Anda di halaman 1dari 7

PEMANFAATAN KARBON AKTIF DAN SERABUT KELAPA SEBAGAI BAHAN

SEDERHANA UNTUK MENGURANGI DAMPAK PENCEMARAN LIMBAH DETERJEN

I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Bertambahnya jumlah penduduk berbanding lurus dengan adanya peningkatan kebutuhan akan
barang dan jasa. Salah satu usaha yang sedang berkembang saat ini adalah jasa laundry. Laundry
adalah salah satu kegiatan rumah tangga yang menggunakan deterjen sebagai bahan penunjang untuk
membersihkan pakaian, karpet, dan alat-alat rumah tangga lainnya. Namun tanpa disadari, limbah
laundry dapat menyebabkan masalah lingkungan, yakni pencemaran air yang disebabkan bahan
penyusun dalam deterjen.

Pengolahan limbah cair laundry yang dilakukan oleh masyarakat saat ini masih sangat
sederhana hanya menggunakan sumur resapan sehingga limbah tersebut langsung diserap oleh tanah
tanpa pengolahan terlebih dahulu. Limbah deterjen yang dibuang langsung ke tanah dapat
mengganggu struktur tanah sebagai media penerima air limbah. Hal ini menyebabkan tanah menjadi
tercemar karena tidak mampu lagi menetralisir bahan-bahan polutan. Limbah cair mengandung
deterjen yang dibuang ke lingkungan akan mengganggu karena dapat menaikkan pH air sehingga
mengganggu organisme dalam air, bahan antiseptik yang ditambahkan ke dalam deterjen dapat
mengganggu kehidupan mikroorganisme dalam air, bahkan sampai mematikan, dan ada sebagian
bahan deterjen yang tidak dapat didegradasi oleh mikroorganisme yang ada di dalam air (Wardhana,
1995). Selain itu, deterjen di dalam air dapat menimbulkan busa dan menutupi permukaan air sehingga
menghalangi sinar matahari yang masuk dan menghambat proses fotosintesis yang pada akhirnya
mengganggu siklus hidup biota air.

Menurut Sugiharto (1987), unsur inti dari deterjen adalah senyawa surfaktan dan fosfat yang
berfungsi mengikat daya cuci. Untuk menghilangan efek toksik dari limbah cair laundry diperlukan
pengolahan secara sederhana dan mudah diterapkan salah satu cara yakni dengan cara koagulasi-
flokulasi dan dilanjutkan dengan adsorbsi. Hal ini diharapkan effluent dapat sesuai dengan baku mutu
lingkungan.

Teknik yang memungkinkan untuk menyisihkan bahan organik dalam air yakni dengan cara
koagulasi flokulasi dan adsorbsi. Metode koagulasi merupakan proses adsorbsi oleh koagulan terhadap
partikel koloid yang menyebabkan destabilisasi partikel. Ada beberapa jenis koagulan salah satu yang
sering digunakan adalah Poly Alumunium Cloride(PAC). Koagulasi merupakan proses pengadukan
cepat yang bertujuan untuk destabilisasi koloid dan partikel dalam air dengan menggunakan bahan
kimia (koagulan) yang menyebabkan pembentukan inti gumpalan (presipitat).Flokulasi adalah
Flokulasi merupakan lanjutan proses dari koagulasi, dimana dilakukan pengadukan lambat. Sehingga
proses aglomerasi (penggumpalan) partikel- partikel terdestabilisasi menjadi flok.Ukuran yang
dihasilkan memungkinkan flok untuk dipisahkan oleh sedimentasi dan filtrasi Adsorbsi adalah
peristiwa menempelnya suatu zat pada permukaan zat lain karena ketidaksamaan gaya-gaya pada
permukaan. Adsorbsi merupakan suatu proses pemisahan dimana komponen dari fase berpindah ke
permukaan fase padat (Metcalf & Eddy, 1991).

