial ½ sel reduksi standard pada suhu 25°C.
Reaction 1- Cu 2+ + Fe = Cu + Fe 2+
Reaction 2- CuS+ 2 Fe 3+ = Cu 2+ + 2 Fe 2+ + S°
● AG O Cu2+ = 64.85 kJ/mol
● AG O Fe2+ = -84.94 kJ/mol
● AG O S = AG O Cu = AG° Fe = 0 kJ/mol
● AG O CuS = -48.95 kJ/mol
● AG O Fe3+ . = -10.54 kJ/mol
Jawab :
Reaction 1- Cu 2+ + Fe = Cu + Fe 2+
AG O R = AG O produk - AG O reaktan
= (AG O Cu + AG O Fe2+ ) - (AG O Cu2+ + AG° Fe )
= (-84.94 kJ/mol) - 64.85 kJ/mol
= -149.79
AG O = - RT ln K
ln K = - AG O /RT
= - (-149.79)/(8.314.298) = 0.600458
K = e 0.600458 = 1.82295
Reaction 2- CuS+ 2 Fe 3+ = Cu 2+ + 2 Fe 2+ + S°
AG O = AG O produk - AG O reaktan
= (AG O Cu2+ + 2(AG O Fe2+ ) + AG O S ) – (AG O CuS + 2(AG O Fe3+ ))
= (64.85 kJ/mol + 2(-84.94 kJ/mol) – (-48.95 kJ/mol + 2(-10.54 kJ/mol))
= - 35 kJ/mol = -35000 J/mol
AG O = - RT ln K
ln K = - AG O /RT
= - (-35000)/(8.314.298) = 14.12673
K = e 14.12673 = 1365089

Contoh Soal 2: Recovery Ni terlarut dengan reduksi menggunakan gas H 2


Berapa potensial reduksi Ni 2+ menjadi Ni di dalam larutan sulfat jika
diketahui
konsentrasi molar Ni 2+ = 0,005 pada temperatur 25°C (Asumsikan aktivitas
ion
konsentrasi molarnya).
- Jika dilakukan presipitasi ion nikel dengan gas H 2 pada tekanan 10 atm,
berapa pH
larutan dimana gas H 2 berkesetimbangan dengan logam dan ion nikel
● Ni 2+ + 2e - = Ni E o = -0.26 V
● 2H + + 2e - = H 2 E o = 0.00 V
Ni 2+ + 2e - = Ni E o = -0.26 V
H 2 = 2H + + 2e - E o = 0.00 V
Ni 2+ + H 2 = Ni + 2H + = -0.26
E = E 0 – ln K

0 = -0.26 - ln K
0.26 = - 0.0128 ln K
ln K = - 20
K = e 20.3125 = 2.06 x 10 -9
K=
2.06 x 10 -9 =
2.06 x 10 -9 =
[H + ] 2 = 1.03 x 10 -10
H + = 1.015 x 10 -5
pH = - log H +
= - log 1.015 x 10 -5 = 5

Aktifitas dan Koefisien Aktifitas Ion dalam Larutan Aqueous


•Larutan Ideal
•Kekuatan Ion
•Persamaan Debye Huckel
•Kefisien Aktivitas Ion Rata-rata

Larutan Ideal
- Larutan bersifat ideal bila tidak ada interaksi antara ion-ion terlarut dan ion
terlarut
dengan pelarutnya.
- Untuk larutan ideal multikomponen, pada temperatur dan tekanan yang
konstan,
potensial kimia spesi “i” didefenisikan sebagai:
Satuan :
μi = J/mol
μi o = potensial kimia dalam keadaan standard (saat Xi = 1)
Xi = faksi mol spesi i
R = konstanta gas ideal (8.314 J/mol.K)
T = temperatur ansolut (K)

Xi pada persamaan (1) dapat juga diganti dengan satuan konsentrasi lainnya
yang
digunakan pada larutan aqueous adalah molar dan molal. Misalnya

Bila konsentrasi i dalam satuan molal,


μ i (ideal) = μ i o +RT In m i (3)
dimana µi adalah potensial kimia dalam keadaan standard (yaitu saat m, 1 molal
(mol/kg pelarut) and m, molalitas zat terlarut i (mol/kg-pelarut).
Untuk larutan REAL → μ i (real) ≠ μ i (ideal) OLEHKARENA interaksi ion-
ion
dalam larutan dan interaksi antara ion terlarut dengan solvent-nya (bila larutan
cukup
pekat)
Untuk mengkuantifikasi deviasi dari larutan ideal, diperkenalkan besaran
“koefisien
Aktivitas”. Dalam larutan real berlaku:
μ i (real) = μ i 0 RT Ina i (4)
Dimana a, aktivitas zat terlarut i dan berlaku:
a i = f i .x i (5)
dimana f i = koefisien aktivitas (dalam hal ini konsentrasi zat terlarut
dinyatakan dalam
fraksi mol).
Koefisien aktivitas, baik dalam skala konsentrasi fraksi mol, molar atau molal
tidak
bersatuan (dimensionless), → satuan aktivitas sama sama dengan satuan
konsentrasi
yang digunakan
Bila satuan konsentrasinya dinyatakan dalam fraksi mol, baik koefisien
aktivitas mapun
aktivitasnya tidak bersatuan.

Anda mungkin juga menyukai