Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH PROSES INDUSTRI KIMIA

ALKYL BENZENE SULFONAT (ABS)

DisusunOleh :

1. Kholida Nisfi Laila (31)


2. Lina Dewi Kurniati (32)

XII KIMIA INDUSTRI 1


SMK N 1 TRUCUK KLATEN
Tahun Ajaran 2017/2018
Alkyl Benzene Sulfonat (ABS)
I. PENGERTIAN

Alkyl Benzene Sulfonat merupakan lemak sabun berwarna putih yang lengket
menggumpal. Rumus molekul) adalah C17H35COONa, ABS merupakan komponen utama
deterjen cucian.

ABS berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan


kotoran yang menempel pada permukaan bahan atau istilah teknisnya berfungsi sebagai
emulsifier(bahan pengemulsi).

Kegunaan ABS untuk memproduksi detergen rumah tangga termasuk bubuk


cuci,cairan laundry, cairan pencuci piring dan pembersih lainnya serta dalam berbagai
aplikasi industry.

Sifat Fisika dari ABS yaitu:


o Penampilan :cairan bening hijau wangi.
o Bau : Wangi
o Titik Nyala : di bawah 200°F
o Kelarutan dalam Air :DapatTerlarut.
o Densitas Spesifik : 1,147
o pH (100% solution) : 10,6

Sifat Kimia dari ABS yaitu:


o Hanya larut pada air dengan kadar garam rendah
o Mampu menghasilkan busa
o Menggumpal
o Mampu menurunkan tegangan permukaa pada air
o Tidak berbuih pada air sadah

II. BAHAN BAKU

a. Alkyl benzene
b. Belerang trioksida
c. Asam sulfat pekat/oleum

III. PROSES PEMBUATAN

Proses pembuatan ABS dengan mereaksikan Alkil Benzena dengan Belerang


Trioksida, asam Sulfat pekat atau Oleum. Reaksi ini menghasilkan Alkil Benzena
Sulfonat. Jika dipakai Dodekil Benzena maka persamaan reaksinya:

C6H5C12H25 + SO3 = C6H4C12H25SO3H (Dodekil Benzena Sulfonat)


Reaksi selanjutnya adalah netralisasi dengan NaOH sehingga dihasilkan Natrium
Dodekil Benzena Sulfonat. Senyawa alkyl sulfonat mudah bereaksi dengan senyawa
golongan ammonium kuartener, seperti DEA untuk membentuk nitrosamine yang bersifat
basa.
R – C-O- +  H2O  --  R – C-OH   +  OH-
R- (non polar dan Hidrofob) akan membelah molekul minyak dan kotoran menjadi
partikel yang lebih kecil sehingga air mudah membentuk emulsi dengan kotoran dan
mudah dipisahkan. Bercampurnya ABS, air dan minyak, akan terjadi emulsifikasi yang
dapat menurunkan tegangan permukaan air, sehingga dapat melepaskan kotoran yang
menempel pada permukaan bahan.
ABS dapat diuraikan dengan bakteri Staphylococcus epidermis,
Enterobactergergoviae, Staphylococcus aureus, Pseudomonas facili, Pseudomonas
fluoroscens, Pseudomonas euruginosa, Kurthiazopfii, dan sebagainya. Bakteri tersebut
akan merombak detergen yang juga merupakan zat organic sebagai bahan makanan
menjadi energi.

ABS dalam detergen yang dilarutkan dalam air pada proses pencucian tidak
berbuih di air sadah. Proses penguraian ABS akan menghasilkan sisa benzena yang
apabila bereaksi dengan klor akan membentuk senyawa klorobenzena yang sangat
berbahaya. Kontak benzene dan klor sangat mungkin terjadi pada pengolahan air minum,
mengingat digunakannya kaporit (dimana di dalamnya terkandung klor) sebagai
pembunuh kuman pada proses klorinasi. ABS yang dilarutkan dalam air pada proses
pencucian, akan membentuk emulsi bersama kotoran yang akan terbuang saat dibilas.
Emulsi ini berupa lemak sabun berwarna putih yang lengket menggumpal.

Di dalam air ABS sangat sukar didegradasi oleh bakteri karena adanya
pembentukan rantai cabang pada alkil benzene. Tetapi penelitian menyatakan bahwa
ABS bisa didegradasi oleh mikroorganisme. Mikroorganisme berperan penting dalam
siklus biokimia, terutama siklus karbon. Diperkirakan mikroorganisme dapat
mendegradasi semua senyawa organic alam maupun beberapa senyawa sangat tahan
terhadap biodegradasi dan telah terbentuk sebagai hasil dari kondisi yang tidak sesuai
untuk biodegradasi. Beberapa konsosium mikroba yang berperan di dalam penguraian
detergen ion negative antara lain adalah Vi bio Flavobacterium klebsialla, Pseudomonas,
enerobacter, Basillus.

ABS sangat tidak menguntungkan karena sangat lambat terurai oleh bakteri
pengurai hal ini disebabkan oleh adanya rantai bercabang pada strukturnya. Dengan tidak
terurainya secara biologi deterjen ABS, lama-lama perairan yang terkena kontaminasi
oleh ABS akan dipenuhi busa, efek yang lainnya adalah:

 menurunnya tegangan permukaan dari air,


 pemecahan kembali dar flok (koloid),
 pengemulsi lemak dan minyak, dan
 pemusnahan bakteri yang berguna.

ABS dalam detergen tidak dapat dipecah (didegradasi) oleh mikroorganisme


yang ada di dalam air keadaan ini akan merugikan lingkungan. ABS bersifat toksik
(beracun) bila dihirup, diserap melalui kulit atau termakan. Perairan yang terkontaminas
oleh ABS akan dipenuhi oleh busa, menurunkan tegangan permukaan dari air,
pemecahan kembali dari gumpalan (flock) koloid, pengemulsian gemuk dan minyak,
pemusnahan bakteri yang berguna, penyumbatan pada pori–pori media filtrasi. Apabila
air yang biasa diminum masih terdapat bahan aktif detergen seperti ABS maka lama
kelamaan dapat menyebabkan gangguan pada ginjal, gangguan pada saat melahirkan, dan
beberapa macam bentuk kanker.

ABS merupakan senyawa yang lebih sukar terurai secara alami. Oleh karenanya,
pada banyak negara di dunia penggunaan ABS telah dilarang dan diganti dengan LAS.
Sedangkan di Indonesia, peraturan mengenai larangan penggunaan ABS belum ada.
Beberapa alasan masih digunakannya ABS dalam produk deterjen, antara lain
karena :harganya murah, kestabilannya dalam bentuk krim pasta dan busanya melimpah.

IV. DIAGRAM ALIR

Asam sulfat pekat/oleum

Alkyl benzene MIXING Alkyl benzene

sulfonate

Belerang trioksida

Anda mungkin juga menyukai