Karbon aktif merupakan karbon yang sudah diaktifkan sehingga mempunyai daya serap yang
tinggi terhadap warna, bau, zat-zat beracun dan sebagainya. Bersifat amorf, berwarna hitam, tidak
berbau, tidak berasa, tidak larut dalam air, asam, basa dan pelarut organik (Jankowska at all 1991).
Penggunaan karbon ini bertujuan untuk menyerap kandungan pada limbah deterjen sehingga mampu
menjegah eutrofikasi

Eutrofikasi merupakan masalah lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah fosfat (PO43-),
khususnya dalam ekosistem air tawar. Definisi dasarnya adalah pencemaran air yang disebabkan oleh
munculnya nutrient yang berlebihan ke dalam ekosistem air. Air dikatakan eutrofik jika konsentrasi
total phosphorus (TP) dalam air berada dalam rentang 35-100 µg/L. Sejatinya, eutrofikasi merupakan
sebuah proses alamiah di mana danau mengalami penuaan secara bertahap dan menjadi lebih produktif
bagi tumbuhnya biomassa. Diperlukan proses ribuan tahun untuk sampai pada kondisi eutrofik. Proses
alamiah ini, oleh manusia dengan segala aktivitas modernnya, secara tidak disadari dipercepat menjadi
dalam hitungan beberapa dekade atau bahkan beberapa tahun saja. Maka tidaklah mengherankan jika
eutrofikasi menjadi masalah di hampir ribuan danau di muka Bumi, sebagaimana dikenal lewat
fenomena algal bloom.

Serabut kelepa mampu menjadi filter alami yang mampu menjernihkan air hal itu sudah
dibuktikan oleh penelitian dari Suastuti (2010), dimana serabut kelapa mampu menjernihkan air pada
kolam ikan dengan dasar itulah diharapkan penggunaan serabut kelapa ini mampu menetralkan limbah
deterjen dan mampu menghilangkan busa serta bau pada limbah buangan deterjen tersebut. Dengan
bahan yang sederhana tersebut diharapkan mampu untuk mengurangi dampak negative pembuangan
limbah deterjen langsung pada tanah dan sungai, selain bahan tersebut sederhana dan mudah didapat
serta ekonomis pengaplikasiaannyapun mudah sehingga diharapkan masyarakat mampu
menerapkannya terutama pada usaha laundry.

TUJUAN

tujuan yang ingin dicapai dari penulisan karya ilmiah ini yaitu

1. Mampu mengurangi dampak negative dari pembuangan limbah detrgen


2. Memberikan saran dan opsi penyelesaian masalah dari limbah detergen yang mudah dan
murah bagi masayarakat

MANFAAT

1. Mampu mengurangi dampak negative pembuangan limbah detergen tanpa pengolahan


2. Memberikan solusi alternative mengatasi permasalahan secara mudah dan murah bagi
masyarakat umum

KONDISI KEKINIAN

Deterjen merupakan produk teknologi yang strategis, karena telah menjadi bagian dari
kehidupan sehari-hari masyarakat modern mulai rumah tangga sampai industri. Di sisi lain, detergen
harus memenuhi sejumlah persyaratan seperti fungsi jangka pendek (short therm function) atau daya
kerja cepat, mampu bereaksi pada suhu rendah, dampak lingkungan yang rendah dan harga yang
terjangkau (Jurado et al, 2006). Produksi deterjen Indonesia rata-rata per tahun sebesar 380 ribu ton.
Sedangkan tingkat konsumsinya, menurut hasil survey yang dilakukan oleh Pusat Audit Teknologi di
wilayah Jabotabek pada tahun 2002, per kapita rata-rata sebesar 8,232 kg (Anonimous, 2009).

