Anda di halaman 1dari 3

Pirometalurgi 

adalah proses pemisahan logam dari bijihnya dengan cara pemanasan pada
temperatur tinggi(memakai energi panas). Suhu yang dicapai ada yang hanya 50º – 250º C
(proses Mond untuk pemurnian nikel), tetapi ada yang mencapai 2.000º C(proses
pembuatan paduan baja). Yang umum dipakai hanya berkisar 500º – 1.600ºC ; pada suhu
tersebut kebanyakan metal atau paduan metal sudah dalam fase cair bahkan kadang-
kadang dalam fase gas. Suplai panas dari pembakaran bahan bakar berguna untuk
melepaskan tegangan dan tekanan sehingga ikatan antara logam dan pengotor dalam bijih
logam akan pecah. Akibatnya logam akan lepas dari bijihnya. Unsur-unsur yang lazim
menggunakan proses ini diantaranya adalah Fe, Cu, Zn, Pb, Sn, Ni, Cr, Hg. Selain itu
unsur-unsur dari mineral oksida, karbonat, sulfida juga menggunakan proses ini dalam
proses ekstraksinya[1]. Proses pirometalurgi menggunakan blast furnace sebagai
tempatnya dan akan menghasilkan dua jenis golongan yaitu logam cair dan residu. Dimana
ada yang berupa metal (slag) dan ada yang berupa non-logam (gangue).
Umpan yang baik adalah konsentrat dengan kadar metal yang tinggi agar dapat mengurangi
pemakaian energi panas. Penghematan energi panas dapat juga dilakukan dengan memilih
dan memanfaatkan reaksi kimia eksotermik (exothermic). Reaksi yg berlangsung : reduksi,
oksidasi, netral (tanpa redoks).

Pirometalurgi adalah proses ekstraksi menggunakan temperatur tinggi untuk kriteria mineral berkadar
tinggi. Pirometalurgi digunakan beberapa perusahaan besar dalam memproduksi logam yang komersil,
diantaranya nikel, timah, besi dan baja. Tahapan-tahapan dalam proses pirometalurgi yaitu pengeringan
(penghilangan kandungan air dalam bijih), kalsinasi (penghilangan air kristal dalam bijih), peleburan dan
pemurnian (peningkatan kadar suatu logam).

Sumber energi panas dapat berasal dari :

1. Energi kimia (chemical energy = reaksi kimia eksotermik).


2. Bahan bakar (hydrocarbon fuels) : kokas, gas dan minyak bumi.
3. Energi listrik.
4. Energi terselubung/tersembunyi, panas buangan dipakai untuk pemanasan awal (preheating
process).
Peralatan yang umumnya dipakai adalah :

1. Tanur tiup (blast furnace).


2. Reverberatory furnace.
Sedangkan untuk pemurniannya dipakai :

1. Pierce-Smith converter.
2. Bessemer converter.
3. Kaldo cenverter.
4. Linz-Donawitz (L-D) converter.
5. Open hearth furnace.

Timbal memiliki titik leleh 327,5 °C,[18] sangat rendah dibandingkan dengan kebanyakan logam.[19]


[b]
 Titik didihnya adalah 1749 °C, terendah di golongan IVA.[18] Timbal memiliki resistansi jenis (ρ)
192 nanoohm-meter pada suhu 20 °C, hampir 10 kali lebih besar dibanding logam-logam yang
banyak digunakan industri, seperti tembaga (15,43 nΩ·m), emas (20,51 nΩ·m); dan aluminium
(24,15 nΩ·m).[21] Angka-angka ini menunjukkan bahwa timbal adalah penghantar arus listrik yang
lebih buruk dibandingkan logam-logam tersebut. Timbal menjadi superkonduktor pada suhu di
bawah 7,19 K,[22] ini adalah suhu kritis superkonduktor tertinggi dari seluruh superkonduktor tipe I,
dan tertinggi ketiga dari seluruh superkonduktor yang berupa unsur.[23]

Pirometalurgi adalah suatu proses ekstraksi metal dengan energi panas, temperatur umum yang dipakai
berkisar 500-1600°C. Pada temperatur tersebut kebanyakan metal sudah dalam fase cair bahkan kadang-
kadang fase gas. Ekstraksi berlangsung SiO2 juga terbentuk pada temperatur 1100-1200°C.

Pirometalurgi (proses ekstraksi yang dilakukan pada temperatur ... sebagian besar ada dalam bijih


tembaga (kalkosit- Cu2S, kalkopirit-CuFeS2) natrium klorida (titik leleh 801oC)
Pirometalurgi adalah reaksi-reaksi kimia dalam proses pemurnian/ekstraksi logam yang
dilakukan pada temperatur tinggi (100oC hingga 3000oC). Reaksi-reaksi tersebut melibatkan
reaksi-reaksi antara padatan, lelehan, dan gas yang dilakukan pada berbagai jenis tanur
(furnace).

Sejumlah besar logam diproduksi dari mineral oksida, sebagai contoh besi, mangan,
kromium, dan timah. Namun hanya logam-logam yang lebih mendekati unsur mulia dapat
diperoleh dari proses dekomposisi secara termal. Ini dapat dilihat pada oksida silver yang
dapat terdekomposisi saat dipanaskan pada temperatur diatas 200 oC. Sedangkan oksida
logam lainnya memerlukan reduktor untuk dapat terdekomposisi dari oksigen. Reduktor
yang umum digunakan di industri adalah karbon, karbon monoksida, dan hidrogen.

Lain hal dengan bijih oksida, bijih sulfida seperti zinc dan timbal melalui proses yang sedikit
berbeda. Secara umum bijih sulfida terlebih dahulu dikonversi menjadi oksida melalui
tahapan pemanggangan (roasting). Roasting masuk dalam tahap preparasi dari bijih
menggunakan panas dan dilakukan pada suasana oksidatif. Produk pemanggangan tersebut
kemudian direduksi dengan penambahan reduktor.

Selain reduktor bahan lain yang dimasukkan dalam furnace adalah bahan imbuh (flux). Flux
berfungsi untuk untuk mengatur sifat dari lelehan yang dihasilkan. Umumnya untuk
menurunkan titik leleh, mengatur viskositas/kekentalan, densitas dan sifat kimia lainnya.

Anda mungkin juga menyukai