Dibandingkan dengan produk terdahulu, sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain
mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air. Pada
umumnya detergen bersifat surfaktan anionik yang berasal dari derivat minyak nabati atau minyak
bumi (Chantraine F et all, 2009). Setelah Perang Dunia II, detergen sintetik mulai dikembangkan
dengan gugus utama surfaktant adalah ABS (Alkyl Benzene Sulfonate) yang sulit di biodegradabel,
maka pada tahun 1965 industri mengubahnya dengan yang biodegradabel yaitu dengan gugus utama
surfaktant LAS (Linier Alkyl Benzene Sulfonate). Menurut Asosiasi Pengusaha Deterjen Indonesia
(APEDI), surfaktan anionik yang digunakan di Indonesia saat ini adalah alkyl benzene sulfonate rantai
bercabang (ABS) sebesar 40% dan alkyl benzene sulfonate rantai lurus (LAS) sebesar 60%. Alasan
penggunaan ABS antara lain karena harganya murah, stabil dalam bentuk krim pasta dan busanya
melimpah. Dibandingkan dengan LAS, ABS lebih sukar diuraikan secara alami sehingga pada banyak
negara di dunia penggunaan ABS telah dilarang dan diganti dengan LAS. Sedangkan di Indonesia,
peraturan mengenai larangan penggunaan ABS belum ada. Beberapa alasan masih digunakannya ABS
dalam produk deterjen, antara lain karena harganya murah, kestabilannya dalam bentuk krim pasta dan
busanya melimpah (Anonimous, 2009).

Bahan – bahan yang umum terkandung pada deterjen adalah :

1. Surfaktan (surface active agent), merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung
berbeda yaitu hydrophile (suka air) danhydrophobe (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi
menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel
pada permukaan bahan. Surfaktant terbagi atas jenis anionic (Alkyl Benzene
Sulfonate/ABS, Linier Alkyl Benzene Sulfonate/LAS, Alpha Olein Sulfonate/AOS), sedangkan
jenis kedua bersifat kationik (Garam Ammonium) dan jenis yang ketiga bersifat non ionic
(Nonyl phenol polyethoxyle) serta Amphoterik (Acyl Ethylenediamines).
2. Builder (Permbentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara
menonaktifkan mineral penyebab kesadahan air, dapat berupa Phosphates (Sodium Tri Poly
Phosphate/STPP), Asetat (Nitril Tri Acetate/NTA, Ethylene Diamine Tetra Acetate/EDTA),
Silikat (Zeolit), dan Sitrat (asam sitrat).
3. Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan
meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas atau dapat memadatkan dan
memantapkan sehingga dapat menurunkan harga, misal Sodium sulfate
4. Additives adalah bahan suplemen/ tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya
pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dan sebagainya yang tidak berhubungan langsung dengan
daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk.
Contohnya enzyme, borax, sodium chloride, Carboxy Methyl Cellulose (CMC) dipakai agar
kotoran yang telah dibawa oleh detergent ke dalam larutan tidak kembali ke bahan cucian
pada waktu mencuci (anti Redeposisi). Wangi – wangian atau parfum dipakai agar cucian
berbau harum, sedangkan air sebagai bahan pengikat.

Menurut kandungan gugus aktifnya. Detergen diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu deterjen
jenis keras dan jenis lunak. Deterjen jenis keras sukar dirusak oleh mikroorganisme meskipun bahan
deterjen tersebut dibuang akibatnya zat tersebut masih aktif. Jenis inilah yang menyebabkan
pencemaran air. Salah satu contohnya adalah Alkil Benzena Sulfonat (ABS).Sedangkan detergen jenis
lunak, bahan penurun tegangan permukaannya mudah dirusak oleh mikroorganisme, sehingga tidak
aktif lagi setelah dipakai, misalnya Lauril Sulfat atau Lauril Alkil Sulfonat. (LAS).

Pada awalnya, deterjen dikenal sebagai pembersih pakaian, namun kini meluas dan
ditambahkan dalam berbagai bentuk produk sepertipersonal cleaning product (sampo, sabun cuci
tangan), laundry sebagai pencuci pakaian merupakan produk deterjen yang paling populer di
masyarakat, dishwashing product sebagai pencuci alat rumah tangga baik untuk penggunaan manual
maupun mesin pencuci piring, household cleaner sebagai pembersih rumah seperti pembersih lantai,
pembersih bahan-bahan porselen, plastik, metal, gelas (Arifin, 2008).
Tabel 1. Banyaknya produksi barang yang mengandung B3 Tahun 2004-2006

Uraian Satuan 2004 2005 2006

Deterjen Kg - - 1.860.770

Deterjen padat untuk keperluan Kg 5.731.000 5.783.071 -


Rumah Tangga

Deterjen bubuk untuk keperluan Ton 227.152 227.191 91.003


Rumah Tangga

Deterjen cream untuk keperluan Ton 240.528 950.295 6.773


Rumah Tangga

Deterjen cair untuk keperluan Ton 30.472 30.472 646


Rumah Tangga

Deterjen lainnya Lusin 7.052.436 4.955.057 -

Sumber : Statistik Lingkungan Hidup, 2009, BPS, 2009

Dampak Limbah Deterjen terhadap Kesehatan Manusia dan Kesehatan Lingkungan

Kemampuan deterjen untuk menghilangkan berbagai kotoran yang menempel pada kain atau
objek lain, mampu mengurangi keberadaan kuman dan bakteri yang menyebabkan infeksi dan
meningkatkan umur pemakaian kain, karpet, alat-alat rumah tangga dan peralatan rumah lainnya,
sudah tidak diragukan lagi. Oleh karena banyaknya manfaat penggunaan deterjen sehingga menjadi
bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat pada saat ini. Tanpa
mengurangi makna manfaat deterjen dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, harus diakui bahwa
bahan kimia yang digunakan pada deterjen dapat menimbulkan dampak negatif baik terhadap
kesehatan maupun lingkungan. Dua bahan terpenting dari pembentuk deterjen yakni surfaktan
dan builders, diidentifikasi mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap manusia dan
lingkungannya.

Umumnya, deterjen yang digunakan sebagai pencuci pakaian atau laundry merupakan deterjen
anionik karena memiliki daya bersih yang tinggi. Pada deterjen anionik sering ditambahkan zat aditif
lain (builder), seperti golongan ammonium kuartener (alkyldimetihylbenzyl-ammonium cloride,
diethanolamine/ DEA), chlorinated trisodium phospate (chlorinated TSP) dan beberapa jenis
surfaktan seperti sodium lauryl sulfate (SLS), sodium laureth sulfate (SLES) atau linear alkyl benzene
sulfonate(LAS). Golongan ammonium kuartener ini dapat membentuk senyawa nitrosamin. Senyawa
nitrosamin diketahui bersifat karsinogenik, yaitu dapat menyebabkan kanker. Senyawa sodium lauryl
sulfate (SLS) diketahui menyebabkan iritasi pada kulit, memperlambat proses penyembuhan luka, dan
penyebab katarak pada mata orang dewasa.

Pembuangan limbah ke sungai dan/ sumber-sumber air tanpa treatment sebelumnya,


mengandung tingkat polutan organik yang tinggi serta mempengaruhi kesesuaian air sungai untuk
digunakan manusia dan merangsang pertumbuhan alga maupun tanaman air lainnya. Selain itu,
deterjen dalam badan air dapat merusak insang dan organ pernafasan ikan yang mengakibatkan
toleransi ikan terhadap badan air yang kandungan oksigennya rendah menjadi menurun. Ikan
membutuhkan air yang mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/ liter atau 5 ppm (part per million).
Apabila kadar oksigen kurang dari 5 ppm, ikan akan mati, tetapi bakteri yang kebutuhan oksigen
terlarutnya lebih rendah dari 5 ppm akan berkembang. Apabila sungai menjadi tempat pembuangan
limbah yang mengandung bahan organik, sebagian besar oksigen terlarut digunakan bakteri aerob
untuk mengoksidasi karbon dan nitrogen dalam bahan organik menjadi karbondioksida dan air.
Sehingga kadar oksigen terlarut akan berkurang dengan cepat dan akibatnya hewan-hewan seperti
ikan, udang dan kerang akan mati.

Keberadaan busa-busa di permukaan air juga menjadi salah satu penyebab kontak udara dan air
terbatas sehingga menurunkan oksigen terlarut. Dengan demikian akan menyebabkan organisme air
kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan kematian (Ahsan et al, 2005). Selain itu, pencemaran
akibat deterjen mengakibatkan timbulnya bau busuk. Bau busuk ini berasal dari gas NH₃ dan H₂S
yang merupakan hasil proses penguraian bahan organik lanjutan oleh bakteri anaerob.

SOUSI YANG PERNAH DITAWARKAN

1. menanami selokan dengan tanaman air

cara ini dilakukan dengan cara menanami selokan dengan tanaman air yang bisa menyerap
zat pencemar. Tanaman yang bisa digunakan, antara lain jaringao, Pontederia cordata (bunga
ungu), lidi air, futoy ruas, Thypa angustifolia (bunga coklat), melati air, dan lili air. Cara ini
sangat mudah, tapi hanya bisa menyerap sedikit zat pencemar dan tak bisa menyaring semua .
(Arifin, 2008).

2. alat pengolahan limbah

Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLHD) Jakarta, mengisyaratkan warga agar


menyediakan alat pengolahan limbah, yaitu Biofilter. Alat ini mampu menghasilkan air
olahan sesuai dengan baku mutu, dan aman bagi lingkungan. Dengan menggunakan sistem
biofilter, dan umumnya terbuat dari fiberglass. maka limbah cucian dan limbah septictank
sudah terolah hingga mencapai baku mutu. Dan menggantikan septictank yang cara kerjanya
merembeskan limbah ke tanah sehingga tidak ada lagi ada rembesan. Namun masih
diperlukan sosialisasi kepada pemilik rumah yang sudah memiliki septic tank, subsidi alat
bagi perumahan kumuh dan harga alat yang mahal (Anonimous, 2009).

Gagasan yang diajukan

Pemanfaatan serabut kelapa dan karbon aktif sebagai bahan sederhana penyaring limbah
detergen. Dalam penerepannya langkah pertama yang dilakukan yaitu membuat pipa paralon lalu
dilubangi kecil kecil pada ujungnya, selajutnya tutup bagian bawahnya dengan tutup paralon tersebut
masukan batu kecil kecil lalu arang atau karbon aktif yang biasa didapat dari pembakaran kayu bakar
selanjutnya masukan serabut kelapanya lalu masukan batu batu lagi lalu pasang peralon tersebut pada
pembuangan mesin cuci. Ganti setiap satu atau dua minggu, Selain pembuatannya mudah dan
sederhana bahan bahan yang dibutuhkan juga murah dan mudah didapat.
Pihak-pihak yang Membantu Mengimplementasikan

Masyarakat umum

Masyarakat umum sangat berperan penting terhadap terealisasinya gagasan tersebut mengingat
masayarakat umumnya mencuci pakaian atau pengguna detergen terbanyak oleh sebab itu perlu
kesadaran serta partipasi masyarakat mengingat bahaya dari limbah detrgen tersebut.

Usaha laundry rumahan

Pada usaha usaha laundry di perkotaan sangat penting menginggat banyaknya usaha laundry
diperkotaan dan seakan tidak terkendali belum lagi limbah pencucian biasanya langsung dibuang ke
sungai tentu ini sangat berbahaya untuk itu perlu adanya sosialisasi kepada usaha laundry tersebut

Tokoh masyarakat

Tokoh masyarakat sangat berperan penting untuk membantu melakukan sosialisasi pada
masyarakat, selain karena mereka memiliki pengaruh yang besar terhadap masyarakat juga mereka
biasanya lebih didengar atau dipercaya oleh masayarakat oleh sebab itu sangat dibutuhkan peran tokoh
masyarakat untuk merealisasikan program trsebut.

Langkah-langkah strategis untuk mengimplementasikan gagasan

Langkah strategis perlu direncanakan dengan matang agar gagasan inidapat terealisasi dengan
baik, yaitu:

Tahap 1

Memberitahukan ide gagasan kepada masyarakat dan usaha laundry serta tokoh masyarakat untuk
melakukan sosialisasi tentang bahaya limbah detergen dan langkah untuk mengatasinya

Tahap 2

melakukan sosialisasi tentang penggunaan alat dan cara pembuatan kepada usaha laundry dan
masyarakat umum .

Tahap 3

Evaluasi, monitoring dan pembelajaran. Kesulitan danpengalaman yang ada dalam menciptakan dan
penggunaan ini agar menjadipembelajaran dari model atau sistemnya untuk kedepannya.

Kesimpulan

Gagasan yang diajukan

Penggunaan karbon aktif dan serabut kelapa sebagai bahan alami yang murah untuk mengurangi
bahaya pencemaran limbah detergen. Dengan bahan yang sederhana tersebut diharapkan mampu untuk
mengurangi dampak negative pembuangan limbah deterjen langsung pada tanah dan sungai, selain
bahan tersebut sederhana dan mudah didapat serta ekonomis, pengaplikasiaannya juga mudah.
Sehingga diharapkan masyarakat mampu menerapkannya terutama pada usaha laundry.
Teknik Implementasi

Untuk merealisasisikan gagasan tersebut, perlu peran masyarakat serta pemahaman bahaya yang
ditimbulkan dari limbah detergen, serta adanya tokoh masyarakat yang terus memberikan sosialisasi
dan membantu untuk merealisasikan program tersebut perlu adanya sosialisasi berkala mengingat
perlu adanya penggantian arang dan serabut kelapa sebagai filter tersebut.

Prediksi Hasil

Apabila gagasan dapat diimplementasikan maka diprediksi bahwa gagasan dapat :

1. mengurangi bahaya limbah detergen karena pengaruh arang aktif yang dapat menetralisir
2. mengurangi bau yang ditimbulkan limbah serta menjernihkan air limbah buangan detergan
karena pengaruh serabut kelapa
3. terciptanya lingkungan terutama sungai yang bersih tidak berbahaya bagi hewan serta tidak
berbau

DAFTAR PUSTAKA

Wardhana, W. A. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi Offset . Jogjakarta.

Sugiharto, 1987,”Dasar-dasar pengelolaan air limbah”,Universitas Indonesia, Jakarta

Metcalf dan Eddy., 1991. Wastewater Engineering : Treatment, Disposal, and Reuse. Mc Graw Hill
Book Co. Singapore

Suastuti, D.A., 2010, Efektivitas Penurunan Kadar Dodesilbenzen Sulfonat (DBS) dari Limbah
Detergen yang diolah dengan Lumpur Aktif, Jurnal Kimia, 4(1), 49-53.

Jurado, E., Fernandez-Serrano, M., Nunez-Olea, Luzon, G., and Lechunga, M., 2006, Simplified
Spectrophotometric Method Using Methylene Blue for Determining Anionic Surfactants:
Application to The Study of Primary Biodegradation in Aerobic Screening Tests, J.
Chemosphere, 65, 278-285.

Chrisafitri, Adistya. 2012. Pengolahan Limbah Pencucian Mobil Menggunakan Reaktor Saringan
Pasir Lambat dan Karbon Aktif.

Arifin, Zainal. 2008. Metodelogi Penelitan Pendidikan. Surabaya : Lentera Cendikia.

Anda mungkin juga menyukai